Home / Romansa / GARA-GARA SALAH KIRIM / SALAH KIRIM PESAN

Share

GARA-GARA SALAH KIRIM
GARA-GARA SALAH KIRIM
Author: Reinee

SALAH KIRIM PESAN

Author: Reinee
last update Last Updated: 2021-02-03 12:36:28

    [Uang semesteran udah aku transfer ya, Sayang.]

    Itu bunyi pesan w******p yang baru saja aku terima dari nomer HP Mas Reyfan, suamiku. Uang semesteran? Kapan aku pernah bilang butuh uang buat semesteran? Sedangkan anak kami saja, Keenan, usianya baru 3 tahun dan belum bersekolah.

    Sayang? Kapan juga suamiku itu pernah memanggilku dengan sebutan manis seperti itu? Panggilannya untukku kan 'Mama', dan itu pun lebih karena membiasakan panggilan untuk anak kami. 

    Saat kami sedang berdua saja, dia bahkan hanya memanggilku 'Hani'. Bagus sih kalau itu Bahasa Inggris, jika terdengar di telinga orang maka seolah-olah dia sedang memanggilku 'Sayang'. Tapi sayangnya, itu namaku, Hanifa Larasati. Jadi, siapa itu yang sedang dia kirimi pesan sebenarnya?

    Hanya sepersekian detik aku memandangi pesan dengan dahi berkerut sebelum kemudian tulisan itu mendadak hilang dari layar ponselku. Aku kaget bukan kepalang, kenapa pesannya dihapus? Tapi karena sudah terlanjur penasaran, akhirnya kuberanikan diri untuk mengetikkan sesuatu padanya.

    [Uang semesteran apa ya, Mas?]

    Dari status akunnya, Mas Reyfan terlihat masih online. Tapi pesan yang kukirim barusan tak jua dibacanya. Baru sekitar 3 menit berikutnya dia terlihat sedang menuliskan sesuatu.

    [Itu Han, tadi ponsel Mas dipinjem sama temen buat kirim pesan ke adiknya. Ponsel dia ketinggalan di rumah.]

    [Oooh gitu ya?]

    [Iya, ngomong-ngomong, uang bulanan kamu masih kan?] 

    Dia tiba-tiba bertanya, yang justru membuatku semakin curiga. Tumben dia nanyain uang bulananku. Biasanya juga langsung dia kasihkan tunai tanpa basa-basi. Entah apakah itu cukup atau kurang.  Dia bahkan tidak pernah bertanya. Mendadak aku merasa seperti ada sesuatu yang sedang disembunyikan oleh suamiku itu. Tapi apa?

.

.

.

    Sore harinya saat mas Reyfan pulang dari kantor, aku berniat memeriksa isi ponselnya. Meskipun hal itu adalah sesuatu yang jarang kulakukan selama hampir 5 tahun hidup bersamanya.

Saat Mas Reyfan sedang mandi, kuputuskan untuk mengambil ponselnya yang seperti biasa diletakkan di atas nakas kamar kami. Perlahan mulai kunyalakan ponsel itu, tapi sebuah notifiķasi yang muncul membuatku kaget.

    [Masukkan PIN]

    Apa? Jadi dia mengunci ponselnya? Sejak kapan ya? Sayangnya, aku tak bisa menemukan jawaban dari pertanyaanku itu. Tentu saja tidak, karena selama ini aku tak pernah iseng membuka-buka ponselnya. Apakah biasanya juga dia mengunci ponselnya sebelum kudapati pesan aneh yang nyasar ke nomerku tadi siang? Segala prasangka buruk tiba-tiba saja menggelayuti pikiranku. Jika kutanyakan  padanya berapa PIN ponselnya, dia pasti akan curiga dan pasti akan lebih sulit untukku menyelidiki kebenarannya. 

    Dengan kecurigaan yang menggunung, alhasil aku tak bisa memejamkan mata malam itu. Sampai hampir jam 12 malam, aku hanya bisa kelap-kelip memandangi langit-langit kamar. Sementara itu, mas Reyfan sudah terlelap sedari 2 jam yang lalu. Sedikit putus asa karena tak jua bisa memikirkan langkah selanjutnya yang bisa kulakukan, iseng kutulis sebuah status di akun w******p ku. 'Semoga saja tidak' dan langsung ku post.

    Setelah itu, aku memejamkan mata mencoba menenangkan pikiran agar segera bisa terlelap. Namun aku terkejut ketika tiba-tiba sebuah pesan masuk ke ponselku.

    [Han, belum tidur?]

    Sebuah pesan dari seorang teman lama sontak membuatku terkejut. 

    Aku dan Adam adalah teman satu SMA dan rumah orang tuanya juga satu kompleks dengan tempat tinggal orang tuaku. Tapi selama aku mengenalnya, belum pernah sekalipun kami bertegur sapa lewat dunia maya. Kami sama-sama menyimpan nomer kontak pun, itu karena dulunya kami pernah berada dalam satu organisasi kepemudaan di daerah kami.

    [Belum, Dam.] 

    Aku menjawab cukup singkat. Bingung juga harus mengobrol apa dengannya. Selain juga karena aku tak biasa melakukan chat dengan lawan jenis setelah menikah, kecuali hanya dengan suamiku.

    [Kamu nggak ada rencana pulang ke rumah orang tua kamu dalam waktu dekat, Han?]

    Ini lebih aneh lagi. Kenapa dia tiba-tiba bertanya hal yang bernada perhatian seperti itu?

    [Belum ada Dam, bapak ibuku sehat kan?]

    [Alhamdulillah, sepertinya sehat. Tadi sore aku ketemu mereka jalan-jalan di depan kompleks.]

    [Syukurlah kalau gitu.] 

    [Oya, Han. Suamimu sekarang ambil kuliah lagi ya?] 

    Setelah tak ada chat beberapa menit, lagi-lagi pertanyaannya membuatku kaget. Kenapa mendadak perasaanku mengatakan jika dia sebenarnya ingin mengatakan sesuatu padaku?

    [Setauku nggak tuh, Dam. Ada apa memangnya?]

    [Oooh, nggak sih. Nggak ada apa-apa.]

    Mendengar jawaban 'tidak' nya itu aku justru semakin curiga. Aku yakin ada sesuatu yang dia ketahui tentang suamiku.

    [Dam, pliss katakan ada apa? Jika kamu mengetahui sesuatu, tolong kasih tau aja.] 

    Aku begitu yakin Adam memang mengetahui sesuatu. Lama dia tidak membalas pesan dariku, hingga akhirnya beberapa menit kemudian kulihat dia mulai mengetikkan sesuatu lagi.

    [Nggak ada apa-apa kok, Han, aku kira suami kamu kuliah lagi, soalnya beberapa kali aku lihat dia di kampusku. Mungkin sedang ada urusan, atau aku saja yang salah lihat.]

    Ya Tuhan, adakah semua ini ada hubungannya dengan isi pesan yang dikirimkan mas Reyfan  padaku tadi siang? Tidak, aku yakin Adam tidak salah lihat. Naluriku berkata itu memang benar suamiku. Kemudian aku berpikir aku harus menemui Adam secepatnya. Mungkin dia bisa membantuku mengungkap rahasia yang sedang disembunyikan suamiku saat ini. 

Related chapters

  • GARA-GARA SALAH KIRIM   CURIGA BERALASAN

    Hari ini aku berniat mengunjungi orang tuaku, sekaligus ingin menemui Adam. Berharap ada informasi dari pria itu yang akan mengungkapkan fakta tentang mas Reyfan. Pagi sekali aku sudah bangkit dari pembaringan karena ternyata mataku tak bisa diajak kompromi untuk beristirahat barang sejenak hingga pagi tiba. Mbok Jum, asisten rumah tangga kami menyambutku dengan suka cita di dapur sambil sesekali berdendang. "Masih terlalu pagi, Bu, kok sudah bangun?" sapanya. "Nggak bisa tidur Mbok, gerah," ucapku sekenanya. Mbok Jum nampak hanya menganggukkan-anggukkkan kepalanya. "Oya, Mbok lanjut bereskan cucian saja di belakang ya, biar aku yang siapkan sarapan," kataku. Simbok menurut dan segera berlalu dari sampingku. Berkutat dengan bahan-bahan bakal sarapan, pikiranku kembali melayang ke obrolan pesanku dengan suamiku kemarin siang. Nampaknya otakku sudah benar-benar teracuni dengan kecurigaan. Dan kukira ini tak bisa terus dibiarkan. Bahwa kenyataannya ada kejanggala

    Last Updated : 2021-02-03
  • GARA-GARA SALAH KIRIM   JERATAN KATA

    [Mas, sedang apa?] Sesampainya di rumah sore itu, kutuliskan pesan ke ponsel suamiku. Hal kedua yang juga jarang kulakukan selama ini. Aku mengiriminya pesan basa-basi di sela kesibukan kantornya. [Masih di kantor, Han. Ada apa?] [Hari ini Mas pulang jam berapa? Makan malam di rumah kan?] [Iya, agak maleman mungkin, jam 6 an.] Kalimatnya masih sedikit agak kaku. Mungkin dia sedikit aneh karena tiba-tiba aku mengiriminya pesan tidak biasa. [Mas pengen dimasakin apa untuk makan malam nanti?] [Apa aja, Han. Yang penting enak.] [Mau rendang kesukaan Mas?] [Boleh.] [Oke, nanti aku masakin special buat Mas. Jangan telat ya Sayang pulangnya. Love you.] [Iya, Sayang. Love you, too.] Aku tersenyum mendengar jawaban terakhirnya. Itu pertama kalinya dia menuliskan pesan dengan kata-kata 'Sayang' dan 'Cinta' padaku semenjak kami menikah. Dan mulai sekarang, aku akan membiasakan itu semua. . . . Aku sedang membantu Mbok Jum menyia

    Last Updated : 2021-02-03
  • GARA-GARA SALAH KIRIM   PIN PONSEL

    Minggu pagi, kulihat dia bangun lebih awal. Saat aku mulai membuka mata, dia sudah rapi dengan pakaian olahraga dan sneakernya. "Mau kemana, Mas?" tanyaku dengan suara masih serak khas bangun tidur. "Jogging. Mau ikut?" tanyanya sambil merapikan rambut tebal dan hitamnya. "Nggak ah. Belum shalat subuh," sahutku cepat, lalu segera bangkit dan menuju kamar mandi. Mungkin ini keberuntunganku, karena usai shalat subuh ternyata kulihat ponsel mas Reyfan tergeletak begitu saja di atas nakas. Aku berjingkat mendekat, tiba-tiba timbul keinginan untuk memeriksa apakah ponsel itu masih diberi PIN atau tidak. Perlahan kuraih benda pipih itu dan lagi-lagi aku harus kecewa karna ternyata ponselnya masih dikunci. Dengan dahi berkerut, aku berusaha menebak sebenarnya berapa PIN yang dipakainya. Tapi nyatanya tak ada satu hal pun yang terlintas di kepalaku saat ini. Karena jengkel, akhirnya kuletakkan kembali ponsel tersebut di tempatnya semula. Namun baru saja ingin kulang

    Last Updated : 2021-02-03
  • GARA-GARA SALAH KIRIM   SENYUMAN MAUT

    Aku menepikan mobil hati-hati di pinggir jalan yang tak terlalu ramai dan memarkirkannya mobil dengan sempurna. Pak Hasan, lelaki paruh baya yang sejak 5 hari yang lalu menjadi trainer menyetirku mengacungkan 2 jempolnya ke arahku. "Good job, Bu Hani!" ucapnya. "Saya sudah siap diajak plesiran keliling Jawa nih kalau kayak gini. Tinggal nunggu Surat Ijin Mengemudinya jadi aja, Bu. Siap tancap gas!" lanjutnya terkekeh. Aku pun tersenyum puas. Aku memang berlatih sangat keras beberapa hari ini demi mencapai tujuanku, melepaskan ketergantungan dari suami tercintaku yang sudah mulai berulah. "Terima kasih ya, Pak," kataku tulus pada trainer senior di sebuah lembaga kursus mengemudi itu. "Jadi hari ini terakhir saya ketemu Pak Hasan dong ya?" candaku padanya. "Ya jangan terakhir lah, Bu. Kesannya kok jadi kayak saya mau meninggal saja," orang tua itu terkekeh. "O iya ya." Kutepuk dahiku dan ikut meramaikan kekehannya. "Kalau gitu gimana kalau kita mak

    Last Updated : 2021-02-03
  • GARA-GARA SALAH KIRIM   ALAMAT ITU

    [Hai Hani, sedang apa?] Pesan w******p dari Adam siang itu membuyarkan konsentrasiku yang sedang berselancar di internet mencari informasi peluang usaha. Karena sedang tak minat mengetik, segera saja kutekan nomor kontaknya untuk melakukan panggilan. "Hai, Dam. Apa kabar?" tanyaku. Sepertinya sudah beberapa hari kami memang tak saling bertegur sapa lagi. Tepatnya sejak dia mengirimkam video suamiku dengan si gadis belia di kampusnya waktu itu. "Baik, kamu sendiri?" "Baik juga, Alhamdulillah. Ada apa, Dam? Tumben chat? Ada yang penting kah?" "Nggak ada, Han. Cuma pengen tau kabar kamu aja. Bisa ketemu nggak?" tanyanya membuatku sedikit kaget. "Sekarang?" "Iya, kalau kamu nggak sibuk sih," ucapnya ragu. "Gimana ya, Dam, tapi suamiku sedang keluar kota tuh. Atau, gimana kalau kita ketemuan di rumah Bapak aja lagi?" usulku. Tapi sepertinya dia tidak begitu antusias dengan ajakanku. "Ooh gitu. Kalau gitu lain kali sesempatnya aja, Han. Aku cuma mau

    Last Updated : 2021-02-03
  • GARA-GARA SALAH KIRIM   TERTANGKAP BASAH

    Entah sudah berapa bulan aku tak mengunjungi rumah ini, aku lupa. Tapi, aku memang tidak begitu dekat dengan Mbak Ratri. Padahal, dia adalah satu satunya satu-satunya kakak ipar yang kupunya. Mas Reyfan adalah anak kedua dari 3 bersaudara, Mbak Ratri, dia, dan satu lagi adik lelakinya, Irwan. Irwan sendiri masih duduk di bangku kuliah. Dengan Irwan, aku pun tak dekat, mungkin karena dia laki-laki. Sementara dengan Mbak Ratri, dari awal pernikahanku dengan Mas Reyfan, kutahu dia sosok yang sedikit tertutup. Dulu ketika masih sama-sama sering berkunjung ke rumah orang tua Mas Reyfan, kami masih agak lumayan sering ngobrol walaupun hanya basa-basi. Tapi setelah satu tahun kemudian suami mbak Ratri pergi dan kakak iparku itu menjanda, kami jarang berinteraksi. Mbak Ratri pun seperti menjadi lebih tertutup dari sebelumnya. Kami jarang bertemu lagi di rumah mertuaku. Kuingat terakhir kali aku berkunjung ke rumah ini setahun yang lalu saat Mas Reyfan mengajakku mengan

    Last Updated : 2021-02-03
  • GARA-GARA SALAH KIRIM   PERSEKONGKOLAN

    "Jadi ini Mas yang kamu bilang ke Bali?" Mataku tajam menatap bergantian dua insan yang terlihat sedang sangat salah tingkah di depanku itu. Benar-benar tak kusangka kejadiannya akan sedramatis ini. Aku bahkan tak mengira akan memergoki suamiku berjalan bersama dengan gadis itu secepat ini. "Han, aku bisa jelaskan," Mas Reyfan bergerak maju mendekatiku. Sementara si gadis nampak terdiam mematung di tempatnya. Wajahnya menunduk lesu seperti seekor cacing yang takut akan diinjak. "Ya sudah, ayo jelaskan!" tantangku. "Ini ... ini nggak seperti yang kamu lihat, Han. Kita bisa duduk dulu kan, kita bicarakan baik-baik," bujuknya. "Bicara aja langsung sekarang! Aku sudah selesai dengan kakakmu, aku sudah mau pulang." Aku menoleh ke arah mbak Ratri yang juga masih mematung di tempatnya semula. Jelas sekali wajah wanita itu menyiratkan kecemasan. "Nggak nyangka ya Mas, kelakuan kamu di belakang aku ternyata kayak gini." Aku menggeleng-gelengkan kepala sambil ber

    Last Updated : 2021-02-03
  • GARA-GARA SALAH KIRIM   TRIK HANI

    Kami berdua duduk berhadapan di meja dapur. Ini sudah lewat dari tengah malam, tapi demi mendengar tawaran janjinya yang akan menuruti semua keinginanku jika aku mau memaafkannya, mendadak aku jadi antusias untuk segera membahasnya. Setelah menyeduh dua cangkir kopi beberapa menit yang lalu, kini kami menikmati aroma wangi kopi masing-masing yang merebak dari kedua cangkir di hadapan kami. "Jadi, apa yang kamu inginkan, Han?" Dia memulai pembicaraan. "Kamu masih ingat kan kemarin waktu kita packing pakaianmu saat kamu bilang mau ke Bali, Mas?" tanyaku mengingatkan. "Iya ingat." Dia mengangguk. "Aku mau memulai usaha. Kamu harus siapkan modal buat aku." "Sudah kamu hitung berapa yang kamu butuhkan?" "Siapkan saja 150 juta." "Apa? Itu besar sekali, Han. Tabunganku nggak ada segitu. Kamu tau sendiri kan kemarin habis dipakai beli mobil kamu." "Memangnya berapa sisa tabungan kamu, Mas?" "Paling tinggal 50 juta aja," "Boleh aku liat?

    Last Updated : 2021-02-03

Latest chapter

  • GARA-GARA SALAH KIRIM   HAPPY ENDING

    Satu bulan setelah pertemuannya kembali dengan Santi, hari ini keduanya nampak sedang duduk di sebuah ruang pertemuan di salah satu sudut kantor Adam.Di hadapan keduanya ada 4 orang karyawan inti di perusahaan Adam yang sedang menghadap ke arah mereka. Nampak di depan mereka tumpukan berkas yang baru saja selesai dibahas."Jadi rencanaku bisnis kosmetik ini nantinya akan seperti itu. Bagaimana menurut kalian?" tanya Adam pada keempat anak buahnya."Bagus, Pak. Saya rasa ide ini sangat cemerlang mengingat pasar kosmetik yang saya lihat saat ini sedang lesu-lesunya. Hampir tak ada brand baru yang muncul akhir-akhir ini," ujar salah satu karyawan itu."Iya itu maksudku. Ya sudah kalau gitu kita cukup

  • GARA-GARA SALAH KIRIM   GADIS YANG CERDAS

    Malam itu entah kenapa ada sesuatu yang mengganggu pikiran Adam. Kedatangan mantan karyawannya dengan penampilan yang sedikit berbeda namun masih sama malu-malunya itu membuatnya justru susah untuk lupa.Dari sejak lelaki itu menginjakkan kaki di rumah orangtuanya, Adam hanya terlihat mondar mandir dari kamar menuju balkon. Secangkir kopi dibawanya ke sana kemari dengan perasaan kacau yang sulit dia mengerti sendiri."Lagi ngapain kamu, Dam? Mama perhatikan dari pintu tadi kayak orang lagi bingung gitu?"Ibunya yang sedari tadi mengamati tingkah aneh putranya menghentikan langkahnya di pintu balkon."Mama ngagetin aja." Muka Adam langsung memerah karenanya.

  • GARA-GARA SALAH KIRIM   RENCANA HANI

    Beberapa minggu setelah pertemuannya dengan mantan bosnya, gadis itu melakukan treatment di sebuah klinik kecantikan. Hani juga telah membekalinya uang yang cukup untuk dia belanjakan beberapa potong baju yang akan lebih membuatnya percaya diri saat bertemu dengan Adam nanti.Dan siang itu adalah hari yang telah direncanakannya untuk menemui Adam. Santi melangkah dengan penuh kayakinan menuju ke kantor Adam usai turun dari taksi online yang ditumpanginya."Bisa saya bertemu dengan pak Adam?" tanyanya pada resepsionis."Maaf, apa ada sudah janji sebelumnya, Bu?" tanya balik sang gadis dengan seragam warna violet itu."Mmmm."Santi mulai men

  • GARA-GARA SALAH KIRIM   MANTAN KARYAWAN

    Rapatnya Hani menyimpan rasa shock atas pertemuannya dengan Adam, bahkan membuat Daniel pun tak menyadari bahwa istrinya memang sedang sedikit tak enak badan hari itu. Sampai-sampai lelaki itu setengah memaksa mengajak sang istri untuk mau ikut bersamanya keluar larut malam.Hanya untuk membuat Daniel tak cemas dengan kondisi dirinya yang memang sedang kurang baik setelah kejadian yang menimpa siang harinya, Hani pun terpaksa menuruti ajakan suaminya.Daniel membawa istrinya ke sebuah Kafe bernuansa outdoor di daerah pinggiran kota malam itu. Mereka tiba di tujuan saat hari telah lewat. Meski begitu, suasana masih terlihat lumayan ramai. Tempatnya yang didesain sangat romantis ternyata sedikit membawa suasana hati Hani menjadi lebih membaik."Kamu suka temp

  • GARA-GARA SALAH KIRIM   TAMBATAN HATI LAIN

    Tubuh Hani masih gemetar, bahkan ketika mobilnya sudah memasuki halaman rumah. Usai Adam membiarkannya pergi dari parkiran mall, wanita itu mengendarai dengan sangat pelan sembari berusaha menenangkan kembali gejolak di dalam dadanya. Kalimat demi kalimat Adam terngiang-ngiang di kepalanya seolah tak mau pergi."Lho, Bu Hani kenapa?" Bik Marni yang saat itu sedang bermain bersama dengan Tasya dan Keenan di serambi rumah sedikit kaget melihat Hani nampak seperti orang linglung saat keluar dari mobilnya di garasi.Sesaat Hani baru menyadari ada yang memperhatikannya. Buru-buru wanita itu menggeleng."Enggak kok, Bi'. Cuma agak pusing sedikit," jawabnya.Lalu dengan sigap, Bi' Marni pun segera m

  • GARA-GARA SALAH KIRIM   OBSESIF

    "Sudah dibayar sama mas yang di sana, Bu."Hani dan 3 orang teman wanitanya saling pandang. Lalu bersamaan menoleh ke arah yang di tunjuk oleh kasir restoran."Yang mana? Yang di dalam ruangan itu?" tanya salah seorang teman Hani."Iya, yang sedang memimpin rapat itu, Bu."Hani tak mungkin tak mengenalnya. Di dalam ruang meeting dengan dinding kaca itu memang ada Adam dan beberapa orang yang mengenakan seragam yang dia kenali sebagai karyawan kantor Adam."Kamu kenal, Han?" tanya salah seorang temannya lagi, melihat Hani seolah sedang menunggu orang itu membalikkan badan untuk melihat ke arah mereka.

  • GARA-GARA SALAH KIRIM   PELARIAN DIVA

    "Setelah sidang putusan minggu depan, datanglah ke kantor. Aku sudah menyiapkan semuanya untuk kamu," ucap Adam siang itu saat bangkit dari tempat duduknya di sebuah restoran mewah di kota itu.Diva mendongak, memandangnya dengan senyuman remeh."Menyiapkan apa?" tanyanya. Sebenarnya Diva sudah tahu apa maksud dari kata-kata lelaki yang sebentar lagi akan menjadi mantan suaminya itu. Namun Diva tak mudah begitu saja untuk merendahkan dirinya. Apalagi di hadapan Adam, yang menurutnya telah menghancurkan impian dan masa depannya."Bagianmu. Itu sudah kewajibanku sebagai mantan suami," jawab Adam singkat. Diva pun melengos mendengar itu. Baginya, ucapan Adam itu adalah sebuah penghinaan."Ambil saja u

  • GARA-GARA SALAH KIRIM   MENGALAH

    "Kalau boleh aku sarankan, pertimbangkan lagi rencanamu untuk menaikkan kasus direktur PT Diwangga Karya itu, Daniel. Itu tidak akan baik untuk karirmu."Kapten Gunardi, lelaki yang masih nampak gagah di usianya yang sudah hampir menginjak masa pensiun itu menatap lekat bawahannya dari kursi kebesarannya.Daniel baru saja menceritakan semua kejadian yang telah menimpanya dan keluarganya pada atasannya itu dan semua hal yang berkaitan dengan kasus PT. Diwangga Karya."Tapi saya sudah merasa dirugikan dengan kelakuan direktur itu, Pak. Saya hanya ingin minta keadilan. Lagipula, dia telah melakukan pelanggaran hukum dengan membuat laporan palsunya. Merekayasa kejadian demi untuk mencapai tujuannya.""Aku ta

  • GARA-GARA SALAH KIRIM   TERBONGKAR

    "Pak, ada perkembangan terbaru kasus Diwangga," kata seorang ajudan yang baru saja masuk ke ruangan Daniel siang itu.Setelah memerintahkan anak buahnya itu untuk duduk, Daniel pun memeriksa berkas yang baru saja diserahkan."Jadi gudang yang terbakar itu sebenarnya sudah tidak dipakai?" tanya Daniel kemudian. Dahinya nampak berkerut."Betul, Pak. Tim sudah menyelidiki semuanya. Bahkan menurut warga setempat, semuanya juga bilang seperti itu. Jadi, ada kemungkinan ini bukan sabotase, melainkan memang sengaja dibakar."Dahi Daniel makin berkerut."Lalu apa kira kira motifnya?""Itu yang

DMCA.com Protection Status