Ia seharusnya sudah berhasil membunuh madam Gao saat ini, jika ia bertarung dengan kekuatan penuh sedari awal. Namun, terlalu asik menikmati momen kemenangannya, membuat ia terlena dan membuang banyak waktu bersenang-senang.Siapa yang menyangka, jika Huo yang semula ia anggap tidak akan menjadi penghalang, justru berhasil mematahkan kutukan ditubuhnya dan kembali berjuang untuk berusaha merebut tempatnya dalam tubuh Awan.Gumara dibuat sangat kesal, tapi ia tidak dapat mengambil tindakan penuh untuk menyingkirkan Huo karena masih ada madam Gao.Yang terjadi selanjutnya, Gumara harus menahan serangan dari dua sisi, luar dan dalam sekaligus. Itu membuat kemampuannya menjadi tidak maksimal. Hal itu dimanfaatkan betul oleh madam Gao. Ia tidak menahan diri sama sekali, karena belum tentu bisa mendapatkan kesempatan seperti itu lagi. Madam Gao menjadi bersemangat dan Gumara dibuat menjadi bulan-bulanannya.Mendapat dua serangan secara bersamaan, membuat Gumara tidak tahan. Ia meringkuk d
"Nona Amanda, sebaiknya kamu tahu apa yang baik untukmu. Menyingkirlah! Ini tidak ada urusannya denganmu." Ucap madam Gao memperingatkan. Mangsanya sudah sangat lemah dan kesempatan baginya untuk bisa segera memetik kekuatan besar Gumara. Sekarang, ada Amanda yang menghalanginya, jelas itu membuat rencana madam Gao jadi terhenti sementara.Sebenarnya, ia bisa saja menyingkirkan Amanda saat itu. Meski Amanda terlihat lebih kuat dengan penampilan barunya, itu masih belum cukup untuk menjadikannya sebagai lawan yang layak bagi madam Gao. Hanya saja, madam Gao harus lebih waspada dengan kakeknya Amanda, Abimana Pitaloka yang menjadi presiden divisi zero saat ini.Menyerang Amanda, akan membuat perseteruannya dengan Abimana semakin memanas. Dengan kondisi seperti sekarang, jelas hal tersebut tidak menguntungkan untuknya.Dalam hatinya, madam Gao sedikit khawatir dengan keberadaan jenderal perang divisi zero disana. Ia menduga, jika anggota atau bahkan petinggi divisi zero lainnya juga sud
Sejurus kemudian, Amanda mengambil inisiatif menyerang terlebih dahulu ketimbang menunggu madam Gao menyerangnya pertama kali, mengingat ada Awan dibelakangnya.Amanda menyerang dengan kekuatan tempurnya Agnis yang dikombinasikan dengan kekuatan waktunya Marin, sehingga serangannya dapat bergerak 10 kali lebih cepat. Hanya saja, tanpa Amanda sadari, di sekeliling madam Gao sudah terpasang perangkap telekinesis milik madam Gao.Sehingga, meskipun tidak dapat mengikuti kecepatan Amanda, formasi telekinesisnya sudah memberi sinyal keberadaan Amanda terlebih dahulu. Sehingga, madam Gao dapat dengan mudah mengantisipasi serangan cepatnya.Bam BamAmanda harus berjibaku melawan tekanan telekinesis madam Gao. Bukannya berhasil menyerang madam Gao, Amanda kini justru dipaksa mundur karena serangan balik madam Gao.Madam Gao terkekeh menertawakan kemampuan Amanda, "Mau mencuri serang? Tidak semudah itu. Baiklah, karena kamu sudah memakai kesempatanmu. Maka, cobalah hindari ini."Bayangan tomba
Wajah Amanda menjadi pucat begitu menyadari serangannya berakhir sia-sia dan sekarang justru kekuatannya seperti tersedot keluar."Gawat, ini adalah jurus penghisap otot dan tulang." Teriak Agnis panik."Oh, tidak. Bukankah itu jurus kuno yang sudah lama menghilang?" Sahut Marin tidak kalah panik."Aku akan menahannya, biar kekuatan nona Amanda tidak tersedot oleh orang ini. Kalian temukan cara untuk melepaskan diri dari jurus ini." Metis, sang peri penyembuh tiba-tiba bersuara melihat situasi tersebut dapat membahayakan jiwa Amanda. Dalam pertempuran, biasanya yang bekerja hanya Agnis dan Merin, karena kekuatan keduanya sangat dibutuhkan saat pertempuran. Sementara Pixie dan Metis biasanya hanya pasif, karena kekuatan mereka sejatinya bukan untuk bertarung.Metis berhasil menghentikan energi murni Amanda untuk terus keluar. Namun, masalah belum selesai. Selanjutnya, berkat kerja sama antara Agnis dan Marin, mereka berhasil membalikkan efek serangan sebelumnya untuk melepaskan Amanda
Abimana tidak berharap cucunya akan bertarung dengan madam Gao, sebelum kedatangannya. Meski Amanda sudah lebih kuat setelah latihan intensifnya, Abimana menyadari jika cucunya itu masih belum layak untuk berhadapan dengan madam Gao. Terdapat perbedaan yang masih jauh di antara mereka.Abimana murka ketika melihat cucu kesayangannya itu terluka akibat serangannya madam Gao. Apalagi itu tepat terjadi tepat di depan matanya. Kobaran api tampak membumbung tinggi ke angkasa, ketika Abimana bersiap menyerang madam Gao.Itu bukan sembarangan serangan, bahkan hanya dengan menatapnya dari jarak cukup jauh, cukup untuk membuat seseorang merasakan kengeriannya."Inikah kekuatan seseorang yang hampir mencapai level immortal?" Pikir orang-orang yang menyaksikan langsung pertunjukkan kekuatan Abimana dengan perasaan ngeri. Perasaan seperti itu pula yang dirasakan oleh madam Gao, dengan separoh energinya yang tersisa, mustahil baginya dapat menahan serangan sekuat itu.Meski gugup, madam Gao tetap
Jangankan aula, bangunan utama Sanjaya yang berada dibelakangnya juga turut hancur dan rata dengan tanah. Selain dua tokoh kuat yang sedang bertarung, yang lainnya saling menarik diri dan berlindung di tempat sedikit lebih jauh.Lukman dan Amelia disisi lain, tidak diketahui bagaimana nasibnya. Mereka tersapu oleh serangan Abimana sebelumnya. Sehingga yang tampak di tempat Lukman dan Amelia bertarung sebelumnya, hanya tumpukan sisa bangunan dan tanah yang sudah menghitam akibat terbakar. Begitupun dengan Hadi, jasadnya juga sudah tertimbun oleh tanah dan juga bahan bangunan, sulit untuk dicari keberadaannya saat ini.Setelah saling bertukar belasan hingga puluhan jurus, wajah madam Gao berubah lebih pucat. Semua serangannya berhasil dihancurkan oleh kekuatan peri apinya Abimana, belum lagi serangan yang mengkombinasikan kekuatan peri api dan anginnya, membuat madam Gao semakin berada di bawah tekanan.Pada satu kesempatan, Abimana berhasil menghempaskan madam Gao ke atas tanah dan se
Madam Gao melihat itu, tidak terlihat gentar atau panik. Ia sudah menyiapkan sebuah tombak raksasa dengan daya hancur tinggi untuk menghadapinya. Ketika Abimana turun dengan sangat cepat, menyerang dengan serangan terkuatnya itu, madam Gao melemparkan tombak raksasa tersebut untuk menyongsong serangan Abimana. Abimana terlihat begitu percaya diri dan yakin akan mampu menghancurkan madam Gao dalam satu serangan tersebut. Namun, satu hal yang tidak sempat diperkirakannya, saat serangannya sudah hampir bertabrakan dengan serangan milik madam Gao. Madam Gao tiba-tiba menghilang dari tempatnya semula berdiri.Abimana terkesiap, begitu menyadari ternyata madam Gao tidak berniat menghadapinya secara langsung. Madam Gao justru melesat dengan kecepatan tinggi menuju arah lain, tentu saja yang di incar bukanlah Abimana, melainkan Amanda yang sedang menjaga Awan."Tidak! Gao, kau pengecut." Teriak Abimana cemas. Ia tidak dapat menarik serangannya ataupun mengejar madam Gao. Kalau pun bisa, sem
Abimana ketika melihat sosok pria tersebut yang semakin mendekat, tersenyum kagum. "Dia menghilang cukup lama dan ternyata kembali dengan kekuatan yang bahkan jauh melampauiku." Ucap Abimana kagum.Lain halnya dengan reaksi madam Gao, melihat pria tersebut seakan ia sedang melihat malaikat kematiannya."Ternyata dia masih hidup? Bagaimana ia bisa menjadi sekuat ini?" Pikir madam Gao antara takut dan dipenuhi kecemburuan.Pria yang menjadi pusat perhatian semua orang, terbang dengan ekspresi begitu tenang di wajahnya dan tanpa mempedulikan tatapan semua orang, ia berjalan ke arah Alexander alias An huo wang.Ya, pria tersebut adalah Kelvin Sanjaya yang sudah kembali dari segitiga bermuda. Ia berhasil melewati ujian terakhirnya di sana dan kembali dengan sosoknya yang sekarang. Seluruh tubuhnya dipenuhi oleh energi kegelapan, bahkan jubahnya terbuat dari bayangan kegelapan.Saat Kelvin sampai di dekat Alexander, ia tersenyum tenang dan berkata, "Lama tidak bertemu, saudara Ayahku."Ale