Keheranannya tersebut terjawab begitu Ia membuka pintu kamarnya, dan menemukan banyak orang sudah berdiri dan menunggu didepan kamarnya. Wajah mereka tampak tegang seperti mencemaskan sesuatu. Sehingga begitu melihat pintu terbuka, semua orang secara serentak mengalihkan pandangannya pada Awan.
"Kenapa kalian pada berkumpul disini?" Tanya Awan heran namun dengan sikap santai.
Tidak seperti jawaban yang diinginkan oleh Awan, Noura dan Riana adalah dua wanita yang pertama kali menghambur ke arahnya. Mereka langsung memeluk Awan dan tampak lega begitu melihat Awan baik-baik saja.
Awan yang tiba-tiba dipeluk seperti itu, tentu saja kaget. Ia merasa hanya pergi sebentar, kenapa reaksi dua kakak sepupunya tersebut seperti mereka telah lama tidak berjumpa dengannya? dan bahkan ada indikasi kalau dia melakukan perjalanan yang berbahaya dan tidak akan pernah kembali, sehingga mereka terlihat begitu mengkhawatirkan dirinya.
"Ka-kak, kalian kenapa?"
"Diam." S
Neo yang mengerti maksud tatapan Awan, hanya tertunduk malu dan tersipu. Bagaimanapun, Ia turut lega mendapati tuannya baik-baik saja. Ia sempat khawatir, karena telah berhari-hari Awan tidak keluar kamar sama sekali.Sementara, semua orang terus mendesaknya untuk membuka pintu agar bisa melihat kondisi Awan. Namun karena perintah Awan sebelum Ia masuk ke dalam kamarnya, membuat Neo tidak bergeming sedikitpun, meski dengan begitu Ia harus dimarahi oleh keluarga tuannya serta semua orang yang peduli terhadap keselamatan tuannya.Kepatuhannya pada perintah Awan tidak tergoyahkan, kesetiaannya untuk berjaga didepan pintu kamar Awan sama sekali tidak bisa diragukan. Bahkan Ia juga sama sekali tidak makan, untuk mencegah seorang pun tiba-tiba mendobrak masuk ke dalam kamar tuannya.Meski, setelah menyaksikan sendiri kondisi Awan sekarang. Perasaannya menjadi miris, Awan kehilangan berat badannya sampai beberapa kilo dan membuat pipinya terlihat sedikit tirus. Belum l
"Huft, kalian..." Riana menghela nafas kesal, lalu berusaha menurunkan intonasinya. Ia coba mengerti kondisi Awan yang memang tidak terbiasa dengan cara hidup ala bangsawan seperti dirinya, "Dek, bagaimanapun kamu sekarang adalah seorang bangsawan. Ada aturan tidak tertulis yang harus ditaati. Itu termasuk tentang etika berpakaian, bersikap dan juga cara kita bicara. Kita tidak bisa mendobrak semua aturan yang ada begitu saja." Tambah Riana coba memberi penjelasan secara baik-baik."Aduh ribet banget." Sahut Noura dengan acuh tak acuh, namun Riana tidak menghiraukannya dan tetap fokus pada Awan.Awan baru saja selesai dengan satu suapan terakhirnya dan meminum segelas penuh air putih diatas mejanya. Bahkan tanpa malu-malu, Ia bersendawa cukup keras dan membuat wajah Riana4 sampai memerah malu karena melihat betapa tidak sopan adik sepupunya tersebut."Astaga, deekk.."Riana kembali hendak menegur sikap Awan, namun keburu Awan berkata, "Sudah-sudah, nanti
Lambat laun, keluarga tiri Awan mungkin akan segera menyadari hal ini. Disaat mereka sedang disibukkan dengan mengalihkan perhatian publik yang mencurigai mereka berada dibalik kecelakaan yang menimpa Kelvin Sanjaya, akibat pernyataan resmi Klan Atmaja sebelumnya. Belum lagi mereka harus bergerak cepat untuk mendapatkan surat resmi meninggalnya Kelvin Sanjaya, agar mereka dapat mengklaim hak waris mereka secara legal. Namun ternyata, usaha pengambil alihan yang telah mereka rencanakan selama bertahun-tahun, hanya berhasil mendapatkan cangkang yang sebagian besar isinya telah kosong.Secara kekuatan, Awan jauh lebih unggul dibanding dengan keluarga tirinya. Meski tidak ada pengumuman secara resmi tentang penunjukkannya sebagai pewaris sah keluarga Sanjaya. Namun dengan adanya, surat kuasa Ayahnya dan sudah terdaftar di notaris, posisi Awan jauh lebih unggul.Namun Awan, sengaja melakukan semuanya secara diam-diam untuk menghindari kehebohan yang tidak perlu. Apala
Selanjutnya Awan memberi perintah tambahan untuk Noura agar disampaikan pada Bimbo dan juga Devi, "Perintahkan pada Nami, agar menempatkan tim Delta untuk menjaga setiap perusahaan dalam RA Grup. Serta Devi untuk menempatkan tim Zeta-nya di lantai 3 RA Grup saat ini, selanjutnya mereka akan membantu sekaligus mengontrol tim keamanan dalam RA Grup dan juga anak perusahannya nanti. Tim pengacara dan bodyguard yang dikirimkan oleh Amelia sebelumnya, bisa jadi adalah salam pembuka. Tujuan mereka sebenarnya adalah memberi tekanan psikologis pada semua orang-orang kita saat ini. Kalau kita lemah, mereka akan menjadikan celah itu untuk memukul kita dengan keras.""Mereka saya beri ijin untuk mengambil tindakan tegas, jika pihak musuh masih coba menguji kesabaran kita. Selain itu, Aku juga akan menemui Hilman Paris besok pagi. Untuk membicarakan pemindahan posisiku saat ini. Nanti Vannesa akan menjadi CEO RA Grup dan dibantu oleh paman Billy serta Kak Riana."Pengumum
Sampai Vannesa yang berdiri disebelahnya menyenggol lengannya untuk menyadarkan dirinya, "Eh, iya. Saya, Bos." Jawabnya terkesiap.Vannesa sempat menahan tawanya melihat betapa salah tingkahnya Elena saat ini. Entah apa yang dipikirkan oleh rekan sekaligus sahabat barunya itu saat ini, sehingga sempat-sempatnya melamun saat CEO memanggil namanya."Ma-maaf, tadi saya sedang tidak fokus. Apa anda ada instruksi untuk saya, Bos?" Imbuh Elena menambahkan, Ia khawatir jika Awan akan menyalahkannya karena tidak langsung menyahut panggilannya.Awan hanya tersenyum kecil, bukannya dia tidak sadar jika sedari tadi Elena selalu mencuri pandang ke arahnya. Namun, Ia bersikap profesional dengan tidak membahas lebih lanjut alasan dibalik 'tidak fokus'nya Elena. Ia bertanya pada Elena, "Tolong katakan pada Pak Hilman, besok silahkan temui saya di Villa ini jam 7 malam. Detailnya, besok akan saya jelaskan.""Baik, Bos.""Dengan kamu sekalian, Elena." Kata Awan men
Setelah selesai membuat pengaturan dan semua orang pergi dari sana, Awan hendak berbalik kekamarnya untuk beristirahat. Namun dari sudut matanya, Ia meangkap ada seorang wanita yang sedang mengintipnya dari kejauhan.Awan tersenyum jahil, dia bermaksud mengusili si pengintip.Wosshh.Hanya dalam satu helaan nafas, tubuhnya sudah menghilang dari anak tangga.Melihat hal itu, si pengintip terkejut bukan kepalang. Itu suatu hal yang terlihat begitu janggal dimatanya.Bagaimana manusia biasa bisa melakukan hal seperti itu?Belum hilang keterkejutannya, saat Ia berbalik."Aaaa.." Teriaknya spontan dan melompat kaget. Dibelakangnya sudah berdiri orang yang tadi diuntitnya secara sembunyi-sembunyi."Kamu ngapain, Gin?" Tanya Awan terkekeh melihat ekspresi terkejut Gina."Eto... eh, kamu-kamu bagaimana bisa berada disini? Bukannya tadi ada disana?" Ucapnya kebingungan."Masa? Aku sedari tadi ada disini kok." U
"Kamu kenapa sih, Cin? Datang-datang malah kayak orang kebingugan gitu?" Tanya Rani, rekan dosen satu ruangan Calista.Calista yang baru saja selesai rapat dengan dekan dan petinggi kampus, memang tampak seperti orang sedang kebingungan.Rapat itu sendiri, sebenarnya rapat rutin bulanan dengan dekan dan sesekali ada rektor atau perwakilannya yang ikut dalam rapat rutin fakultas tersebut. Secara administratif, rapat tersebut hanya dibatasi oleh Dekan dan staf tata usaha saja. Cuma ada kebijakan baru, untuk melibatkan dosen-dosen berprestasi untuk memberi masukan demi perkembangan kampus.Rapat hari ini, juga ada agenda untuk menyaring mahasiswa-mahasiswa bermasalah dan biasanya akan berujung dengan DO sehingga memerlukan persetujuan dekan secara khusus. Mereka itu adalah mahasiswa-mahasiswa yang sengaja atau lalai dalam kewajibannya sebagai mahasiswa JIU.Calista yang mendapat pemberitahuan dari salah seorang temannya yang bekerja sebagai staf administrasi
Penelitian? Pertukaran pelajar? Lomba tingkat universitas? Atau tugas khusus lainnya? Kalaupun iya, Awan sama sekali tidak masuk kualifikasi untuk itu karena statusnya masih mahasiswa baru. Masih ada mahasiswa tingkat diatasnya yang jauh lebih berhak dan itupun harus melalui seleksi terlebih dahulu.Yang jelas semua itu sangat tidak masuk akal sama sekali."Tapi, bagaimana mungkin? Aku sudah lihat profilnya, dia hanya mahasiswa kurang mampu dan itupun hampir tidak lolos seleksi karena telat memasukan berkas pendaftarannya." Sanggah Calista."Siapa tahu saja dia memiliki hubungan kerabat dengan dekan atau rektor."Calista berpikir sejenak, lalu berkata, "Hmn, tapi itu tidak mungkin. Kalaupun begitu, pasti ada penekanan dari dekan atau rektor untuk mengistimewakannya. Seperti halnya Frans, mahasiswa tingkat akhir itu loh. Dekan bahkan sampai memanggil pak Broto, pembimbingnya agar memudahkan urusan Frans, karena dia adalah ponakannya pak Dekan. Tapi, Awan?