Awan meregangkan badannya untuk melemaskan otot-otot yang kaku di tubuhnya. Ia merasa seperti telah tertidur sangat lama dan bangunnya kali ini, membuatnya merasa lebih segar dan lebih hidup. Namun, matanya sedikit berkedut ketika merasakan ada kehadiran lain yang begitu dekat darinya. Saking dekatnya, Awan bahkan bisa menicum wangi tubuhnya yang sangat memabukkan. Apalagi saat ini, ia bukan hanya sekedar menghirup wangi yang melenakan itu saja, tapi juga dapat merasakan tubuh lembut si pemilik wangi ini melekat erat di tubuhnya.'Eh, Ini bukan mimpi?'Terkejut ketika merasakan bahwa apa yang dirasakannya saat itu bukanlah mimpi, Awan segera membuka matanya.Sudut mata Awan langsung berkedut, begitu melihat sosok cantik jelita berada begitu dekat, tepat di depan wajahnya. Awan sempat melongo beberapa saat lamanya. Mengira, jika ia sedang melihat sosok bidadari. Namun, ketika kesadarannya sudah pulih sepenuhnya, Awan pun terkesiap, "Rha-Rhaysa?"Awan hampir saja melompat bangun. Namun
"Pengawalku?" Tanya Awan heran."Iya. Pengawal mas yang bernama Gundala." Ujar Rhaysa dengan santainya."Uhuk-uhuk, kamu, bisa melihat Gundala?" Tanya Awan terkejut."Iya, tentu saja. Dia berjubah hitam dan kalau dia keluar, berbentuk pedang hitam, 'kan?"Awan tercengang dengan cara Rhaysa menjabarkan Gundala dengan begitu detailnya. Itu artinya, ia benar-benar bisa melihatnya."Kami sering bicara dan kebanyakan membicarakan tentang mas. Sekarang aku tahu, kalau Gundala itu sangat setia pada mas. Jadi, aku membiarkannya tetap bersama mas untuk melindungi mas." Lanjut Rhaysa dengan ekspresi berbinar cerah.Penasaran, Awan pun menanyakan hal itu pada Gundala, "Gundala, kamu benar bicara dengan Rhaysa?"Gundala menjawab dengan malu-malu, "Benar, saudaraku.""Tapi, bagaimana bisa? Bukankah kamu selalu berada di dalam tubuhku?" Tanya Awan heran."Aku juga tidak tahu, saudaraku. Sepertinya, nyoya muda memiliki kemampuan yang unik. Dia bisa melihat keberadaanku, meski aku berada di dalam tub
"Kalau gak salah, namanya Annisa dan satu lagi Amanda.""Uhuk-uhuk.." Awan terbatuk cukup keras kali ini."Mas kenapa? Ada yang sakit?" Tanya Rhaysa dengan polosnya."Huft!"Awan harus menghela napas cukup dalam kali ini, "Tidak apa-apa, aku tidak apa-apa!" "Terus, apa yang mereka katakan?" Tanya Awan untuk mengalihkan kegugupannya saat ini."Mereka menanyakan mas dan aku menjawab sama seperti jawabanku sebelumnya. Hanya saja, mereka mengatakan kalau mereka ingin bertemu mas. Terus, juga menanyakan siapa diriku? Kenapa aku yang mengangkat ponsel mas? Mereka menanyakan apa hubunganku dengan mas.""Kamu jawab apa?" Tanya Awan gugup.Awan berharap, jika Rhaysa tidak menjawab dengan jawaban yang sama seperti saat ia menjawab pertanyaan Awan pertama kali."Aku menjawab apa adanya, kalau aku adalah calon istri mas."Gubrak!Awan merasa sebuah gunung tiba-tiba datang dari langit dan menghimpitnya seketika itu juga. Awan takut untuk membayangkan bagaimana respons Annisa dan Amanda ketika itu
Ini adalah hari yang istimewa bagi klan Sanjaya. Semua orang dalam klan bisa merasakan eforia yang besar untuk perayaan lima ratus tahun klan Sanjaya hari ini. Karena mereka tidak hanya sekedar merayakan hari jadi klan yang sudah berumur lima abad ini, tapi ini juga akan menjadi hari ucapara penobatan ketua klan ke tiga belas secara resmi. Tidak hanya kepala keluarga utama dan cabang saja yang hadir untuk menghadiri upacara sakral ini, tapi jumlah masa yang datang setelahnya juga luar biasa banyak. Semua itu, karena antusias tinggi mereka untuk menyambut pemimpin baru mereka. Jika sebelumnya, karena isu yang disebar oleh Jerry Sanjaya dan komplotannya, membuat suara di dalam klan jadi terpecah. Di mana hanya sebagian dari seluruh anggota klan yang masih mendukung Awan sebagai ketua. Sebagian lain justru memilih berada di area abu-abu dan tidak sedikit yang berpikir untuk menggunakan kesempatan itu untuk bisa merebut posisi ketua klan, sama halnya dengan pemikiran Jer
"Bibi pasti bercanda? Kami belum kawin. Bukankah butuh acara lamaran dulu, baru kami bisa kawin?" Tanya Rhaysa dengan polosnya.Awan hampir saja tersedak mendengar pertanyaan polos Rhaysa, Awan tidak mengerti buku seperti apa yang telah dibaca oleh Rhaysa sebelumnya. Awan sempat berpikir, apa ia perlu mengajarinya? Namun, ini bukan saat yang tepat untuk berpikir seperti itu."Sudah, tidak usah dibahas. Mari kita ke aula!"Charlote terkekeh dan sempat menggoda keponakannya itu terakhir kali, "Kamu pasti sempat berpikir untuk mengajari Rhaysa kawin, 'kan?""Uhuk-uhuk.." Ucapan bibinya membuat Awan tersedak."Aku tidak keberatan kalau mas Awan mau mengajarinya." Imbuh Rhaysa dengan lugunya, membuat Awan semakin panas-dingin dibuatnya.'Sial, lama-lama di sini, yang ada justru keduanya ku kawinin sekalian! Biar acara penobatannya di dalam kamar ini saja.' Pikir Awan greget....Aula di sini, sangat berbeda dengan aula yang ad
Saat itu, Charlote memberikan sebuah kotak kecil pada Awan. "Bukalah!" Ujar Charlote enteng. Saat Awan membuka kotak tersebut, di dalamnya terdapat sebuah tombol seukuran ibu jari orang dewasa. "Itu adalah emergency button." "Untuk?" "Yah, mungkin kamu sekarang belum membutuhkannya. Namun, kamu bisa menekannya saat berada dalam keadaan darurat. Nanti, akan ada ratusan pasukan gerak cepat yang selalu siap selama dua puluh empat jam penuh." "Benda ini khusus dimiliki oleh ketua klan seorang. Kamu dapat menggunakannya saat butuh tindakan cepat dan taktis." Jelas Charlote menjelaskan kegunaan benda kecil tersebut. "Jangan bilang kalau ini sama seperti cerita novel, bi? Nanti akan ada pasukan militer yang akan datang, begitu aku menekan tombol ini." Canda Awan dan menganggap konyol ada cerita seperti itu. Namun, yang tidak disangka-sangka Awan, bibinya justru mengangguk membenarkan ucapannya, "Bisa dianggap seperti
"Hati-hati ya, mas! Urusan di sini biar aku dan bibi Charlote yang mengurusnya, jadi mas bisa fokus sama urusan di Hong Kong." Ujar Rhaysa ketika akan melepaskan kepergian Awan.Mereka sedang berada di Bandara khusus pulau Northbay. Rhaysa, Charlote dan puluhan kepala keluarga cabang dan utama mengantar kepergian Awan hari ini.Sebenarnya, Awan tidak ingin kepergiannya membuat heboh banyak orang. Apalagi sampai di antar secara formil dan pakai iring-iringan segala. Kalaupun ada yang mengantar, maka bibi Charlote ataupun Rhaysa saja, sudah cukup baginya.Tapi berita kepergian Awan sempat bocor dan diketahui oleh beberapa orang dan mereka pun memaksa untuk tetap mengantar kepergian Awan kali ini.Setelah Rhaysa, Charlote menghampiri Awan dan berkata, "Di Hong Kong nanti, kamu dapat menemui Jackie Chan. Dia adalah pimpinan ROB's Manufacturing. Perusahaan ini berada di bawah grup perusahaan kita. Dia mungkin bisa membantu urusanmu selama berada di Hong Kong nanti. Namun, jika itu masih ku
Setelah memastikan, jika pria yang baru saja keluar dari terminal kedatangan adalah orang yang sedang ditunggunya, Jackie segera menyambutnya. Para pengawalnya pun dengan sigap membuat barikade, agar tidak ada satupun orang yang menghalangi jalan bos mereka.Hal itu, sedikit membuat Awan kurang suka. Ia sudah menebak sebelumnya jika akan mendapat sambutan seperti ini, meski tetap tidak ada sambutan megah seperti yang ditekannya. Hanya saja, ini tetap terkesan berlebihan bagi Awan. Beruntung ia mengenakan kacamata hitam saat itu, sehingga penampilannya tidak akan terlalu terekspos."Selamat datang, bos besar! Kami sudah menanti kedatangan anda.""Mr. Jackie Chan?" Sapa Awan datar."I-iya, bos. Selamat datang di Hong Kong. Selaama anda berada di sini, saya akan...""Kita bisa langsung berangkat?" Ujar Awan langsung menyela sambutan ramah tamah Jackie Chan. Ia kurang nyaman, karena saat itu banyak mata yang sedang melihat mereka. Terutama, ada beberapa kamera yang sedang merekam momen di
Satu setengah tahun kemudian.Tiga istri Awan, Annisa, Amanda dan Calista, tampak sedang cemas menunggu di luar kamar di rumah tuo, kampung halaman Awan. Di tengah mereka, tampak dua orang balita yang sedang digendong oleh Annisa dan Calista, sementara Amanda tampak sedang bermain dengan kedua balita berjenis kelamin perempuan tersebut dengan sesekali mencubit gemas pipi keduanya.Kalian mungkin bertanya-tanya, di mana Rhaysa alias Raine? Awan belum berhasil melamarnya hingga detik ini. Awan pernah mencoba melamar Raine setengah tahun yang lalu. Hanya saja, lamarannya langsung ditolak. Ratu Samudera memberikan syarat yang sangat berat jika Awan ingin melamar putrinya, yaitu Awan harus berada di level Divine atau dewa terlebih dahulu. Hasilnya, Awan telah berjuang keras di selama berada di tanah dewa untuk terus meningkatkan kemampuannya. Meski begitu, sepertinya ia masih harus bersabar untuk bisa melamar Raine.Kembali ke ruang tamu, rumah tua Awan.Tidak sama seperti Amanda yang terl
Rombongan Cakar Hitam mencibir ucapan Awan yang dinilai terlalu berani dan tidak bercermin, siapa lawan yang akan ia hadapi. Sementara, Datuk Cakar Putih dan bangsa harimau Bukit Larangan lebih mencemaskan nasib Awan. Mereka masih mengira. jika Awan hanya mengandalkan kekuatan warisan Gumara. Itu semua tidak akan cukup untuk menghadapi Cakar Hitam. "Uda!" Andini menarik ujung baju belakang Awan dan terang-terangan menunjukkan kekhawatirannya. Namun, Awan hanya tersenyum cuek dan memintanya untuk tidak perlu khawatir. Entah karena kalimat yang diucapkan Awan padanya atau cara penyampaian dan ketenangan yang ditunjukkan oleh Awan, membuat Andini merasa jauh lebih tenang dan merasa bisa mempercayai Awan. Roaaar! Cakar Hitam melompat ke depan dan tibat-tiba saja, ia sudah berubah wujud menjadi harimau besar dengan belang hitam di sekujur tubuhnya. Untuk bisa mengalahkan Awan, Cakar Hitam sudah bertekad untuk mengerahkan seluruh kekuatan dan berubah menjadi wujud terbaiknya. Cakar H
Wajah Taring Hitam seketika memerah panas melihat sikap Andini yang dengan terang-terangan menjatuhkan dirinya ke dalam pelukan seorang pria asing seperti Awan. Ia telah mengagumi Andini sejak lama, bagaimana ia bisa menerima, wanita yang disukainya bermesraan dengan pria lain tepat di depan hidungnya? Tidak peduli, apa pria itu dicintai Andini atau tidak. Bagi Taring Hitam, hanya dialah yang pantas menjadi pasangan Andini. Dia tidak habis pikir dengan sikap bodoh Andini, bagaimana ia bisa memilih seorang pria yang bukan apa-apa jika dibanding dirinya? Dia kuat dengan seluruh tubuh dipenuhi oleh otot-otot baja. Selain itu, dia adalah seorang pangeran dengan masa depan cerah. Bersamanya, Andini pasti akan jauh lebih bahagia. Bangsa harimau rata-rata memiliki tubuh yang besar dan berotot. Sehingga melihat tubuh Awan yang biasa, membuat Taring Hitam menilainya sebagai sosok yang sangat lemah. Dengan tatapan penuh kecemburuan dan kebencian, Taring Hitam akhirnya tidak bisa lagi menaha
Tatapan Cakar Hitam menjadi dingin dan tidak lagi menunjukkan keramahan pura-puranya, "Cakar Putih, apa kamu tahu konsekuensi dari pilihanmu hari ini?" Sambil menekan rasa gugup dalam hatinya, Datuk Cakar Putih berusaha tersenyum tenang dan berkata, "Keputusan kami bersifat final dan anda bisa kembali." "Kamu?" Kilat kemarahan terbesit di mata Cakar Hitam dan tiba-tiba saja ia sudah menghilang dari tempat ia semula berdiri. Wus! Terlalu cepat! Datuk Cakar Putih terkesiap. Meski ia sudah menduga reaksi akhir dari Cakar Hitam. Namun, gerakannya terlalu cepat untuk bisa ia ikuti dan detik berikutnya, Cakar Hitam sudah muncul tepat di depan Datuk Cakar Putih dan melayangkan sebuah serangan yang tidak bisa ditahannya. Braaak. Datuk Cakar Putih tidak bisa menahan pukulan itu sepenuhnya dan membuatnya terbang membelah barisan pasukan di belakangnya. "Datuk Cakar Putih?" Pekik orang-orang tertahan dan terkejut melihat keberanian Cakar Hitam yang telah menyerang tetua mereka tepan dih
Suasana di alam bangsa harimau tampak tegang dan semua penjaga perbatasan memasang wajah serius dan penuh waspada.Awan sengaja menyamarkan penampilannya dan mengeluarkan aura harimau yang ada di dalam tubuhnya dan membuat ia berhasil membaur dengan para penduduk bangsa harimau tanpa ketahuan. Setelah kedatangannya terakhir kali ke tempat itu, Awan memiliki memori yang sangat tajam tentang semua sudut tempat ini, yang memungkinkannya bisa berpindah kemanapun yang ia inginkan.Tidak lama setelah kedatangan Awan, rombongan Taring Hitam juga datang bersama ayah, para tetua dan juga puluhan prajurit terbaik bangsanya.Taring Hitam tampak tidak main-main dengan ancamannya. Hal itu, membuat gelisah bangsa harimau yang tinggal di Bukit Larangan.Para petinggi yang dipimpin oleh Datuk Cakar Putih tampak serius membahas masalah ini di aula tetua."Datuk, kita tidak bisa membiarkan mereka mendapatkan apa yang mereka mau. Bagaimanapun, raja sedang tidak ada di sini dan kita semua berkewajiban me
Seminggu yang lalu, ada sekolompok orang asing yang datang ke Kampung Tuo. Anehnya, mereka melewati batas Kampung Tuo begitu saja dan ternyata, tujuan mereka adalah kampung mistis yang ada di Bukit Larangan, tempat di mana bangsa harimau tinggal. Kelompok ini dipimpin oleh seorang pemuda bernama Taring Hitam, putra dari raja harimau Cakar Hitam yang berasal dari gunung Medan. Tujuan mereka datang, karena Taring Hitam yang sudah cukup usia untuk menikah, menginginkan Andini sebagai istrinya. Meski mereka tahu bahwa Andini adalah pasangan yang disiapkan untuk raja. Hanya saja, bangsa harimau dari gunung Medan ini tahunya bahwa raja Gumara telah lama tiada dan tidak memiliki pewaris sama sekali. Hal itu, coba dimanfaatkan oleh Taring Hitam untuk mendapatkan Andini. Taring Hitam yang terpesona dengan kecantikan Andini, ketika berkunjung ke bukit Larangan beberapa tahun lalu, berniat menjadikan Andini sebagai miliknya dan begitu ia mencapai usia layak menikah, Taring Hitam langsung me
Fikri dan Purnama yang semula berdebat, bahkan sampai berhenti dan tercengang mendengar wanita pujaan mereka dilamar oleh pria lain, tepat di depan mereka. Bagaimana mungkin mereka menerimanya?Jika pria lainnya, mungkin akan diam. Namun, mereka tidak mungkin bisa membiarkan ada lelaki lain merebut wanita yang mereka idamkan dari tangan mereka."Hei, bung! Apa maksudmu melamar dokter Nisa siang hari bolong begini?""Apa kamu tahu, siapa dokter Annisa? Sepuluh kamu, tidak bisa dibandingkan dengan seorang dokter Nisa.""Lebih baik kamu pergi dari sini! Atau kami akan memanggil satpam untuk mengusirmu."Ujar Fikri dan Purnama yang kali ini bisa kompak. Melihat reaksi keduanya, Awan cukup terkejut dan selanjutnya justru terkekeh geli. Ia melihat keduanya tidak ubahnya seperti badut yang sedang membuat pertunjukan.Awan melirik Annisa sekilas untuk menanyakan siapa mereka dan tampak balasan wajah jengah Anisa dan ketidakberdayaannya. Annisa membisikan identitas keduanya ke telinga Awan.
Rumah sakit umum ASA.Meski terletak di lokasi terpencil karena berada di bawah kampung Tuo dan lokasi yang jauh dari kabupaten, ditambah akses jalan ke sana yang tidak selebar jalan kabupaten. Kenyataannya, rumah sakit ini memiliki fasilitas medis yang sangat lengkap dan tidak kalah dengan rumah sakit yang berstandar internasional sekalipun. Sebuah alasan yang membuat rumah sakit ini banyak dihuni oleh tenaga medis terampil dan membuat reputasinya cepat terkenal hingga ke berbagai daerah di ranah Minang. Ditambah, kepala rumah sakit dan sekaligus menjadi dokter spesialis bedah di sana merupakan seorang wanita berparas cantik dan terkenal dengan keramahannya, Dr. Annisa Azzahra, Sp.B.Meski terkenal dengan keramahannya, sebagai penanggung jawab rumah sakit, Dokter Nisa menerapkan standar tinggi bagi tenaga medis yang bekerja di rumah sakitnya. Semua itu tentu saja sepadan dengan gaji tinggi yang mereka terima selama bekerja di sana. Banyak yang memuji dan banyak juga pihak yang mera
Setelah sekian lama, Awan kembali melihat tangis mama angkatnya tersebut. Namun kali ini, bukan tangisan yang membuatnya kehilangan kembali akal sehatnya. Itu adalah tangis kerinduan dan juga kebahagiaan. Tangis kerinduan seorang ibu yang telah lama tidak berjumpa dengan anaknya. Awan membiarkan Lina menumpahkan segala tangisannya dalam pelukan Amanda seraya memberi kode pada Amanda dan syukurnya, Amanda cukup peka dengan keadaan tersebut. Ada sekitar sepuluh menit lamanya, Lina menumpahkan tangis kebahagiaannya dalam pelukan Amanda. Sampai, Lina tersadar kembali dan mengurai pelukan mereka. "Maaf ya, nak. Tante terlalu sentimentil, kamu terlalu mirip dengan..." "Tidak apa-apa, ma." Sebelum Lina menyelesaikan kalimatnya, Amanda sudah lebih dulu menyelanya. Ia sekarang mengerti alasan Awan membawanya kemari dan Amanda sama sekali tidak keberatan untuk menggantikan posisi Renata untuk sesaat dan memberi kebahagiaan untuk ibunya Renata. Selama arwah Renata masih bersamanya dahulu,