Sementara itu, ditempat lainnya dalam sebuah rumah besar bergaya arsitektur Belanda klasik, sekelompok orang yang sedang mengenakan jubah serba hitam dengan topeng rubah, tampak sedang berkumpul dibalik meja berbentuk lingkaran. Dibagian tengah lingkaran dan yang memimpin orang-orang tersebut adalah Madam Guo, pemimpin The Shadow.
Meski usia sudah melewati seratus tahun, Madam Guo memiliki kharisma yang sangat tenang namun sangat mengintimidasi. Alasan yang sama, yang membuatnya masih bertahan dan menjadi pimpinan tertinggi dalam organisasi rahasia terlarang itu hingga sekarang.
Sebagai pimpinan dari organisasi yang mampu mengendalikan 7 keluarga elit di Asia itu, sudah cukup menjadi bukti kemampuannya yang tinggi dan disegani hingga Macanegara.
Dibelakang Madam Guo berdiri dua orang dengan pakaian tradisional Tiongkok dan juga mengenakan topeng, namun dengan bentuk lebih sederhana.
Madam Guo sendiri duduk sambil memainkan sebuah kucing ber
Dengan begitu, mereka akan bisa menguasai keluarga elit lainnya kedalam lingkaran mereka. Tidak masalah, jika satu keluarga Naga lainnya tidak bergabung bersama mereka, karena kekuatan terbesar yang sebenarnya sudah berada dalam genggaman mereka. Dengan begitu, tujuan mereka untuk menguasai negara ini secara keseluruhan akan tercapai.Dengan penuhnya kekuatan mereka, maka mereka akan dengan mudah mengendalikan siapapun orang yang akan menjadi pemimpin di Negeri ini untuk dijadikan sebagai boneka mereka....Calista baru saja memulai sepuluh menit kelas yang diajarnya, ketika seorang mahasiswa mengetuk pintu ruang kuliahnya.Betapa kesalnya Calista, dia paling tidak suka ketika sudah memulai kelas dan masih ada mahasiswa yang datang terlambat. Aturan itu sudah dijelaskannya diawal tahun ajaran, sehingga tidak ada mahasiswa yang berani melanggar aturan main yang telah ditetapkan oleh dosen cantik tersebut.Masih adanya mahasiswa yang tidak tahu
Rani tersenyum usil menggoda Calista yang saat itu sedang mengintrogasi Awan didalam ruang kerja mereka. Rani sendiri tidak menyangka jika Calista akan mengambil inisiatif duluan untuk mengundang Awan ke dalam ruangannya."Uhuk uhuk." Rani sengaja batuk-batuk kecil dan sambil terus mengecek meja kerjanya. Padahal sedang tidak ada sama sekali yang dikerjakannya saat itu."Bu Rani, kamu kenapa?" Tanya Calista tenang, namun matanya melotot tajam pada Rani karena telah sengaja menggodanya. Padahal jelas-jelas, tujuannya membawa Awan ke dalam ruangannya adalah karena formalitas, antara dosen dan mahasiswa. Alasannya, Awan tidak masuk lebih dari seminggu dan sebagai dosen Ia berkewajiban untuk menegur dan memperingatkan mahasiswanya."Oh, tidak apa-apa bu Calista. Ini saya sedang mencari pena saja, untuk mencatat momen penting." Jawab Rani sambil pura-pura memeriksa mejanya.Melihat betapa tidak naturalnya reaksi Rani, Awan hanya menahan senyumnya."Bu,
"Kamu.. kenapa kamu senyum-senyum begitu?""Eh, tidak ada bu." Jawab Awan terkesiap, Ia hampir lupa kalau saat itu sedang membayangkan orangnya tepat didepan orangnya secara langsung. Awan pun dengan cepat mengubah sikapnya, "Maaf, Bu Cal. Saya dipanggil kesini, kenapa ya?" Tanya Awan agar tidak larut dengan lamunannya.Ketika melihat Awan senyum-senyum sendiri barusan, Calista sudah menduga jika pemuda itu pasti sedang menghayalkan ciuman dengannya tempo hari. Ia mau marah, tapi entah kenapa ketika melihat wajah maskulin Awan Ia tidak bisa meluapkan emosinya begitu saja. Beruntung Awan dengan cepat menanyakan alasan pemanggilannya, sehingga Ia bisa melupakan tentang ciuman itu untuk sesaat.Calista pun dengan cepat menata emosinya, Ia mengeluarkan dua amplop dari dalam tas kecil diatas mejanya, lalu mengangsurkannya ke depan Awan."Apa ini, Bu Cal?" Tanya Awan ketika mengambil surat dihadapannya dengan kening sedikit berkerut heran."Baca." Suruh
Adapun surat peringatan ini, bisa jadi dari pihak manajemen kampus yang tidak mengetahui latar belakang Awan sebenarnya.Tapi, Awan urung mengungkapkan hal tersebut begitu menyadari tujuan Calista memarahinya adalah karena besarnya kepedulian Calista terhadapnya. Sehingga, Awan lebih memilih menjadi anak penurut dan mendengar Calista seperti halnya anak kecil yang sedang menuruti perintah orang tuanya."Maaf, tapi Aku benar-benar dalam kesulitan seminggu kemarin." Ucap Awan dengan sengaja memasang ekspresi sedih, sambil dalam hati memikirkan alasan yang dapat diterima oleh Calista."Kesulitan seperti apa, sampai membuatmu meninggalkan kuliah tanpa ada kabar berita sama sekali? Kamu tahu apa artinya surat ini? Satu surat lagi dan kamu resmi DO dari kampus ini." Sahut Calista dengan mata memerah. Ia marah dengan Awan yang lebih mementingkan kesulitan diluar sana dibandingkan masa depannya sendiri.Awan merasa tidak enak hati melihat Calista bisa sampai seem
Entah kenapa, ketika Calista mendengar itu Ia seperti ikut merasakan kesedihan Awan. Ia tidak tahu bagaimana rasanya tinggal seorang diri tanpa keluarga, karena Ia masih memiliki keluarga yang lengkap dan bahagia. Namun sebagai seorang berpendidikan dan berperasaan halus, Calista coba berempati dengan kondisi Awan saat ini. Andai dia yang berada dalam posisi Awan, dia mungkin tidak akan sanggup melewati semua itu dengan kepala masih berdiri tegak.Tinggal sebatang kara dan dia harus berjuang keras untuk menghidupi dirinya dan juga harus bekerja keras untuk membiayai pendidikannya. Mengingat semua orang kebanyakan hanya berjuang untuk bisa bertahan hidup, namun Awan bekerja lebih keras lagi untuk membiayai pendidikannya. Berdasarkan poin ini saja membuat Calista harus menghargai semangat juangnya.Secara tidak langsung, Calista merasakan kekaguman dalam dirinya melihat ketegaran Awan."Ma-maaf, Aku tidak tahu jika kamu mengalami kondisi seperti itu. Apa kamu suda
"Kalau tidak, kita bisa mempublikasikannya lewat media sosial. Sini data dan foto Ayahmu! Aku akan membantu untuk mempublikasikannya. Jangan menyerah hanya karena satu jalan tertutup, karena selalu masih ada jalan lainnya. Jangan bilang kalau kamu belum mencoba jalan ini sama sekali?" Tanya Calista bersemangat begitu memikirkan hal ini.Entah kenapa, ada dorongan kuat dalam dirinya untuk bisa membantu Awan menemukan Ayahnya. Padahal Ia sendiri tidak tahu alasan dibalik kecelakaan yang menimpa ayahnya Awan. Hanya saja, Ia tergerak untuk bisa membantu Awan menghadapi cobaan yang sedang dihadapinya.Disisi lain Awan sempat berpikir, 'Kenapa malah ngototan dia dibanding Aku yah?'.Tapi, begitu mendengar kalimat terakhir Calista. Awan seakan mendapat sebuah pemikiran baru yang belum sempat terpikirkan olehnya sebelum ini. Karena itu, Awan tiba-tiba bersemangat dan segera bangkit dari kursinya."Eh, kamu kenapa?" Tanya Calista yang terkejut dengan sikap Awan ya
Saran dari Calista memberi Awan sebuah ide yang selama ini belum sempat terpikirkan olehnya sama sekali. Selama ini Ia hanya fokus mencari Ayahnya dengan cara konvensional, Ia mengerahkan semua sumber daya yang dimilikinya. Namun hasilnya masih nihil dan ini sudah 3 hari semenjak Ayahnya dinyatakan menghilang.Ucapan Calista sekaligus memberi ide pada Awan, 'Jangan menyerah hanya karena satu jalan tertutup, karena masih ada jalan lainnya.'Kalimat itulah yang sekarang membuat Awan sekarang menjadi lebih bersemangat. Ia langsung kembali ke Villanya dan memutuskan untuk menyendiri di dalam kamarnya, sementara Neo ditugaskan untuk berjaga didepan kamarnya untuk mencegah siapapun menganggu konsentrasinya nanti.Cara itu adalah melalui kekuatan spritual yang diwariskan oleh leluhurnya dan Awan baru terpikirkan ide itu sekarang. Bukankah ketika berada dalam ruang ghoib dan bertemu dengan leluhurnya, Awan dapat melihat ikatan takdir dengan para pendahulunya? 
Setelah terasa mengambang beberapa saat, tiba-tiba Awan merasakan sebuah tarikan yang sangat kuat, seperti medan gravitasi yang sangat berat dan membuatnya seakan melayang jatuh dengan begitu cepat.BaaammmmSukma Awan terhempas jatuh keatas tanah.Sebuah tempat seperti gurun yang sangat luas dengan gravitasi yang begitu kuat menarik sukmanya.'Aneh? Aku bahkan tidak memiliki fisik, tapi gravitasi ini bisa memberikan pengaruh yang begitu kuat?' Pikir Awan heran.Tidak hanya gravitasinya yang aneh, Awan bahkan kesulitan untuk berjalan dengan normal diatas gurun luas ini."Tempat apa ini sebenarnya?"Disaat pikiran Awan dipenuhi dengan banyak pertanyaan, matanya menemukan keanehan lain di gurun luas yang tak berpenghuni ini. Itu adalah pecahan puing dari sebuah pesawat, tidak hanya pesawat, bahkan tidak jauh dari tempatnya berdiri, Awan dapat melihat kapal pesiar yang juga terdampar dan seakan dibiarkan tertinggal disana begitu sa