"Lupakan sedikit tentang pekerjaan dan bersenang-senanglah, tuan muda."
"Pfft.." Awan sedikit tersedak dan tertawa masam mendengar saran sederhana Zack.
"Anda terlalu banyak menghabiskan waktu untuk kemajuan perusahaan, tidak ada salahnya sesekali anda menikmati masa muda dan bersenang-senang diluar sana." Zack tidak takut jika dianggap lancang menyarankan itu padanya, justru Ia memberanikan diri bicara seperti itu karena kedekatan mereka selama ini.
Awanpun terlihat biasa dan tidak marah karena ucapan Zack barusan.
"Kata Susan, Anda hanya menghabiskan kurang dari seratus juta setiap bulannya. Saya bisa dimarahi Tuan Kelvin karena disangka tidak melayani anda dengan baik." Lanjut Zack dengan sedikit bercanda sambil menatap Awan yang duduk tidak jauh darinya.
Tapi begitulah kenyataannya, Awan menghabiskan sangat sedikit uang dimana jumlah itu tidak bernilai apa-apa untuk orang sekelas dirinya.
Itupun digunakannya, sebagian besar untuk kegiatan sosial atau siapapun yang kebetulan ditemuinya sedang kesusahan. Padahal direkeningnya, uang dalam jumlah T tak berseri angkanya, belum ditambah dengan rekening luar negerinya yang berjumlah ratusan juta dolar.
"Yah, betul katamu paman.." Ujar Awan mengaminkan ucapan Zak.
'Bersenang-senang,, masa muda,' Awan sadar, saat ini usianya akan beranjak 22 tahun beberapa bulan lagi. Dia teringat dengan teman-teman sekoahnya dulu, yang mungkin sedang berkuliah di kampus pilihan mereka masing-masing.
"Saat ini yang terpikir olehku, ingin kuliah.."
"Kuliah ?" Jujur Zack sedikit heran, semula dia tidak menyangka begitu. Maksudnya menyuruh Awan bersenang-senang memang dalam artian yang sebenarnya. Menghabiskan uang layaknya orang kaya lainnya atau bisa bersenang-senang dengan wanita kaya manapun yang disenanginya. Justru Awan memikirkan hal lain dalam mendefinisikan kata 'senang-senang' yang dimaksudnya. Tapi, seorang Awan tetaplah Awan. Bahkan seorang Zack pun tidak akan berani untuk membantahnya.
"Kenapa Paman, ada yang salah ?"
"Oh tidak, tuan muda. Tentu saja saya senang jika itu pilihan anda. Silahkan tunjuk saja, kampus mana yang anda inginkan. Saya bisa memasukan anda kesana." Jawab Zack gugup.
"So, ada pilihan apa yang saya punya Paman Zack ?"
"Semua kampus bebas, tuan muda. Anda tinggal tunjuk saja. Saya akan mengurusnya untuk anda."
"Baiklah, kalau begitu saya serahkan pada Paman. Kirimkan saya lisnya."
"Baik, tuan muda. Saya akan memerintahkan Susan untuk mengemailkan daftar Universitas terbaik untuk tuan muda."
"Oke, kalau begitu saya serahkan pada paman. Saya harus balik dulu untuk beristirahat." Ujar Awan berdiri dari duduknya.
Zack pun tau diri dan membungkuk hormat pada bos nya tersebut. Seperti biasa, Ia tidak mengantar Awan turun ke parkiran karena tau pemuda itu sangat tidak suka dengan formalitas berlebihan dan memilih semuanya berjalan normal dan biasa.
***
Sementara itu, hari masih menunjukan pukul 5.00 pagi di salah satu Apartemen Elit, Emeral City. Mentari pagi bahkan masih belum bangun dari peraduannya.
Awan tampak memandang jauh ke luar kaca transparan di hadapannya, yang menampakan seluruh pemandangan kota Jakarta dengan sangat jelas dari tempatnya berdiri saat ini. Tidak heran, karena Ia berada di ruangan tertinggi Apartemen termewah Ibu Kota tersebut. Dimana gedungnya terdiri dari 55 lantai, dimana setiap lantainya menunjukan kelas penghuninya. Lantai 1-10 terdiri dari 10 unit, semakin tinggi lantai semakin sedikit unit disetiap lantainya. Khusus 5 lantai teratas, hanya di peruntukan untuk kalangan atas dari kelas tertentu saja.
Melihat kelasnya, jelas penghuni Apartemen disana bukan orang sembarangan. Unit termurah saja dilantai 1 paling rendah bernilai 10 miliar. Tidak bisa dibayangkan jika berada dilantai atasnya.
Sebuah tubuh mulus dan polos baru saja menggeliat dan terbangun dari tidurnya, begitu melihat Awan tidak ada di sampingnya dan menemukannya sedang berdiri tidak jauh dari jendela.
Sosok bidadari dengan tubuh sempurna tersebut meraih kimononya yang terjatuh kelantai akibat percumbuan panas mereka semalam. Begitu Ia menutupi tubuh indahnya, walau Ia sekedar mengikatnya dan tak menutup dengan sempurna. Ia berjalan pelan mendekati Awan, mengulurkan tangan ke depan dan memeluk dari belakang lelaki yang selalu membuat setiap kebanyakan wanita bermimpi untuk bisa menjadi pasangannya.
"Kenapa terbangun begitu cepat ?" Suara lembut pemilik tubuh semampai tersebut bertanya dengan pelan sambil menempelkannya wajahnya di pundak Awan.
"Hmnnn tidak apa-apa."
"Tidak ada apa-apa ? Awan, Kita sudah bersama selama hampir 3 tahun. Aku tahu pasti ada menganggu pikiranmu saat ini." Cecar gadis itu.
Benar, waktu 3 tahun membuatnya banyak mengenal siapa Awan yang sebenarnya. Pemuda maskulin tersebut mungkin terlihat selalu tersenyum dan sempurna di depan semua orang, tapi wanita itu jelas paling tahu kalau Awan tidaklah setenang yang terlihat di permukaan.
Saat sendiri, Ia terlihat sering melamun dan larut dengan pikirannya sendiri. Apalagi kalau bukan peristiwa beberapa tahun lalu. Dimana Ia harus kehilangan Ren dan juga Ibunya. Itulah yang membuat Awan sampai mencurahkan semua emosinya pada pekerjaan dan menggerakkan sekelilingnya begitu pesat, tapi wanita yang sedang memeluk dada bidangnya yang masih terbuka itu tahu kalau Awan sendiri justru tidak bergerak kemanapun sejak hari itu.
Kehilangan tersebut seperti meninggalkan lubang yang terlalu dalam, tidak ada siapaun yang bisa mengisi kembali lubang tersebut. Bahkan tidak dirinya, Ia sadar akan hal tersebut. Sehingga yang bisa dilakukannya, hanya mengalihkan kesedihan pemuda itu sejenak.
Itupun sudah membuat dirinya puas, begitulah setidaknya cara dirinya mencintai Awan.
"Tidak ada apa-apa, Mika. Sungguh!"
"Saat ini, Aku memikirkan tawaran Paman Zack padaku sore kemarin." Lanjut Awan sambil membalikan tubuh dan menatap mata indah Mika. Sebenarnya, matanya sedikit nakal menatap penampakan indah yang terbuka di balik Kimono. Tapi, Ia tidak punya waktu banyak karena sebentar lagi Ia harus segera berangkat kerja. Begitupun dengan Mikha yang harus pergi kuliah.
Lagian semalam penuh mereka sudah menghabiskan waktu indah bersama.
"Memangnya Paman Zack menawarkan apa ?"
Mika penasaran, penawaran apa yang membuat Awan sampai perlu memikirkannya.
"Bukan sesuatu yang spesial sih. Paman Zack menawarkanku untuk bersenang-senang. Lalu, terlintas dipikiranku jika itu perlu juga. Dan, Aku memikirkan tentang... kuliah."
Mata Mikha berbinar senang begitu mendengar penuturan Awan. Itu artinya Awan sudah mau membuka diri dengan dunia luar dan beranjak dari kesedihannya.
"Hei, kenapa ? Aku masih muda, mau 22 tahun." Kata Awan dengan raut muka masam.
"Hehehe, bukan begitu. Aku senang kamu mau kuliah. Dimana ?"
"Ada beberapa pilihan, semalam Mrs. Susan sudah mengirimkan kampus mana saja yang bisa Kupilih nantinya."
Mendengar itu, Mika semakin gembira, "Kalau begitu, kenapa tidak dikampusku saja ?" Ujarnya menawarkan. Bukan pilihan yang buruk, karena Mika kuliah di kampus Negeri terbaik di Negeri ini. Berkat bantuan Awan yang dulunya memaksa Mika mengambil ujian paket B, lalu merekomendasikannya untuk masuk universitas tersebut.
"Yah, Kamu tahu sendiri. Aku tidak terlalu suka yang terlalu ribet. Lagian, kampusmu cukup jauh dari kantor, akan merepotkan kalau harus bolak balik nantinya."
Mikha sedikit cemberut, karena tidak bisa kuliah bareng Awan. Bukankah akan lebih menyenangkan jika mereka berdua bisa menghabiskan waktu lebih banyak bersama. Tapi pertimbangan Awan sangat masuk akal. Kalau Ia harus bolak balik antara kampus dan kantor, itu akan memakan waktu. Belum lagi, Jakarta yang terkenal akan kemacetannya. Itu akan menyita waktu cukup banyak.
"Kalau begitu, kenapa tidak JIU aja.. Bukankah itu cukup dekat." Usul Mikha.
JIU atau dikenal Jakarta International University adalah kampus elit yang diisi oleh anak-anak orang kaya, selebritas dan anak para pejabat tinggi saja. Disamping statusnya sebagai kampus elit, biaya kuliah disana tidak main-main besarnya. Jika anda bukan orang kaya maka pastinya orang-orang pintar yang mendapat beasiswa khusus saja yang bisa kuliah disana. Jelas, hal tersebut bukan masalah bagi seorang Saktiawan Sanjaya, karena kampus tersebut juga masuk dalam list yang diberikan oleh Mrs. Susan sekretarisnya Zack semalam.
"JIU yah, rasanya Aku bisa memilihnya." Ucap Awan tersenyum cerah dan telah menentukan kemana pilihannya.
"Tapi sebelum memutuskan kuliah disana, apa anda tidak ingin mengulang kencan panas kita semalam, tuan muda Sanjaya ?" Goda Mikha lagi sambil melepaskan pelan ikatan kimononya dengan gaya yang sangat menggoda.
"Yah, tapi aku harus masuk kerja sebentar lagi." Awan memasang wajah pura-pura tidak berminat.
"Yahhhh..." Mikha memasang wajah cemberut dan berbalik pelan kearah kamar mandi karena godaannya tidak dianggap oleh Awan.
Namun baru beberapa langkah kaki indahnya berjalan, Ia terpekik kaget.
"Aaaaaahh.. Awan apa yang kamu lakukan ?" Pekiknya, Awan tiba-tiba mengendongnya menuju pintu kamar mandi.
"Tapi, Aku bisa menghabiskan beberapa menit untuk membuatmu berteriak keenakan nantinya."
"Hahaha.. Kamu nakal sekali tuan muda Sanjaya.." Mikha tertawa bahagia.
Awan baru saja selesai ganti pakaian begitu Mikha masuk ke dalam kamar apartemennya, sementara diatas kasur mewahnya masih berserakan belasan stel pakaian yang baru saja datang, dikirimkan oleh kurir salah satu toko online.Melihat pakaian yang dipakai oleh Awan, lalu pandangannya tertuju pada pakaian yang masih dalam bungkusan diatas kasur, tak ayal membuat kening Mikha berkerut dengan alis terangkat karena saking herannya.Bagaimana tidak ?Jika pakaian yang terpampang didepannya sangat tidak pas untuk seorang Awan, sehingga membuat dirinya tidak tahan untuk berkomentar."Awan, yang benar saja kamu mau pake ini buat kuliah ?" Tanyanya seolah tak percaya."Hehehe, kenapa ? Bagus kan
"Tuan Muda, maaf tadi saya kebelakang. Tuan muda mau keluar ya ?" kata Pak Bahar supir pribadi Awan yang baru saja tiba dari arah belakang mereka. "Oh tidak usah pak. Saya mau bawa motor saja. Ada yang bawa motor gak ? Saya pinjem dulu." Jelas semua orang pada melongo seakan tidak percaya, mereka sempat mengira salah dengar kalau sangbig bossakan meminjam motor. "Eh, motor bos ?" Tanya Yunfa memastikan. "Iya, ada ?" Melihat Awan yang serius, jelas saja kalau Ia sedang tidak bercanda. "Bawa motor saya aja kalau gitu bos." Yunfa menawarkan dengan semangat.
Jika Awan masih orang yang sama ketika Ia pertama kali menginjakkan kaki di Ibu Kota, mungkin sekarang Ia benar-benar akan terlihat layaknya orang bodoh yang sedang tersesat. Tapi Awan yang sekarang jelas sudah jauh berbeda. Ia bukan orang gaptek lagi dengan hp jadul yang akrab dengan museum lawas. Melaluismartphoneditangannya, Ia dengan mudah mengakses seluruh denah gedung tempat perkuliahannya. Sehingga dengan mudah mengetahui dimana kelas yang harus ditujunya saat itu. Namun keasikan melihathandphone, ada seorang wanita dengan setelan formal namun berkelas serta kecantikan yang elegan, sedang berjalan terburu menuju kelas tempatnya mengajar, dan... Buugghhh Tubuh semampai tersebut terlambat b
"Maaf Bu, saya terlambat. Boleh saya masuk ?" Tanya Awan coba seramah mungkin. "Ka-kamu mahasiswa disini ?" Tanya Calista lebih kaget lagi. Suatu hal yang tidak terduga, pria yang ditabraknya tadi adalah mahasiswanya sendiri dan pria itu telah memeluk dirinya. Walau itu terjadi karena kecelakaan, membuat Calista salah tingkah dan wajahnya semakin memerah karena malu. Namun cepat-cepat, ia menguasai keadaan kembali dan menganggap kejadian sebelumnya adalah hal yang biasa dan cuma kecelakaan. Untuk menutupi gugupnya, Ia mempersilahkan Awan untuk masuk ke dalam ruang kelas. "Eh, iya.. Silahkan." Calista bergeser kesamping untuk memberi jalan. Awan juga tidak menyangka s
Tapi mau mengejar Awan dan membuat perhitungan jelas tidak mungkin, mereka akan semakin mempermalukan diri mereka sendiri dengan membuat ribut dengan mahasiswa kasta rendah seperti Awan dan ketiga sahabatnya ditempat umum seperti ini. Sehingga Seila dan kawan-kawannya hanya bisa menyimpan dendam dihati saat ini. 'Awas kalian, ini belum berakhir.' Begitulah kira-kira arti tatapan mereka ketika melihat Awan yang sudah duduk di meja mereka. Awan mengerti jika teman-temannya itu pasti akan sungkan untuk memesan makanan, melihat dari cara mereka yang begitu canggung untuk berada didalam kantin tersebut. Sehingga dari awal Awan sudah mengingatkan untuk tidak ragu memesan apapun yang mereka inginkan. Keraguan Awan terbukti, walau ketiganya tampak tergoda melihat daftar menu yan
Jika ada orang yang paling dibenci oleh seorang Ardi saat ini, maka Ia adalah Awan. Mahasiswa baru yang telah membuatnya sampai kehilangan muka didepan penggemarnya langsung. Bermaksud untuk menjadikan Awan sebagai objek tertawaan di chanelyoutubenya, justru malah berbalik jadi tamparan memalukan baginya. Bagaimana tidak ? Kaum Aiden tersebut seharusnya jadi bahan tertawaan bagi Ardi dan para penggemarnya, urung jadi tertawaan justru Ia sendiri yang jadi bahan cemoohan penonton. Aiden yang identik dengan mahasiswa miskin tersebut beneran mampu membayar makanan mereka yang harganya tidak sedikit. Bahkan seorang pegawai negeripun akan menguras gaji 1 bulan mereka untuk membayar tagihan makan sebanyak
"Pft, hanya 15 detik." Si gadis terlihat kesal. Sekarang Ardi yang terlihat pucat ketakutan. Bagaimana mereka begitu sial bisa bertemu dengan gadis ini ? Kecantikannya benar-benar menipu. "Loh, katanya mau mengoyak tubuhku ? Mau ngasih sama anjing jalanan kalau kalian sudah puas ? Bahkan untuk pemanasanku aja kalian berempat gak punya kemampuan. Dasar lelaki loyo!" Wajah Ardi dan ketiga temannya terlihat pias, mereka bahkan tidak mampu untuk mengangkat wajahnya apalagi untuk menjawab hinaan gadis tersebut. "Woi kalian kenapa kok lama banget sih? Cuma ngancurin motor aja..." Dari belakang terdengar suara teman Ardi yang tadi bertugas berjaga dari luar. Tapi ucapannya langsung ter
Walau sedikit terpaksa dan tidak suka, mereka tetap melakukannya. Itu karena Rachel adalah kakak tingkat mereka dan juga statusnya sebagai anak Menteri. Siapa yang berani menentang perintahnya ? "Tidak aktif, Kak." "Nomor teman-teman Ardi biasa nongkrong juga gak ada yang bisa dihubungi satupun, Kak." Kenapa nomor mereka bisa tidak aktif disaat bersamaan ? Semula tidak ada yang memikirkannya, tapi ketika nomor Ardi dan semua temannya tidak bisa dihubungi. Apa yang sedang mereka lakukan ? Disaat bersamaan Seila malah memikirkan hal lain, apa Ardi sengaja menon-aktifkan nomornya karena Ia sedang melakukan rencana mereka ? Jika benar begitu, makai Seila tidak akan bicara sedi
"Guysss, kangeenn." "Iya, gue juga kangen ma kalian semua." "Hmn, tidak terasa waktu lima tahun begitu cepat berlalu." "Iya, gue sudah gak sabar menunggu seminggu lagi. Rasanya, kalendernya pengen gue sobek biar bisa segera bertemu kalian semua." Dalam video call tampak 7 orang, yang terdiri dari lima wanita dan dua pria saling melepas rindu satu sama lain. Suasana tampak begitu ceria dan penuh kehangatan. "Novi, dari tadi diam aja. Mentang-mentang sebentar lagi mau jadi jaksa." "Iya, kah? Pantesan Shiren dari tadi juga ikutan kalem banget, gak kayak biasanya." "Loh, Siska, lu gak tahu kalau Shiren sebentar lagi bakal jadi 'ibu' jaksa?" "Vebyyy, ember deh." "Hahaha, orangnya ngamuk. Biar yang lain pada tahu, Ren." "Tapi, gak gitu juga kali! Ah, lu juga sih. Jadi, gak surprise kan." "Hem-hem, jadi cinta lama bersemi kembali nih ceritanya." "Hahaha, lagian siapa yang bisa menolak pesona seorang jaksa sih?" "Ih, jadi karena itu Novi bawaannya kalem sekarang." "Hahaha, tidak
Keesokan harinya.Itu adalah hari yang dipenuhi kesedihan dalam klan Sanjaya. Madam Chiyo memimpin acara pemakaman hari itu. Ribuan orang dari klan Sanjaya dan klan Atmaja memadati hampir seluruh area pemakaman. Pemakaman seluas dua puluh hektar tersebut, tampak menjadi lebih kecil karena saking banyaknya orang yang hadir untuk menghadiri acara pemakaman masal hari itu.Mereka yang hadir disana hanya dari klan Sanjaya dan Klan Atmaja saja, dan beberapa lainnya dari kenalan terdekat mereka. Sesuai ramalan nenek Chiyo sebelumnya, pertempuran sehari sebelumnya telah menelan banyak korban nyawa. Jadi sangat wajar, semua orang tampak begitu sedih dan merasa kehilangan dengan banyaknya korban yang berjatuhan. Tidak termasuk orang-orang Sanjaya yang berkhianat, karena mereka semua di urus oleh pihak divis zero dan militer.Saat semua orang sedang berduka, sekelompok orang baru datang meminta ijin pada penjaga yang berjaga di luar gerbang pemakaman. Sekelompk orang ini dipimpin oleh pange
Saat ia melangkah semakin jauh ke dalam alam jiwa Awan, ia menemukan sebuah tempat yang sangat gelap. Itu adalah satu-satunya tempat yang belum dilewatinya, Renata merasakan perasaan yang sangat kuat, jika Awan berada didalam sana. Renata coba mendekati tempat itu. Benar saja, ia mendapati Awan berada di dalam sana dalam keadaan terbelenggu. Lebih tepatnya, ia telah membelenggu kesadarannya sendiri. Kehilangan Angel dan juga bayi mereka, membuat pukulan yag sangat besar bagi mentalnya. Awan merasa semua itu adalah kesalahannya, karena itu ia menghukum dirinya sendri dan telah siap mati demi menebus kesalahannya tersebut. Renata ingin masuk ke dalam sana. Hanya saja, tempat itu seperti menolak kehadirannya. Renata coba berteriak sekeras yang ia mampu, namun suaranya tidak bisa tembus ke tempat Awan berada. Tidak peduli, sekeras apapun Renata berusaha. Renata menangis disana, sambil terus memanggil nama Awan. Ia tidak tahan melihat Awan menyiksa dirinya sendiri dengan menanggung s
Selain itu, ia juga telah berikrar untuk menanti Awan saat terakhir pertemuan mereka. Tapi hanya sebatas itu, tidak ada pernyataan yang menunjukkan bahwa hubungan mereka lebih dari sekedar teman.Annisa dengan malu-malu menjawab, "Kami... hanya sekedar teman dan kebetulan berasal dari kampung yang sama.""Oh." Gumam Amanda singkat. Meski tampak ragu dengan jawaban itu, karena Annisa tampak berpikir lama sebelum menjawabnya. Namun, Amanda tidak menampik kalau ia merasa lega setelah mendengar hal itu langsung dari mulut Annisa."Kalau kamu... Kamu ada hubungan apa dengan Awan? Bagaimana bisa kamu membawanya dan datang dengan cara yang 'mengejutkan' seperti tadi?"Giliran Amanda yang jadi salah tingkah dengan pertanyaan balik Annisa. Ia bingung bagaimana harus menjelaskan hubungan mereka. Keluarganya dan Ayah Awan jelas sudah membuat kesepakatan atas pertunangan mereka dan sampai detik ini ketika melihat seluruh perkembangan Awan dan juga menyaksikan kekuatannya, Amanda tidak memungkiri
30 menit sebelumnya.Amanda tidak mengerti alasan kenapa dokter wanita berkerudung di depannya itu, sampai bisa memegang segel terakhir dalam tubuh awan.'Apa hubungan Awan dengannya?'Ketika melihat betapa khawatirnya wanita yang di name tagnya itu tertulis nama 'Annisa Azzahra' tersebut pada Awan, membuat Amanda bertanya-tanya, jika hubungan keduanya pasti bukan sekedar hubungan biasa.Butuh waktu yang sangat lama bagi mereka, sampai akhirnya segel dalam tubuh terlepas. Proses tersebut pasti tidak mudah, karena begitu segel tersebut terlepas sepenuhnya dari dalam tubuh Awan, dua energi yang sebelumnya masih berada di dalam tubuh Awan, jadi menghilang sepenuhnya.Pastinya itu sangat melelahkan, terutama bagi Annisa. Tubuhnya tampak berkeringat dan pijakannya beberapa kali tampak goyah. Meski begitu, ia terlihat tidak ingin menyerah sedikitpun dan tetap berjuang untuk menyelesaikannya. Amanda juga tidak mengerti bagaimana cara Annisa melakukannya. Karena yang tampak di matanya, Annis
Mendengar pertanyaan itu, Kelvin hanya bisa tertawa pahit, "Sayangnya tidak bisa.""Kakak, apa itu artinya kami tidak akan pernah bertemu denganmu lagi?" Tanya Charlote syok.Ternyata itu adalah hari terakhir mereka bisa bertemu dengan Kelvin Sanjaya.Kelvin kembali hanya sebentar, untuk membantu Awan terakhir kalinya. Setelah itu, ia mempercayakan masa depan klan Sanjaya ditangan anaknya. Meski begitu, tidak nampak sedikitpun keraguan atau kekhawatiran di wajah Kelvin. ...Berkat campur tangan divisi zero dan juga militer, semua kekacauan tersebut berhasil di sembunyikan. Selanjutnya, peta penguasa di negeri ini pun mengalami perubahan yang sangat besar, setelah tujuh keluarga naga dikeluarkan setelah bukti keterlibatan mereka dengan organisasi ilegal the shadow begitu jelas, selanjutnya tujuh keluarga naga ini dimasukkan ke dalam daftar hitam dan tentu saja harus menerima hukuman sesuai hukum yang berlaku. Aset mereka disita sepenuhnya oleh negara, meski itu hanya berlaku untuk di
"Kakak, apa yang terjadi padamu sebenarnya" Tanya Charlote heran."Tidak ada yang perlu dikhawatirkan tentang apa yang terjadi padaku, dik. Sekarang, keluarga ini butuh kamu. Aku sudah mewariskan posisiku pada Awan, dialah yang bertanggung jawab terhadap keluarga kita di masa depan. Karena itu, aku butuh kamu untuk membimbingnya."Begitu mendengar Kelvin menyinggung tentang Awan, Charlote baru sadar jika sedari tadi ia tidak melihat ada Awan di sana."Sekarang Awan dimana? Kenapa Aku tidak merasakan keberadaannya?"Kelvin tersenyum tipis dan berkata, "Ia berada di tempat yang aman. Nanti, kamu dapat bertanya pada paman Abimana dimana Awan. Sekali lagi, aku butuh kamu dan yang lainnya untuk membimbing Awan dalam memimpin keluarga kita."Charlote melihat Kelvin lebih dalam, ia merasa perasan tidak nyaman. Terutama karena ucapan Kelvin yang seolah menyiratkan sedang memberikan wasiat terakhir untuknya."Kakak, apa maksudmu? Bukankah kamu bisa melakukannya? Kenapa aku merasa kamu akan per
Saat madam Gao melarikan diri setelah dibiarkan pergi oleh Kelvin sebelumnya. Ternyata para pengikutnya juga ikut melarikan diri ke arah lain, karena merasa pemimpin mereka sudah kalah. Sehingga, mereka juga berusaha untuk menyelamatkan diri mereka masing-masing.Kelvin melirik Abimana sejenak, lalu menjawab pertanyaan Lin, "Tidak udah! Divisi Zero akan mengurus sisanya. Dengan apa yang terjadi hari ini, mereka tidak mungkin lagi berani menginjakkan kakinya di Negeri ini. Bukankah begitu, paman Abimana?"Abimana sambil mengusap jenggotnya, mengangguk setuju dan membenarkan pernyataan Kelvin. "Benar, bukti persekongkolan tujuh keluarga naga dengan the shadow sangat jelas. Segera, negara akan memasukkan nama mereka ke dalam daftar hitam."Tidak berhenti sampai disitu, Abimana segera menambahkan, "Serta.. semua aset mereka akan disita oleh negara."Kening Kelvin dibuat berkerut, ia sama sekali tidak menyangka jika Abimana telah merencanakan ini semua. Semula, ia sudah berencana untuk men
Kelvin melakukan persis seperti janjinya pada Huo, mengirim Awan langsung pada Annisa. Hanya saja, Kelvin sengaja tidak pergi bersama mereka karena berbagai pertimbangan. Untuk menjaga kondisi Awan tetap stabil saat pembukaan penuh segel yang terdapat dalam dirinya, butuh seseorang yang cukup kuat, Amanda adalah orang yang cocok untuk tugas seperti itu."Kemana mereka perginya?" Tanya Abimana penasaran begitu melihat cucunya dan juga Awan tiba-tiba menghilang, setelah sebelumnya Kelvin sempat menjelaskan apa yang harus dilakukan oleh Amanda ketika bertemu wanita yang dapat membuka segel Awan. Hanya sebatas itu, Kelvin tidak menjelaskan lebih banyak.Apalagi ketika mereka menghilang, Kelvin ternyata tidak ikut pergi bersama mereka.Kelvin batuk-batuk sejenak dan bersikap seolah semuanya berjalan normal, "Hmn, tidak apa-apa, paman. Mereka masih di kota ini, tenang saja! hahaha!""Benarkah?" Tanya Abimana ragu, "Lalu, kenapa kamu tidak ikut bersama mereka?""Yah... tentu saja karena masi