"Pft, hanya 15 detik." Si gadis terlihat kesal.
Sekarang Ardi yang terlihat pucat ketakutan. Bagaimana mereka begitu sial bisa bertemu dengan gadis ini ? Kecantikannya benar-benar menipu.
"Loh, katanya mau mengoyak tubuhku ? Mau ngasih sama anjing jalanan kalau kalian sudah puas ? Bahkan untuk pemanasanku aja kalian berempat gak punya kemampuan. Dasar lelaki loyo!"
Wajah Ardi dan ketiga temannya terlihat pias, mereka bahkan tidak mampu untuk mengangkat wajahnya apalagi untuk menjawab hinaan gadis tersebut.
"Woi kalian kenapa kok lama banget sih? Cuma ngancurin motor aja..."
Dari belakang terdengar suara teman Ardi yang tadi bertugas berjaga dari luar. Tapi ucapannya langsung terhenti begitu melihat seorang gadis cantik dan bertubuh seksi.
Saat itu Ia belum melihat Ardi dan teman-temannya.
"Wow, ada bidadari cantik nih."
Sama seperti Ardi sebelumnya, Ia langsung berbinar mesum begitu melihat kecantikan gadis imut tersebut dan jadi melupakan keempat temannya.
"Oh hai, mau bergabung dengan pesta kita ?" Kata gadis imut tersebut dengan wajah ceria dan bersemangat.
'Wah, asem. Gue nungguin diluar, mereka malah asik pesta disini ternyata.'
Pemuda tersebut sempat mengira jika Ardi sengaja melupakannya agar mereka bisa bersenang-senang dengan gadis cantik ini didalam area parkir.
'Gak apa-apa sisa, daripada tidak sama sekali. Lagian gadis ini imut banget, gak sabar buat menjamahnya.'
Saat Ia mendekat, barulah Ia terpana. Keempat temannya terbaring dibawah kaki gadis cantik tersebut dengan kondisi meringkuk menggenaskan.
"Hah, a-apa yang terjadi ?" Tanya nya seolah tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Begitu melihat wajah kesakitan keempat temannya, jelas yang terjadi berbanding terbalik dengan imajinasinya.
Firasatnya menyiratkan bahaya yang mengancam, secara otomatis Ia berbalik dan berusaha lari sejauh mungkin dari sana. Ia tidak ingin mengalami nasib yang sama dengan keempat temannya itu.
"Oh mau coba lari ?"
Gadis cantik tersebut mengambil sebuah besi yang semua hendak digunakan Ardi dan teman-temannya untuk menghancurkan motor Awan. Lalu dengan gerakan kuat dan terfokus, besi tersebut melayang ke arah teman Ardi yang sedang berlari.
Bruhggg.
Besi seukuran lengan tersebut tepat mengenak kepala belakang si pria dan menembus tengkorak kepalanya. Pemuda tersebut langsung jatuh tersungkur dan berteriak sebentar, seperti ayam yang sedang disembelih sebelum diam untuk selamanya.
Ardi dan teman-temannya tercengang semakin ketakutan. Bahkan mereka tidak bisa lagi mengontrol kantung kemihnya. Tidak lama bau pesing menyeruak dari celana mereka.
Wanita ini terlalu kejam! Ia terlihat begitu santai setelah menghabisi nyawa orang lain. Sekarang ekspresi mereka sudah seperti mayat, seolah tidak ada lagi darah yang mengaliri tubuh mereka berempat.
Wajah gadis ini benar-benar menipu. 'Ini bukan lagi bidadari yang turun ke bumi, gadis ini adalah iblis.'
Sadar jika mereka bisa kehilangan nyawa kapanpun, keempatnya langsung menangis dan sujud minta ampun.
"Tolong ampuni kami, Nona."
"Iya, kami bersalah karena telah menyinggungmu sebelumnya."
"Benar, kami tidak bermaksud menyinggung anda nona. Kami benar-benar bodoh dan telah kurang ajar pada anda.
"Jangan bunuh kami, nona."
"Hmnn kemana kesombongan kalian tadi? Tidakkah kalian ingin bersenang-senang denganku?"
"Tidak.. tidak Nona. Mohon ampuni kami, kami salah."
"Iya, kami tidak berani.
"Oh jadi maksud kalian saya tidak cantik dan kalian tidak mau bersenang-senang denganku ?" Gadis cantik tersebut melotot tajam, membuat Ardi dan tiga temannya semakin menciut ketakutan.
Mereka tidak lagi berani untuk bertingkah dan menyinggung wanita sadis didepan mereka ini.
"Kami tidak berani Nona. Kami hanya sampah, tidak layak untuk bersenang-senang dengan anda Nona."
"Iya Nona. Kami tidak layak untuk bersenang-senang dengan anda."
Ketiganya benar-benar ketakutan dan berusaha sehormat mungkin pada wanita ini, jika tidak mereka bisa saja kehilangan nyawa seperti satu temannya itu.
"Nah begitu bagus, kalian bisa jadi anjing yang baik. Tapi sayang kalian mau melakukan hal yang jahat pada tuanku."
Ardi dan teman-temannya terkejut, siapa tuan yang di maksud wanita ini?
"Kami tidak berani nona. Sungguh kami tidak tahu siapa yang tuan yang nona maksud." Ujar Ardi cemas.
Sempat terlintas dipikirannya tentang anggota baru aiden di kelasnya itu, tapi cepat Ia membantahnya sendiri. Wanita cantik ini walau sadis tapi pakaiannya jelas berkelas, tidak mungkin tuannya adalah orang sembarangan. Sial, siapa yang telah disinggungnya?
Wanita cantik tersebut tersenyum dingin menatap Ardi dan tiga temannya. Jantung mereka seakan berhenti seketika itu juga, menyadari tatapan wanita didepan mereka itu seperti tidak mau berkompromi.
Mereka terlihat putus asa, seperti tidak ada harapan lagi.
"Sayangnya, sampah seperti kalian tidak layak untuk mengenal tuan mudaku. Sesali saja kesialan kalian hari di neraka."
Begitu Ia selesai bicara, empat jarum perak melayang tepak di kening keempat pria malang tersebut, lalu raga merekapun diam tidak bergerak untuk selamanya.
"Waah Kakak benar-benar tidak memberi ampun pada mereka." Sapa seorang gadis cantik yang memiliki kecantikan yang lebih muda. Ia tiba-tiba muncul dari belakang.
"Siapa suruh mereka nyari gara-gara dengan tuan muda."
"Hmn kakak gak menyisakan satupun untukku." Ucap gadis itu cemberut.
"Kamu bisa membersihkan ini kalau mau." Cibir si kakak sambil tertawa.
"Ih, gak mau. Suruh mereka saja."
Si adik hanya bertepuk satu kali, lalu beberapa pria berpakaian serba hitam muncul tiba-tiba di dekat keduanya.
"Bersihkan area ini! Jangan meninggalkan jejak sedikitpun. Jangan sampai tuan muda tahu tentang kejadian ini."
"Baik nona Lana, nona Xynthia." Ucap mereka patuh.
Hanya beberapa menit, semua tempat itu benar-benar kembali seperti semula. Seolah tragedi beberapa waktu lalu tidak pernah terjadi sama sekali disana.
***
Rachel sudah menunggu 90 menit. Seharusnya Adri, adik sepupunya itu sudah menjemputnya begitu Ia keluar pada jam terakhir kuliahnya. Sekarang sudah berlalu 30 menit.
Rachel sendiri memiliki fisik yang cantik dan banyak diidamkan oleh para Mahasiswa di JIU. Karakternya tegas dan sangat populer dikalangan para Mahasiswa di sana.
Saat Ia berjalan ke kantin, beruntung Rachel melihat Seila masih nongkrong disana bersama teman-temannya.
"Seila, kamu lihat Ardi gak ?"
"Eh, Kak Rachel. Ardi ?" Seila sempat salah tingkah beberapa saat. Terakhir Ia mengatakan akan ke gedung b3 untuk melakukan rencana jahatnya. Tapi, tidak mungkin jika Seila mengatakan hal tersebut.
"Waduh, kurang tau, Kak. Tadi jam terakhir juga gak masuk. Memangnya kenapa Kak ?" Tanya Seila khawatir.
"Gak penting-penting amat sih. Tadi dia janji mau bareng pulangnya, tapi ditelpon sedari tadi hpnya tidak aktif sama sekali. Aneh, tidak biasanya anak itu begini."
"Oh iya, si Bram juga gak masuk perasaan tadi. Apa mereka pergi bersama yah ?" Celetuk salah seorang teman Seila.
"Iya, tadi gue lihat Ardi ngumpul sama Bram, sebelum mereka pergi ke arah parkiran." Kata teman Seila yang lain.
Deg.
Seila mulai was was. Teman-temannya itu jelas tidak tahu apa yang dilakukan Ardi dan teman-temannya. Karena saat Ardi menemuinya dan mengutarakan rencananya, hanya ada Seila dan Viona.
"Coba kalian hubungi Bramnya." Kata Rachel dengan nada memerintah.
Walau sedikit terpaksa dan tidak suka, mereka tetap melakukannya. Itu karena Rachel adalah kakak tingkat mereka dan juga statusnya sebagai anak Menteri. Siapa yang berani menentang perintahnya ? "Tidak aktif, Kak." "Nomor teman-teman Ardi biasa nongkrong juga gak ada yang bisa dihubungi satupun, Kak." Kenapa nomor mereka bisa tidak aktif disaat bersamaan ? Semula tidak ada yang memikirkannya, tapi ketika nomor Ardi dan semua temannya tidak bisa dihubungi. Apa yang sedang mereka lakukan ? Disaat bersamaan Seila malah memikirkan hal lain, apa Ardi sengaja menon-aktifkan nomornya karena Ia sedang melakukan rencana mereka ? Jika benar begitu, makai Seila tidak akan bicara sedi
"Awan, berhenti disini saja!" Perintah Calista tiba-tiba saat mereka akan memasuki halaman hotel mewah bintang 5 yang ditujunya. "Loh, kenapa Bu ? Bukankah seharusnya saya mengantar Bu Calista sampai kedalam?" Tanya Awan heran. "Sudah gak apa-apa. Terimakasih yah, sudah mengantar saya sampai kesini." Setelah berkata begitu, Calista buru-buru melangkah pergi meninggalkan Awan yang hanya menatap terpana punggung Calista yang berjalan semakin jauh. Sepertinya Calista sengaja meminta Awan berhenti sedikit lebih jauh dari pintu masuk hotel untuk menghindari sesuatu atau seseorang? entahlah!. "Dosen yang aneh. Semoga saja Ia tidak terlambat." Gumam Awan pelan sambil mendecak lidah, lalu memilih untuk melajukan motornya masuk ke dalam halaman hotel dan menuju parkiran. "Oi, siapa yang membolehkan kamu parkir disana?" Belum juga Awan menurunkan standar samping motornya, sebuah suara menghardiknya dengan nyaring. "Gak lihat
"Wah, Dosen cantik kita sudah datang. Duduklah disini, kursi ini dikhususkan untuk menyambutmu, Cal." Ujar seorang pemuda berpenampilan perlente. Tampak sekali Ia ingin mengambil kesempatan terlebih dahulu untuk menarik perhatian Calista. Itu karena Calista memang memiliki penampilan yang lebih memukau diantara wanita lainnya dalam ruangan pertemuan VIP tersebut. Acara itu sendiri hanyagatheringbiasa diantara para CEO dan keluarga mereka, semua bernaung dalam kapal yang sama, RA Group. Namun, sepertinya setiap orang tidak ingin melewatkan kesempatan itu begitu saja. Dikarenakan CEO RA Group yang terkenal jarang memperlihatkan diri dan sulit ditemui dikabarkan akan hadir hari ini. Alasan itulah yang membuat para petinggi itu sengaja membawa anggota keluarga mereka untuk menarik simpati sang big bos. Ini adalah kesempatan yang sangat langka, mengingat CEO Group mereka itu sangat misterius, tidak suka dengan keramaian dan lebih bany
Melihat itu, Karmen langsung berbalik. Sadar jika Bosnya datang, Karmen menunduk hormat dan bersemangat melaporkan pemuda yang nekat memarkirkan motormaticnya dideretan kendaraan mewah tamu VIP hotel. Ekspresi Dian Kusuma menjadi tambah dingin, sedingin es. Betapa tidak tahu malunya anggota ini, beraninya memarahi dan membuat malu Presdirnya ditempat umum begitu. Tapi, bukannya berhenti begitu melihat perubahan ekspresi Dian, Karmen justru semakin melaporkan sikap kurang ajar Awan yang bahkan berani memukul salah seorangsecuritymereka, dan... Plak Sebuah tamparan keras mendarat tepat di pipi kiri Karmen, membuat semua orang tercengang. Karmen yang beberapa saat lalu begitu percaya dirinya dan arogan memarahi seorang pemuda karena berpakaian biasa dan membuatnya malu didepan umum. Sekarang ditampar didepan umum oleh bosnya sendiri, bukannya itu lebih memalukan? "B-bu Dian?" Ucap Karm
Ini tentu bukan hanya untuk posisi manajernya itu saja, tapi bisa saja berimbas pada dirinya karena dianggap tidak membina anggotanya dengan baik, sampai peristiwa memalukan hari ini terjadi. Secara tidak langsung menjatuhkan penilaian terhadap kredibilitasnya sendiri. "Apalagi yang kamu tunggu? Cepat berterima kasih pada Pak Saktiawan. Jika bukan karena kemurahan hati beliau, Saya pastikan kamu keluar dengan kondisi cacat hari ini." Hardik Dian Kusuma yang melihat Karmen terdiam. "Te-terimakasih atas kemurahan hati Anda, pak." Karmen mnengucapkan permohonan maaf tersebut dari hatinya. Ia benar-benar menyesal karena telah mencari lawan yang salah kali ini. Bahkan saat pemuda yang tadi dihinanya itu berjalan, CEO KR Steel dan GM RA Investment yang terkenal itu sampai menunduk ketika bersalam kepadanya, yang menandakan betapa tinggi posisi pemuda tersebut. Terbayang kelancangannya yang menghina pemuda itu beberapa puluh menit yang lalu, wajah Karm
"Sayangnya om gue cuma ketemu sama pimpro nya aja. Tapi menurut keterangan om gue, yang punya tenpat ini masih sangat muda. Dia juga CEOnya RA Corporation yang terkenal itu." Berbagai macam hayalan mulai membayang disetiap kepala gadis-gadis cantik tersebut. "Kabarnya doi sangat misterius ya?" Tanya Viona penasaran dan itu mewakili semua pikiran teman-temannya. Wajar saja jika memiliki pertanyaan tersebut dalam pikiran mereka, karena selama beberapa tahun terakhir RA Corporation telah menorehkan namanya dengan tinta emas. Entah darimana datangnya pemuda yang begitu berbakat dan tiba-tiba saja membentuk grup RA Corporation. Masyarakat umum tahunya, CEO Ra Corporation itu adalah anak dari Kelvin Sanjaya, 1 dari 9 Naga penguasa Asia. Namun berbeda dengan sang Ayah, putranya ini terlihat lebih misterius karena tidak pernah muncul langsung didepan publik. Sebut saja media sosial yang lagi tren saat ini, tidak satupun ada profil tentang dirinya. Membu
"Waktu pertama kali kita bertemu, Aku kira kamu itu orangnya pendiam banget." "Memang! kan kamu dah tau sendiri, dikasur Aku pendiam, cuma kamu aja yang sering bersuara, aahh ahh.." "Ih, Awaan mesum, bukan itu maksudnya.." Ucap Mikha malu. Awan jadi tersenyum geli melihat Ia berhasil mencandai Mikha dan membuat gadis cantik itu jadi tersipu sampai kedua pipinya merona merah dan menggemaskannya. "Memangnya dulu, kamu menilaiku seperti apa?" "Hmn, kamu itu terlihat lugu dan pendiam... eh, awas loh kalau kamu nyinggung pendiam kayak tadi lagi." Ancam Mikha cepat sebelum Awan bercanda mesum seperti sebelumnya. "Hehehe, gak k
"Yah, kalau begitu jangan sampai mereka tahu." Kata Awan membalas candaan Mikha. "Baiklah, tapi ada syaratnya." Mikha memikirkan sebuah ide yang mungkin akan membuatnya bisa melewati waktu lebih berkesan dengan Awan. Bukankah hari ini adalah ulang tahunnya? Walau semalam, Ia ingin menjalaninya dengan penuh arti bersama Awan walau tidak bisa memilikinya. "Baiklah, beritahu aku apa syaratnya?" "Hmn.. Kamu harus mengajakku berdansa kalau begitu." "Hei, itu tugasku. Kenapa malah kamu mendahuluiku." Kata Awan pura-pura kesal, tapi tidak dengan tindakannya. Awan berdiri lebih dulu dan berjalan kesamping Mikha sambil mengulurkan tangannya. "Let's dance!"
"Guysss, kangeenn." "Iya, gue juga kangen ma kalian semua." "Hmn, tidak terasa waktu lima tahun begitu cepat berlalu." "Iya, gue sudah gak sabar menunggu seminggu lagi. Rasanya, kalendernya pengen gue sobek biar bisa segera bertemu kalian semua." Dalam video call tampak 7 orang, yang terdiri dari lima wanita dan dua pria saling melepas rindu satu sama lain. Suasana tampak begitu ceria dan penuh kehangatan. "Novi, dari tadi diam aja. Mentang-mentang sebentar lagi mau jadi jaksa." "Iya, kah? Pantesan Shiren dari tadi juga ikutan kalem banget, gak kayak biasanya." "Loh, Siska, lu gak tahu kalau Shiren sebentar lagi bakal jadi 'ibu' jaksa?" "Vebyyy, ember deh." "Hahaha, orangnya ngamuk. Biar yang lain pada tahu, Ren." "Tapi, gak gitu juga kali! Ah, lu juga sih. Jadi, gak surprise kan." "Hem-hem, jadi cinta lama bersemi kembali nih ceritanya." "Hahaha, lagian siapa yang bisa menolak pesona seorang jaksa sih?" "Ih, jadi karena itu Novi bawaannya kalem sekarang." "Hahaha, tidak
Keesokan harinya.Itu adalah hari yang dipenuhi kesedihan dalam klan Sanjaya. Madam Chiyo memimpin acara pemakaman hari itu. Ribuan orang dari klan Sanjaya dan klan Atmaja memadati hampir seluruh area pemakaman. Pemakaman seluas dua puluh hektar tersebut, tampak menjadi lebih kecil karena saking banyaknya orang yang hadir untuk menghadiri acara pemakaman masal hari itu.Mereka yang hadir disana hanya dari klan Sanjaya dan Klan Atmaja saja, dan beberapa lainnya dari kenalan terdekat mereka. Sesuai ramalan nenek Chiyo sebelumnya, pertempuran sehari sebelumnya telah menelan banyak korban nyawa. Jadi sangat wajar, semua orang tampak begitu sedih dan merasa kehilangan dengan banyaknya korban yang berjatuhan. Tidak termasuk orang-orang Sanjaya yang berkhianat, karena mereka semua di urus oleh pihak divis zero dan militer.Saat semua orang sedang berduka, sekelompok orang baru datang meminta ijin pada penjaga yang berjaga di luar gerbang pemakaman. Sekelompk orang ini dipimpin oleh pange
Saat ia melangkah semakin jauh ke dalam alam jiwa Awan, ia menemukan sebuah tempat yang sangat gelap. Itu adalah satu-satunya tempat yang belum dilewatinya, Renata merasakan perasaan yang sangat kuat, jika Awan berada didalam sana. Renata coba mendekati tempat itu. Benar saja, ia mendapati Awan berada di dalam sana dalam keadaan terbelenggu. Lebih tepatnya, ia telah membelenggu kesadarannya sendiri. Kehilangan Angel dan juga bayi mereka, membuat pukulan yag sangat besar bagi mentalnya. Awan merasa semua itu adalah kesalahannya, karena itu ia menghukum dirinya sendri dan telah siap mati demi menebus kesalahannya tersebut. Renata ingin masuk ke dalam sana. Hanya saja, tempat itu seperti menolak kehadirannya. Renata coba berteriak sekeras yang ia mampu, namun suaranya tidak bisa tembus ke tempat Awan berada. Tidak peduli, sekeras apapun Renata berusaha. Renata menangis disana, sambil terus memanggil nama Awan. Ia tidak tahan melihat Awan menyiksa dirinya sendiri dengan menanggung s
Selain itu, ia juga telah berikrar untuk menanti Awan saat terakhir pertemuan mereka. Tapi hanya sebatas itu, tidak ada pernyataan yang menunjukkan bahwa hubungan mereka lebih dari sekedar teman.Annisa dengan malu-malu menjawab, "Kami... hanya sekedar teman dan kebetulan berasal dari kampung yang sama.""Oh." Gumam Amanda singkat. Meski tampak ragu dengan jawaban itu, karena Annisa tampak berpikir lama sebelum menjawabnya. Namun, Amanda tidak menampik kalau ia merasa lega setelah mendengar hal itu langsung dari mulut Annisa."Kalau kamu... Kamu ada hubungan apa dengan Awan? Bagaimana bisa kamu membawanya dan datang dengan cara yang 'mengejutkan' seperti tadi?"Giliran Amanda yang jadi salah tingkah dengan pertanyaan balik Annisa. Ia bingung bagaimana harus menjelaskan hubungan mereka. Keluarganya dan Ayah Awan jelas sudah membuat kesepakatan atas pertunangan mereka dan sampai detik ini ketika melihat seluruh perkembangan Awan dan juga menyaksikan kekuatannya, Amanda tidak memungkiri
30 menit sebelumnya.Amanda tidak mengerti alasan kenapa dokter wanita berkerudung di depannya itu, sampai bisa memegang segel terakhir dalam tubuh awan.'Apa hubungan Awan dengannya?'Ketika melihat betapa khawatirnya wanita yang di name tagnya itu tertulis nama 'Annisa Azzahra' tersebut pada Awan, membuat Amanda bertanya-tanya, jika hubungan keduanya pasti bukan sekedar hubungan biasa.Butuh waktu yang sangat lama bagi mereka, sampai akhirnya segel dalam tubuh terlepas. Proses tersebut pasti tidak mudah, karena begitu segel tersebut terlepas sepenuhnya dari dalam tubuh Awan, dua energi yang sebelumnya masih berada di dalam tubuh Awan, jadi menghilang sepenuhnya.Pastinya itu sangat melelahkan, terutama bagi Annisa. Tubuhnya tampak berkeringat dan pijakannya beberapa kali tampak goyah. Meski begitu, ia terlihat tidak ingin menyerah sedikitpun dan tetap berjuang untuk menyelesaikannya. Amanda juga tidak mengerti bagaimana cara Annisa melakukannya. Karena yang tampak di matanya, Annis
Mendengar pertanyaan itu, Kelvin hanya bisa tertawa pahit, "Sayangnya tidak bisa.""Kakak, apa itu artinya kami tidak akan pernah bertemu denganmu lagi?" Tanya Charlote syok.Ternyata itu adalah hari terakhir mereka bisa bertemu dengan Kelvin Sanjaya.Kelvin kembali hanya sebentar, untuk membantu Awan terakhir kalinya. Setelah itu, ia mempercayakan masa depan klan Sanjaya ditangan anaknya. Meski begitu, tidak nampak sedikitpun keraguan atau kekhawatiran di wajah Kelvin. ...Berkat campur tangan divisi zero dan juga militer, semua kekacauan tersebut berhasil di sembunyikan. Selanjutnya, peta penguasa di negeri ini pun mengalami perubahan yang sangat besar, setelah tujuh keluarga naga dikeluarkan setelah bukti keterlibatan mereka dengan organisasi ilegal the shadow begitu jelas, selanjutnya tujuh keluarga naga ini dimasukkan ke dalam daftar hitam dan tentu saja harus menerima hukuman sesuai hukum yang berlaku. Aset mereka disita sepenuhnya oleh negara, meski itu hanya berlaku untuk di
"Kakak, apa yang terjadi padamu sebenarnya" Tanya Charlote heran."Tidak ada yang perlu dikhawatirkan tentang apa yang terjadi padaku, dik. Sekarang, keluarga ini butuh kamu. Aku sudah mewariskan posisiku pada Awan, dialah yang bertanggung jawab terhadap keluarga kita di masa depan. Karena itu, aku butuh kamu untuk membimbingnya."Begitu mendengar Kelvin menyinggung tentang Awan, Charlote baru sadar jika sedari tadi ia tidak melihat ada Awan di sana."Sekarang Awan dimana? Kenapa Aku tidak merasakan keberadaannya?"Kelvin tersenyum tipis dan berkata, "Ia berada di tempat yang aman. Nanti, kamu dapat bertanya pada paman Abimana dimana Awan. Sekali lagi, aku butuh kamu dan yang lainnya untuk membimbing Awan dalam memimpin keluarga kita."Charlote melihat Kelvin lebih dalam, ia merasa perasan tidak nyaman. Terutama karena ucapan Kelvin yang seolah menyiratkan sedang memberikan wasiat terakhir untuknya."Kakak, apa maksudmu? Bukankah kamu bisa melakukannya? Kenapa aku merasa kamu akan per
Saat madam Gao melarikan diri setelah dibiarkan pergi oleh Kelvin sebelumnya. Ternyata para pengikutnya juga ikut melarikan diri ke arah lain, karena merasa pemimpin mereka sudah kalah. Sehingga, mereka juga berusaha untuk menyelamatkan diri mereka masing-masing.Kelvin melirik Abimana sejenak, lalu menjawab pertanyaan Lin, "Tidak udah! Divisi Zero akan mengurus sisanya. Dengan apa yang terjadi hari ini, mereka tidak mungkin lagi berani menginjakkan kakinya di Negeri ini. Bukankah begitu, paman Abimana?"Abimana sambil mengusap jenggotnya, mengangguk setuju dan membenarkan pernyataan Kelvin. "Benar, bukti persekongkolan tujuh keluarga naga dengan the shadow sangat jelas. Segera, negara akan memasukkan nama mereka ke dalam daftar hitam."Tidak berhenti sampai disitu, Abimana segera menambahkan, "Serta.. semua aset mereka akan disita oleh negara."Kening Kelvin dibuat berkerut, ia sama sekali tidak menyangka jika Abimana telah merencanakan ini semua. Semula, ia sudah berencana untuk men
Kelvin melakukan persis seperti janjinya pada Huo, mengirim Awan langsung pada Annisa. Hanya saja, Kelvin sengaja tidak pergi bersama mereka karena berbagai pertimbangan. Untuk menjaga kondisi Awan tetap stabil saat pembukaan penuh segel yang terdapat dalam dirinya, butuh seseorang yang cukup kuat, Amanda adalah orang yang cocok untuk tugas seperti itu."Kemana mereka perginya?" Tanya Abimana penasaran begitu melihat cucunya dan juga Awan tiba-tiba menghilang, setelah sebelumnya Kelvin sempat menjelaskan apa yang harus dilakukan oleh Amanda ketika bertemu wanita yang dapat membuka segel Awan. Hanya sebatas itu, Kelvin tidak menjelaskan lebih banyak.Apalagi ketika mereka menghilang, Kelvin ternyata tidak ikut pergi bersama mereka.Kelvin batuk-batuk sejenak dan bersikap seolah semuanya berjalan normal, "Hmn, tidak apa-apa, paman. Mereka masih di kota ini, tenang saja! hahaha!""Benarkah?" Tanya Abimana ragu, "Lalu, kenapa kamu tidak ikut bersama mereka?""Yah... tentu saja karena masi