Awan beralih ke tangan kanan Eriel.Belum hilang dari rasa sakit akibat kehilangan lengan kirinya, kini Eriel terancam kehilangan lengannya yang lain. Eriel menggeleng dan memohon agar Awan tidak memotong satu lengannya yang tersisa.Slaasshhh.Teriakan kesakitan kembali menggema, memenuhi seluruh isi ruangan. Tubuh Eriel meronta dan kejang kesakitan. Eriel bahkan sudah mengotori bagian bawahnya karena saking menderitanya.Sekarang ia baru mengerti dari rasa takut yang sebenarnya, ia tidak menyangka jika musuh yang dikiranya lemah ternyata bisa bersikap sekejam ini. Wajah Eriel sudah sangat pucat karena banyak kehilangan darah.Tapi, kejam yang disangka oleh Eriel belum seberapa jika dibandingkan rasa sakit yang harus ditanggung oleh Awan karena kehilangan Mikha. Eriel hanya pelampiasan dari sebagian rasa sakit yang ia pendam jauh dalam lubuk hatinya.Awan tidak ingin penyiksaan itu berakhir dengan Eriel kehilangan kesadarannya. Karena itu, ia segera membakar bekas luka di kedua lenga
"Mereka berdua." Eriel menatap Hanna dan juga Calista, lalu kembali berkata dengan frustasi, "Mereka akan mendapat siksaan paling kejam. Mereka akan.."BaaammDuuaarrrr.Belum selesai Eriel mengucapkan kalimat terakhirnya, kepalanya langsung meledak terkena serangan api Awan. Benaknya sampai berserakan jauh dibelakang dan memenuhi seluruh lantai di belakangnya."Tidaaakk."Baik Hanna dan juga Calista sama-sama berteriak ketakutan. Mereka menatap dengan tidak percaya. Tanpa ada kesepakatan diantara mereka, tubuh keduanya jatuh merosot ke lantai. Mereka tidak percaya jika Awan benar-benar akan membunuh Eriel saat itu juga. Bahkan itu adalah pembunuhan paling brutal yang pernah mereka lihat, yang mungkin tidak akan pernah ada dalam tayangan horor manapun juga.Kondisi Hanna lebih parah dibanding Calista, saat itu pertama kalinya Hanna melihat Awan membunuh orang secara langsung. Apalagi itu dilakukan dengan cara yang begitu kejam, ia langsung pingsan. Seorang pengawal wanita dengan cepat
"Ti-tidak, aku-aku.. tidak bisa.. tolong." Calista menggeleng kuat. Ia masih berusaha menentangnya.Awan tersenyum getir dan trenyuh melihat Calista bersikeras untuk memilih perasaannya sendiri, meski disaat bersamaan ia menolak kenyataan yang sebenarnya.Awan memegang kedua pipi Calista dan menegakkan wajah Calista agar dapat menatapnya secara langsung."Cal, kamu mencintaiku?" Tanya Awan lembut.Calista mengangguk lemah dengan air mata yang sudah membasahi pipi putihnya, "Iya, aku mencintaimu." Jawab Calista tanpa keraguan sedikitpun.Awan tidak tahu apa ia harus merasa senang dengan kenyataan itu atau tidak. Tapi, ia sadar jika ia harus melakukan sesuatu. Matanya dapat menembus ke dasar hati Calista, semakin ia tahu siapa diri sejati Calista, semakin Awan tidak bisa menerima perasaan cinta Calista padanya.Awan tersenyum mesra, lalu berkata dengan lembut. Saat itu, pupil mata Awan telah berubah keemasan dan membuat mata Calista seketika terpaku menatap ke dalam mata Awan."Cal, mul
Ed dan Fane, dua dewa perang keluarga Thomas membawa dua puluh orang pasukan elit bersama mereka untuk mencari keberadaan Eriel. Mereka semua berangkat dengan menggunakan tiga mobil SUV berwarna hitam dan kedua dewa perang itu sendiri duduk di mobil kedua.Mobil mereka masih berjarak 3 kilometer lagi menjelang gerbang utama kampus JIS, saat itu sebuah tiang balok bangunan yang cukup besar melayang dari atas udara dan tepat mengarah menuju kendaraan mereka."Awas!" Teriak salah seorang dari dalam mobil mengingatkan.Mobil mereka berdecit cukup kencang karena melakukan rem mendadak dan bermanuver cepat untuk menghindari tabrakan yang sengaja di arahkan pada mobil mereka.Malang bagi kendaran paling depan, tiang bangunan tersebut tepat mengenai depan mobil. Supir dan satu penumpang disebelahnya langsung tewas seketika.Dua mobil lainnya segera menepi dan mengambil sikap waspada. Mereka sama sekali tidak menduga, jika akan ada serangan mendadak seperti ini untuk menghalangi jalan mereka.
Belum hilang keterkejutan mereka, tiba-tiba sebuah suara terdengar dari arah seberang jalan. Diatas tumpukan material, tampak duduk seorang pemuda berpakaian biasa dan mengenakan celana gombrong dengan model yang sudah ketinggalan jaman. Ia bahkan terlihat begitu santai sambil menikmati rokok nipah.Pemandangan yang aneh? Atau pemuda tersebut memang memiliki selera yang cukup jadul.Ed dan Fane langsung menatap tajam ke arah si pemuda. Di banding 9 orang mengerikan yang baru saja keluar dari dalam bangunan, jelas saja mereka lebih mewaspadai pemuda yang tampak begitu sederhana tersebut. Dengan kemampuan mereka, keduanya bahkan tidak menyadari keberadaan pemuda tersebut sebelumnya, sampai permuda tersebut bersuara barusan. Bagi seorang ahli, tidak bisanya mereka membaca dan menyadari keberadaan lawan, sebenarnya mereka sedang berhadapan dengan seseorang yang kemampuannya melebihi mereka."Siapa kalian? Kami tidak ada urusan dengan kalian." Ujar Fane datar. Mereka telah diperintahkan
Aldo melihat itu, sama sekali tidak terpengaruh. Ia berkata dengan cuek, "Pak tua, untuk terakhir kalinya ku tegaskan. Kalian semua, hanya bisa sampai disini."Mata Fane menyipit tajam memandang Aldo, Ia mendengus dingin dan berkata, "Baiklah, kamu sendiri yang memintanya."Segera, sebuah pancaran kekuatan internal sangat kuat meledak dari dalam dirinya. 18 orang pasukan elit klan Thomas bahkan dibuat mundur beberapa langkah, hanya karena ledakan energinya saja. Terlihat, kalau Fane berniat untuk langsung menghabisi Aldo dalam sekali serangan. Bagi mereka, keselamatan Eriel jauh lebih penting. Jika tidak bisa berkompromi, maka semua halangan didepan mereka akan dilibas secara paksa.Setelah menghimpun kekuatan penuh, Fane terbang dan melesat ke arah Aldo. Aldo melihat musuh menggunakan serangan terkuatnya, tidak berdiam diri begitu saja. Segera ia juga menghimpun kekuatan tenaga dalamnya, sebuah bayangan harimau tampak keluar dari auranya. Itu adalah jurus harimau yang diwariskan ole
Dua orang pria datang dari arah kampus.Gerakan mereka sangat cepat dan melayang dari atas udara, keduanya membawa sebuah bungkusan yang cukup besar dan tanpa peringatan, salah satu dari mereka melempar bungkusan berwarna hitam tersebut begitu saja ke arah Ed dan Fane.Ed dan Fane melihat bungkusan besar tersebut dilemparkan ke arah mereka, tidak menyadari apa isi di dalam bungkusan tersebut. Sehingga, reflek mereka menghindarinya dan membiarkan bungkusan tersebut terjatuh begitu saja di dekat mereka.Ed dan Fane tampak gugup dengan kedatangan dua pria tersebut, itu karena mereka menyadari jika kemampuan kedua orang tersebut tidak biasa. Baik Ed maupun Fane dapat merasakan jika kemampuan kedua pria tersebut hanya berbeda tipis dibawah mereka. Sangat tidak menguntungkan jika mereka memaksa untuk bertarung saat itu dengan adanya kedua pria tersebut.Tanpa menghiraukan keterkejutan mereka, dua pria yang merupakan bagian dari keluarga Sanjaya yang loyal pada Awan tersebut berkata dengan
Hanna mengerjapkan mata beberapa saat ketika tersadar dari pingsannya, saat itu ia menemukan dirinya sudah terbaring di atas tempat tidurnya sendiri."Kak Awan?" Sapanya lemah begitu menyadari ada orang lain barada didalam kamarnya. Lalu, ingatan tentang pembataian yang dilakukan Awan sebelumnya kembali terputar dalam benaknya.Hanna tampak masih syok ketika mengingat semua itu, ia belum bisa melepaskan bayangan mengerikan yang sudah tertanam kuat dalam memorinya. Terisak, Hanna memanggil nama Awan, "Kak, Hanna takut. Kakak... kak Awan kenapa harus membunuh Eriel?"Melihat Hanna yang masih ketakutan, Awan tersenyum lembut. Ia naik ke atas kasur Hanna dan menyandarkan punggungnya diatas kepala tempat tidur. Awan mengusap kepala Hanna lembut untuk menenangkannya, "Hanna, apa kamu takut denganku sekarang?"Hanna menggeleng lemah, "Tidak, Hanna.. hanya tidak ingin melihat kak Awan bertindak sekejam itu. Kakak terlihat seperti orang asing bagiku." Jawab Hanna jujur tapi juga sengaja memper