"Hai, Freya!" Awan melambaikan tangannya menyapa Freya.Namun,Pletak."Adaw..." Pekik Awan kaget karena tiba-tiba mendapat jitakan dari kakak sepupunya tanpa peringatan terlebih dahulu."Siapa yang mengajarimu bersikap tidak sopan begini?" Elektra melotot tajam ke arah Awan.Awan meringis sambil mengusap kepalanya, Ia tidak mengerti apa maksud kakaknya. Bukankah Ia sudah sangat sopan menyapa mereka?"Bagian mananya yang tidak sopan, Kak? Bukankah Aku sudah menyapa kalian berdua begitu masuk. Yah... meski Aku tidak mengetuk pintu terlebih dahulu. Tapi, bukankah kakak kalau masuk kekamarku juga sering begitu?" Protes Awan tidak terima."Bukan itu. Kamu menyapa Freya dengan namanya.""Loh, bukannya memang begitu harusnya. Lagian kami seusia!"Pletak."Awww... Apa lagi sih, Kak."Lama-lama Awan bisa meledak juga emosinya melihat kakak sepupunya itu yang suka main menjitak kepalanya tanpa peringatan terlebih dahulu. Bahkan terkadang Ia tidak sungkan untuk memiting kepala Awan jika moodnya
Sampai disini, ekspresi Freya berubah sedikit mendung. Ia tentu saja merasa sangat sedih saat ini, karena tidak lagi memiliki kesempatan untuk bertemu dengan Ayahnya. Namun sesaat kemudian, Freya coba tersenyum tegar dan berkata, "Aku memang sedih karena tidak bisa bertemu dengan Ayah. Tapi, sekarang Aku bahagia karena memiliki keluarga seperti kalian. Aku sangat senang bertemu dengan kalian berdua." Aku Freya tulus. Noura beranjak duduk kesamping Freya, Ia memeluk Freya untuk menunjukkan ketulusannya. Freya juga mengode Awan untuk mendekat dan tanpa sungkan meraih pemuda tampan itu untuk ikut memeluknya. Hug. "Gila! Beruntung banget hidupmu, Brother. Kenapa juga keluarga wanitamu cantik-cantik semua." Tanpa bisa ditahan, Huo langsung unjuk suara. "Sstt.. Syirik aja lu." Bathin Awan seakan tidak ingin diganggu dan menikmati momen tersebut lebih khusyuk. "Gou, bilang aja kamu keenakan diapit dua pasang gunung kembar dan kenyal-kenyal begitu." Maki Huo cemburu. (Gou - Bahasa Cina,
Tidak tahan, Awan langsung maju dan beranjak ke depan si wanita."Oh, ada pahlawan kesiangan rupanya.""Hei, apa kamu berlagak sok jagoan, bocah?"Hardik para gengster tersebut menggunakan bahasa Jepang dengan dialek Tokyo yang sangat kental.Awan tidak mengerti dengan apa yang mereka teriakkan. Tapi, Ia dapat menyimpulkan jika para perundung tersebut pasti sedang mengancamnya dan tidak senang dengan ke-ikut campurannya.Tapi, kehadiran mereka tidak membuat Awan perlu menarik perhatian lebih serius. Baginya, keempat orang tersebut tidak ada ubahnya seperti serangga. Ia tidak ingin mengotori tangannya dan membuat masalah yang tidak perlu.Apalagi tujuan kedatangannya kesana untuk mencari Mikha, selama waktu itu Ia tidak ingin menimbulkan masalah yang tidak perlu. Karena itu, Awan hanya diam dan tidak memberi kesempatan keempat orang pria tersebut untuk menganggu wanita dibelakangnya.Adapun wanita yang dilindungi Awan, sangat ketakutan Awalnya. Dia adalah seorang mahasiswa di Universit
Akhirnya dengan terpaksa, Karmen menterjemahkan apa yang diucapkan Awan. Situasinya sudah sampai seperti ini, apalagi Awan sedang berdiri didepanya untuk menolongnya. Melihat keyakinan Awan, Karmen pun akhirnya nekat. 'Biarlah yang terburuk menjadi lebih buruk', pikir Karmen membulatkan tekat.Begitu Karmen mengulangi ucapan Awan, sekelompok Gengster tersebut langsung tertawa terbahak-bahak mencemooh Awan. "Mengembalikan uang wanita ini?""Menganti gitarnya?""Mimpi, hahaha.""Jika tidak, kamu akan mematahkan tangan dan kaki kami? Hahaha... Sepertinya kamu adalah orang asing baru di kota ini." Ledek mereka bersahut-sahutan. Seseorang maju diantara mereka, mereka menepuk bahu Awan dengan sombongnya, "Bocah, begini saja. Tinggalkan semua uangmu, maka kami akan membiarkan kamu pergi. Yah, anggap saja kami masih berbaik hati untuk tamu asing seperti dirimu. Lalu wanita itu..." Lanjutnya sambil melihat Karmen dengan senyum penuh minat, "Dia akan menghibur kami berempat sekaligus. Jika k
Buk Buk BukSatu persatu mereka jatuh beriringan dalam kecepatan yang sulit diikuti oleh mata manusia biasa. Orang terakhir bahkan dihempaskan terbang sejauh sepuluh meter kebelakang.Karmen yang sebelumnya terperangah, sekarang mulutnya bahkan sampai menganga cukup lebar. Semula, Ia sudah pasrah dengan nasib sialnya. Sekarang Ia melihat sinar harapan yang sangat terang dihadapannya. Pemuda yang menjadi penyelamatnya, sangat-sangat luar biasa. Ia bahkan tidak memiliki kosakata yang lebih baik lagi untuk menggambarkan Awan dalam hatinya.Karmen tidak bisa hanya sekedar kagum sekarang, bahkan jantungnya berdebar sangat kencang. Seolah Ia sedang melihat sesosok malaikat yang datang menyapanya dengan hangat."Cepat periksa saku pakaian mereka. Ambil semua uang mereka.""Eh?"Karmen sangat bingung kenapa Awan menyuruhnya begitu, tapi Awan tidak mempedulikan kebingungan Karmen sama sekali. Ia dengan cepat memeriksa setiap kantong para preman tersebut dan menemukan uang yang lumayan banyak
Saat itu, beberapa mobil Lexus type sedan berjalan beriringan. Itu bukan sembarangan Lexus biasa yang bisa ditemu dijalanan, itu adalah Lexus tipe LS Premium. Apalagi mereka berjalan secara beriringan seperti itu.Bagi penduduk lokal Jepang, begitu melihat kendaraan tersebut diluar dan beriringan, maka tidak ada seorang pun yang akan berani menghalangi, kecuali orang tersebut sudah bosan hidup. Bahkan petugas kepolisian yang bertugas mengatur lalu lintas sekalipun, akan bersikap seolah tidak mau tahu dan menghindari untuk berhadapan dengan iringan tersebut. Itu karena semua orang sudah tahu, tipe mobil tersebut hanya digunakan oleh sebuah klan besar. Salah satu klan terkuat dan terkenal sebagai salah satu dari empat penguasa dunia bawah tanah, Klan Takeda.Saat itu, lima kendaraan yang sedang beriringan tersebut berjalan dengan kecepatan sedang. Dikarenakan jalanan masih cukup licin, apalagi semalam salju turun lumayan banyak dan menyebabkan jalanan sangat licin untuk dilalui oleh ke
Pria tersebut celingukan ke arah asal dia datang sebelumnya, khawatir jika saat itu Ia masih dikejar. Namun Ia tidak bisa serta merta bernafas lega, karena Ia tahu betapa kejam dan kuatnya pria yang sedang mengejarnya."Sa-saya tidak tahu dari kelompok mana dia berasal. Dia hanya seorang diri, tapi pria itu begitu kuat dan langsung menghajar kami semua saat kami sedang menikmati sake di dekat taman." Jawabnya berbohong.Kepala pengawal tersebut mendengus dingin, dia tidak menyangka ada seorang yang berani berlagak sok kuat menghajar kelompok gengster. Dia berposisi senior dalam klan Takeda dan tentu saja memiliki kemampuan beladiri mumpuni yang membuatnya pantas untuk menjadi kepala pengawal nona mudanya.Berdasarkan pengalamannya, dia tidak bisa menganggap seseorang benar-benar kuat sebelum melihat langsung kemampuannya atau bahkan mengujinya secara langsung. Apalagi, saat itu Ia dapat mencium bau minuman yang cukup kuat dari tubuh pria anggota klan Maki tersebut.Bisa disimpulkan, j
Elisa sempat bingung sesaat, Ia dengan cepat memahami situasi yang sedang terjadi. Ia dapat melihat, jika Awan tampaknya sedang mengejar seseorang yang sekarang berdiri dibalik pasukan pengawal klan Takeda, dalam keadaan ketakutan dan terluka. Dari situasinya, jelas Awan sedang berurusan dengan pria tersebut.Jika Ia mengatakan kalau Ia mengenal Awan, itu akan dapat membuat hubungan yang canggung antara dirinya dengan Inoue. Apalagi mereka saat ini, mereka akan membahas beberapa kerja sama bisnis, hal itu akan berimbas buruk pada hubungan dagang mereka.Elisa adalah wanita yang cerdas, disaat genting sekalipun Ia dapat memilah peluang yang paling menguntungkan untuk diambilnya.Ia berkata dengan tenang, "Ya, kami pernah bertemu sekali. Tapi, hanya sebatas kenalan biasa.""Yakin hanya kenalan biasa? Kulihat dia cukup ganteng kalau hanya dijadikan sebatas kenalan biasa." Sahut Inoue bermaksud menggoda Elisa.Tidak salah jika Inoue bicara seperti itu, karena Awan memiliki keunggulan di p