"Kamu kenapa sih, Cin? Datang-datang malah kayak orang kebingugan gitu?" Tanya Rani, rekan dosen satu ruangan Calista.
Calista yang baru saja selesai rapat dengan dekan dan petinggi kampus, memang tampak seperti orang sedang kebingungan.
Rapat itu sendiri, sebenarnya rapat rutin bulanan dengan dekan dan sesekali ada rektor atau perwakilannya yang ikut dalam rapat rutin fakultas tersebut. Secara administratif, rapat tersebut hanya dibatasi oleh Dekan dan staf tata usaha saja. Cuma ada kebijakan baru, untuk melibatkan dosen-dosen berprestasi untuk memberi masukan demi perkembangan kampus.
Rapat hari ini, juga ada agenda untuk menyaring mahasiswa-mahasiswa bermasalah dan biasanya akan berujung dengan DO sehingga memerlukan persetujuan dekan secara khusus. Mereka itu adalah mahasiswa-mahasiswa yang sengaja atau lalai dalam kewajibannya sebagai mahasiswa JIU.
Calista yang mendapat pemberitahuan dari salah seorang temannya yang bekerja sebagai staf administrasi
Penelitian? Pertukaran pelajar? Lomba tingkat universitas? Atau tugas khusus lainnya? Kalaupun iya, Awan sama sekali tidak masuk kualifikasi untuk itu karena statusnya masih mahasiswa baru. Masih ada mahasiswa tingkat diatasnya yang jauh lebih berhak dan itupun harus melalui seleksi terlebih dahulu.Yang jelas semua itu sangat tidak masuk akal sama sekali."Tapi, bagaimana mungkin? Aku sudah lihat profilnya, dia hanya mahasiswa kurang mampu dan itupun hampir tidak lolos seleksi karena telat memasukan berkas pendaftarannya." Sanggah Calista."Siapa tahu saja dia memiliki hubungan kerabat dengan dekan atau rektor."Calista berpikir sejenak, lalu berkata, "Hmn, tapi itu tidak mungkin. Kalaupun begitu, pasti ada penekanan dari dekan atau rektor untuk mengistimewakannya. Seperti halnya Frans, mahasiswa tingkat akhir itu loh. Dekan bahkan sampai memanggil pak Broto, pembimbingnya agar memudahkan urusan Frans, karena dia adalah ponakannya pak Dekan. Tapi, Awan?
Calista sedikit mengernyitkan keningnya ketika melihat wanita tersebut, wajahnya terkesan familiar. Tapi karena staf TU tersebut keburu sampai didepannya dan berkata padanya membuat perhatiannya teralihkan, "Bu Calista, ini ada mahasiswa baru kita. Nanti dibantu yah bu, ini berkasnya." Lanjut staf TU tersebut semangat sambil menyerahkan sebuah berkas ke tangan Calista."Tapi, ini sudah berjalan seperempat waktu dari semester berjalan. Apa tidak terlambat untuk masuk sekarang?" Tanya Calista tanpa sama sekali membuka berkas yang ada ditangannya.Meski sebenarnya kasus seperti ini ada beberapa kali terjadi dan pengecualian untuk kalangan tertentu, misal orang tersebut atau keluarganya memiliki latar dan pengaruh yang kuat. Untuk orang biasa, hampir mustahil untuk bisa masuk melalui jalur khusus seperti ini."Tidak apa-apa bu. Dia itu mahasiswa spesial dan ini perintah langsung dari pak Dekan kita." Ucap staff tersebut agak berbisik. Karena alasan tertentu, Ia terl
Tidak terkecuali Awan, mulutnya bahkan ikut ternganga ketika melihat Hanna masuk bersama dengan Calista kedalam kelasnya.Lebih terkejut lagi, ketika Calista memperkenalkan Hanna sebagai mahasiswa baru dikelas mereka.Setiap orang seakan berlomba untuk menarik perhatian Hanna, setiap orang saling berlomba untuk mempersilahkan Hanna duduk didekat mereka. Lagian siapa yang tidak ingin denkat dengan Diva yang sedang nain daun tersebut. Meski secara terbuka, Hanna sudah mengumumkan dirinya mundur dari industri hiburan.Tapi, bagi semua orang yang sudah mengenalnya melalui lagu-lagunya, Hanna tetaplah Diva dihati mereka. Cukup dengan mengenalnya saja, sudah membuat orang menggila. Apalagi bisa duduk didekatnya.Tapi, yang terjadi setiap orang saling menolak satu sama lain. Setiap orang ingin agar Hanna duduk didekatnya, namun tidak ada yang ingin mengalah.Calista sendiri cukup terkejut begitu semua orang menyapa Hanna, bahkan sebelum Ia sempat me
Begitu jam terakhir kuliah hari itu berakhir, rata-rata mahasiswa sekelas Hanna mulai mendekat ke bangku bagian belakang. Sesuatu yang sangat jarang terjadi. Apalagi penyebabnya, jika bukan karena kehadiran Hanna.Didalam kelas tersebut sudah banyak orang terkenal dengan berbagai latar belakang, namun kehadiran Hanna adalah sesuatu yang lain. Itu karena reputasi Hanna yang sudah terkenal se-Asia.Meski sudah menyatakan berhenti dari industri hiburan, namun popularitas Hanna sama sekali tidak berkurang. Bahkan justru melejit tinggi, berkat penampilan terakhirnya yang telah meninggalkan kesan mendalam dihati para penggemarnya.Hanna sendiri cukup terganggu dengan kehadiran banyak orang yang berebut perhatiannya. Sebenarnya, tujuan Hanna kuliah disini adalah agar bisa lebih dekat dengan Awan. Itu karena Ia tahu jika Awan saat ini sedang kuliah.Hanya butuh sedikit informasi baginya, untuk mengetahui Awan kuliah dimana. Dengan memanfaatkan ikatan bathinnya de
Sebenarnya Yanuar agak berat untuk mengikuti Awan dan melewatkan pemandangan indah yang ada didepannya, begitupun dengan Yuma dan Farhan yang duduk dibelakang mereka. Ini adalah kesempatan yang jarang-jarang terjadi, bagaimana mereka bisa melewatkan kesempatan ini begitu saja?Namun, mereka keburu sadar, jika Awan pergi duluan dan mereka tinggal diantara para mahasiswa pembully ini. Bisa-bisa mereka akan menjadi bulan-bulanan lagi, sehingga mereka tidak ada pilihan lain selain mengikuti awan berdiri dan mengemasi barang mereka."Hanna, ikut kita makan yah. Biar gue yang traktir.""Jangan sama dia, sama gue saja. Kita makan dikantin utama kampus, disana ada menu spesial khas JIU. Tenang saja, semua gue yang bayar. Anggap saja ini ucapan selamat datang spesial dari gue."Satu persatu, para cowok mulai bersikap caper dan berlomba untuk bisa mentraktir Hanna makan siang hanya agar mendapat perhatian dari mantan diva cantik itu.Namun,
Keenamnya berjalan keluar ruangan bersama-sama dibawah tatapan ketidak percayaan semua orang."Cait, tolong cubit tangan gue." Seru Seila seakan masih tidak bisa mempercayai apa yang baru saja dilihatnya.Hanna yang seterkenal itu, malah memilih pergi dan berkumpul dengan orang-orang biasa. Sehingga, bagaimanapun Seila coba memikirkannya, Ia masih saja tidak dapat mempercayainya dan menganggap itu pastilah mimpi semata. Itulah alasan yang masuk akal baginya, pastilah itu hanya mimpi."Awww..." Detik berikutnya, Ia berteriak kesakitan begitu Caitlin ternyata benar mencubit lengannya dan meninggalkan jejak merah disana.Seila cemberut, namun Ia tidak bisa marah. Ternyata, Ia masih sadar."Ba-bagaimana bisa, Diva Hanna memilih pergi bersama orang-orang seperti mereka?" Tanyanya kesal.Padahal apa kurangnya Seila? Dia populer dan berkelas. Secara karir, antara dirinya dan Hanna, masih berada di jalur yang sama. Bukankah, orang dengan hobi dan ke
"Oi kalian kenapa jadi robot bisu gini?" Ledek Awan sambil tertawa ngakak melihat ketiga temannya yang tampak canggung, bahkan setelah mereka duduk didalam kantin. Ketiganya sesekali mencuri pandang ke arah Hanna, tapi begitu Hanna balik menatap mereka, ketiganya langsung menunduk malu.Awan maklum, ini adalah pengalaman pertama mereka makan dan duduk bareng orang terkenal seperti Hanna, yang namanya sangat terkenal se-Asia. Sekarang, mereka dapat kesempatan makan bareng dan berkumpul dengan Hanna. Perubahan itu begitu mendadak, ketiganya tidak siap secara mental. Keringat dingin mulai membasahi punggung mereka, rasa minder dan tidak percaya diri muncul begitu saja. Sehingga, sedari tadi hanya Awan dan Hanna saja yang sebenarnya benar-benar saling bicara diantara mereka berenam.Hal yang sama juga dialami oleh Melani, dia senang sekaligus minder disaat bersamaan. Selain hanya menatap kagum dan rasa terimakasih karena telah diajak langsung oleh Hanna, Ia masih belum berani bicara sebeb
"Asem, malah aku yang jadi tukang fotonya." Ujar Awan geleng-geleng kepala. Namun, karena hal ini dapat membuat teman-temannya bahagia, Awan dengan senang hati mengabadikan momen mereka bersama Hanna dan memang ekspresi teman-temannya terlihat begitu lepas dan bahkan terkesan norak.Hal itu juga dikomentari oleh mahasiswa lainnya yang duduk tidak jauh dari mereka."Aiden itu memang kaum paling norak sedunia. Apa mereka tidak pernah berfoto dengan artis kali yah? Sampai segitunya." Sinis sekelompok orang yang duduk tidak jauh dari meja mereka."Iya, sikap mereka sangat kampungan. Bahkan ruang makan dijadikan tempat foto seperti ini." Ucap yang lainnya memandang dengan sikap jijik kearah Awan dan kawan-kawannya."Jadi isu tentang Diva Hanna kuliah ditempat kita itu benar yah?""Iya, ternyata Diva Hanna lebih cantik dari aslinya.""Asal gue bisa jalan dengannya sehari saja, gue rela gak dikasih belanja sebulan sama bokap gue.""Tapi, kok Diva Hanna mau-maunya yah berkumul sama kaum aiden