Beranda / Fiksi Remaja / GARA-GARA "KONTRAK PACAR" / Bab 4. Pelanggaran Felix

Share

Bab 4. Pelanggaran Felix

Penulis: Viaaf04
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Setelah kemarin Felix menghabiskan waktu seharian untuk membantu Ara pindahan, mereka akhirnya memutuskan menandatangani kontrak perjanjian yang sudah direvisi.

Poin-poin dalam perjanjian itu mulai berlaku dan tak boleh dilanggar, kalau dilanggar akan ada hukuman yang menanti.

Felix saat ini sedang berada di markas gengnya. Tempat ini adalah apartemen Etthan mulanya, tetapi karena tak lagi dipakai, mereka mengubahnya menjadi markas. Anggota geng sering kumpul di sini.

"Lo ternyata seriusan sama aplikasi itu, Lix, enggak nyangka banget, mana gercep lagi," kata Etthan pada Felix yang terlihat sibuk memegang ponselnya dan senyum-senyum sendiri.

"Hm." Felix hanya bergumam sebagai jawaban, ia lebih tertarik berbalas pesan dengan Ara dari pada mengobrol dengan Etthan.

"Buset, dah, yang pacaran mah dunia serasa milik berdua, yang lain cuma ngontrak," ujar Etthan yang merasa diabaikan kehadirannya.

"Sirik aja lo," ketus Felix. Mood-nya tiba-tiba berubah karena Ara tak bisa diajak jalan kali ini; ada urusan mendadak katanya lewat pesan tadi.

"Buset kenapa dah?" tanya Etthan yang heran dengan perubahan Felix.

Felix tak peduli dan memilih membakar sebatang rokok kemudian menghisapnya.

"Kenapa, sih?" tanya Etthan masih penasaran. Tadi ia lihat Felix senyum-senyum sendiri, sekarang malah kesal sendiri tanpa alasan yang jelas.

"Diem, deh!" perintah Felix sambil masih sibuk dengan rokoknya, ia tengah kesal sekarang, tak ingin diajak mengobrol apa pun.

Etthan diam, ia paham dengan perintah tersebut, kalau sudah begitu artinya ia memang harus benar-benar diam.

Felix sebenarnya sedikit heran pada dirinya sendiri, bisa-bisanya ia berubah mood secepat ini karena hal-hal kecil yang berkaitan dengan gadis bernama Adara Lansonia itu, tadi ia senang, sekarang malah sebal.

Tring!

Satu pesan masuk ke ponselnya, Felix buru-buru mengecek dengan raut bahagia, siapa tahu urusan Ara sudah selesai dan bersedia jalan bersamanya. Saat melihat siapa pengirimnya, Felix malah tambah kesal.

Pesan itu dari Talitha yang mengatakan kalau wanita itu rindu dan ingin bertemu. Pesan yang sangat tidak diharapkan, akan tetapi, pikiran Felix sedang kacau saat ini, entah setan dari mana, ia malah setuju.

[Oke. Di restaurant biasa.]

Balasan tersebut Felix kirim.

"Persetan sama kontrak dan perjanjian," umpat Felix kemudian bangkit dan pergi.

Etthan menatap hal tersebut tak mengerti, ia mengangkat bahu saja, terrserah apa pun yang Felix lakukan, asal jangan mengamuk di sini saja. Etthan ogah, Felix yang mengamuk benar-benar merepotkan.

***

Felix sampai di restaurant tempat biasa ia dan Talitha kencan. Di sana di meja nomor lima, wanita model itu sudah menunggunya, ia mulai berjalan menghampiri Talitha.

Saat sampai, tak ada kata sapaan atau sepatah kata pun yang keluar dari bibir Felix, ia hanya menarik kursi kemudian duduk.

Talitha yang tersadar menatap Felix dengan binar senang. "Kamu datang, Lix. Aku kangen banget sama Kamu," ujarnya dengan raut wajah senang. Ia ingin bangkit untuk memeluk Felix, tetapi pria itu mengangkat tangannya sebagai bentuk penolakan.

Talitha mengela napas perlahan. "Itu makanan kesukaan Kamu udah aku pesenin," katanya menunjuk Kobe Beaf yang ada di meja mereka. Ia sedikit kecewa karena Felix menolak pelukannya.

Felix hanya mengangguk saja.

"Hm." Felix hanya berdehem pelan. Ia datang karena bosan dan tak memiliki rencana apa pun untuk dilakukan hari ini.

"Aku sebenarnya enggak terima sama keputusan Kamu, Lix. Hubungan kita baru jalan dua bulan dan enggak ada masalah apa-apa, tiba-tiba Kamu malah mutusin aku." Talitha berkata dengan muka sedihnya.

Felix tak terpengaruh sama sekali dengan ekspresi sedih itu, apa pedulinya. Talitha sedih pasti karena merasa kehilangan sumber uang berjalannya. Felix bukan tak mengetahui kalau selama ini gadis itu juga menjalin hubungan dengan pria selain dirinya.

"Aku sudah bosan denganmu." Hanya itu jawaban Felix. Ia tak merasa perlu repot-repot untuk memikirkan perasaan gadis di depannya saat ini.

"Huh, aku bisa berubah seperti apa pun yang Kamu mau supaya enggak bosan." Talitha melayangkan sebuah penawaran, ia terlihat percaya diri saat mengatakan hal tersebut.

Felix yang mendengar ucapan wanita di depannya tersenyum miring. "Enggak usah," katanya. Mau seperti apa pun Talitha mengubah dirinya sendiri, Felix tetap tak akan mengubah keputusannya. Ia sudah tak berminat lagi dengan model satu ini.

"Tapi Kamu masih mau ketemu sama aku, ini bisa dihitung sebagai kencan, loh," kata Talitha masih bersikeras.

Felix sama sekali tak mengerti ke mana arah pembicaraan wanita ini, dari tadi muter-muter tak jelas. Bukannya ia yang mengajak untuk bertemu? Tak ada salahnya, kan, Kalau Felix setuju.

"Kamu enggak suka?" tanya Felix datar. Kalau benar Talitha tak suka, ia akan segera pergi dari sini.

"Kamu bercanda?" tanya Talitha balik. "Aku malah senang kalau Kamu mau datang."

"Kalau begitu diam dan biarkan aku menikmati makananku."

"Oke. Mau menemaniku hari ini?" tanya Talitha lagi. Ia terlihat antusias saat bertanya.

Felix diam sebentar kemudian bertanya "Ke mana?"

"Shopping Mall."

Sudah Felix duga, pikiran wanita di depannya pasti tak akan jauh-jauh dari belanja, tak seperti Ara.

Tunggu! Kenapa juga Felix harus mengingat gadis manis, tetapi galak itu. Mereka hanya terikat kontrak biasa sebagai pacar, bukan pacar beneran.

Mengingat hal tersebut, Felix jadi tambah kesal. Tanpa pikir panjang, ia menyetujui permintaan Talitha.

"Oke, biarin aku makan dulu," ucap Felix.

Talitha terlihat senang dengan jawaban yang Felix berikan, "thanks banget, Kamu emang yang terbaik."

***

Mereka--Talitha dam Felix berjalan berdampingan ke luar restaurant, tangan Talitha menggandeng mesra pada tangan Felix. Pria tersebut membiarkan saja, ia malas menolak. Kadang wanita itu bisa sangat keras kepala.

"Padahal kita udah serasi begini, Lix, kurang apa lagi?" tanya Talitha. Ia merasa bangga bisa berjalan berdua seperti ini dengan pria di sampingnya.

"Hm." Hanya itu jawaban Felix. Mereka sudah sampai di bassement restaurant. Jangan heran, restaurant yang mereka kunjungi adalah restaurant mewah untuk kalangan atas, makanya punya parkiran di bawah tanah juga.

"Balikan, yuk," ajak Talitha semudah mengajak teman sesama wanitanya untuk ke salon bersama. Ia tak lagi memikirkan harga dirinya sebagai seorang wanita.

"Engak!" tolak Felix tegas. Mendengar dirinya diajak balikan oleh seorang wanita membuatnya sedikit mual. Tidakkah Talitha sedikit malu. Oh Felix lupa, apa pun bisa wanita ini lakukan demi karier dan uang, ia bahkan rela merendahkan harga dirinya.

"Tapi kenapa?" tanya Talitha mengulang pertanyaan waktu mereka masih di dalam retaurant.

"Bosen." Felix lagi-lagi menjawab hal yang sama.

"Ayolah, Lix, aku bisa kasih Kamu apa yang Kamu mau sebagai seorang pacar dan partner di ... ranjang," tawar Talitha. Ia bahkan rela menawarkan tubuhnya dengan sangat gampang.

"Murahan."

Talitha tak terlihat tersinggung dengan ucapan Felix barusan, ia malah semakin tertantang dan mulai maju untuk mendekatkan wajahnya dengan wajah pria arogan di hadapannya ini.

Felix menaikkan alis bingung, gerakan Talitha terlihat seperti ingin menciumnya dan benar saja. Satu ciuman mendarat di bibirnya. Felix sebenarnya tak suka, tetapi ia punya cara lain untuk menjatuhkan harga diri wanita ini. Dengan tidak membalas ciumannya mungkin bisa membuat Talitha paham kalau ia benar-benar tak tertarik dan tak tergoda sedikit pun.

Ciuman tersebut masih berlangsung sampai beberapa menit, Talitha rupanya tak ingin menyerah, ia malah tambah semangat karena berpikir Felix menyukai ciumannya dan tak menolaknya.

Felix masih diam menunggu sampai sebuah suara berhasil membuatnya tersentak.

"Bagus sekali, DaddyF, baru hari pertama sudah selingkuh, poin nomor enam dilanggar." Suara itu terdengar ketus.

Felix panik dan mendorong Talitha menjauh. Ia membulatkan matanya saat melihat Ara berdiri sambil menatapnya galak. Ia meneguk ludah gugup.

"Pergi! Aku udah enggak ada urusan sama Kamu lagi," kata Felix datar.

Bab terkait

  • GARA-GARA "KONTRAK PACAR"   Bab 5. Hukuman Untuk Felix

    Talitha mendengus kesal, ia tak suka karena ada yang mengganggu ciumannya bersama Felix, apalagi oleh seorang gadis. "Pergi!" seru Felix sekali lagi, suaranya lebih keras kali ini, tatapannya masih mengarah ke arah gadis di depannya--Ara. Talitha tersenyum senang, Felix pasti sangat menikmati ciumannya dan tak suka diganggu, makanya ia sampai semarah itu. Talitha kasihan dengan gadis yang tak ia tahu namanya itu. "Oke, aku pergi," kata Ara datar. Kalau Felix memang ingin ia pergi, maka ia akan segera pergi. Ia mulai membalikkan badannya, tetapi terhenti karena perkataan pria itu lagi. "Bukan Kamu," kata Felix cepat dan berjalan mendekap gadis itu. Bukan Ara yang ia suruh pergi, melainkan Talitha. Tatapannya memang mengarah ke Ara, tetapi ia tak bermaksud seperti itu. "Felix," raung Talitha marah melihat hal tersebut. Ia sudah senang karena mengira Felix lebih memilihnya dan mengusir gadis pengganggu itu, tetapi kenyataannya malah ia yang diusir. Awas saja nanti. "Pergi sana!" per

  • GARA-GARA "KONTRAK PACAR"   Bab 6. Iblis Kecil Penggoda

    "Eiiittsss, jangan sentuh, jangan sentuh! Ingat, Kamu masih dalam masa hukuman, tinggal dua hari lagi," peringat gadis yang sedang asik makan di depan Felix kali ini, siapa lagi kalau bukan Ara. Felix datang dan mengunjungi Ara setiap hari ke apartemen gadis itu. Seperti hari ini, ia datang dengan membawa satu kotak pizza sebagai buah tangan. Bukannya memeluk atau mencium Felix sebagai ucapan terima kasih, Ara malahan cuma mengambil kotak pizza-nya dan menjaga jarak dari pria itu, Ia bahkan tak mau duduk terlalu dekat. Felix yang menjalani hukumannya selama lima hari ini terasa bagai di neraka. Oke, itu mungkin berlebihan, tetapi sungguh, ia dibuat tak berdaya oleh gadis manis, tetapi galak itu. Ara selalu berkeliaran di apartemen dengan celana pendek dan kaos atau kemeja kebesaran yang membuat Felix gemas setengah mati, tetapi karena hukuman sialan ini, ia tak bisa berbuat apa pun. "Kapan ini akan berakhir?" tanya Felix gusar. Ia terlihat sangat frustrasi, rasanya tak akan sanggu

  • GARA-GARA "KONTRAK PACAR"   Bab 7. Putus?

    "Yeay!" Ara berseru senang ketika ia sudah sampai di salah satu mall terbesar di Jakarta. Melihat hal itu, Felix yang berada di sebelah gadis itu hanya memasang senyum kecil saja. Di matanya sekarang, Ara seperti bocah umur sepuluh tahun yang baru pertama kali diajak ke luar oleh Ibunya. "Jangan jauh-jauh, nanti ilang!" perintah Felix, ia takut kalau Ara akan tersesat nantinya karena gadis itu terlalu antusias memerhatikan sekitar dan tak menghiraukan keberadaan Felix. "Aku bukan anak kecil!" Ara merengut kesal mendengar perkataan Felix yang seolah-olah mengatakan ia bisa hilang kapan saja di tempat ini. "Tingkah Kamu kayak anak kecil," kata Felix santai. Ara menghentakkan kakinya kecil, ia tambah kesal dengan perkataan Felix barusan. "Ish!" seru Ara. "Nanti kalau ilang beneran, nangis," ucap Felix, ia gemas dengan tingkah gadis di sampingnya ini. Katanya bukan anak kecil, tetapi lihat sekarang, Ara memasang tampang cemberut sambil memegang ujung baju Felix. 'Sangat menggemaska

  • GARA-GARA "KONTRAK PACAR"   Bab 8. Ngambek!

    [Lix, Lo udah putus sama Ara?] Felix yang baru sampai di rumahnya langsung membaca pesan yang dikirim Etthan. Pesan tersebut membuat dahi Felix berkerut dalam, ia tentu saja bingung, kenapa Etthan bisa menanyakan hal tersebut, padahal Felix tak ada masalah apa-apa dengan Ara, mereka baik-baik saja. Akhirnya, setelah cukup lama terdiam dan larut dalam pikirannya, Felix memutuskan untuk membalas pesan dari sahabatnya itu. [Enggak, emangnya kenapa, sih?] Tak sampai tiga menit, balasan dari Etthan segera datang. [Tadi gue ketemu Ara di jalan dan anterin dia pulang. Kata dia, Lo bukan pacarnya lagi.] Balasan tersebut membuat Felix tambah bingung, berbagai macam pertanyaan tentang kenapa Ara bisa dihantar pulang oleh Etthan merasuki pikiran Felix sekarang. "Tunggu dulu ...," gumam Felix seperti tengah mencoba mengingat sesuatu. "Sialan!" Felix mengumpat keras saat mengingat kalau dirinya meninggalkan Ara sendiri di mall, padahal ia sudah berjanji untuk menjemput gadis itu. Felix yan

  • GARA-GARA "KONTRAK PACAR"   Bab 9. Cemburu

    "Kamu mau ketemu sama Etthan?" tanya Felix, ia sangat penasaran, tadi ia sempat menanyakan hal serupa pada Etthan tetapi tak dijawab.'Sungguh sialan!' Felix diam-diam mengumpat sahabatnya yang dengan tega membuatnya merasa penasaran, awas saja nanti. "Enggak tahu!" jawab Ara, gadis itu masih sedikit ketus saat menjawab, rupanya acara marah-marah hari ini belum berakhir. "Kok gitu, sih?" tanya Felix lagi, sungguh ia mulai kesal sekarang, ia hanya ingin tahu saja, kenapa Ara membuatnya sangat sulit. Hening, Ara kembali bungkam dan mengabaikan Felix. "Pokoknya Kamu enggak boleh ketemu Etthan!" kata Felix tegas.Mendengar kalau Ara akan menemui sahabat karibnya itu membuat Felix sedikit khawatir, alasan kekhawatirannya juga tak jelas, intinya Felix tak ingin mereka bertemu, itu saja. "Kamu sebenarnya ada masalah apa, sih?" tanya Ara ikutan kesal.Siapa yang tak kesal kalau hidupnya diatur-atur seperti itu. Ini pertama kalinya ia merasa kewalahan menghadapi partner-nya sejak terjun ke

  • GARA-GARA "KONTRAK PACAR"   Bab 10. Manja

    "Felix, udah dong tidurnya." Ara mulai mengeluh, pasalnya sejak kepulangan mereka dari markas, pria itu langsung menagih janjinya. Sudah satu jam lebih Ara mengusap kepala yang ada di pahanya dan sekarang ia merasa kram, kepala Felix cukup berat ternyata. "Hmm, nanti dulu ini nyaman," jawab Felix masih memejamkan matanya, ia juga menahan pinggang Ara yang ingin bangkit dengan memeluknya erat sekali. "Manja banget, sih," gerutu Ara kesal. Felix ini menurut Ara hanya luarnya saja yang terlihat sangar, padahal dalamnya sangat manja. Siapa yang menduga kalau pria yang ditakuti dan dijadikan bos di gengnya adalah sosok yang manja dan moody-an seperti ini. "Ponsel Kamu dari tadi bunyi terus, tuh," kata Ara lagi. Memang benar, sejak Felix meletakkan ponsel itu di atas meja, benda tersebut terus berbunyi, ada saja notifikasi yang masuk, entah itu panggilan maupun SMS. Akan tetapi, alih-alih terganggu, Felix justru masih nyaman dengan tidurnya. "Angkat dulu sana, siapa tahu penting!" per

  • GARA-GARA "KONTRAK PACAR"   Bab 11. Bertemu Papa Bos

    "Pinter ya Kamu sekarang, Felix, udah jarang pulang, sekalinya pulang bikin Papa darah tinggi lagi." Kalimat itulah yang menjadi sambutan ketika Ara dan Felix baru tiba di rumah pria itu. "Papa enggak asyik, baru juga nyampe udah diomelin," kata Felix dengan ekspresi kesal.Awalnya tadi, Felix ingin menunjukkan kedekatannya dengan sang Papa pada Ara, tetapi hal tersebut langsung sirna saat serangkaian omelan menyambutnya di depan pintu. "Ck! Kamu ini--." Kalimat Ferdinand terpotong oleh seruan Felix. "Eiitss, ceramahnya nanti aja, lihat nih, Felix bawa siapa?" Ara yang sedari tadi diam itu akhirnya tersenyum canggung ketika Ferdinand menatapnya dengan penasaran. "Pagi, Om, saya Ara," sapa Ara dengan ragu-ragu. Ia sedikit takut, kesan pertama yang Ara tangkap dari Papa Felix adalah galak. "Anak siapa yang Kamu bawa ini, Felix? Awas aja kalau Kamu buat masalah lagi, Papa kirim beneran kamu ke pondok pesantren." Ferdinand berucap sambil menatap tajam pada putranya, ia bahkan tak m

  • GARA-GARA "KONTRAK PACAR"   Bab 12. Masalah Uang

    "Jauhi gadis itu dan mulai pendekatan dengan salah satu anak dari teman Papa." Kata-kata tersebut langsung menyambut Felix ketika ia baru saja duduk di depan Papanya. Sesuai keinginan pria paruh baya itu, mereka memang perlu berbicara, akan tetapi, Felix sedikit tak menyangka kalau Ferdinand akan membicarakan hal itu dan mulai ikut campur urusan percintaannya, biasanya sang Papa tak begini. "Papa sehat?” Alih-alih menanggapi dengan serius perkataan Ferdinand, ia malah mengajukan pertanyaan seperti itu. " Sehat, kenapa?" tanya Ferdinand balik. "Kirain Papa lagi demam, omongan Papa ngelantur," jawab Felix santai. Mendengar jawaban Felix membuat Ferdinand menghela napas keras. "Papa serius, Felix!" "Tapi kenapa? Biasanya Papa enggak pernah ikut campur urusan kayak gini. Toh, Felix juga enggak bikin masalah, kan!" Akhirnya Felix mengutarakan rasa penasarannya. "Enggak bikin masalah dari mana? Ini apa?" tanya Ferdinand jengkel mengeluarkan kertas berisi catatan pengeluaran Felix sel

Bab terbaru

  • GARA-GARA "KONTRAK PACAR"   Bab 35. Berkat Etthan, Si Setan!

    Ara menyerahkan uang ke pengemudi taksi yang ditumpanginya dengan tergesa-gesa, kemudian dengan ekspresi panik yang sangat kentara di wajahnya, gadis itu langsung keluar dan berlari ke arah markas yang sudah kelihatan walau dari jalan raya sekali pun.Akan tetapi, belum sempat gadis itu berlari lebih jauh, ia malah menabarak sesuatu. . . tidak, bukan seusatu, tetapi seseorang. Ara tentu saja langsung meringis kesakitan, sebab tubuh orang yang ditabraknya lumayan keras."Maaf-maaf, saya lagi buru-buru. Sekali lagi maa-- . . . Loh, Felix?!" Tanpa sadar Ara menjerit.Ara tentu terkejut melihat sosok pria yang menjadi beban kekhawatirannya baik-baik saja, tidak kecelakaan seperti yang dikatakan Etthan di chat."Ara?!" Felix tak kalah terkejutnya dengan Ara, bedanya ia dengan cepat menghapus rasa terkejut di hatinya yang langsung diisi dengan perasaan lega."Are you good?" tanya Felix sambil menarik Ara ke dalam dekapannya, dipeluknya dengan erat gadis itu, bersyukur karena ia baik-baik sa

  • GARA-GARA "KONTRAK PACAR"   Bab 34. Perasaan Saling Peduli

    Ara menggerutu di dalam taxi yang dinaikinya, kali ini ia berencana untuk menginap saja di hotel dari pada berdua dengan Felix di apartemen."Apaan sih, biasanya juga kalau aku marah Felix bakal bujuk, ini malah dia yang marah balik. Malesin banget!"Ara terus menggerutu sampai akhirnya ia tiba-tiba menyeletuk, "tapi dia kan lagi sakit, kira-kira bisa urus diri sendiri enggak ya?"Ara merenung, terbesit rasa khawatir dengan keadaan sang kekasih di benaknya."Bodo amatlah, dia aja sekarang kurang peduli," celetuk Ara yang masih bermonolog, supir taxi hanya menyaksikan dalam diam saat gadis itu mengeluarkan unek-uneknya.Saat sampai di tujuan, Ara membayar dan langsung turun. "Makasih," katanya dan berjalan masuk ke dalam hotel yang sebelumnya sudah ia pesan secara online.***Sementara di lain tempat, Felix menghela napas gusar. Jujur saja, saat ini ia tengah berada dalam fase bingung akan apa yang ia rasakan.Sebagai seorang pria, tentu saja Felix tak suka diperlakukan semena-mena sepe

  • GARA-GARA "KONTRAK PACAR"   Bab 33. Felix Ngidam?!

    Ara melangkah dan mendudukkan dirinya di sisi kosong dari kasur yang tak ditempati oleh Felix."Mana yang sakit, hm?" Ara bertanya sambil mengusap pelan kening Felix yang dibanjiri keringat.Merasakan suhu tubuh pria tersebut yang lumayan hangat membuat Ara bertambah cemas."U-ugh!" Felix hanya bergumam pelan sambil sesekali masih sesenggukan, ternyata sejak masuk ke dalam kamar pria tersebut menangis saking kesalnya pada Etthan. "Jangan deket Etthan lagi, Ara," kata pria tersebut dengan lemah, membuat Ara menghela napas panjang.Huuft! Di tengah demamnya, rupanya Felix masih mengingat dengan jelas kecemburuannya beberapa saat yang lalu. Ara jadi berpikir, apakah penyebab pria itu demam adalah rasa cemburunya yang berlebihan?"Iya, Etthan juga udah aku suruh pulang, sekarang mana yang sakit, hm? Udah, dong, nangisnya," ucap Ara mengiyakan, tak ingin membuat Felix tambah cemburu dan berakhir ngambek padanya.Felix yang sakit ditambah ngambek bisa jadi hal yang sangat merepotkan."Pusin

  • GARA-GARA "KONTRAK PACAR"   Bab 32. Felix, si Bayi Beruang Moody

    Felix menatap Ara jengah, setelah membuatnya melakukan cabang olahraga senam lima jari alias co-li, gadis itu terlihat seolah tanpa beban, ia tetap santai sambil melihat-lihat majalah yang ada di pangkuannya."Minggu ini udah ke rumah sakit?" tanya Felix menanyakan kegiatan rutin gadis itu yang mengunjungi sang ayah setiap minggunya."Udah, makasih, ya." Ara meletakkan kembali majalah yang sedari tadi ia lihat ke meja di depannya."Hm. Kita kan, udah sepakat buat enggak bahas masalah uang lagi, lagian Kamu kan pacar aku sekarang." Felix menggumam pelan sambil berjalan menghampiri Ara dan duduk tepat di samping gadis manis tersebut."Bukan cuma masalah uang, tapi waktu, pengertian, sama kesempatannya juga, aku tahu kalau banyak buat kesalahan, hehe." Ara nyengir.Felix merotasikan bola matanya seolah kesal. "Hm, bagus kalau Kamu tahu, giimana sama masalah Rendy?" tanya pria tersebut dengan raut wajah serius."Masih sering kirim pesan spam, ganggu banget!" ketus Ara.Jujur saja, sejak ke

  • GARA-GARA "KONTRAK PACAR"   Bab 31. Bad Boy, tapi Perjaka.

    Ara mengelus punggung Felix lembut. Mereka sudah di apartemen lagi, setelah beberapa saat lalu pria itu mengeluh pusing lantaran bercerita tentang masa lalunya dengan sang mama.Ara tadinya sempat menawarkan untuk mencari paracetamol di apotek, tetapi Felix menolak dengan alasan ingin pulang saja."Kamu kenal Rendy di mana?" tanya Felix yang saat ini menegakkan badannya yang tadi bersandar pada Ara.Ada jeda sebentar sebelum Ara menjawab. "Di aplikasi," jawab Ara, padahal sebelumnya sudah menjelaskan, mungkin karena Felix sedang marah waktu utu, ia jadi tak fokus menyimak apa yang Ara katakan."Kamu masih main?" tanya Felix lagi, kali ini dengan alis terangkat."Iya hehe," cengir Ara sambil menatap Felix dengan rasa bersalah."Jangan main lagi, sini hp Kamu, hapus aja aplikasinya," titah Felix, pria itu juga menengadahkan tangannya, tanda meminta handphone gadis itu.Ara yang diperintah seperti itu cuma pasrah. "Nih," katanya.***"Udah lama, ya, enggak ketemu Etthan," kata Ara.Sore i

  • GARA-GARA "KONTRAK PACAR"   Bab 30. Tentang Felix

    Di sinilah Felix berada sekarang, di sebuah rumah sakit swasta yang cukup terkenal di ibu kota, tempat di mana Ayah Ara yang sedang koma dirawat. Setelah penjelasan yang menguras emosi dan air mata beberapa waktu yang lalu di apartemen, akhirnya Ara memutuskan untuk membawa Felix melihat Ayahnya. "Terima kasih, Dokter," kata Felix sambil tersenyum pada dokter Arya, dokter senior yang merawat Ayah Ara selama ini. Felix bangkit dari kursi yang didudukinya, diikuti oleh Ara yang berada di sampingnya. Mereka berdua keluar dari ruangan Dokter Arya, tadi Felix memang sempat memaksa untuk berbicara dengan sang dokter. Dari hasil pembicaraannya, Felix sadar mengapa Ara membutuhkan banyak sekali biaya. Ayah Ara ditempatkan di ruangan Vip dengan fasilitas yang memadai dan perawatan intensif yang membutuhkan setidaknya satu tenaga medis untuk selalu berjaga."Kita enggak boleh masuk ke ruangan Ayah, ya?" tanya Felix pada Ara yang sedari tadi hanya terdiam di sampingnya. Entah sejak kapan, Fe

  • GARA-GARA "KONTRAK PACAR"   Bab 29. Alasan

    "Bukannya aku udah pernah bilang? Jangan berurusan sama bajingan itu, hah! Bagian mana dari kata-kata aku yang Kamu enggak ngerti, Ara?!" Ara hanya diam dan melihat Felix dengan takut-takut. Felix langsung mengamuk begitu mereka sampai di apartemen, sasarannya tentu saja Ara. "Aku ajak ke sana Kamu enggak mau dan selalu aja ada alasan buat nolak, giliran sama dia Kamu malah mau-mau aja, ada hubungan apa Kamu sama dia?" tanya Felix masih dengan ekspresi marahnya. Wajah pria itu memerah dengan tangan terkepal kuat. Felix benar-benar emosi. "Maaf--." "Jangan cuma bisa minta maaf! Percuma minta maaf kalau akhirnya nanti diulangin lagi, gitu aja terus!" Felix geram dan memukul pintu apartemen dengan kencang. Rasa sakit yang dirasakan di buku-buku jarinya tak ia hiraukan, pria itu butuh sesuatu untuk menyalurkan emosinya yang tengah memuncak. Dari kemarin mood Felix memang sudah tak beraturan, penyebabnya banyak sekali; mulai dari Papanya yang mengajak ke berbagai pesta dengan alasan

  • GARA-GARA "KONTRAK PACAR"   Bab 28. Iblis Kecil Penggoda 2

    "Pulang!"Baru beberapa saat yang lalu mata Ara bersitatap secara tak sengaja dengan Felix, pria itu sekarang sudah berada di depannya.Ara bingung, gelisah, dan takut.Bagaimana sekarang? Alasan apa lagi yang harus ia karang untuk menutupi semuanya."Wess, apaan nih bos?" Rendy yang sedari tadi diam akhirnya ikut bersuara, ia juga menjadi tameng ketika Felix terlihat akan menyeret Ara keluar dari tempat acara."Lo kemarin-kemarin gue sabarin tapi malah jadi belagu, ya!" ketus Felix, kali ini beralih pada Rendy.Sedari tadi, Felix sudah berusaha untuk tak menghuraukan keberadaan Rendy yang selalu bisa memancing emosinya ke batas maksimal."Lo kali yang selalu belagu," kata Rendy santai, berbanding terbalik dengan keadaan Felix. "Enggak inget kelakuan banget!" sindir Rendy terlihat meremehkan."Minggir!" titah Felix tegas, ia tak ingin menanggapi bacotan Rendy di tempat ramai seperti ini, apalagi di sini juga ada Papanya.Bisa gawat kalau ia nekat baku hantam di sini."Hak lo nyuruh-nyu

  • GARA-GARA "KONTRAK PACAR"   Bab 27. Ketahuan

    Pagi ini keadaan Felix sudah lumayan baikan. "Sarapan dulu, ya," kata Ara. "Enggak mau sarapan bubur," jawab Felix. Menghela napas pelan, Ara berucap dengan lembut. "Ini enak, loh, cobain dulu, ya, biar perutnya ada isi, ... ayo." "Enggak mau, Ara," kata Felix lagi saat sesendok bubur sudah berada di depan mulutnya. Dari dulu ia memang sedikit tak suka dengan bubur. "Ya udah, kalau gitu mau sarapan apa? Biar aku masakin," kata Ara akhirnya, memilih untuk mengalah. "Nasi putih sama telur ceplok aja," kata Felix. "Oke, tunggu ya." Baru saja Ara akan bangkit, tetapi tangannya malah ditahan Felix. "Lepas dulu, aku cuma mau ngambil makanannya ke dapur," ucap Ara sambil berusaha melepaskan tangan Felix yang sekarang sudah beralih merangkul pinggangnya dengan posesif. Felix dalam keadaan baik-baik saja sudah manja dan posesif, apalagi sekarang ketika ia tengah sakit, level manja dan keposesifannya bertambah berkali-kali lipat. "Enggak usah sarapan aja, deh." Felix merengut sambil m

DMCA.com Protection Status