Setelah kematian Scorpio, Awan berjalan ke arah Vino. Rasa penasarannya terusik, begitu mendengar kalimat Vino sebelumnya. Itu artinya, Ia ditargetkan oleh Vino sendiri bukan karena keluarganya.
Melihat Awan mendekatinya, Vino hendak lari sejauh mungkin untuk menyelamatkan diri. Ia begitu ketakutan dan melihat Awan sebagai jelmaan monster yang sangat mengerikan. Namun tubuhnya begitu lemah, kakinya seperti agar-agar sehingga tidak bisa mengikuti perintah otaknya.
Awan hanya tertawa ringan melihat ekspresi Vino saat ini, Ia tidak menyangka jika seorang Vino yang begitu sombong dan angkuh ketika pertama kali dilihatnya, sekarang berubah jadi sosok mangsa lemah yang sedang meringkuk ketakutan.
Awan berjongkok didepan Vino, sambil matanya menatap penuh kemenangan ke arah Vino.
"Sekarang katakan, kenapa kamu menargetkanku?" Tanya Awan dingin.
Mungkin karena seluruh tubuhnya sudah diliputi oleh ketakutan dan kengerian dari kejadian sebelumnya
PlaakkkDisusul dengan pipi kiri Vino, menyebabkan bengkak diwajahnya jadi merata."Itu untuk niat busukmu terhadap tunanganku."Vino coba mengangkat kedua tangannya untuk mencegah Awan memukul kembali wajahnya, sungguh tidak terbayangkan olehnya jika nasibnya akan berakhir seperti ini. Beruntung Awan tidak melanjutkan tamparannya, jika tidak wajahnya bisa saja menjadi semakin hancur dan tidak lagi bisa dikenali."To-tolong, ampuni aku. A-aku tidak akan berani mendekatimu dan Angel lagi. Asal jangan bunuh aku." Mohonnya ketakutan.Awan berpikir, jika saja Ia melepaskan Vino hari ini. Tidak ada yang tahu, apa yang bisa diperbuatnya dimasa depan. Karena itu Awan memiliki rencana yang jauh lebih baik saat ini, "Baiklah, Aku akan mengampuni nyawamu saat ini. " Komentar Awan tenang.Vino sedikit menurunkan tangannya dan menatap tidak percaya ke arah Awan. Ia kembali memastikan jika Ia tidak salah dengar apa yang telah diucapkan Awan barusan, "A-a
"Angel?" Sapa Awan hangat begitu panggilannya dijawab dari seberang sana.Terdengar suara Angel yang memekik senang, begitu menjawab panggilan telepon dari Awan. Ia begitu senang, karena beberapa hari ini mereka tidak berkomounikasi. Keduanya sama-sama sibuk dengan kegiatannya masing-masing, Angel sedang sibuk mempersiapkan acara wisudanya yang akan datang dalam beberapa minggu ke depan. Begitupun dengan Awan, yang sedang sibuk dengan urusan kuliah, kerja dan ditambah situasi Vino yang coba mengancamnya."Hmn, tumben menelpon duluan?" Tanya Angel pelan dengan sedikit bahasa sindiran, karena selama ini biasanya Angel yang selalu berinisiatif menghubungi Awan terlebih dahulu. Apalagi jarak mereka yang cukup jauh dan terdapat perbedaan zona waktu, sehingga mereka harus menentukan jadwal yang tepat untuk berkomunikasi dan tidak saling menganggu aktifitas mereka.Awalnya memang susah, tapi seiring berjalannya waktu, keduanya pun mulai membiasakan diri. Justru dengan
"Iya, semua berjalan lancar. Jadi tanggalnya tidak ada perubahan..."Lalu Angel bercerita panjang lebar tentang persiapan wisudanya dan juga teman-temannya disana. Banyak hal yang membuatnya begitu semangat ketika bercerita, terlebih yang mendengar ceritanya adalah sang kekasih yang begitu dicintainya, Angel seakan tidak kehabisan bahan sedikitpun untuk menceritakan kesehariannya pada Awan."Astaga! Aku lupa, disana pasti sudah dini hari yah?""Hehehe iya, sudah jam empat dini hari." Ucap Awan tertawa mendengar nada terkejut Angel. Padahal mereka sudah bicara lumayan lama, lebih kurang 25 menit dan Angel baru terkejutnya sekarang."Sayang, kamu istirahat dulu yah. Nanti pasti akan mengantuk kerjanya, ingat kamu harus jaga kesehatan. Aku tidak mau kalau kamu sampai sakit, karena aku pasti yang paling menderita kalau tahu kamu sakit disana, karena Aku tidak ada disana untuk merawatmu." Ucap Angel sedih.Perasaan Awan menjadi hangat ketika mende
"HAHAHA..." Xynthia Lang tertawa sampai terpingkal-pingkal, bahkan Ia sama sekali tidak mempedulikan tatapan kesal terhadapnya. Kejaidan konyol dinihari tadi tidak henti-hentinya membuat Xynthia tertawa bahkan sampai memegangi perutnya karena saking tidak tahan untuk menertawakan tuan mudanya."Kenapa gak sekalian ditidurin aja tuan muda? Xixixi..." Lanjutnya dengan komentar yang jauh lebih konyol, sampai-sampai membuat wajah Awan dan gadis disebelahnya jadi tersipu."Duh, nih bocil ngomongnya yah..." Untuk menutupi rasa malunya, Awan pun meloncat ke arah Xynthia dan coba menutup mulut gadis imut tersebut biar tidak mengeluarkan komentar yang lebih berbahaya."Hahaha... ampuunnn... tuan muda, xixixi.. hahaha gelii.." Xynthia menggelinjang kegelian, karena saat Ia akan berbicara lagi untuk menggoda tuan muda gantengnya itu, Awan bergerak lebih cepat menggelitiknya.Pemandangan tersebut cukup aneh dimata tamu perempuan yang saat itu sudah mengenakan kaos da
Karena kesalahan yang tanpa disengaja itu membuat Xynthia jadi ada bahan untuk menertawakan kecanggungan Awan dan juga Gina ketika Xynthia masuk ke dalam kamar, begitu mendengar teriakan Gina yang cukup kencang. Semula Xynthia mengira ada musuh menyergap Gina dalam kamar, namun kenyataannya Ia sedang mendapati Awan sedang bertelanjang dada dan Gina yang pakaian atasnya sedikit kusut."Eh, maaf. Kalian mau bercinta yah?" Tanya Xynthia dengan wajah polos.Jelas saja, pertanyaan polos dari gadis yang masih abege seperti Xynthia membuat kecanggungan diantara mereka menjadi lebih kentara. Mereka sempat saling menatap dengan ekspresi canggung satu sama lain. Sebelum Awan segera sadar, atau mereka tidak akan bisa mengelak lagi jika seandainya pelayan lainnya ikut mendapati kondisi mereka seperti sekarang ini."Bercinta kepalamu itu." Teriak Awan sewot, Ia lalu bergegas mengambil kaosnya dan berjalan keluar kamar.Disilah mereka sekarang, mereka bertiga dud
"Ada apa dengan ekspresimu itu?" Tanya Awan dengan cemberut."Hmn.. eto.. A-anu.." Gina berubah jadi gugup, Ia tidak berani beradu tatapan dengan Awan setelah Ia tahu latar belakang Awan yang sebenarnya. Perubahan persepsi yang terlalu mendadak membuat seorang Gina kebingungan bagaimana harus menempatkan dirinya. Jangankan dirinya, bahkan keluarganya sekalipun mungkin hanya seujung kuku jika dibandingkan dengan status Awan saat ini."Hah, anu mu kenapa? Aku gak sampai nyentuh anu mu loh." Ucap Awan sengaja mencandai Gina yang sekarang kelihatan seperti orang panik."Ah tuan mudaa mesuumm.. Jadi, itu tadi beneran? Tuan muda sudah menyentuh.. hmnn" Teriak Xynthia sambil membuat gerakan kembang kempis dengan jari-jarinya.Cetek."Aduh duh..." Xynthia mengaduh pelan dan langsung memegangi keningnya yang memerah habis dijentik Awan, takut tuan mudanya akan memukul kembali kepalanya."Mulutnyaa.. Enaknya diapain tuh ya!" Gerutu Awan ke
"Itu saja? Kamu tidak ingin tahu siapa yang telah membunuh keluargamu? Kamu tidak kelihatan bersedih kehilangan mereka?" Tanya Awan sedikit penasaran dengan sikap Gina. Tidak seperti orang yang sedang berduka ketika mengetahui seluruh keluarganya telah tiada, apalagi mereka tewasnya menggenaskan karena dibantai.Gina menghelas nafas sedikit dalam lalu menghembuskannya dengan pelan, dia dengan tenang berkata, "Aku tahu, suatu saat Ayah pasti akan menuai apa yang telah ditanamnya selama ini. Jadi Aku telah siap dan merelakannya.""Sebentar! Kamu sudah tahu apa yang dikerjakan oleh ayahmu?" Tanya Awan tidak menduga.Gina mengangguk pelan, "Iya, Aku juga sudah berulang kali mengingatkan Ayah untuk tidak bermain dengan bisnis ilegalnya, tapi dia tidak pernah mendengarkanku dan berdalih itu semua untuk masa depanku. Aku juga tahu kalau kalau Ayah suka bermain wanita selama ini.""Ibumu tahu?"Gina menggeleng pelan dengan senyum getir Ia men
Awan sengaja diam beberapa saat untuk menunggu respon dari Gina.Gadis manis berpipi chubby tersebut ikutan terdiam untuk mencerna penjelasan Awan.Awan sedikit lega karena tidak menemukan jejak kemarahan atau kebencian dimata Gina, Ia justru terlihat begitu tenang."Seperti tadi yang kubilang, Ayah pasti akan menuai apa yang telah ditanamnya. Jika tidak karena gedung tua tersebut, pasti ada hal lainnya yang suatu saat akan membunuh Ayah. Yang kusedihkan, kami semua ikut terkena dampak karena perbuatannya.""Baguslah kalau kamu berpikir seperti itu. Sekarang kita bisa siap-siap berangkat kuliah, jam 9 ada kuliah pertama hari ini. Namun sebelum itu, kuminta satu hal."Gina sedikit gugup, 'Apa Awan akan meminta syarat khusus sebagai balasan bantuan yang diberikannya?' Pikirnya.Gina sadar, Awan tidak mungkin akan meminta imbalan materi padanya karena Ia sendiri sudah kelebihan materi saat ini. Masalahnya adalah jika Awan memi