Adapun surat peringatan ini, bisa jadi dari pihak manajemen kampus yang tidak mengetahui latar belakang Awan sebenarnya.
Tapi, Awan urung mengungkapkan hal tersebut begitu menyadari tujuan Calista memarahinya adalah karena besarnya kepedulian Calista terhadapnya. Sehingga, Awan lebih memilih menjadi anak penurut dan mendengar Calista seperti halnya anak kecil yang sedang menuruti perintah orang tuanya.
"Maaf, tapi Aku benar-benar dalam kesulitan seminggu kemarin." Ucap Awan dengan sengaja memasang ekspresi sedih, sambil dalam hati memikirkan alasan yang dapat diterima oleh Calista.
"Kesulitan seperti apa, sampai membuatmu meninggalkan kuliah tanpa ada kabar berita sama sekali? Kamu tahu apa artinya surat ini? Satu surat lagi dan kamu resmi DO dari kampus ini." Sahut Calista dengan mata memerah. Ia marah dengan Awan yang lebih mementingkan kesulitan diluar sana dibandingkan masa depannya sendiri.
Awan merasa tidak enak hati melihat Calista bisa sampai seem
Entah kenapa, ketika Calista mendengar itu Ia seperti ikut merasakan kesedihan Awan. Ia tidak tahu bagaimana rasanya tinggal seorang diri tanpa keluarga, karena Ia masih memiliki keluarga yang lengkap dan bahagia. Namun sebagai seorang berpendidikan dan berperasaan halus, Calista coba berempati dengan kondisi Awan saat ini. Andai dia yang berada dalam posisi Awan, dia mungkin tidak akan sanggup melewati semua itu dengan kepala masih berdiri tegak.Tinggal sebatang kara dan dia harus berjuang keras untuk menghidupi dirinya dan juga harus bekerja keras untuk membiayai pendidikannya. Mengingat semua orang kebanyakan hanya berjuang untuk bisa bertahan hidup, namun Awan bekerja lebih keras lagi untuk membiayai pendidikannya. Berdasarkan poin ini saja membuat Calista harus menghargai semangat juangnya.Secara tidak langsung, Calista merasakan kekaguman dalam dirinya melihat ketegaran Awan."Ma-maaf, Aku tidak tahu jika kamu mengalami kondisi seperti itu. Apa kamu suda
"Kalau tidak, kita bisa mempublikasikannya lewat media sosial. Sini data dan foto Ayahmu! Aku akan membantu untuk mempublikasikannya. Jangan menyerah hanya karena satu jalan tertutup, karena selalu masih ada jalan lainnya. Jangan bilang kalau kamu belum mencoba jalan ini sama sekali?" Tanya Calista bersemangat begitu memikirkan hal ini.Entah kenapa, ada dorongan kuat dalam dirinya untuk bisa membantu Awan menemukan Ayahnya. Padahal Ia sendiri tidak tahu alasan dibalik kecelakaan yang menimpa ayahnya Awan. Hanya saja, Ia tergerak untuk bisa membantu Awan menghadapi cobaan yang sedang dihadapinya.Disisi lain Awan sempat berpikir, 'Kenapa malah ngototan dia dibanding Aku yah?'.Tapi, begitu mendengar kalimat terakhir Calista. Awan seakan mendapat sebuah pemikiran baru yang belum sempat terpikirkan olehnya sebelum ini. Karena itu, Awan tiba-tiba bersemangat dan segera bangkit dari kursinya."Eh, kamu kenapa?" Tanya Calista yang terkejut dengan sikap Awan ya
Saran dari Calista memberi Awan sebuah ide yang selama ini belum sempat terpikirkan olehnya sama sekali. Selama ini Ia hanya fokus mencari Ayahnya dengan cara konvensional, Ia mengerahkan semua sumber daya yang dimilikinya. Namun hasilnya masih nihil dan ini sudah 3 hari semenjak Ayahnya dinyatakan menghilang.Ucapan Calista sekaligus memberi ide pada Awan, 'Jangan menyerah hanya karena satu jalan tertutup, karena masih ada jalan lainnya.'Kalimat itulah yang sekarang membuat Awan sekarang menjadi lebih bersemangat. Ia langsung kembali ke Villanya dan memutuskan untuk menyendiri di dalam kamarnya, sementara Neo ditugaskan untuk berjaga didepan kamarnya untuk mencegah siapapun menganggu konsentrasinya nanti.Cara itu adalah melalui kekuatan spritual yang diwariskan oleh leluhurnya dan Awan baru terpikirkan ide itu sekarang. Bukankah ketika berada dalam ruang ghoib dan bertemu dengan leluhurnya, Awan dapat melihat ikatan takdir dengan para pendahulunya? 
Setelah terasa mengambang beberapa saat, tiba-tiba Awan merasakan sebuah tarikan yang sangat kuat, seperti medan gravitasi yang sangat berat dan membuatnya seakan melayang jatuh dengan begitu cepat.BaaammmmSukma Awan terhempas jatuh keatas tanah.Sebuah tempat seperti gurun yang sangat luas dengan gravitasi yang begitu kuat menarik sukmanya.'Aneh? Aku bahkan tidak memiliki fisik, tapi gravitasi ini bisa memberikan pengaruh yang begitu kuat?' Pikir Awan heran.Tidak hanya gravitasinya yang aneh, Awan bahkan kesulitan untuk berjalan dengan normal diatas gurun luas ini."Tempat apa ini sebenarnya?"Disaat pikiran Awan dipenuhi dengan banyak pertanyaan, matanya menemukan keanehan lain di gurun luas yang tak berpenghuni ini. Itu adalah pecahan puing dari sebuah pesawat, tidak hanya pesawat, bahkan tidak jauh dari tempatnya berdiri, Awan dapat melihat kapal pesiar yang juga terdampar dan seakan dibiarkan tertinggal disana begitu sa
Awan mengangkat kedua tangannya untuk menenangkan mereka dan lalu berkata, "Tenanglah! Aku tidak bermaksud jahat. Aku baru saja sampai disini. Kalian... apa yang sebenarnya terjadi pada kalian?" Tanya Awan setenang mungkin agar tidak menakuti keduanya.Mungkin karena Awan tampak tersenyum tenang dan sama sekali tidak bermaksud jahat pada mereka, mereka pun tampak mulai tenang. Tapi, yang terjadi selanjutnya, kedua pramugari cantik tersebut kembali terisak sedih."Hiks hiks, kami.. kami tidak tahu apa-apa. Ini semua adalah rencananya kapten Edward, dia berencana untuk meracuni penumpang VIP kami. Dia meminta kami untuk memasukan racun ke dalam makanan. Kami sudah menolaknya, namun kami dipaksa atau mereka akan mencabut lisensi kerja kami berdua. Kami terpaksa, akhirnya kami terpaksa mengikuti kemauan Kapten. Tapi..."Belum sempat pramugari tersebut melanjutkan kalimatnya, Ia kembali menangis.Awan yang tidak sabar menunggu, bertanya dengan nada mendesak, "
"Aku tidak janji, kita akan membicarakannya nanti setelah Aku kembali." Kata Awan lalu berlalu lebih jauh ke dalam bangkai pesawat.Tidak ada satupun jejak keberadaan Ayahnya didalam pesawat.Meski pesawat itu sangat besar, namun itu adalah pesawat pribadi. Hanya terdapat beberapa bangku dengan fasilitas mewah didalamnya. Sehingga pencariannya tidak akan membutuhkan waktu yang lama, tapi tidak ada satupun petunjuk yang bisa didapatkannya.Namun, ketika melihat parahnya kondisi pesawat, Awan sempat ragu jika Ayahnya masih hidup saat ini. Namun fakta bahwa tidak adanya jasad Ayahnya didalam sana, memberi setitik harapan dalam dirinya.Awan meneruskan langkahnya kedalam ruang kokpit. Kondisi didalam sana, tidak kalah mengerikan dengan apa yang terjadi diluar. Diatas kursi pilot dan co-pilot, ada dua mayat tanpa kepala, sementara jendela pesawar dalam keadaan hancur. Besar kemungkinan, petir yang menyambar, langsung menghacurkan kaca jendela pesawat dan
"Setelah itu, saya melihat Ayah anda berjalan keluar ke arah barat." Tambahnya.Wajah Awan tampak langsung berbinar cerah, dengan bersemangat Ia bertanya, "Benarkah.. kamu melihat Ayahku berjalan?"Jika benar demikian, maka besar kemungkinan Ayahnya masih hidup."Iya, saya yakin seratus persen melihat Ayah anda berjalan kearah sana." Jawabnya penuh keyakinan sambil menunjuk arah yang dimaksud.Mendengar itu Awan sedikit lebih tenang sekarang. Tidak mungkin itu adalah roh Ayahnya, karena tidak ada jasad Ayahnya didalam kabin pesawat. Jadi kemungkinan orang yang dilihat oleh pramugari tersebut, benar adalah Ayahnya."Baiklah, terimakasih telah mengatakan hal ini padaku." Ucap Awan tulus. Karena meski tidak berarti banyak, namun petunjuk itu sudah cukup membuktikan jika Ayahnya masih hidup saat ini."Tidak, kamilah yang harusnya berterimakasih pada anda, tuan." Balas mereka, lalu Ia menambahkan, "Andai saja kita bertemu dalam keadaa
"Apa maksudnya semua ini?" Tanya Awan dengan sedikit nada kesal. Ia sadar jika kekuatan Zhansen milik Ayahnya yang tekah membimbingnya hingga sampai ke tempat ini. Namun setelah sampai disini, Ia bahkan tidak bisa mendekati Ayahnya. Padahal Ia bisa melihat Ayahnya yang sekarang sedang berjalan semakin jauh darinya.Awan khawatir, Ayahnya akan berjalan semakin jauh ke dalam sana tanpa Ia bisa menyusulnya sama sekali."Jangan bertanya padaku, seolah-olah Aku yang telah menjebakmu datang kesini, Kid.""Bukankah kamu yang menarikku kesini?""Iya, itu karena kamu membidikku sebelumnya. Bukankah alasan kamu mencariku, untuk bisa menemukan Ayahmu?" Tanya Zhansen Ayahnya itu dengan sikap acuh tak acuh."Iya, tapi kenapa Aku tidak bisa mendekati Ayah sekarang?" Tanya Awan dengan sedikit menurunkan nada bicaranya."Kamu pikir kenapa Aku berada diluar sini?" Bukannya menjawab, Zhansen Ayahnya itu justru bertanya b