"Iya, semua berjalan lancar. Jadi tanggalnya tidak ada perubahan..."
Lalu Angel bercerita panjang lebar tentang persiapan wisudanya dan juga teman-temannya disana. Banyak hal yang membuatnya begitu semangat ketika bercerita, terlebih yang mendengar ceritanya adalah sang kekasih yang begitu dicintainya, Angel seakan tidak kehabisan bahan sedikitpun untuk menceritakan kesehariannya pada Awan.
"Astaga! Aku lupa, disana pasti sudah dini hari yah?"
"Hehehe iya, sudah jam empat dini hari." Ucap Awan tertawa mendengar nada terkejut Angel. Padahal mereka sudah bicara lumayan lama, lebih kurang 25 menit dan Angel baru terkejutnya sekarang.
"Sayang, kamu istirahat dulu yah. Nanti pasti akan mengantuk kerjanya, ingat kamu harus jaga kesehatan. Aku tidak mau kalau kamu sampai sakit, karena aku pasti yang paling menderita kalau tahu kamu sakit disana, karena Aku tidak ada disana untuk merawatmu." Ucap Angel sedih.
Perasaan Awan menjadi hangat ketika mende
"HAHAHA..." Xynthia Lang tertawa sampai terpingkal-pingkal, bahkan Ia sama sekali tidak mempedulikan tatapan kesal terhadapnya. Kejaidan konyol dinihari tadi tidak henti-hentinya membuat Xynthia tertawa bahkan sampai memegangi perutnya karena saking tidak tahan untuk menertawakan tuan mudanya."Kenapa gak sekalian ditidurin aja tuan muda? Xixixi..." Lanjutnya dengan komentar yang jauh lebih konyol, sampai-sampai membuat wajah Awan dan gadis disebelahnya jadi tersipu."Duh, nih bocil ngomongnya yah..." Untuk menutupi rasa malunya, Awan pun meloncat ke arah Xynthia dan coba menutup mulut gadis imut tersebut biar tidak mengeluarkan komentar yang lebih berbahaya."Hahaha... ampuunnn... tuan muda, xixixi.. hahaha gelii.." Xynthia menggelinjang kegelian, karena saat Ia akan berbicara lagi untuk menggoda tuan muda gantengnya itu, Awan bergerak lebih cepat menggelitiknya.Pemandangan tersebut cukup aneh dimata tamu perempuan yang saat itu sudah mengenakan kaos da
Karena kesalahan yang tanpa disengaja itu membuat Xynthia jadi ada bahan untuk menertawakan kecanggungan Awan dan juga Gina ketika Xynthia masuk ke dalam kamar, begitu mendengar teriakan Gina yang cukup kencang. Semula Xynthia mengira ada musuh menyergap Gina dalam kamar, namun kenyataannya Ia sedang mendapati Awan sedang bertelanjang dada dan Gina yang pakaian atasnya sedikit kusut."Eh, maaf. Kalian mau bercinta yah?" Tanya Xynthia dengan wajah polos.Jelas saja, pertanyaan polos dari gadis yang masih abege seperti Xynthia membuat kecanggungan diantara mereka menjadi lebih kentara. Mereka sempat saling menatap dengan ekspresi canggung satu sama lain. Sebelum Awan segera sadar, atau mereka tidak akan bisa mengelak lagi jika seandainya pelayan lainnya ikut mendapati kondisi mereka seperti sekarang ini."Bercinta kepalamu itu." Teriak Awan sewot, Ia lalu bergegas mengambil kaosnya dan berjalan keluar kamar.Disilah mereka sekarang, mereka bertiga dud
"Ada apa dengan ekspresimu itu?" Tanya Awan dengan cemberut."Hmn.. eto.. A-anu.." Gina berubah jadi gugup, Ia tidak berani beradu tatapan dengan Awan setelah Ia tahu latar belakang Awan yang sebenarnya. Perubahan persepsi yang terlalu mendadak membuat seorang Gina kebingungan bagaimana harus menempatkan dirinya. Jangankan dirinya, bahkan keluarganya sekalipun mungkin hanya seujung kuku jika dibandingkan dengan status Awan saat ini."Hah, anu mu kenapa? Aku gak sampai nyentuh anu mu loh." Ucap Awan sengaja mencandai Gina yang sekarang kelihatan seperti orang panik."Ah tuan mudaa mesuumm.. Jadi, itu tadi beneran? Tuan muda sudah menyentuh.. hmnn" Teriak Xynthia sambil membuat gerakan kembang kempis dengan jari-jarinya.Cetek."Aduh duh..." Xynthia mengaduh pelan dan langsung memegangi keningnya yang memerah habis dijentik Awan, takut tuan mudanya akan memukul kembali kepalanya."Mulutnyaa.. Enaknya diapain tuh ya!" Gerutu Awan ke
"Itu saja? Kamu tidak ingin tahu siapa yang telah membunuh keluargamu? Kamu tidak kelihatan bersedih kehilangan mereka?" Tanya Awan sedikit penasaran dengan sikap Gina. Tidak seperti orang yang sedang berduka ketika mengetahui seluruh keluarganya telah tiada, apalagi mereka tewasnya menggenaskan karena dibantai.Gina menghelas nafas sedikit dalam lalu menghembuskannya dengan pelan, dia dengan tenang berkata, "Aku tahu, suatu saat Ayah pasti akan menuai apa yang telah ditanamnya selama ini. Jadi Aku telah siap dan merelakannya.""Sebentar! Kamu sudah tahu apa yang dikerjakan oleh ayahmu?" Tanya Awan tidak menduga.Gina mengangguk pelan, "Iya, Aku juga sudah berulang kali mengingatkan Ayah untuk tidak bermain dengan bisnis ilegalnya, tapi dia tidak pernah mendengarkanku dan berdalih itu semua untuk masa depanku. Aku juga tahu kalau kalau Ayah suka bermain wanita selama ini.""Ibumu tahu?"Gina menggeleng pelan dengan senyum getir Ia men
Awan sengaja diam beberapa saat untuk menunggu respon dari Gina.Gadis manis berpipi chubby tersebut ikutan terdiam untuk mencerna penjelasan Awan.Awan sedikit lega karena tidak menemukan jejak kemarahan atau kebencian dimata Gina, Ia justru terlihat begitu tenang."Seperti tadi yang kubilang, Ayah pasti akan menuai apa yang telah ditanamnya. Jika tidak karena gedung tua tersebut, pasti ada hal lainnya yang suatu saat akan membunuh Ayah. Yang kusedihkan, kami semua ikut terkena dampak karena perbuatannya.""Baguslah kalau kamu berpikir seperti itu. Sekarang kita bisa siap-siap berangkat kuliah, jam 9 ada kuliah pertama hari ini. Namun sebelum itu, kuminta satu hal."Gina sedikit gugup, 'Apa Awan akan meminta syarat khusus sebagai balasan bantuan yang diberikannya?' Pikirnya.Gina sadar, Awan tidak mungkin akan meminta imbalan materi padanya karena Ia sendiri sudah kelebihan materi saat ini. Masalahnya adalah jika Awan memi
Pada akhirnya, Xynthia tetap jadi sopir dan mengantar Awan dan Gina ke kampus. Meski dengan begitu, Awan harus duduk didepan dan duduk disebelahnya. Jika tidak, gadis abege yang sedang puber tersebut akan keluar mode cerewetnya. Tidak masalah jika cerewetnya hanya sebentar, tapi jika harus mendengar ceriwisnya Xhynthia sepanjang perjalanan ke kampusnya, bisa-bisa Awan akan mengajukan pensiun sebagai pemeran utama dalam cerita ini nantinya.Saat itu, Awan baru saja mengaktifkan kembali hpnya. Baru saja aktif, beberapa notifikasi pesan secara beruntun masuk ke inboxnya. Bahkan sebelum sempat Awan membaca pesan-pesan tersebut, Vannesa Lee menjadi orang pertama yang menelponnya dan mengabarkan jika Elena sedang ada di perusahaan mereka dan meminta Awan untuk memberi arahan tetang kontrak kerjasama mereka. Awan sudah menyiapkan draft tentang itu sebelumnya, sehingga tidak ada yang perlu penanganannya secara langsung.Diakhir panggilannya, Vannesa tampak malu-
"Jadi ada info apa?" Tanya Awan greget dengan sikap Rachel."Adikku mendarat sore ini." Jawab Rachel berat. Ia seperti enggan memberitahukan berita ini pada Awan dan mulai curiga kalau Awan sebenarnya adalah tipikal seorang player. Beberapa kali pertemuan Rachel dengan Awan baru-baru ini, selalu dalam momen ketika Awan sedang bersama dengan wanita.Pertama, mereka bertemu saat Awan sedang dinner dengan Mikha di salah satu resto mewah di area komersil. Selanjutnya, mereka bertemu saat Awan sedang dalam lift berdua dengan Vannesa Lee. Sekarang, Awan sedang berkendara dua orang wanita lainnya. Bagaimana Rachel tidak akan mencurigainya?Jika bukan karena adiknya yang selalu rewel menanyakan tentang Awan padanya, mungkin Rachel akan menjauhi Awan dan merekomendasikan cowok lainnya yang dikiranya lebih cocok untuk adiknya itu. Namun, Hanna menyimpan satu nama dalam hatinya, Awan dan sepertinya tidak berminat lagi pada pria lain selain Awan.Dia k
"Iya, masuk kok. Ini sedang dijalan, Cal.""Oh, ya sudah. Hati-hati dijalan."Tutt tutt tuutt'Assuu, dikecengin lagi.' Rutuk Awan kesal.Ingin rasanya Ia membanting HPnya saat ini, diputus sambung dalam telpon secara tiba-tiba, sakitnya tuh lebih sakit daripada ditampar sama nenek-nenek perawan ditengah pasar dan dilihatin banyak orang.Ada satu lagi wanita seperti ini yang menelponnya, bisa jadi hatrick nih.Benar saja, ada sebuah panggilan lagi menghubunginya. Ketika melihat ID pemanggilnya, Awan bisa sedikit bernafas lega. Untung kali yang menghubunginya batangan bukan donat kentang lagi."Ya, ada apa Bang Topan?" Ucap Awan acuh tak acuh.Ternyata Topan melaporkan perkembangan markas anjing yang sedang mereka bangun. Pembangunan itu sendiri sudah berjalan 70 persen hanya dalam waktu sehari, sebuah progres yang mengesankan. Orang-orang yang dipercayakan Awan dalam membangun markas itu sendiri sangat profesiona