"Maaf Bu, saya terlambat. Boleh saya masuk ?" Tanya Awan coba seramah mungkin.
"Ka-kamu mahasiswa disini ?" Tanya Calista lebih kaget lagi.
Suatu hal yang tidak terduga, pria yang ditabraknya tadi adalah mahasiswanya sendiri dan pria itu telah memeluk dirinya. Walau itu terjadi karena kecelakaan, membuat Calista salah tingkah dan wajahnya semakin memerah karena malu. Namun cepat-cepat, ia menguasai keadaan kembali dan menganggap kejadian sebelumnya adalah hal yang biasa dan cuma kecelakaan.
Untuk menutupi gugupnya, Ia mempersilahkan Awan untuk masuk ke dalam ruang kelas.
"Eh, iya.. Silahkan." Calista bergeser kesamping untuk memberi jalan.
Awan juga tidak menyangka sama sekali, ternyata wanita yang tadi menabraknya adalah dosennya sendiri.
Giliran Mahasiswa lainnya yang melongo seolah tidak percaya bahwa Bu Calista yang mereka kenal sangat disiplin dan keras dengan aturan selama ini, membiarkan mahasiswa itu masuk begitu saja tanpa memarahinya sama sekali, 'kok bisa?'
"Mahasiswa kelas kita? Apa dia mahasiswa pindahan ?"
"Iya, ini sudah seminggu tahun ajaran baru. Dia baru masuk sekarang ?"
"Benar, Gue bahkan gak pernah lihat wajahnya selama orientasi maba."
Terdengar bisikan dari beberapa Mahasiswa.
Awan sedikit bingung ketika melihat kursi yang sudah penuh dan hanya menyisakan 1 kursi kosong dibagian sudut paling belakang.
"Silahkan duduk." Perintah Calista dari belakangnya.
Mau tidak mau Awan pun melangkah ke arah tempat kosong tersebut.
"Hahaha, akhirnya kita punya tambahan aiden baru."
Awan menatap heran kearah sumber suara, ternyata itu adalah wanita yang sama, yang mengata-ngatainya tadi di parkiran.
'Aiden baru? Apa itu semacam ejekan ?'
Namun belum sempat Awan bertanya apa maksudnya, terdengar seorang cowok lainnya ikut mengamini ucapan Seila.
"Oi, kuliah yang baik ya, Aiden! kalau lu patuh ma kita, tar gue kasih fulus buat beli cemilan."
Ucapannya sukses disambut tawa oleh yang lainnya. Awan menyimpulkan jika arti aiden pasti berkonotasi negatif yang biasa jadi bahan tertawaan mereka.
Jujur Awan mulai merasa risih dengan cara sambutan 'teman-teman' barunya yang terlihat begitu sombong, tapi sebelum Ia sempat membalasnya, Calista sudah bersuara lantang duluan.
"Ardi, siapa yang memberi kamu hak bicara dikelas saya? Kamu juga Seila?"
Ucapan Calista sebenarnya dengan nada biasa, tapi sukses membungkam dua orang tersebut dan juga seisi kelas yang tadinya ikut tertawa kini langsung sunyi.
"Kamu, hmnn Saktiawan. Silahkan duduk. Kita mulai kelas hari ini." Lanjut Calista begitu melihat daftar hadir ditangannya.
Awan sedikit takjub dengan dosen barunya itu. Disamping penampilannya yang anggun, ternyata wanita itu cukup ditakuti oleh Mahasiswanya.
Terbukti, tidak ada satupun yang berani bercanda atau bicara sembarangan ketika kelasnya Bu Calista.
Lebih penting lagi, walau terlihat berasal dari kelas atas tapi Calista tidak memandang rendah Awan atau siapa saja yang disebut oleh teman sekelasnya sebagai 'aiden' tadi.
Tidak seperti Seila, yang langsung men-judge Awan dengan sebutan Aiden hanya karena melihatnya membawa skuter matic, andai mereka tahu siapa Awan yang sebenarnya.
Aiden yang dimaksud oleh Seila dan kawan-kawannya adalah ketiga mahasiswa cowok yang saat ini duduk dekat Awan, Farhan, Yuma dan Yanuar.
Ketiganya berhasil masuk ke JIU melalui jalur prestasi, karena memenangkan olimpiade saints tingkat sekolah menengah.
Karena tidak memiliki waktu yang banyak, jadi Awan hanya sepintas berkenalan biasa saja dengan tiga teman yang duduk di dekatnya itu. Tapi, setidaknya ketiga teman barunya tersebut lebih memiliki hati yang tulus ketimbang mereka yang hanya menilai seseorang dari materil dan status sosial semata.
Dua mata kuliah telah dijalani Awan hari itu, sejauh ini tidak ada masalah yang berarti. Semua materi yang diajarkan dengan mudah dicerna oleh Awan.
Tiba waktunya istirahat, Awan mengajak ketiga teman barunya tersebut untuk makan di kantin. Namun, Awan yang belum terlalu hafal situasi di kampus barunya justru tanpa sengaja membawa ketiga temannya tersebut ke kantin yang terdapat dalam map di hpnya.
Melihat ketiga temannya tersebut hanya mematung dengan raut wajah muram, membuat Awan jadi bertanya, "Loh kenapa ? Perut tidak akan kenyang kalau kalian hanya menatap kantinnya tanpa memesan apapun didalamnya."
"Lu.. lu gak tahu ini kantin apa Awan ? Kita-kita mana sanggup bayar jika makan disini." Kata Yuma dengan wajah pilas.
Dua teman lainnya hanya mengangguk dengan ekspresi yang sama.
Yah, wajar mereka bereaksi seperti itu. Ini adalah kampus JIU, kampus elit yang terkenal karena gengsi dan kemewahannya. Kantin utamanya jelas bertarif yang sama dengan restoran premium diluaran sana. Sehingga wajar ketiga teman baru Awan yang hanya mengandalkan beasiswa untuk kuliah serta uang belanja pas-pas an akan berpikir seribu kali untuk makan disana.
Mereka biasanya hanya mengandalkan jatah makan dari asrama, ataupun kalau ingin merasakan makan diluar maka mereka akan keluar dari area kampus dan mencari rumah makan pinggir jalan yang jauh lebih ramah dengan kantong mereka bertiga.
"Hahaha, tenang saja. Kan Aku yang ngajak kalian makan disini, jadi anggap saja ini traktiran perkenalan kita."
"Bukannya begitu. Disini sangat mahal, nanti uang belanja lu habis bro." Kata Yanuar mengingatkan. Ia khawatir jika Awan mentraktir mereka hanya untuk salam perkenalan, maka ini sangat berlebihan untuk mereka.
Bukankah itu bisa menguras dompet Awan, padahal teman baru mereka itu pasti dengan susah payah mengumpulkan uang.
"Sudah tenang saja. Sekali-kali makan enak bersama teman itu tidak bisa dinilai dengan uang berapapun."
Ketiganya terharu dengan kata-kata Awan barusan, karena itu mereka tidak sampai hati jika Awan sampai harus menghabiskan seluruh gajinya hanya untuk mentraktir mereka. Ditraktir di rumah makan Padang saja untuk sekedar merayakan pertemanan mereka, mungkin sudah membuat ketiganya sangat senang.
Tapi teman baru mereka tersebut terlihat cuek dan santai saja, Awan terlihat begitu percaya diri ketika masuk ke dalam kantin kampus. Sehingga mereka terpaksa mengikuti langkah Awan dari belakang.
Seperti yang mereka duga, disana yang makan rata-rata adalah mahasiswa yang berasal dari anak-anak orang kaya dan juga para artis. Seperti halnya Seila dan teman-temannya yang tampak sudah lebih duluan berada disana.
Begitu Seila dan teman-temannya melihat Awan dan ketiga rekannya masuk kedalam kantin, mereka terlihat sinis, "Semenjak kapan kaum aiden boleh makan disini sih ? Membuat kotor kantin ini saja."
"Hei, apa kalian tidak berkaca dulu sebelum memutuskan makan disini?" Ucap yang lainnya dengan eskpresi sangat merendahkan.
"Kaum Aiden masuk sini, hmnn jangan-jangan kalian menggunakan beasiswa kalian untuk bisa mencicipi makanan disini kan ?"
"Hah, paling-paling mereka ditendang keluar kampus nantinya, karena tidak punya uang lagi untuk membayar uang kuliah. Semua beasiswanya sudah habis digunakan untuk makan di kantin ini."
Awan tampak semakin kesal melihat kesombongan Seila dan kawan-kawannya.
Ia ingin membalas ucapan Seila dan kawan-kawannya, tapi ditahan oleh Yuma, "Sudah Awan, Kita makan diluar saja."
Mereka sadar Awan sudah sangat baik hendak mentraktir mereka untuk makan disana, makanya mereka tidak ingin Awan sampai dihina lebih jauh oleh Seila dan yang lainnya.
"Ya sudah, kita makan. Tidak usah pikirkan orang yang syirik. Anjing mengonggong kafilah berlalu." Awan pun memutuskan untuk mengabaikan Seila dan teman-temannya.
"Maksudnya anjing mengonggong itu kita yah ?" Ternyata ada teman Seila yang cukup lemot dan malah membuat teman-temannya berwajah merah padam dan menatap kearah Awan dengan penuh kebencian.
Tapi mau mengejar Awan dan membuat perhitungan jelas tidak mungkin, mereka akan semakin mempermalukan diri mereka sendiri dengan membuat ribut dengan mahasiswa kasta rendah seperti Awan dan ketiga sahabatnya ditempat umum seperti ini. Sehingga Seila dan kawan-kawannya hanya bisa menyimpan dendam dihati saat ini. 'Awas kalian, ini belum berakhir.' Begitulah kira-kira arti tatapan mereka ketika melihat Awan yang sudah duduk di meja mereka. Awan mengerti jika teman-temannya itu pasti akan sungkan untuk memesan makanan, melihat dari cara mereka yang begitu canggung untuk berada didalam kantin tersebut. Sehingga dari awal Awan sudah mengingatkan untuk tidak ragu memesan apapun yang mereka inginkan. Keraguan Awan terbukti, walau ketiganya tampak tergoda melihat daftar menu yan
Jika ada orang yang paling dibenci oleh seorang Ardi saat ini, maka Ia adalah Awan. Mahasiswa baru yang telah membuatnya sampai kehilangan muka didepan penggemarnya langsung. Bermaksud untuk menjadikan Awan sebagai objek tertawaan di chanelyoutubenya, justru malah berbalik jadi tamparan memalukan baginya. Bagaimana tidak ? Kaum Aiden tersebut seharusnya jadi bahan tertawaan bagi Ardi dan para penggemarnya, urung jadi tertawaan justru Ia sendiri yang jadi bahan cemoohan penonton. Aiden yang identik dengan mahasiswa miskin tersebut beneran mampu membayar makanan mereka yang harganya tidak sedikit. Bahkan seorang pegawai negeripun akan menguras gaji 1 bulan mereka untuk membayar tagihan makan sebanyak
"Pft, hanya 15 detik." Si gadis terlihat kesal. Sekarang Ardi yang terlihat pucat ketakutan. Bagaimana mereka begitu sial bisa bertemu dengan gadis ini ? Kecantikannya benar-benar menipu. "Loh, katanya mau mengoyak tubuhku ? Mau ngasih sama anjing jalanan kalau kalian sudah puas ? Bahkan untuk pemanasanku aja kalian berempat gak punya kemampuan. Dasar lelaki loyo!" Wajah Ardi dan ketiga temannya terlihat pias, mereka bahkan tidak mampu untuk mengangkat wajahnya apalagi untuk menjawab hinaan gadis tersebut. "Woi kalian kenapa kok lama banget sih? Cuma ngancurin motor aja..." Dari belakang terdengar suara teman Ardi yang tadi bertugas berjaga dari luar. Tapi ucapannya langsung ter
Walau sedikit terpaksa dan tidak suka, mereka tetap melakukannya. Itu karena Rachel adalah kakak tingkat mereka dan juga statusnya sebagai anak Menteri. Siapa yang berani menentang perintahnya ? "Tidak aktif, Kak." "Nomor teman-teman Ardi biasa nongkrong juga gak ada yang bisa dihubungi satupun, Kak." Kenapa nomor mereka bisa tidak aktif disaat bersamaan ? Semula tidak ada yang memikirkannya, tapi ketika nomor Ardi dan semua temannya tidak bisa dihubungi. Apa yang sedang mereka lakukan ? Disaat bersamaan Seila malah memikirkan hal lain, apa Ardi sengaja menon-aktifkan nomornya karena Ia sedang melakukan rencana mereka ? Jika benar begitu, makai Seila tidak akan bicara sedi
"Awan, berhenti disini saja!" Perintah Calista tiba-tiba saat mereka akan memasuki halaman hotel mewah bintang 5 yang ditujunya. "Loh, kenapa Bu ? Bukankah seharusnya saya mengantar Bu Calista sampai kedalam?" Tanya Awan heran. "Sudah gak apa-apa. Terimakasih yah, sudah mengantar saya sampai kesini." Setelah berkata begitu, Calista buru-buru melangkah pergi meninggalkan Awan yang hanya menatap terpana punggung Calista yang berjalan semakin jauh. Sepertinya Calista sengaja meminta Awan berhenti sedikit lebih jauh dari pintu masuk hotel untuk menghindari sesuatu atau seseorang? entahlah!. "Dosen yang aneh. Semoga saja Ia tidak terlambat." Gumam Awan pelan sambil mendecak lidah, lalu memilih untuk melajukan motornya masuk ke dalam halaman hotel dan menuju parkiran. "Oi, siapa yang membolehkan kamu parkir disana?" Belum juga Awan menurunkan standar samping motornya, sebuah suara menghardiknya dengan nyaring. "Gak lihat
"Wah, Dosen cantik kita sudah datang. Duduklah disini, kursi ini dikhususkan untuk menyambutmu, Cal." Ujar seorang pemuda berpenampilan perlente. Tampak sekali Ia ingin mengambil kesempatan terlebih dahulu untuk menarik perhatian Calista. Itu karena Calista memang memiliki penampilan yang lebih memukau diantara wanita lainnya dalam ruangan pertemuan VIP tersebut. Acara itu sendiri hanyagatheringbiasa diantara para CEO dan keluarga mereka, semua bernaung dalam kapal yang sama, RA Group. Namun, sepertinya setiap orang tidak ingin melewatkan kesempatan itu begitu saja. Dikarenakan CEO RA Group yang terkenal jarang memperlihatkan diri dan sulit ditemui dikabarkan akan hadir hari ini. Alasan itulah yang membuat para petinggi itu sengaja membawa anggota keluarga mereka untuk menarik simpati sang big bos. Ini adalah kesempatan yang sangat langka, mengingat CEO Group mereka itu sangat misterius, tidak suka dengan keramaian dan lebih bany
Melihat itu, Karmen langsung berbalik. Sadar jika Bosnya datang, Karmen menunduk hormat dan bersemangat melaporkan pemuda yang nekat memarkirkan motormaticnya dideretan kendaraan mewah tamu VIP hotel. Ekspresi Dian Kusuma menjadi tambah dingin, sedingin es. Betapa tidak tahu malunya anggota ini, beraninya memarahi dan membuat malu Presdirnya ditempat umum begitu. Tapi, bukannya berhenti begitu melihat perubahan ekspresi Dian, Karmen justru semakin melaporkan sikap kurang ajar Awan yang bahkan berani memukul salah seorangsecuritymereka, dan... Plak Sebuah tamparan keras mendarat tepat di pipi kiri Karmen, membuat semua orang tercengang. Karmen yang beberapa saat lalu begitu percaya dirinya dan arogan memarahi seorang pemuda karena berpakaian biasa dan membuatnya malu didepan umum. Sekarang ditampar didepan umum oleh bosnya sendiri, bukannya itu lebih memalukan? "B-bu Dian?" Ucap Karm
Ini tentu bukan hanya untuk posisi manajernya itu saja, tapi bisa saja berimbas pada dirinya karena dianggap tidak membina anggotanya dengan baik, sampai peristiwa memalukan hari ini terjadi. Secara tidak langsung menjatuhkan penilaian terhadap kredibilitasnya sendiri. "Apalagi yang kamu tunggu? Cepat berterima kasih pada Pak Saktiawan. Jika bukan karena kemurahan hati beliau, Saya pastikan kamu keluar dengan kondisi cacat hari ini." Hardik Dian Kusuma yang melihat Karmen terdiam. "Te-terimakasih atas kemurahan hati Anda, pak." Karmen mnengucapkan permohonan maaf tersebut dari hatinya. Ia benar-benar menyesal karena telah mencari lawan yang salah kali ini. Bahkan saat pemuda yang tadi dihinanya itu berjalan, CEO KR Steel dan GM RA Investment yang terkenal itu sampai menunduk ketika bersalam kepadanya, yang menandakan betapa tinggi posisi pemuda tersebut. Terbayang kelancangannya yang menghina pemuda itu beberapa puluh menit yang lalu, wajah Karm
"Guysss, kangeenn." "Iya, gue juga kangen ma kalian semua." "Hmn, tidak terasa waktu lima tahun begitu cepat berlalu." "Iya, gue sudah gak sabar menunggu seminggu lagi. Rasanya, kalendernya pengen gue sobek biar bisa segera bertemu kalian semua." Dalam video call tampak 7 orang, yang terdiri dari lima wanita dan dua pria saling melepas rindu satu sama lain. Suasana tampak begitu ceria dan penuh kehangatan. "Novi, dari tadi diam aja. Mentang-mentang sebentar lagi mau jadi jaksa." "Iya, kah? Pantesan Shiren dari tadi juga ikutan kalem banget, gak kayak biasanya." "Loh, Siska, lu gak tahu kalau Shiren sebentar lagi bakal jadi 'ibu' jaksa?" "Vebyyy, ember deh." "Hahaha, orangnya ngamuk. Biar yang lain pada tahu, Ren." "Tapi, gak gitu juga kali! Ah, lu juga sih. Jadi, gak surprise kan." "Hem-hem, jadi cinta lama bersemi kembali nih ceritanya." "Hahaha, lagian siapa yang bisa menolak pesona seorang jaksa sih?" "Ih, jadi karena itu Novi bawaannya kalem sekarang." "Hahaha, tidak
Keesokan harinya.Itu adalah hari yang dipenuhi kesedihan dalam klan Sanjaya. Madam Chiyo memimpin acara pemakaman hari itu. Ribuan orang dari klan Sanjaya dan klan Atmaja memadati hampir seluruh area pemakaman. Pemakaman seluas dua puluh hektar tersebut, tampak menjadi lebih kecil karena saking banyaknya orang yang hadir untuk menghadiri acara pemakaman masal hari itu.Mereka yang hadir disana hanya dari klan Sanjaya dan Klan Atmaja saja, dan beberapa lainnya dari kenalan terdekat mereka. Sesuai ramalan nenek Chiyo sebelumnya, pertempuran sehari sebelumnya telah menelan banyak korban nyawa. Jadi sangat wajar, semua orang tampak begitu sedih dan merasa kehilangan dengan banyaknya korban yang berjatuhan. Tidak termasuk orang-orang Sanjaya yang berkhianat, karena mereka semua di urus oleh pihak divis zero dan militer.Saat semua orang sedang berduka, sekelompok orang baru datang meminta ijin pada penjaga yang berjaga di luar gerbang pemakaman. Sekelompk orang ini dipimpin oleh pange
Saat ia melangkah semakin jauh ke dalam alam jiwa Awan, ia menemukan sebuah tempat yang sangat gelap. Itu adalah satu-satunya tempat yang belum dilewatinya, Renata merasakan perasaan yang sangat kuat, jika Awan berada didalam sana. Renata coba mendekati tempat itu. Benar saja, ia mendapati Awan berada di dalam sana dalam keadaan terbelenggu. Lebih tepatnya, ia telah membelenggu kesadarannya sendiri. Kehilangan Angel dan juga bayi mereka, membuat pukulan yag sangat besar bagi mentalnya. Awan merasa semua itu adalah kesalahannya, karena itu ia menghukum dirinya sendri dan telah siap mati demi menebus kesalahannya tersebut. Renata ingin masuk ke dalam sana. Hanya saja, tempat itu seperti menolak kehadirannya. Renata coba berteriak sekeras yang ia mampu, namun suaranya tidak bisa tembus ke tempat Awan berada. Tidak peduli, sekeras apapun Renata berusaha. Renata menangis disana, sambil terus memanggil nama Awan. Ia tidak tahan melihat Awan menyiksa dirinya sendiri dengan menanggung s
Selain itu, ia juga telah berikrar untuk menanti Awan saat terakhir pertemuan mereka. Tapi hanya sebatas itu, tidak ada pernyataan yang menunjukkan bahwa hubungan mereka lebih dari sekedar teman.Annisa dengan malu-malu menjawab, "Kami... hanya sekedar teman dan kebetulan berasal dari kampung yang sama.""Oh." Gumam Amanda singkat. Meski tampak ragu dengan jawaban itu, karena Annisa tampak berpikir lama sebelum menjawabnya. Namun, Amanda tidak menampik kalau ia merasa lega setelah mendengar hal itu langsung dari mulut Annisa."Kalau kamu... Kamu ada hubungan apa dengan Awan? Bagaimana bisa kamu membawanya dan datang dengan cara yang 'mengejutkan' seperti tadi?"Giliran Amanda yang jadi salah tingkah dengan pertanyaan balik Annisa. Ia bingung bagaimana harus menjelaskan hubungan mereka. Keluarganya dan Ayah Awan jelas sudah membuat kesepakatan atas pertunangan mereka dan sampai detik ini ketika melihat seluruh perkembangan Awan dan juga menyaksikan kekuatannya, Amanda tidak memungkiri
30 menit sebelumnya.Amanda tidak mengerti alasan kenapa dokter wanita berkerudung di depannya itu, sampai bisa memegang segel terakhir dalam tubuh awan.'Apa hubungan Awan dengannya?'Ketika melihat betapa khawatirnya wanita yang di name tagnya itu tertulis nama 'Annisa Azzahra' tersebut pada Awan, membuat Amanda bertanya-tanya, jika hubungan keduanya pasti bukan sekedar hubungan biasa.Butuh waktu yang sangat lama bagi mereka, sampai akhirnya segel dalam tubuh terlepas. Proses tersebut pasti tidak mudah, karena begitu segel tersebut terlepas sepenuhnya dari dalam tubuh Awan, dua energi yang sebelumnya masih berada di dalam tubuh Awan, jadi menghilang sepenuhnya.Pastinya itu sangat melelahkan, terutama bagi Annisa. Tubuhnya tampak berkeringat dan pijakannya beberapa kali tampak goyah. Meski begitu, ia terlihat tidak ingin menyerah sedikitpun dan tetap berjuang untuk menyelesaikannya. Amanda juga tidak mengerti bagaimana cara Annisa melakukannya. Karena yang tampak di matanya, Annis
Mendengar pertanyaan itu, Kelvin hanya bisa tertawa pahit, "Sayangnya tidak bisa.""Kakak, apa itu artinya kami tidak akan pernah bertemu denganmu lagi?" Tanya Charlote syok.Ternyata itu adalah hari terakhir mereka bisa bertemu dengan Kelvin Sanjaya.Kelvin kembali hanya sebentar, untuk membantu Awan terakhir kalinya. Setelah itu, ia mempercayakan masa depan klan Sanjaya ditangan anaknya. Meski begitu, tidak nampak sedikitpun keraguan atau kekhawatiran di wajah Kelvin. ...Berkat campur tangan divisi zero dan juga militer, semua kekacauan tersebut berhasil di sembunyikan. Selanjutnya, peta penguasa di negeri ini pun mengalami perubahan yang sangat besar, setelah tujuh keluarga naga dikeluarkan setelah bukti keterlibatan mereka dengan organisasi ilegal the shadow begitu jelas, selanjutnya tujuh keluarga naga ini dimasukkan ke dalam daftar hitam dan tentu saja harus menerima hukuman sesuai hukum yang berlaku. Aset mereka disita sepenuhnya oleh negara, meski itu hanya berlaku untuk di
"Kakak, apa yang terjadi padamu sebenarnya" Tanya Charlote heran."Tidak ada yang perlu dikhawatirkan tentang apa yang terjadi padaku, dik. Sekarang, keluarga ini butuh kamu. Aku sudah mewariskan posisiku pada Awan, dialah yang bertanggung jawab terhadap keluarga kita di masa depan. Karena itu, aku butuh kamu untuk membimbingnya."Begitu mendengar Kelvin menyinggung tentang Awan, Charlote baru sadar jika sedari tadi ia tidak melihat ada Awan di sana."Sekarang Awan dimana? Kenapa Aku tidak merasakan keberadaannya?"Kelvin tersenyum tipis dan berkata, "Ia berada di tempat yang aman. Nanti, kamu dapat bertanya pada paman Abimana dimana Awan. Sekali lagi, aku butuh kamu dan yang lainnya untuk membimbing Awan dalam memimpin keluarga kita."Charlote melihat Kelvin lebih dalam, ia merasa perasan tidak nyaman. Terutama karena ucapan Kelvin yang seolah menyiratkan sedang memberikan wasiat terakhir untuknya."Kakak, apa maksudmu? Bukankah kamu bisa melakukannya? Kenapa aku merasa kamu akan per
Saat madam Gao melarikan diri setelah dibiarkan pergi oleh Kelvin sebelumnya. Ternyata para pengikutnya juga ikut melarikan diri ke arah lain, karena merasa pemimpin mereka sudah kalah. Sehingga, mereka juga berusaha untuk menyelamatkan diri mereka masing-masing.Kelvin melirik Abimana sejenak, lalu menjawab pertanyaan Lin, "Tidak udah! Divisi Zero akan mengurus sisanya. Dengan apa yang terjadi hari ini, mereka tidak mungkin lagi berani menginjakkan kakinya di Negeri ini. Bukankah begitu, paman Abimana?"Abimana sambil mengusap jenggotnya, mengangguk setuju dan membenarkan pernyataan Kelvin. "Benar, bukti persekongkolan tujuh keluarga naga dengan the shadow sangat jelas. Segera, negara akan memasukkan nama mereka ke dalam daftar hitam."Tidak berhenti sampai disitu, Abimana segera menambahkan, "Serta.. semua aset mereka akan disita oleh negara."Kening Kelvin dibuat berkerut, ia sama sekali tidak menyangka jika Abimana telah merencanakan ini semua. Semula, ia sudah berencana untuk men
Kelvin melakukan persis seperti janjinya pada Huo, mengirim Awan langsung pada Annisa. Hanya saja, Kelvin sengaja tidak pergi bersama mereka karena berbagai pertimbangan. Untuk menjaga kondisi Awan tetap stabil saat pembukaan penuh segel yang terdapat dalam dirinya, butuh seseorang yang cukup kuat, Amanda adalah orang yang cocok untuk tugas seperti itu."Kemana mereka perginya?" Tanya Abimana penasaran begitu melihat cucunya dan juga Awan tiba-tiba menghilang, setelah sebelumnya Kelvin sempat menjelaskan apa yang harus dilakukan oleh Amanda ketika bertemu wanita yang dapat membuka segel Awan. Hanya sebatas itu, Kelvin tidak menjelaskan lebih banyak.Apalagi ketika mereka menghilang, Kelvin ternyata tidak ikut pergi bersama mereka.Kelvin batuk-batuk sejenak dan bersikap seolah semuanya berjalan normal, "Hmn, tidak apa-apa, paman. Mereka masih di kota ini, tenang saja! hahaha!""Benarkah?" Tanya Abimana ragu, "Lalu, kenapa kamu tidak ikut bersama mereka?""Yah... tentu saja karena masi