'Ini- bukankah ini jurus lapuk tulang? Jurus kuno yang sudah lama menghilang?' Pikir raja iblis Akuma tercengang."Arrgghh, sialan, kamu menjebakku, bocah!" Teriak raja iblis Akuma murka.Dia coba menggunakan jurus pembalik energi untuk dapat melepaskan dirinya dari tangan Awan. Namun, telapak mereka seakan terkunci erat dan tidak bisa dilepaskan.Hal itu, membuat raja iblis Akuma panik.Saat ini, raja iblis Akuma bisa merasakan bahwa energi murninya sudah terkuras sangat banyak dan berpindah ke dalam tubuh Awan. Jika terus begini, justru ia yang akan mati duluan."Sialan, kamu menjebakku! Kamu ternyata memiliki jurus sesat seperti ini." Geram raja iblis Akuma dengan kebencian teramat dalam. Andai tatapannya bisa membunuh, maka Awan akan mati seketika itu juga. Tapi, sayang tidak ada yang bisa dilakukan oleh raja iblis Akuma saat itu.Raja iblis Akuma tidak kehilangan akal, ia masih memiliki senjata andalan lainnya. Jika ia tidak dapat melepaskan diri, maka ia harus melakukan sebalikn
"Seseorang? Apa maksudmu, pria tua berjubah hitam?" Tanya Awan penasaran."Iya, benar! Kamu mengenalnya?" Tanya Gundala terkejut."Iya. Dia adalah Hei An, zhansen-nya ayahku. Ceritakan padaku, bagaimana kamu bertemu dengannya? Kenapa ia tidak bersamamu sekarang?" Tanya Awan penasaran. Karena di sana ia tidak menemukan ataupun merasakan keberadaan Hei An.Sebelumnya, Awan sempat mengira jika zhansen ayahnya tersebut telah musnah. Karena, seseorang yang sudah menyempurnakan kekuatannya, maka zhansen dalam dirinya akan musnah dengan sendirinya. Spirit zhansen akan kembali ke alamnya.Mendengar Gundala menyebut bahwa Hei An menyelamatkan dan juga membantunya, hal itu membuat Awan bingung.Gundala dengan penuh semangat menceritakan pertemuannya dengan raja kegelapan alias Hei An, sampai di mana Hei An memberinya wujud pedang yang baru."Katakan padaku, apa Hei An ada pesan untukku?""Tidak ada. Dia hanya mengatakan, untuk mengatakan namanya padamu dan kamu akan mengerti." Jawab Gundala.Ke
Awan meregangkan badannya untuk melemaskan otot-otot yang kaku di tubuhnya. Ia merasa seperti telah tertidur sangat lama dan bangunnya kali ini, membuatnya merasa lebih segar dan lebih hidup. Namun, matanya sedikit berkedut ketika merasakan ada kehadiran lain yang begitu dekat darinya. Saking dekatnya, Awan bahkan bisa menicum wangi tubuhnya yang sangat memabukkan. Apalagi saat ini, ia bukan hanya sekedar menghirup wangi yang melenakan itu saja, tapi juga dapat merasakan tubuh lembut si pemilik wangi ini melekat erat di tubuhnya.'Eh, Ini bukan mimpi?'Terkejut ketika merasakan bahwa apa yang dirasakannya saat itu bukanlah mimpi, Awan segera membuka matanya.Sudut mata Awan langsung berkedut, begitu melihat sosok cantik jelita berada begitu dekat, tepat di depan wajahnya. Awan sempat melongo beberapa saat lamanya. Mengira, jika ia sedang melihat sosok bidadari. Namun, ketika kesadarannya sudah pulih sepenuhnya, Awan pun terkesiap, "Rha-Rhaysa?"Awan hampir saja melompat bangun. Namun
"Pengawalku?" Tanya Awan heran."Iya. Pengawal mas yang bernama Gundala." Ujar Rhaysa dengan santainya."Uhuk-uhuk, kamu, bisa melihat Gundala?" Tanya Awan terkejut."Iya, tentu saja. Dia berjubah hitam dan kalau dia keluar, berbentuk pedang hitam, 'kan?"Awan tercengang dengan cara Rhaysa menjabarkan Gundala dengan begitu detailnya. Itu artinya, ia benar-benar bisa melihatnya."Kami sering bicara dan kebanyakan membicarakan tentang mas. Sekarang aku tahu, kalau Gundala itu sangat setia pada mas. Jadi, aku membiarkannya tetap bersama mas untuk melindungi mas." Lanjut Rhaysa dengan ekspresi berbinar cerah.Penasaran, Awan pun menanyakan hal itu pada Gundala, "Gundala, kamu benar bicara dengan Rhaysa?"Gundala menjawab dengan malu-malu, "Benar, saudaraku.""Tapi, bagaimana bisa? Bukankah kamu selalu berada di dalam tubuhku?" Tanya Awan heran."Aku juga tidak tahu, saudaraku. Sepertinya, nyoya muda memiliki kemampuan yang unik. Dia bisa melihat keberadaanku, meski aku berada di dalam tub
"Kalau gak salah, namanya Annisa dan satu lagi Amanda.""Uhuk-uhuk.." Awan terbatuk cukup keras kali ini."Mas kenapa? Ada yang sakit?" Tanya Rhaysa dengan polosnya."Huft!"Awan harus menghela napas cukup dalam kali ini, "Tidak apa-apa, aku tidak apa-apa!" "Terus, apa yang mereka katakan?" Tanya Awan untuk mengalihkan kegugupannya saat ini."Mereka menanyakan mas dan aku menjawab sama seperti jawabanku sebelumnya. Hanya saja, mereka mengatakan kalau mereka ingin bertemu mas. Terus, juga menanyakan siapa diriku? Kenapa aku yang mengangkat ponsel mas? Mereka menanyakan apa hubunganku dengan mas.""Kamu jawab apa?" Tanya Awan gugup.Awan berharap, jika Rhaysa tidak menjawab dengan jawaban yang sama seperti saat ia menjawab pertanyaan Awan pertama kali."Aku menjawab apa adanya, kalau aku adalah calon istri mas."Gubrak!Awan merasa sebuah gunung tiba-tiba datang dari langit dan menghimpitnya seketika itu juga. Awan takut untuk membayangkan bagaimana respons Annisa dan Amanda ketika itu
Ini adalah hari yang istimewa bagi klan Sanjaya. Semua orang dalam klan bisa merasakan eforia yang besar untuk perayaan lima ratus tahun klan Sanjaya hari ini. Karena mereka tidak hanya sekedar merayakan hari jadi klan yang sudah berumur lima abad ini, tapi ini juga akan menjadi hari ucapara penobatan ketua klan ke tiga belas secara resmi. Tidak hanya kepala keluarga utama dan cabang saja yang hadir untuk menghadiri upacara sakral ini, tapi jumlah masa yang datang setelahnya juga luar biasa banyak. Semua itu, karena antusias tinggi mereka untuk menyambut pemimpin baru mereka. Jika sebelumnya, karena isu yang disebar oleh Jerry Sanjaya dan komplotannya, membuat suara di dalam klan jadi terpecah. Di mana hanya sebagian dari seluruh anggota klan yang masih mendukung Awan sebagai ketua. Sebagian lain justru memilih berada di area abu-abu dan tidak sedikit yang berpikir untuk menggunakan kesempatan itu untuk bisa merebut posisi ketua klan, sama halnya dengan pemikiran Jer
"Bibi pasti bercanda? Kami belum kawin. Bukankah butuh acara lamaran dulu, baru kami bisa kawin?" Tanya Rhaysa dengan polosnya.Awan hampir saja tersedak mendengar pertanyaan polos Rhaysa, Awan tidak mengerti buku seperti apa yang telah dibaca oleh Rhaysa sebelumnya. Awan sempat berpikir, apa ia perlu mengajarinya? Namun, ini bukan saat yang tepat untuk berpikir seperti itu."Sudah, tidak usah dibahas. Mari kita ke aula!"Charlote terkekeh dan sempat menggoda keponakannya itu terakhir kali, "Kamu pasti sempat berpikir untuk mengajari Rhaysa kawin, 'kan?""Uhuk-uhuk.." Ucapan bibinya membuat Awan tersedak."Aku tidak keberatan kalau mas Awan mau mengajarinya." Imbuh Rhaysa dengan lugunya, membuat Awan semakin panas-dingin dibuatnya.'Sial, lama-lama di sini, yang ada justru keduanya ku kawinin sekalian! Biar acara penobatannya di dalam kamar ini saja.' Pikir Awan greget....Aula di sini, sangat berbeda dengan aula yang ad
Saat itu, Charlote memberikan sebuah kotak kecil pada Awan. "Bukalah!" Ujar Charlote enteng. Saat Awan membuka kotak tersebut, di dalamnya terdapat sebuah tombol seukuran ibu jari orang dewasa. "Itu adalah emergency button." "Untuk?" "Yah, mungkin kamu sekarang belum membutuhkannya. Namun, kamu bisa menekannya saat berada dalam keadaan darurat. Nanti, akan ada ratusan pasukan gerak cepat yang selalu siap selama dua puluh empat jam penuh." "Benda ini khusus dimiliki oleh ketua klan seorang. Kamu dapat menggunakannya saat butuh tindakan cepat dan taktis." Jelas Charlote menjelaskan kegunaan benda kecil tersebut. "Jangan bilang kalau ini sama seperti cerita novel, bi? Nanti akan ada pasukan militer yang akan datang, begitu aku menekan tombol ini." Canda Awan dan menganggap konyol ada cerita seperti itu. Namun, yang tidak disangka-sangka Awan, bibinya justru mengangguk membenarkan ucapannya, "Bisa dianggap seperti