Share

lima puluh delapan

Author: Puspita852
last update Last Updated: 2022-12-26 17:36:58

"Assalamualaikum," sapa Alif.

"Wa'alaikumussalam," balas Rudi dengan suara bergetar. Akhir-akhir ini lelaki itu memang sering mengeluarkan air matanya.

"Ayah?" tanya Alif setelah mendengar seseorang menyebut namanya di sebrang sana.

"Kok sekarang fotonya beda, Yah? Ayah ndak boleh gitu, nanti bunda sedih, Yah. Siapa dia, Yah? Kenapa dia mencium Ayah?" Protes Alif penuh tanya. Di ujung telepon Rudi membeku, dia tidak bisa menjawab pertanyaan putranya yang di luar dugaan.

"Halo? Ayah," panggil Alif karena tidak ada jawaban dari seberang.

"I-iya, Kak. Ini Ayah, Sayang. Itu foto saudara ayah, Kak. Jagoan ayah apa kabar?" tanya Rudi mencoba mengalihkan pembicaraan. Saat ini netranya tak lagi memanas. Namun, sudah siap menumpahkan air mata. Rudi merasa dihantam godam yang sangat besar dan tepat mengenai hatinya.

"Aku udah sehat, Yah. Kenapa kemarin pas pulang ayah ndak nunggu Alif bangun? Alif kan masih ingin bermain bersama ayah, tapi sekarang Alif ndak sedih lagi, Yah. Karena ada Om Baik
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • GARA-GARA LUPA MEMATIKAN VIDEO CALL   lima puluh sembilan

    Malam semakin merangkak naik, tetapi Rudi masih belum ingin kembali pulang. Lelaki berbadan tegap itu ingin menikmati kebebasannya yang tinggal sebentar. Kali ini dia menuju kampung halamannya, tempat di mana dia dilahirkan dan dibesarkan. Penyesalan semakin menggerogoti dirinya ketika mengingat jika tempat yang dulu paling dirindukan sudah tak ada lagi.Lewat tengah malam pajero sports miliknya memasuki gerbang kampung, kenangan masa lampau tergambar jelas di ingatannya. Bibirnya mengulas senyum ketika bayang tentang kedua orang tuanya melintas di ingatan. Netranya memanas ketika dia mengingat betapa telah berbuat dzalim pada ibunya, lelaki itu kembali terisak hingga dadanya terasa sesak.Rudi menyipitkan matanya ketika melihat masih ada kegiatan di salah satu rumah warga. Kedua alisnya berkerut saat menyadari jika keramaian itu berada di rumah Fitri. "Ada apa di sana?" Rudi berbicara sendiri. Lelaki itu melajukan kendaraannya dengan perlahan ketika melewati beberapa orang lelaki ya

    Last Updated : 2022-12-26
  • GARA-GARA LUPA MEMATIKAN VIDEO CALL   enam puluh

    KETAHUAN SELINGKUH KARENA LUPA MEMATIKAN VIDEO CALL (tiga puluh tiga)Rahayu menelan ludahnya dengan susah payah ketika mendengar ucapan anak menantunya tersebut. Netranya langsung memanas, lantaran hati yang terluka. Sebagai orang yang telah mengandung, melahirkan dan mengasuh Rudi, ada rasa sakit dan tak rela putarnya diperlakukan seperti itu. Setelah semua hartanya dikuasai, Rudi dibuang seperti sampah.Melihat ibunya bersedih, semakin membuat Rudi merasa tak enak hati, dia merutuki jarinya yang tak sengaja menekan tombol loud speaker, hingga wanita yang sangat dihormatinya itu harus mendengar semuanya, betapa dia tak dihargai oleh sang istri yang dulu sangat dibanggakan olehnya. Sepersekian detik ibu dan anak itu sama-sama terdiam, keduanya sibuk dengan pikirannya masing-masing. Ambar ingin sekali mendatangi Santi, sekedar bertanya mengapa? Mengapa dia tega menghancurkan putranya. Sementara Rudi semakin merasa malu karena telah gagal menjadi seorang suami dan laki-laki."Kirim su

    Last Updated : 2022-12-26
  • GARA-GARA LUPA MEMATIKAN VIDEO CALL   enam puluh satu

    "Tapi aku salut loh, Pak, sama dia. Dia berani mengakui kesalahannya. Setidaknya dia bersikap layaknya seorang lelaki," puji Iyan."Kalau mau mengakui gitu, bisa mengurangi hukumannya nggak, Pak?" tanya Farida yang memang kurang paham dengan hukum."Tergantung, jika dia bersikap baik selama menjalani masa hukuman. Mungkin bisa mengajukan kasasi."Iyan dan Farida sama-sama menggangguk mengerti. "Andai, ini seandainya ya, Pak. Rudi ini bisa mengembalikan uang perusahaan bagaimana? Apa dia bisa lepas dari hukuman?" Rupanya Farida sangat penasaran dengan nasib karyawan putranya."Sepanjang unsur pidana terpenuhi, Rudi tetap dituntut dengan pasal penggelapan. Sendangkan pengembalian dana itu tidak termasuk dalam alasan penghapusan hak penuntutan. Dia tetap harus menerima hukuman, karena perbuatan pidananya telah sempurna." Handoko menjeda kalimatnya. "Namun, karena ada itikad baik dari tersangka untuk mengakui dan mengembalikan dana tersebut, mungkin bisa menjadi pertimbangan hakim untuk

    Last Updated : 2022-12-26
  • GARA-GARA LUPA MEMATIKAN VIDEO CALL   enam puluh dua

    "Mbak jangan pergi dari sini ya, tinggal di sini saja," pinta Vina pada Ambar. Gadis yang biasa terlihat dewasa itu sekarang merengek bak anak kecil yang akan ditinggal ibunya. Sementara Ambar masih teguh dengan pendiriannya."Kita masih bisa bertemu, Vin. Aku hanya pindah ke gang sebelah," bujuk Ambar pada gadis itu. Ambar mencoba tersenyum untuk meyakinkan Vina kalau dia hanya akan pindah ke kosannya yang baru. Ambar tak enak hati jika harus lama-lama tinggal di kediaman Handoko. Apalagi di rumah itu ada seorang lelaki yang belum menikah, Ambar hanya tak ingin terjadi hal-hal yang tak diinginkan. Ambar sadar jika pesona Iyan sangat kuat, dia takut terjerat."Om Baik ...." Alif berlari ke arah Iyan. Bocah berambut ikal itu langsung memeluk pinggang Iyan. Iyan yang masih bingung dengan keadaan yang terjadi di depannya, meraih tubuh Alif kemudian menggendongnya. "Ada apa, Sayang?" tanya Iyan sambil mengelus punggung kecil Alif."Alif mau ikut Bunda, tapi Alif juga gak mau pergi diri

    Last Updated : 2022-12-27
  • GARA-GARA LUPA MEMATIKAN VIDEO CALL   Enam puluh tiga

    Santi berteriak kesal ketika sedang berasyik masyuk dengan Haris, ponselnya berdering. Sebuah panggilan dari Sumi terdengar seperti tengah terburu-buru dan ingin segera diangkat."Apa, Sumi?!" sentak Santi langsung ketika mereka terhubung."Ibu meninggal dunia, Mbak." Tak ada nada kesedihan di suara yang mengabarkan kabar duka itu. Begitu juga dengan Santi. Bukannya bersedih wanita berambut panjang bergelombang itu malah marah-marah pada adiknya karena telah mengganggu kesenangannya."Ibu? Sekarang? Ya udah kubur aja. Susah amat, memang kalau aku datang dia bisa hidup lagi?!" Santi berbicara tanpa berpikir lagi, dia benar-benar kesal. Hanya karena sebuah kabar kematian dia harus berhenti bermain ketika hampir mencapai puncak."Beneran Mbak nggak mau lihat ibu untuk yang terakhir kalinya?" tanya Sumi lagi, gadis yang juga ingin menjadi simpanan bos itu tak ingin disalahkan jika tidak memberi tahu kakak-kakaknya."Nggak! Udah kubur di tempat yang sama dengan bapak! Biar mereka selalu be

    Last Updated : 2022-12-27
  • GARA-GARA LUPA MEMATIKAN VIDEO CALL   enam puluh empat

    Ruang tengah itu masih sunyi, walaupun semua penghuninya berada di tempat itu. Farida duduk bersisihan dengan suaminya. Vina berdampingan dengan Alif dan Ambar. Sementara Iyan duduk di kursi yang berbeda.Farida menatap takjub pada sang putra, hari yang dinantikan telah tiba, sang jagoan kecil telah menemukan tambatan hatinya. Sementara Rahayu yang dihubungi lewat ponsel juga tak bisa menahan haru. Wanita itu terlihat berkali-kali mengusap matanya. "Bundanya Alif, maukah kamu menikah denganku?" tanya Iyan tanpa basa-basi. Lelaki itu terlihat tenang dengan tatapan yang tepat menghujam manik cokelat Ambar.Vina melotot pada kakaknya, walaupun Iyan tak melihat kearahnya. Gadis itu meremas bantal yang ada di sofa, saking gemesnya pada kakaknya yang gak ada romantis-romantisnya itu. "Bundanya Alif, maukah kamu menikah denganku?" ucap Vina mengulang kalimat Kakaknya yang menurutnya kurang greget. Membuat Handoko dan Farida melotot ke arahnya.Setelah itu semuanya kembali tegang menunggu ja

    Last Updated : 2022-12-27
  • GARA-GARA LUPA MEMATIKAN VIDEO CALL   enam puluh lima

    "Aku tak menyangka kalau Iyan dan Ambar berjodoh," ucap Rahayu ketika mereka berada dalam kendaraan. Wanita senja itu terlihat bahagia. Namun, kebahagiaan itu tak berlangsung lama. Rahayu mengalihkan pendanaannya keluar jendela mobil."Ada apa?" tanya Farida setelah dia menyadari perubahan di wajah sahabatnya."Anakku, Da. Dia ... mungkin dia sekarang sudah berada di penjara. Kemarin dia datang dan menceritakan semuanya. Sekarang dia hancur, Da. Hancur, sehancur-hancurnya."Farida mengelus punggung tangan Rahayu, wanita yang memakai kecamatan itu mencoba memberi kekuatan dan dukungan pada Rahayu."Setelah dia memberikan segalanya, kini dia dibuang. Istrinya menggugat cerai ketika dia hendak mengakui kesalahannya dan ingin menebus kesalahannya tersebut." Rahayu tak tahan lagi menahan beban di hatinya, selama ini dia menyimpan dukanya sendiri. Kini setelah dia menemukan orang yang tepat, dia bisa mencurahkan semuanya."Bagaimana keadaannya di tempat itu, Da?" Rahayu menangis tersedu."

    Last Updated : 2022-12-27
  • GARA-GARA LUPA MEMATIKAN VIDEO CALL   enam puluh enam

    Selepas kepergian teman-temannya, Santi masih bergeming di tempatnya. Wanita yang selalu terlihat sempurna itu masih shock, dia sama sekali tidak menyangka kalau akan dipermainkan oleh beberapa orang yang katanya teman baik tersebut. Santi mulai mengotak-atik ponselnya, pikirannya saat ini tak bisa diajak kompromi, dia seperti wanita tua yang sudah pikun, akibat kejadian yang bahkan tak pernah dibayangkan olehnya.Sementara tak jauh darinya, sang pelayan masih setia menunggunya dengan membawa bon yang harus dibayar olehnya. Gadis yang rambutnya digelung itu terus menatap ke arah Santi.Sesekali Santi memijit keningnya sambil memejamkan matanya, nampak jelas kalau saat ini wanita itu sedang bingung. Beberapa bulan menikah dengan Rudi, membuatnya terlena hingga lupa untuk menyisihkan sedikit uang di tabungannya. "Apa yang terjadi, Win?" tanya seseorang yang terdengar sampai di gendang telinga Santi. Namun, wanita itu sama sekali tak tertarik untuk sekedar menengok. Dia sudah bisa meneb

    Last Updated : 2022-12-27

Latest chapter

  • GARA-GARA LUPA MEMATIKAN VIDEO CALL   seratus satu

    "Ada apa, Dek?""Kinan ndak nyahut, Bang.""Kinan! Kinan! Buka pintunya, Kinan!"Karena masih belum ada jawaban, Iyan pun mulai mendobrak pintu. Namun, setelah dobrakan kedua terdengar anak kunci yang diputar. Suami-istri itu saling berpandangan, kemudian perlahan melangkah mundur. Pintu kamar terbuka, Iyan dan Ambar sama-sama terperanjat melihat pemandangan yang tersaji di depan mata."Lebih baik aku mati, aku sudah tidak kuat ...." Tubuh berlumuran darah itu ambruk tetapi masih bisa ditahan oleh Iyan, sehingga tak sampai tersungkur."Ya Allah, Kinan!" seru Ambar bersamaan dengan Iyan."Ambil kunci mobil. Kita ke rumah sakit!"Keduanya bergegas ke depan menuju mobil, kemudian dengan kecepatan tinggi Iyan membelah jalanan yang tidak terlalu padat.**Semua keluarga kembali dan langsung ke rumah sakit di mana Kinan dirawat. Begitu juga dengan Miranti dan Bowo, keduanya langsung berangkat setelah mendapatkan kabar. Diiringi isak tangis, Miranti berkali-kali meminta maaf pada Farida kar

  • GARA-GARA LUPA MEMATIKAN VIDEO CALL   seratus

    Malam sudah larut ketika mobil yang dikendarai Iyan sampai di kediamannya. Selama perjalanan, kedua pasutri itu membicarakan banyak hal, bercanda dan tertawa. Sementara Kinan memilih untuk memejamkan matanya, wanita bertubuh agak berisi itu berpura-pura tidur untuk meredam gejolak amarah karena cemburu, hingga dia benar-benar terlelap, walaupun tak nyenyak. Iyan meminta Ambar untuk membangunkan Kinan. Sementara dia membuka pintu."Mbak Kinan, bangun. Sudah sampai rumah," ucap Ambar dengan suara pelan sambil mengguncang pundak wanita pemilik wajah manis itu. Kinan mengerjap, setelah kesadaran pulih, tanpa bicara dia keluar dari mobil dan berlalu begitu saja meninggalkan Ambar yang masih berdiri mematung di samping mobil."Terima kasih, Mas," ucap Kinan saat dia sampai di depan Iyan yang berdiri di samping pintu, Iyan hanya tersenyum dan itu membuat Kinan melanjutkan langkahnya dengan pelan. Wanita yang tengah hamil muda itu semakin kesal ketika Iyan melangkah ke arah istrinya.Kinan se

  • GARA-GARA LUPA MEMATIKAN VIDEO CALL   sembilan puluh sembilan

    "Ya udah kalau terserah abang. Kamu nggak boleh protes ya." Akhirnya dia berucap. Ambar yang mendengarnya hanya menghedikkan bahu sebagai jawaban.Wanita pemilik bulu mata lentik itu mengerutkan keningnya setelah mobil yang dikendarai suaminya hanya berpindah tempat parkir."Hotel?" tanyanya sambil mengamati sekitar."Iya, katanya terserah aku. Aku kan mau makan itu," goda Iyan sambil menaik turunkan kedua alisnya."Abang ...." Ambar benar-benar tak menyangka suaminya bisa berpikir ke situ."Udah dua malam loh, Dek. Kamu tak tahu bagaimana rasanya jadi aku." Saat mengatakannya Iyan memasang muka memelas hingga membuat Ambar gemas."Tapi ... tapi kenapa mesti di hotel? Aku ndak bawa surat nikah loh," sanggah Ambar cepat."Tenang," sahut Iyan sambil mengeluarkan buku tipis dari laci mobil."Abang, ish ...." Ambar semakin salah tingkah dibuatnya."Yuk! Ayo ... apa mau tak gendong?" ancam Iyan karena Ambar tak kunjung beranjak dari tempat duduknya. Bundanya Alif itu mengalah, dengan langk

  • GARA-GARA LUPA MEMATIKAN VIDEO CALL   sembilan puluh delapan

    Sepanjang perjalanan Kinan tak henti-hentinya bercerita, walaupun tak ada tanggapan yang berarti dari Iyan. Sementara Ambar masih sibuk dengan ponselnya. Kali ini bundanya Alif itu tengah berbalas pesan dengan Vina. [Hai, Mbakku. Lagi ngapain?] tanya Vina dalam pesannya.Ambar mengambil foto lalu mengirimkan pada Vina [Lagi nganterin bumil periksa] balasnya.Vina mengirimkan emoticon mata terbelalak, menandakan kalau dia tengah terkejut. [Baru kemarin dia periksa loh. Wah nggak bener ini] balasnya yang diakhiri dengan emoticon marah.[Biarin aja kita ikuti saja permainannya. Rencana kalina mau nginep berapa hari?] Ambar mengalihkan pembicaraan.[Terus Abang bagaimana? Apa dia nggak nolak gitu?] tanya Vina lagi, gadis itu sungguh penasaran campur geram pada Kinan.[Udah, tapi mo gimana lagi, di rumah cuma ada kita kan] terkirim dan langsung centang biru. Vina sedang mengetik."Dek Ambarku, seru banget main ponselnya, sampai senyam-senyum sendiri." Iyan yang sudah penasaran dengan sika

  • GARA-GARA LUPA MEMATIKAN VIDEO CALL   sembilan puluh tujuh

    Kedua insan yang tengah kasmaran itu meredam gejolak yang tadinya berkorbar. "Aku akan melihatnya," ucap Ambar dengan suara serak dan napas tersengal."Aku saja," cegah Iyan yang juga tengah mengatur napasnya."Jangan, Bang. Itu pasti Kinan. Bair aku aja. Abang mandi dulu gih, sebentar lagi Magrib," ujar Ambar sambil melangkah menuju pintu."Ada apa, Mbak Kinan?" tanya Ambar setelah pintu terbuka."Maaf, Mbak Ambar. Mas Iyan-nya ada? Aku mau bicara dengannya." Tanpa rasa segan Kinan mencari lelaki yang jelas-jelas sudah beristri."Katakan saja, nanti aku sampaikan padanya," sahut Ambar cepat."Aku lebih enak ngomong sama Mas Iyan langsung." Kinan masih bersikeras dengan keinginannya."Ada apa, Dek?" tanya Iyan yang baru saja keluar dari kamar mandi. Melihat Iyan yang tengah mengacak rambutnya yang basah, Kinan menjadi kesal, wanita yang tengah hamil muda itu cemburu."Nanti habis Magrib, Mas Iyan antar aku periksa ke bidan ya? Sebenarnya balum waktunya balik, tapi badanku rasanya kura

  • GARA-GARA LUPA MEMATIKAN VIDEO CALL   sembilan puluh enam

    "Maaf, Tante. Aku ndak bisa ikut, tadi aku sudah bilang sama Mas Iyan?" Ucapan Kinan mengejutkan semua orang yang sudah bersiap-siap untuk pergi. Mereka semua menoleh pada wanita berparas ayu tersebut.Vina yang sudah bersiap mengangkat ransel, kembali meletakkannya. "Bagaimana bisa, Kinan. Alif aja ikut kami, harusnya kamu ngerti dong." Vina sudah tidak tahan lagi. Adik ipar Ambar itu semakin kesal menghadapi keras kepalanya Kinan."Aku sungguh kurang enak badan, Vin. Kamu tahu, bahkan hanya mendengar kata 'naik mobil' perutku sudah mual," sanggah Kinan."Omong kosong!" umpat Vina yang sudah tidak tahan lagi dengan sandiwara Kinan."Vina ...." Sebenarnya Farida mengerti mengapa putrinya bersikap seperti itu, setelah semua bekerjasama memberi waktu pada Iyan dan Ambar, Kinan malah merusaknya. "Dia hanya berpura-pura, Bu," tukas Vina. Namun, wanita yang melahirkannya itu tak begitu menghiraukan. "Sudahlah, jika Kinan tak mau ikut, nggak usah dipaksa. Ayo sekarang kita ke depan, kasih

  • GARA-GARA LUPA MEMATIKAN VIDEO CALL   sembilan puluh lima

    "Ada yang bisa kubantu?" tanyanya membuat Ambar berjingkat. Setelah bisa menguasai keterkejutannya Ambar pun membalas ucapan suaminya. "Ndak usah .... " Bundanya Alif itu menjeda kalimatnya, wanita itu bingung harus memanggil Iyan dengan sebutan apa."Kenapa diam?" tanya Iyan dengan suara rendah. Lelaki itu semakin mendekat dan itu semakin membuat Ambar gugup."Em ....""Bingung mau manggil aku dengan sebutan apa?" tanya Iyan, tatapannya semakin fokus pada sang istri.Ambar tersenyum kemudian mengangguk. "Susah kah?" tanya Iyan lagi. Karena merasa didesak akhirnya Ambar memberanikan diri mengangkat wajahnya."Sebenarnya ndak susah, cuma canggung aja. Tiba-tiba saja kita sudah menikah," balasnya. Tatapan mereka bertemu, keduanya seoalah enggan mengalihkannya, Iyan dan Ambar saling jatuh cinta."Senyamannya kamu, kalau aku ... Em, boleh nggak kalau aku manggilnya 'Dek'?" Akhirnya kalimat sakti itu keluar juga dari bibir lelaki jangkung tersebut. "Bunda ....!" Seruan Alif membuat mer

  • GARA-GARA LUPA MEMATIKAN VIDEO CALL   sembilan puluh empat

    "Ada apa? Siapa yang meninggal, Sumi?" tanya Haris dengan suara serak, khas orang bangun tidur. Di KTP-nya, lelaki itu beragama Islam, walaupun kenyataan dia jarang atau hampir tidak pernah melakukan perintah Tuhannya. Namun, dia tahu dan paham untuk apa kalimat yang diucapkan Sumi tadi. Walaupun sebenarnya kalimat itu tak hanya untuk berita kematian, karena sejatinya disaat kita tengah mengalami hal buruk dan kesialan, kita bisa juga mengucapkannya."Aku-aku ... mau ke rumah sakit sekarang," balas Sumi. Wanita itu memungut ponselnya yang tergeletak di lantai tanpa menjawab pertanyaan lelaki yang masih bergulung selimut itu. Setelah mengamati dan memastikan jika benda pintar miliknya itu baik-baik saja, Sumi pun meletakkannya kembali di meja, kemudian dengan langkah tergesa dia menuju ke kamar mandi. Setelah bayangan Sumi tak lagi terlihat, dengan malas Haris bangkit dari tidurnya, kemudian duduk di tepi ranjang lalu membuat gerakan peregangan otot. Sumi yang baru saja keluar dari ka

  • GARA-GARA LUPA MEMATIKAN VIDEO CALL   sembilan puluh tiga

    Sementara di dalam kamar, Iyan dan Ambar tak bisa berbuat lebih, mereka hanya berbaring di sisi kiri dan kanan Alif sambil saling menatap, untuk saat ini bocah lelaki itu yang menguasai ranjang. "Maaf ...," ucap Ambar dengan suara yang hampir tak terdengar. "Ok," sahut Iyan tanpa suara, lelaki itu hanya menggerakkan bibirnya kemudian tersenyum. Setelah cukup lama saling pandang, Iyan memberanikan diri, tangan kanannya terulur lalu membelai rambut hitam milik Ambar. Bundanya Alif itu tersipu malu, tetapi dia begitu menikmatinya, hingga keduanya sama-sama terlelap.Pagi adalah waktu yang sibuk bagi setiap ibu rumah tangga, begitu juga dengan Ambar. Setelah selesai melaksanakan kewajiban dua rekaat, bundanya Alif itu langsung menyibukkan diri di dapur. Sementara para lelaki penghuni rumah itu masih belum kembali dari musolah. Aroma kopi dan teh melati yang menguar di seluruh ruangan membuat Vina keluar dari kamarnya dan melangkah ke dapur."Ih, pengantin baru rajin amat," godanya pada

DMCA.com Protection Status