Awan bermaksud untuk bicara dengan Karin setelah acara lelang tersebut selesai. Hanya saja, saat Awan hendak menemuinya, Akbar telah membawa Karin ke luar terlebih dahulu. Hal yang wajar, mengingat dalam acara tersebut membuat Akbar sampai kehilangan cukup banyak uang, untuk benda yang tidak seharusnya memerlukan pengeluaran sampai sebanyak itu.Hal itu membuat Awan harus kecewa. Karena, salah satu tujuannya datang ke negera ini adalah demi membawa Karin pulang. Ia kecewa dengan perubahan Karin yang sekarang.Awan bahkan hampir tidak mengenali sosok Karin yang sekarang. Apa karena Akbar dan status Karin saat ini yang merupakan kekasih seorang konglomerat, membuat apapun yang diinginkan Karin bisa dengan mudah didapatkannya, membuat Karin berubah? Atau, memang seperti inilah sifat Karin yang sebenarnya?Awan hanya berharap, jika ia dapat membawa Karin kembali dan mengembalikannya pada karakter Karin yang dahulu. Awan terpaksa kembali menemui Rhaysa dan yang lainnya dengan tangan hamp
Awan menatap penasaran, saat Rhaysa dengan tanpa mempedulikan rasa penasaran Awan, menempatkan batu hitam tersebut di tengah ruangan. Setelah itu, Rhaysa sibuk mencari sesuatu di sekeliling kamar."Hmn, aku butuh wadah air." Ujar Rhaysa, setelah hanya menemukan sebuah baskom kecil berbahan stainles dari kamar mandi."Jika kamu membutuhkannya, kita bisa menghubungi pihak hotel." Ujar Awan melihat kebingungan Rhaysa."Ah, kamu benar, mas." Ujar Rhaysa dan segera menelpon pihak hotel.Tidak lama, salah seorang roomboy mengantarkan enam baskom yang persis sama ke kamar mereka."Sebenarnya ini buat apa?" Tanya Awan penasaran dengan apa yang hendak dilakukan Rhaysa.Saat itu, Rhaysa mengatur tujuh baskom tersebut dengan posisi melingkar, dengan masing-masing baskom telah diisi penuh air sebelumnya.Rhaysa tidak langsung menjawab pertanyaan Awan dan sibuk dengan pekerjaannya. Setelah, semuanya dirasa tepat, Rhaysa segera berkata, "Sekarang, mas duduk di tengah lingkaran ini dan pegang batuny
Keraguan Awan bukan tanpa sebab. Kekuatan api miliknya, bukan api sembarangan. Itu adalah api neraka! Walau hanya sedikit, api tersebut memiliki panas yang berbeda dari api biasa. Jika ia menambahkan tekanan apinya sedikit lagi. Awan khawatir, hal itu dapat menyebabkan ruangan tersebut terbakar dan bahkan bisa membahayakan Rhaysa. Tentu saja, Awan tidak mau hal itu terjadi. "Tidak usah khawatir. Lakukan saja, mas! Formasi tujuh mata air samudera ini akan dapat meredamnya." Ujar Rhaysa tanpa ragu. Awan melihat tujuh baskom yang mengelilinginya, ia tampak ragu sejenak. Tapi, ketika ia melihat lebih jauh, terlihat dari dalam air memancar cahaya samar. Seperti permata yang sedang memantul cahaya. Detik itu, Awan baru paham tujuan Rhaysa membuat tujuh baskom air tersebut sebelumnya. Ternyata itu berfungsi untuk meredam kekuatan apinya. Karena itu, Awan coba menaikkan level apinya. Seperti ucapan Rhaysa sebelumnya, suhu ruangan masih stabil. Bahkan kekuatan apinya bisa terkonsentrasi
"Syukurlah, akhirnya kamu bangun juga!" Ucap Awan lega begitu melihat Rhaysa akhirnya membuka matanya.Rhaysa telah pingsan selama empat jam lebih lamanya, setelah Awan berhasil mengeluarkan batu hijau dari dalam batu hitam yang dimenangkan Rhaysa di pelelangan.Sebelumnya, Rhaysa telah berjuang mati-matian untuk menahan kekuatan api Awan dan sampai membuatnya kehilangan kesadarannya.Awan tidak bisa menutupi kecemasannya saat melihat Rhaysa jatuh pingsan. Ia coba menyalurkan energi alamnya untuk memulihkan kondisi Rhaysa. Hanya saja, energi murninya seakan tidak bisa menyatu ke dalam tubuh Rhaysa.Rhaysa seakan memiliki dasar energi yang berbeda dengan energi murni pada umumnya. Sehingga, saat Awan coba menyalurkan kekuatannya, ada penolakan alami dari dalam tubuh Rhaysa dan itu membuat Awan tidak bisa berbuat apa-apa untuk membantunya.Beruntungnya, kekuatan yang terdapat di dalam tubuh Rhaysa seakan bisa melakukan tugasnya dengan sendiri dan mem
Namun, perbedaan yang tampak jelas, warna hijau dalam permata di kalung Rhaysa, terlihat lebih pekat dan dalam beberapa kondisi terlihat seperti memiliki cahaya sendiri di dalamnya. Sementara, batu hijau yang ia pegang, memiliki warna lebih muda. Tapi, aura keduanya hampir sama.'Apa itu artinya, kalung Rhaysa juga berasal dari naga juga?'Aura inilah yang sempat dikira Awan sebagai aura milik Rhaysa sebelumnya."Sa, kenapa aura batu di dalam kalungmu, hampir sama dengan aura batu ini?""Aku juga tidak tahu, mas. Hanya saja, kalung inilah yang menuntunku ke pelelangan dan mendapatkan pusaka naga hijau ini." Jawab Rhaysa jujur.Awan merasa heran. Terlalu kebetulan, jika kalung Rhaysa menuntunnya untuk mendapatkan batu hijau ditangannya itu. Awan tidak terbiasa dengan sesuatu hal yang tidak memiliki alasan logis dibaliknya. Karena itu, ia bertanya lebih lanjut, "Jika begitu, bukankah permata di kalung ini juga berasal dari naga? Lalu, bagaimana
Pagi harinya, Awan berangkat bersama Rhaysa menggunakan dua kendaraan menuju gunung Tai Mo Shan, tempat Karra berada. Mobil pertama diisi oleh Awan, Rhaysa dan dua orang pasukan bintang. Sementara, satu mobil di depan mereka, diisi oleh orang yang sebelumnya ditugaskan Jackie untuk menyelidiki Karra, sebagai pemandu jalan disertai oleh tiga orang anak buah kepercayaan Jackie lainnya.Mereka tidak bisa membawa banyak orang untuk menghindari kecurigaan Karra. Selain itu, empat orang ini hanya bertugas untuk pancingan semata, sebelum Awan memutuskan untuk bergerak nantinya.Mereka harus bergegas, karena waktu yang mereka miliki hanya sampai tengah malam, batas terjadinya bulan purnama. Terlambat sedikit saja, Karra akan menjadi bom waktu yang sulit untuk dihentikan.Rhaysa sendiri yang duduk di sebelah Awan, merasakan tubuhnya mulai berkeringat dingin saat itu dan membuat Awan lebih mengkhawatirkan kondisinya."Sa, kamu masih bisa membatalkan keinginanmu sekarang. Aku akan menyuruh pasu
Wanita yang sebelumnya membagikan pakaian ziarah pada para pengunjung, juga bertindak sebagai pemandu jalan bagi para pengunjung yang ingin pergi berkunjung ke kuil dewi Karra. Saat itu, sudah menunjukkan pukul tujuh malam dan para pengunjung yang sudah semakin banyak berdatangan, dikumpulkan di tengah desa dan selanjutnya, wanita tua tersebut memandu semua orang untuk segera naik ke atas gunung, tempat dewi Karra berada."Bos, perjalanan dari sini hingga kuil akan memakan waktu tiga puluh menit, kurang lebih." Jelas Changyi pada Awan dan Rhaysa, karena dia pernah ke sana sebelumnya.Awan merasa heran dengan sebutan tempat Karra yang berbeda-beda, "Kenapa orang-orang di sini, ada yang menyebut tempat Karra sebagai Wihara dan sebagian lain menyebutnya sebagai kuil? Sebenarnya, kepercayaan apa yang dianut dan diajarkan oleh Karra?" Tanya Awan penasaran.Karena penyebutan nama tempat ibadah akan merunut pada keyakinan tertentu.Changyi yang mendapat pertanyaan seperti itu, juga merasa t
Mereka terus berjalan medaki gunung menuju kuil dewi Karra. Saat mereka sampai, di sana terdapat sebuah lapangan cukup besar dengan sekelilingnya sudah terpasang banyak tiang yang terbuat dari bambu dan juga bendera putih yang terbuat dari kertas dan biasa digunakan dalam upacara kematian. Selain itu, terdapat juga beberapa tiang besar dengan beberapa obor sebagai penerang. Di bagian tengah, terdapat api unggun besar dan di belakangnya terdapat altar yang cukup besar. Saat itu, mata Awan dengan awas memperhatikan semua area tanpa melewatkan satu incipun, karena ia tidak menemukan keberadaan Karra. Tidak jauh dari sana terdapat kuil sederhana yang terbuat dari perpaduan papan kayu tua dan batu-batuan. Di luar kuil, hanya terlihat sepuluh orang pria berbadan tegap dan juga menggunakan pakaian yang sama seperti para pengunjung. Yang membedakan mereka, terdapat sebuah simpul berwarna merah dilengan kanan mereka. Mungkin karena mereka adalah
Satu setengah tahun kemudian.Tiga istri Awan, Annisa, Amanda dan Calista, tampak sedang cemas menunggu di luar kamar di rumah tuo, kampung halaman Awan. Di tengah mereka, tampak dua orang balita yang sedang digendong oleh Annisa dan Calista, sementara Amanda tampak sedang bermain dengan kedua balita berjenis kelamin perempuan tersebut dengan sesekali mencubit gemas pipi keduanya.Kalian mungkin bertanya-tanya, di mana Rhaysa alias Raine? Awan belum berhasil melamarnya hingga detik ini. Awan pernah mencoba melamar Raine setengah tahun yang lalu. Hanya saja, lamarannya langsung ditolak. Ratu Samudera memberikan syarat yang sangat berat jika Awan ingin melamar putrinya, yaitu Awan harus berada di level Divine atau dewa terlebih dahulu. Hasilnya, Awan telah berjuang keras di selama berada di tanah dewa untuk terus meningkatkan kemampuannya. Meski begitu, sepertinya ia masih harus bersabar untuk bisa melamar Raine.Kembali ke ruang tamu, rumah tua Awan.Tidak sama seperti Amanda yang terl
Rombongan Cakar Hitam mencibir ucapan Awan yang dinilai terlalu berani dan tidak bercermin, siapa lawan yang akan ia hadapi. Sementara, Datuk Cakar Putih dan bangsa harimau Bukit Larangan lebih mencemaskan nasib Awan. Mereka masih mengira. jika Awan hanya mengandalkan kekuatan warisan Gumara. Itu semua tidak akan cukup untuk menghadapi Cakar Hitam. "Uda!" Andini menarik ujung baju belakang Awan dan terang-terangan menunjukkan kekhawatirannya. Namun, Awan hanya tersenyum cuek dan memintanya untuk tidak perlu khawatir. Entah karena kalimat yang diucapkan Awan padanya atau cara penyampaian dan ketenangan yang ditunjukkan oleh Awan, membuat Andini merasa jauh lebih tenang dan merasa bisa mempercayai Awan. Roaaar! Cakar Hitam melompat ke depan dan tibat-tiba saja, ia sudah berubah wujud menjadi harimau besar dengan belang hitam di sekujur tubuhnya. Untuk bisa mengalahkan Awan, Cakar Hitam sudah bertekad untuk mengerahkan seluruh kekuatan dan berubah menjadi wujud terbaiknya. Cakar H
Wajah Taring Hitam seketika memerah panas melihat sikap Andini yang dengan terang-terangan menjatuhkan dirinya ke dalam pelukan seorang pria asing seperti Awan. Ia telah mengagumi Andini sejak lama, bagaimana ia bisa menerima, wanita yang disukainya bermesraan dengan pria lain tepat di depan hidungnya? Tidak peduli, apa pria itu dicintai Andini atau tidak. Bagi Taring Hitam, hanya dialah yang pantas menjadi pasangan Andini. Dia tidak habis pikir dengan sikap bodoh Andini, bagaimana ia bisa memilih seorang pria yang bukan apa-apa jika dibanding dirinya? Dia kuat dengan seluruh tubuh dipenuhi oleh otot-otot baja. Selain itu, dia adalah seorang pangeran dengan masa depan cerah. Bersamanya, Andini pasti akan jauh lebih bahagia. Bangsa harimau rata-rata memiliki tubuh yang besar dan berotot. Sehingga melihat tubuh Awan yang biasa, membuat Taring Hitam menilainya sebagai sosok yang sangat lemah. Dengan tatapan penuh kecemburuan dan kebencian, Taring Hitam akhirnya tidak bisa lagi menaha
Tatapan Cakar Hitam menjadi dingin dan tidak lagi menunjukkan keramahan pura-puranya, "Cakar Putih, apa kamu tahu konsekuensi dari pilihanmu hari ini?" Sambil menekan rasa gugup dalam hatinya, Datuk Cakar Putih berusaha tersenyum tenang dan berkata, "Keputusan kami bersifat final dan anda bisa kembali." "Kamu?" Kilat kemarahan terbesit di mata Cakar Hitam dan tiba-tiba saja ia sudah menghilang dari tempat ia semula berdiri. Wus! Terlalu cepat! Datuk Cakar Putih terkesiap. Meski ia sudah menduga reaksi akhir dari Cakar Hitam. Namun, gerakannya terlalu cepat untuk bisa ia ikuti dan detik berikutnya, Cakar Hitam sudah muncul tepat di depan Datuk Cakar Putih dan melayangkan sebuah serangan yang tidak bisa ditahannya. Braaak. Datuk Cakar Putih tidak bisa menahan pukulan itu sepenuhnya dan membuatnya terbang membelah barisan pasukan di belakangnya. "Datuk Cakar Putih?" Pekik orang-orang tertahan dan terkejut melihat keberanian Cakar Hitam yang telah menyerang tetua mereka tepan dih
Suasana di alam bangsa harimau tampak tegang dan semua penjaga perbatasan memasang wajah serius dan penuh waspada.Awan sengaja menyamarkan penampilannya dan mengeluarkan aura harimau yang ada di dalam tubuhnya dan membuat ia berhasil membaur dengan para penduduk bangsa harimau tanpa ketahuan. Setelah kedatangannya terakhir kali ke tempat itu, Awan memiliki memori yang sangat tajam tentang semua sudut tempat ini, yang memungkinkannya bisa berpindah kemanapun yang ia inginkan.Tidak lama setelah kedatangan Awan, rombongan Taring Hitam juga datang bersama ayah, para tetua dan juga puluhan prajurit terbaik bangsanya.Taring Hitam tampak tidak main-main dengan ancamannya. Hal itu, membuat gelisah bangsa harimau yang tinggal di Bukit Larangan.Para petinggi yang dipimpin oleh Datuk Cakar Putih tampak serius membahas masalah ini di aula tetua."Datuk, kita tidak bisa membiarkan mereka mendapatkan apa yang mereka mau. Bagaimanapun, raja sedang tidak ada di sini dan kita semua berkewajiban me
Seminggu yang lalu, ada sekolompok orang asing yang datang ke Kampung Tuo. Anehnya, mereka melewati batas Kampung Tuo begitu saja dan ternyata, tujuan mereka adalah kampung mistis yang ada di Bukit Larangan, tempat di mana bangsa harimau tinggal. Kelompok ini dipimpin oleh seorang pemuda bernama Taring Hitam, putra dari raja harimau Cakar Hitam yang berasal dari gunung Medan. Tujuan mereka datang, karena Taring Hitam yang sudah cukup usia untuk menikah, menginginkan Andini sebagai istrinya. Meski mereka tahu bahwa Andini adalah pasangan yang disiapkan untuk raja. Hanya saja, bangsa harimau dari gunung Medan ini tahunya bahwa raja Gumara telah lama tiada dan tidak memiliki pewaris sama sekali. Hal itu, coba dimanfaatkan oleh Taring Hitam untuk mendapatkan Andini. Taring Hitam yang terpesona dengan kecantikan Andini, ketika berkunjung ke bukit Larangan beberapa tahun lalu, berniat menjadikan Andini sebagai miliknya dan begitu ia mencapai usia layak menikah, Taring Hitam langsung me
Fikri dan Purnama yang semula berdebat, bahkan sampai berhenti dan tercengang mendengar wanita pujaan mereka dilamar oleh pria lain, tepat di depan mereka. Bagaimana mungkin mereka menerimanya?Jika pria lainnya, mungkin akan diam. Namun, mereka tidak mungkin bisa membiarkan ada lelaki lain merebut wanita yang mereka idamkan dari tangan mereka."Hei, bung! Apa maksudmu melamar dokter Nisa siang hari bolong begini?""Apa kamu tahu, siapa dokter Annisa? Sepuluh kamu, tidak bisa dibandingkan dengan seorang dokter Nisa.""Lebih baik kamu pergi dari sini! Atau kami akan memanggil satpam untuk mengusirmu."Ujar Fikri dan Purnama yang kali ini bisa kompak. Melihat reaksi keduanya, Awan cukup terkejut dan selanjutnya justru terkekeh geli. Ia melihat keduanya tidak ubahnya seperti badut yang sedang membuat pertunjukan.Awan melirik Annisa sekilas untuk menanyakan siapa mereka dan tampak balasan wajah jengah Anisa dan ketidakberdayaannya. Annisa membisikan identitas keduanya ke telinga Awan.
Rumah sakit umum ASA.Meski terletak di lokasi terpencil karena berada di bawah kampung Tuo dan lokasi yang jauh dari kabupaten, ditambah akses jalan ke sana yang tidak selebar jalan kabupaten. Kenyataannya, rumah sakit ini memiliki fasilitas medis yang sangat lengkap dan tidak kalah dengan rumah sakit yang berstandar internasional sekalipun. Sebuah alasan yang membuat rumah sakit ini banyak dihuni oleh tenaga medis terampil dan membuat reputasinya cepat terkenal hingga ke berbagai daerah di ranah Minang. Ditambah, kepala rumah sakit dan sekaligus menjadi dokter spesialis bedah di sana merupakan seorang wanita berparas cantik dan terkenal dengan keramahannya, Dr. Annisa Azzahra, Sp.B.Meski terkenal dengan keramahannya, sebagai penanggung jawab rumah sakit, Dokter Nisa menerapkan standar tinggi bagi tenaga medis yang bekerja di rumah sakitnya. Semua itu tentu saja sepadan dengan gaji tinggi yang mereka terima selama bekerja di sana. Banyak yang memuji dan banyak juga pihak yang mera
Setelah sekian lama, Awan kembali melihat tangis mama angkatnya tersebut. Namun kali ini, bukan tangisan yang membuatnya kehilangan kembali akal sehatnya. Itu adalah tangis kerinduan dan juga kebahagiaan. Tangis kerinduan seorang ibu yang telah lama tidak berjumpa dengan anaknya. Awan membiarkan Lina menumpahkan segala tangisannya dalam pelukan Amanda seraya memberi kode pada Amanda dan syukurnya, Amanda cukup peka dengan keadaan tersebut. Ada sekitar sepuluh menit lamanya, Lina menumpahkan tangis kebahagiaannya dalam pelukan Amanda. Sampai, Lina tersadar kembali dan mengurai pelukan mereka. "Maaf ya, nak. Tante terlalu sentimentil, kamu terlalu mirip dengan..." "Tidak apa-apa, ma." Sebelum Lina menyelesaikan kalimatnya, Amanda sudah lebih dulu menyelanya. Ia sekarang mengerti alasan Awan membawanya kemari dan Amanda sama sekali tidak keberatan untuk menggantikan posisi Renata untuk sesaat dan memberi kebahagiaan untuk ibunya Renata. Selama arwah Renata masih bersamanya dahulu,