"Aku tidak janji, kita akan membicarakannya nanti setelah Aku kembali." Kata Awan lalu berlalu lebih jauh ke dalam bangkai pesawat.
Tidak ada satupun jejak keberadaan Ayahnya didalam pesawat.
Meski pesawat itu sangat besar, namun itu adalah pesawat pribadi. Hanya terdapat beberapa bangku dengan fasilitas mewah didalamnya. Sehingga pencariannya tidak akan membutuhkan waktu yang lama, tapi tidak ada satupun petunjuk yang bisa didapatkannya.
Namun, ketika melihat parahnya kondisi pesawat, Awan sempat ragu jika Ayahnya masih hidup saat ini. Namun fakta bahwa tidak adanya jasad Ayahnya didalam sana, memberi setitik harapan dalam dirinya.
Awan meneruskan langkahnya kedalam ruang kokpit. Kondisi didalam sana, tidak kalah mengerikan dengan apa yang terjadi diluar. Diatas kursi pilot dan co-pilot, ada dua mayat tanpa kepala, sementara jendela pesawar dalam keadaan hancur. Besar kemungkinan, petir yang menyambar, langsung menghacurkan kaca jendela pesawat dan
"Setelah itu, saya melihat Ayah anda berjalan keluar ke arah barat." Tambahnya.Wajah Awan tampak langsung berbinar cerah, dengan bersemangat Ia bertanya, "Benarkah.. kamu melihat Ayahku berjalan?"Jika benar demikian, maka besar kemungkinan Ayahnya masih hidup."Iya, saya yakin seratus persen melihat Ayah anda berjalan kearah sana." Jawabnya penuh keyakinan sambil menunjuk arah yang dimaksud.Mendengar itu Awan sedikit lebih tenang sekarang. Tidak mungkin itu adalah roh Ayahnya, karena tidak ada jasad Ayahnya didalam kabin pesawat. Jadi kemungkinan orang yang dilihat oleh pramugari tersebut, benar adalah Ayahnya."Baiklah, terimakasih telah mengatakan hal ini padaku." Ucap Awan tulus. Karena meski tidak berarti banyak, namun petunjuk itu sudah cukup membuktikan jika Ayahnya masih hidup saat ini."Tidak, kamilah yang harusnya berterimakasih pada anda, tuan." Balas mereka, lalu Ia menambahkan, "Andai saja kita bertemu dalam keadaa
"Apa maksudnya semua ini?" Tanya Awan dengan sedikit nada kesal. Ia sadar jika kekuatan Zhansen milik Ayahnya yang tekah membimbingnya hingga sampai ke tempat ini. Namun setelah sampai disini, Ia bahkan tidak bisa mendekati Ayahnya. Padahal Ia bisa melihat Ayahnya yang sekarang sedang berjalan semakin jauh darinya.Awan khawatir, Ayahnya akan berjalan semakin jauh ke dalam sana tanpa Ia bisa menyusulnya sama sekali."Jangan bertanya padaku, seolah-olah Aku yang telah menjebakmu datang kesini, Kid.""Bukankah kamu yang menarikku kesini?""Iya, itu karena kamu membidikku sebelumnya. Bukankah alasan kamu mencariku, untuk bisa menemukan Ayahmu?" Tanya Zhansen Ayahnya itu dengan sikap acuh tak acuh."Iya, tapi kenapa Aku tidak bisa mendekati Ayah sekarang?" Tanya Awan dengan sedikit menurunkan nada bicaranya."Kamu pikir kenapa Aku berada diluar sini?" Bukannya menjawab, Zhansen Ayahnya itu justru bertanya b
"Oh, syukurlah. Tapi, tidak kusangka anda juga tahu sama nenek-nenek clubing. Fetish anda aneh, om." "Preettt... gini-gini seleraku juga normal kali. Eh, siapa yang kamu panggil om? Emang saya terlihat tampang om-om apa?" Awan tidak menjawab dan hanya menunjuk Hei An sebagai balasan. "Aku? Gouuuu... Kayaknya kamu perlu ku tendang kedalam sana, biar tahu cara berkata yang hormat pada orang yang lebih tua." Awan terkekeh, "Makinya keren, dapat kosakata baru nih. Kalau netijen ku bilangnya 'Asu' itu, om." "Am om am om, terserah kau lah. Lagian netijen kayak gitu kamu dengerin, tar kamu dibilang amatiran lagi oleh fans garis keras mu itu, ngejek tapi ngikutin terus ceritamu yang besenin ini sampai akhir, kan aneh." Ledek Hei An. "Biarin lah, Om. Aku mah gak ambil pusing, seperti kata pepatah, 'Anjing mengonggong kafilah berlalu.' Yang penting Aku menikmati kisah ini, wong ceritaku sendiri kok." Kabut hita
Awan begitu syok mendengar pernyataan dari Hei An. Jika Hei An saja yang sekuat itu saja tidak dapat masuk ke dalam sana, bagaimana Ia bisa memaksakan dirinya? Namun, Awan tidak ingin berputus asa. Bagaimanapun ini menyangkut keselamatan Ayahnya, bagaimana bisa Ia akan menyerah semudah itu? Ayahnya juga pasti akan melakukan hal yang sama, jika itu adalah dirinya yang berada didalam sana. "Tidak, pasti masih ada cara untuk bisa masuk kedalam sana dan membawa Ayah keluar." Ucap Awan tidak mau menyerah begitu saja. Hei An tersenyum getir melihat tekat dan sikap keras kepala Awan, "Kid, sepertinya kamu salah menangkap maksud dari ucapanku." "Salah? Bukankah anda sendiri yang mengatakan jika kita tidak bisa masuk kedalam sana." Sahut Awan dengan tatapan tidak mengerti. Hei An tersenyum tanpa daya sambil menggeleng lemah lalu berkata, "Kamu tahu, didepan kita ada batas alam antara gerbang segitiga bermuda dengan alam jin penguasa se
"Jangan berpikir kalau dirimu lemah dan tidak berguna karena tidaK bisa berbuat apa-apa. Kamu tidak dapat membantu Ayahmu saat ini, bukan berarti karena kamu itu lemah. Tapi, ini bukan jalanmu. Kamu memiliki takdirmu sendiri, Kid." Seakan tahu apa yang sedang dipikirkan oleh Awan, Hei An menambahkan, "Coba pikirkan, seandainya kamu nekat masuk ke dalam sana, bahkan dengan bantuanku sekalipun, berapa banyak dari penguasa alam sana yang bisa kita kalahkan? Ini sama dengan menentang seluruh isi dunia sendirian. Kita bukan Tuhan, kita tidak dapat memaksakan semuanya berjalan sesuai dengan keinginan kita. Bahkan jika itupun terjadi, maka itu sudah takdirnya. Namun sebagian besarnya adalah takdir dari yang kuasa." "Satu-satunya yang dapat kita lakukan saat ini adalah percaya sepenuhnya pada Ayahmu." Awan menghembuskan nafas kesal, "Tapi... berapa lama Ayah akan berada didalam sana?" "Tidak tahu. Semua itu tergantung Ayahmu, seberapa lama dia bisa m
"Keterikatan Zhansen denganmu berbeda dengan keterikatan raja harimau denganmu. Zhansen, bagaimanapun tidak akan pernah mengkhianati tuannya sendiri, terlepas dari seberapa kejam karakternya. Tapi, ruh raja harimau berbeda. Dia adalah reinkarnasi jiwa raja dengan ego tinggi yang menyertainya. Dia terobsesi untuk lahir kembali keatas dunia ini dengan memiliki raga sendiri dan kamu memiliki fisik yang sempurna sebagai wadahnya.""Aku melihat perkembangan Zhansen milikmu tidak normal. Kenaikan levelnya yang terakhir terlihat tidak biasa dan ada campur tangan pihak lain didalamnya."Ucapan Hei An mengejutkan Awan, kecurigaannya terbukti. Dia seharusnya tahu sebatas mana perkembangan kemampuannya sendiri. Namun, kekuatannya terasa berkembang diluar kewajaran. Saat itu, Awan tidak menanyakannya langsung pada Huo, karena bagaimanapun Gumara pasti akan mendengar percakapan mereka, dimana Ia mencurigai alasan perkembangan yang tidak wajar tersebut ada
Keheranannya tersebut terjawab begitu Ia membuka pintu kamarnya, dan menemukan banyak orang sudah berdiri dan menunggu didepan kamarnya. Wajah mereka tampak tegang seperti mencemaskan sesuatu. Sehingga begitu melihat pintu terbuka, semua orang secara serentak mengalihkan pandangannya pada Awan."Kenapa kalian pada berkumpul disini?" Tanya Awan heran namun dengan sikap santai.Tidak seperti jawaban yang diinginkan oleh Awan, Noura dan Riana adalah dua wanita yang pertama kali menghambur ke arahnya. Mereka langsung memeluk Awan dan tampak lega begitu melihat Awan baik-baik saja.Awan yang tiba-tiba dipeluk seperti itu, tentu saja kaget. Ia merasa hanya pergi sebentar, kenapa reaksi dua kakak sepupunya tersebut seperti mereka telah lama tidak berjumpa dengannya? dan bahkan ada indikasi kalau dia melakukan perjalanan yang berbahaya dan tidak akan pernah kembali, sehingga mereka terlihat begitu mengkhawatirkan dirinya."Ka-kak, kalian kenapa?""Diam." S
Neo yang mengerti maksud tatapan Awan, hanya tertunduk malu dan tersipu. Bagaimanapun, Ia turut lega mendapati tuannya baik-baik saja. Ia sempat khawatir, karena telah berhari-hari Awan tidak keluar kamar sama sekali.Sementara, semua orang terus mendesaknya untuk membuka pintu agar bisa melihat kondisi Awan. Namun karena perintah Awan sebelum Ia masuk ke dalam kamarnya, membuat Neo tidak bergeming sedikitpun, meski dengan begitu Ia harus dimarahi oleh keluarga tuannya serta semua orang yang peduli terhadap keselamatan tuannya.Kepatuhannya pada perintah Awan tidak tergoyahkan, kesetiaannya untuk berjaga didepan pintu kamar Awan sama sekali tidak bisa diragukan. Bahkan Ia juga sama sekali tidak makan, untuk mencegah seorang pun tiba-tiba mendobrak masuk ke dalam kamar tuannya.Meski, setelah menyaksikan sendiri kondisi Awan sekarang. Perasaannya menjadi miris, Awan kehilangan berat badannya sampai beberapa kilo dan membuat pipinya terlihat sedikit tirus. Belum l