Karena kesalahan yang tanpa disengaja itu membuat Xynthia jadi ada bahan untuk menertawakan kecanggungan Awan dan juga Gina ketika Xynthia masuk ke dalam kamar, begitu mendengar teriakan Gina yang cukup kencang. Semula Xynthia mengira ada musuh menyergap Gina dalam kamar, namun kenyataannya Ia sedang mendapati Awan sedang bertelanjang dada dan Gina yang pakaian atasnya sedikit kusut.
"Eh, maaf. Kalian mau bercinta yah?" Tanya Xynthia dengan wajah polos.
Jelas saja, pertanyaan polos dari gadis yang masih abege seperti Xynthia membuat kecanggungan diantara mereka menjadi lebih kentara. Mereka sempat saling menatap dengan ekspresi canggung satu sama lain. Sebelum Awan segera sadar, atau mereka tidak akan bisa mengelak lagi jika seandainya pelayan lainnya ikut mendapati kondisi mereka seperti sekarang ini.
"Bercinta kepalamu itu." Teriak Awan sewot, Ia lalu bergegas mengambil kaosnya dan berjalan keluar kamar.
Disilah mereka sekarang, mereka bertiga dud
"Ada apa dengan ekspresimu itu?" Tanya Awan dengan cemberut."Hmn.. eto.. A-anu.." Gina berubah jadi gugup, Ia tidak berani beradu tatapan dengan Awan setelah Ia tahu latar belakang Awan yang sebenarnya. Perubahan persepsi yang terlalu mendadak membuat seorang Gina kebingungan bagaimana harus menempatkan dirinya. Jangankan dirinya, bahkan keluarganya sekalipun mungkin hanya seujung kuku jika dibandingkan dengan status Awan saat ini."Hah, anu mu kenapa? Aku gak sampai nyentuh anu mu loh." Ucap Awan sengaja mencandai Gina yang sekarang kelihatan seperti orang panik."Ah tuan mudaa mesuumm.. Jadi, itu tadi beneran? Tuan muda sudah menyentuh.. hmnn" Teriak Xynthia sambil membuat gerakan kembang kempis dengan jari-jarinya.Cetek."Aduh duh..." Xynthia mengaduh pelan dan langsung memegangi keningnya yang memerah habis dijentik Awan, takut tuan mudanya akan memukul kembali kepalanya."Mulutnyaa.. Enaknya diapain tuh ya!" Gerutu Awan ke
"Itu saja? Kamu tidak ingin tahu siapa yang telah membunuh keluargamu? Kamu tidak kelihatan bersedih kehilangan mereka?" Tanya Awan sedikit penasaran dengan sikap Gina. Tidak seperti orang yang sedang berduka ketika mengetahui seluruh keluarganya telah tiada, apalagi mereka tewasnya menggenaskan karena dibantai.Gina menghelas nafas sedikit dalam lalu menghembuskannya dengan pelan, dia dengan tenang berkata, "Aku tahu, suatu saat Ayah pasti akan menuai apa yang telah ditanamnya selama ini. Jadi Aku telah siap dan merelakannya.""Sebentar! Kamu sudah tahu apa yang dikerjakan oleh ayahmu?" Tanya Awan tidak menduga.Gina mengangguk pelan, "Iya, Aku juga sudah berulang kali mengingatkan Ayah untuk tidak bermain dengan bisnis ilegalnya, tapi dia tidak pernah mendengarkanku dan berdalih itu semua untuk masa depanku. Aku juga tahu kalau kalau Ayah suka bermain wanita selama ini.""Ibumu tahu?"Gina menggeleng pelan dengan senyum getir Ia men
Awan sengaja diam beberapa saat untuk menunggu respon dari Gina.Gadis manis berpipi chubby tersebut ikutan terdiam untuk mencerna penjelasan Awan.Awan sedikit lega karena tidak menemukan jejak kemarahan atau kebencian dimata Gina, Ia justru terlihat begitu tenang."Seperti tadi yang kubilang, Ayah pasti akan menuai apa yang telah ditanamnya. Jika tidak karena gedung tua tersebut, pasti ada hal lainnya yang suatu saat akan membunuh Ayah. Yang kusedihkan, kami semua ikut terkena dampak karena perbuatannya.""Baguslah kalau kamu berpikir seperti itu. Sekarang kita bisa siap-siap berangkat kuliah, jam 9 ada kuliah pertama hari ini. Namun sebelum itu, kuminta satu hal."Gina sedikit gugup, 'Apa Awan akan meminta syarat khusus sebagai balasan bantuan yang diberikannya?' Pikirnya.Gina sadar, Awan tidak mungkin akan meminta imbalan materi padanya karena Ia sendiri sudah kelebihan materi saat ini. Masalahnya adalah jika Awan memi
Pada akhirnya, Xynthia tetap jadi sopir dan mengantar Awan dan Gina ke kampus. Meski dengan begitu, Awan harus duduk didepan dan duduk disebelahnya. Jika tidak, gadis abege yang sedang puber tersebut akan keluar mode cerewetnya. Tidak masalah jika cerewetnya hanya sebentar, tapi jika harus mendengar ceriwisnya Xhynthia sepanjang perjalanan ke kampusnya, bisa-bisa Awan akan mengajukan pensiun sebagai pemeran utama dalam cerita ini nantinya.Saat itu, Awan baru saja mengaktifkan kembali hpnya. Baru saja aktif, beberapa notifikasi pesan secara beruntun masuk ke inboxnya. Bahkan sebelum sempat Awan membaca pesan-pesan tersebut, Vannesa Lee menjadi orang pertama yang menelponnya dan mengabarkan jika Elena sedang ada di perusahaan mereka dan meminta Awan untuk memberi arahan tetang kontrak kerjasama mereka. Awan sudah menyiapkan draft tentang itu sebelumnya, sehingga tidak ada yang perlu penanganannya secara langsung.Diakhir panggilannya, Vannesa tampak malu-
"Jadi ada info apa?" Tanya Awan greget dengan sikap Rachel."Adikku mendarat sore ini." Jawab Rachel berat. Ia seperti enggan memberitahukan berita ini pada Awan dan mulai curiga kalau Awan sebenarnya adalah tipikal seorang player. Beberapa kali pertemuan Rachel dengan Awan baru-baru ini, selalu dalam momen ketika Awan sedang bersama dengan wanita.Pertama, mereka bertemu saat Awan sedang dinner dengan Mikha di salah satu resto mewah di area komersil. Selanjutnya, mereka bertemu saat Awan sedang dalam lift berdua dengan Vannesa Lee. Sekarang, Awan sedang berkendara dua orang wanita lainnya. Bagaimana Rachel tidak akan mencurigainya?Jika bukan karena adiknya yang selalu rewel menanyakan tentang Awan padanya, mungkin Rachel akan menjauhi Awan dan merekomendasikan cowok lainnya yang dikiranya lebih cocok untuk adiknya itu. Namun, Hanna menyimpan satu nama dalam hatinya, Awan dan sepertinya tidak berminat lagi pada pria lain selain Awan.Dia k
"Iya, masuk kok. Ini sedang dijalan, Cal.""Oh, ya sudah. Hati-hati dijalan."Tutt tutt tuutt'Assuu, dikecengin lagi.' Rutuk Awan kesal.Ingin rasanya Ia membanting HPnya saat ini, diputus sambung dalam telpon secara tiba-tiba, sakitnya tuh lebih sakit daripada ditampar sama nenek-nenek perawan ditengah pasar dan dilihatin banyak orang.Ada satu lagi wanita seperti ini yang menelponnya, bisa jadi hatrick nih.Benar saja, ada sebuah panggilan lagi menghubunginya. Ketika melihat ID pemanggilnya, Awan bisa sedikit bernafas lega. Untung kali yang menghubunginya batangan bukan donat kentang lagi."Ya, ada apa Bang Topan?" Ucap Awan acuh tak acuh.Ternyata Topan melaporkan perkembangan markas anjing yang sedang mereka bangun. Pembangunan itu sendiri sudah berjalan 70 persen hanya dalam waktu sehari, sebuah progres yang mengesankan. Orang-orang yang dipercayakan Awan dalam membangun markas itu sendiri sangat profesiona
Seorang wanita berusial awal 27an dan berpenampilan anggun namun dengan mata sedikit sipit datang ke rumah sakit JKS dengan seorang pengawal perempuan di belakangnya. Pembawaannya tampak tenang namun terkesan sangat dingin. Pengawal perempuan dibelakangnya memiliki ekspresi jauh lebih dingin, meski memiliki wajah yang cantik namun langkah kakinya terlihat sangat tegap yang menandakan Ia adalah seorang ahli beladiri yang sangat cakap.Keduanya menuju sebuah ruangan VIP yang ada dilantai atas. Saat berada dilantai yang mereka tuju, didepan ruangan sudah berdiri empat orang pengawal yang sedang berjaga dan bertanggung jawab untuk memastikan keamanan seorang pasien didalam ruangan.Keempat pengawal tersebut langsung menunduk hormat begitu si wanita sudah berada didepan mereka, "Pagi nona Elisa." Ucap keempatnya dengan gugup. Mereka bahkan tidak berani mengangkat kepala mereka sebelum si wanita menyuruhnya demikian."Bagaimana kondisi adikku?" Tanya Elisa datar
Seluruh pengawal dibuat bingung, tidak ada diantara mereka yang bisa mengetahui jelas apa yang terjadi sebenarnya. Mereka telah mengerahkan seluruh kekuatan yang mereka miliki untuk membongkar misteri ini, namun hasilnya tetap nihil. Sementara mereka menyimpulkan jika kejadian dini hari itu terjadi akibat pengkhianatan Russel dan 9 orang penjaga lainnya.Mereka mengira, Vino dipaksa untuk ke dermaga untuk mengeksekusinya disana. Namun, apa motif Russel melakukannya? tidak ada yang tahu.Kesimpulan itu sendiri berdasarkan fakta kondisi jasad Russel yang tewas terpotong akibat wakizashi-nya Scorpio. Namun, anehnya Scorpio ikut tewas dini hari tadi bersama dengan Russel dan yang lainnya.Itu semakin membingungkan semua orang, karena dengan kemampuannya tidak mungkin Russel bisa membunuh Scorpio, bahkan dengan dibantu oleh 9 orang bersamanya sekalipun. Kuat dugaan ada pihak lain yang terlibat dini hari tadi dan pihak lain itu juga yang melumpuhkan kedua ten