Share

Bab 10. Manja

Penulis: Viaaf04
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56
"Felix, udah dong tidurnya." Ara mulai mengeluh, pasalnya sejak kepulangan mereka dari markas, pria itu langsung menagih janjinya.

Sudah satu jam lebih Ara mengusap kepala yang ada di pahanya dan sekarang ia merasa kram, kepala Felix cukup berat ternyata.

"Hmm, nanti dulu ini nyaman," jawab Felix masih memejamkan matanya, ia juga menahan pinggang Ara yang ingin bangkit dengan memeluknya erat sekali.

"Manja banget, sih," gerutu Ara kesal.

Felix ini menurut Ara hanya luarnya saja yang terlihat sangar, padahal dalamnya sangat manja. Siapa yang menduga kalau pria yang ditakuti dan dijadikan bos di gengnya adalah sosok yang manja dan moody-an seperti ini.

"Ponsel Kamu dari tadi bunyi terus, tuh," kata Ara lagi.

Memang benar, sejak Felix meletakkan ponsel itu di atas meja, benda tersebut terus berbunyi, ada saja notifikasi yang masuk, entah itu panggilan maupun SMS. Akan tetapi, alih-alih terganggu, Felix justru masih nyaman dengan tidurnya.

"Angkat dulu sana, siapa tahu penting!" per
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • GARA-GARA "KONTRAK PACAR"   Bab 11. Bertemu Papa Bos

    "Pinter ya Kamu sekarang, Felix, udah jarang pulang, sekalinya pulang bikin Papa darah tinggi lagi." Kalimat itulah yang menjadi sambutan ketika Ara dan Felix baru tiba di rumah pria itu. "Papa enggak asyik, baru juga nyampe udah diomelin," kata Felix dengan ekspresi kesal.Awalnya tadi, Felix ingin menunjukkan kedekatannya dengan sang Papa pada Ara, tetapi hal tersebut langsung sirna saat serangkaian omelan menyambutnya di depan pintu. "Ck! Kamu ini--." Kalimat Ferdinand terpotong oleh seruan Felix. "Eiitss, ceramahnya nanti aja, lihat nih, Felix bawa siapa?" Ara yang sedari tadi diam itu akhirnya tersenyum canggung ketika Ferdinand menatapnya dengan penasaran. "Pagi, Om, saya Ara," sapa Ara dengan ragu-ragu. Ia sedikit takut, kesan pertama yang Ara tangkap dari Papa Felix adalah galak. "Anak siapa yang Kamu bawa ini, Felix? Awas aja kalau Kamu buat masalah lagi, Papa kirim beneran kamu ke pondok pesantren." Ferdinand berucap sambil menatap tajam pada putranya, ia bahkan tak m

  • GARA-GARA "KONTRAK PACAR"   Bab 12. Masalah Uang

    "Jauhi gadis itu dan mulai pendekatan dengan salah satu anak dari teman Papa." Kata-kata tersebut langsung menyambut Felix ketika ia baru saja duduk di depan Papanya. Sesuai keinginan pria paruh baya itu, mereka memang perlu berbicara, akan tetapi, Felix sedikit tak menyangka kalau Ferdinand akan membicarakan hal itu dan mulai ikut campur urusan percintaannya, biasanya sang Papa tak begini. "Papa sehat?” Alih-alih menanggapi dengan serius perkataan Ferdinand, ia malah mengajukan pertanyaan seperti itu. " Sehat, kenapa?" tanya Ferdinand balik. "Kirain Papa lagi demam, omongan Papa ngelantur," jawab Felix santai. Mendengar jawaban Felix membuat Ferdinand menghela napas keras. "Papa serius, Felix!" "Tapi kenapa? Biasanya Papa enggak pernah ikut campur urusan kayak gini. Toh, Felix juga enggak bikin masalah, kan!" Akhirnya Felix mengutarakan rasa penasarannya. "Enggak bikin masalah dari mana? Ini apa?" tanya Ferdinand jengkel mengeluarkan kertas berisi catatan pengeluaran Felix sel

  • GARA-GARA "KONTRAK PACAR"   Bab 13. Ara Mulai Berulah

    Ara sedang dilanda kebingungan saat ini, pasalnya ia sangat butuh uang lagi, tetapi setelah mendengar kalau Felix kemarin dimarahi oleh Papanya karena terlalu boros, Ara jadi sungkan untuk meminta pada pria itu. Ia juga malu kalau terlalu sering meminta uang, apalagi nominal yang dimintanya jelas tak sedikit. "Gimana, ya?" Ara bergumam pada dirinya sendiri. Saat ini, Ara tengah sendiri di apartemen karena Felix belum mengunjunginya sama sekali. Pria itu hanya memberinya kabar lewat pesan saja tadi pagi, selepasnya tak ada apa-apa lagi, biasanya Felix akan mengacau di pagi buta, bahkan sebelum Ara benar-benar bangun dari tidurnya. Setelah lama bergulat dengan pikirannya, akhirnya Ara mendapatkan satu ide yang menurutnya bisa menyelamatkannya dari kondisi terdesak saat ini, walaupun ide tersebut sedikit berisiko pada kelangsungan hubungan kontraknya dengan Felix. "Bodo amatlah, asal jangan sampai ketahuan aja," gumam Ara sambil berjalan ke arah meja di mana ponselnya terletak. Ara m

  • GARA-GARA "KONTRAK PACAR"   Bab 14. Marah

    Sekitar jam sepuluh pagi, Felix sudah berada di apartemen Ara guna mengunjungi gadis itu. Setelah mereka terikat kontrak, hidup Felix memang tak pernah jauh-jauh dari Ara, seolah-olah gadis itulah pusat hidupnya. Akan tetapi, alih-alih menemukan Ara yang sedang beraktivitas seperti biasanya, Felix malah menemukan apartemen dalam keadaan kosong, ketika masuk tadi, hanya kesunyian saja yang menyambutnya. Setelah yakin kalau Ara memang tak ada di apartemen, Felix akhirnya memutuskan untuk menelepon gadis itu. Satu panggilan nyambung, tetapi ak dijawab. Felix masih bisa sabar, ia mencoba sekali lagi dan masih tak dijawab juga oleh gadis itu. [Kamu di mana?] Satu pesan terkirim pada Ara, jangankan pesan, sudah jelas-jelas kalau tadi teleponnya saja tak diangkat. "Ke mana, sih?" tanya Felix pada dirinya sendiri, ia kesal ketika Ara menghilang begitu saja tanpa memberinya kabar terlebih dahulu, padahal Felix sendiri selalu menyempatkan dirinya untuk mengabari gadis itu ketika tak sempat

  • GARA-GARA "KONTRAK PACAR"   Bab 15. Jera

    "SIALAN!" Satu bentakan keluar dari bibir Felix untuk Ara. Bukan karena Felix marah pada gadis itu, bukan itu. Hanya saja, Felix dilanda rasa cemas dan takut. Seharian, Felix menunggu Ara pulang dan seharian juga ia diliputi perasaan takut kehilangan yang sangat besar. Felix kalut, ia takut sekali. Takut kalau Ara pergi meninggalkannya, takut kalau Ara kabur dan memutus kontrak mereka. Kemudian tadi, ketika melihat Ara pulang dan berdiri di depannya, berada dalam jangkauannya dan dalam keadaan baik-baik saja membuat Felix dihantam rasa lega yang luar biasa. Tetapi sayang, rasa lega itu tak bisa ia ekspresikan dengan baik, justru raut kesal dan marah yang ia tunjukkan. "Masuk kamar sana!" perintah Felix.Untuk saat ini, sepertinya mereka memang tak perlu bicara, lebih baik menunggu besok ketika mereka berdua sudah bisa berpikir lebih jernih. Setelah mendengar perintah itu, Ara menurut dengan segera. "Good night, Felix.." Sebelum pergi, Ara berkata sesuatu yang membuat Felix sedi

  • GARA-GARA "KONTRAK PACAR"   Bab 16. Sedikit Berjarak

    Bukankah keadaan sekarang terlalu berlebihan, sudah seminggu sejak kejadian Ara mengabaikan telepon Felix dan pria itu masih marah sampai sekarang. Ara bahkan tak habis pikir, Felix yang biasanya selalu menempelinya kini berubah cuek, yang lebih parah lagi, pria itu lebih banyak menghabiskan waktunya bersama Angel. Angel, nama itu membuat Ara muak akhir-akhir ini. Alasannya karena wanita itu selalu saja mengikuti Felix, bahkan Angel sudah berani berkunjung ke apartemen mereka, tentu saja Ara kesal dengan hal itu. Sebelumnya ia tak pernah seperti ini, biasanya ia selalu acuh tak acuh dengan pacar kontraknya yang lain, ia tak terlalu peduli kalau partner-nya membawa wanita lain, asalkan bayarannya tetap lancar dan tak melanggar kontrak, itu sudah cukup baginya. Akan tetapi, sekarang berbeda dan Ara mulai menyadari satu hal, ia mulai terlihat seperti gadis cemburuan yang tak suka kekasihnya bersama wanita lain. Ara tertegun sejenak dengan pemikirannya barusan. Ini tak bisa terus dibiar

  • GARA-GARA "KONTRAK PACAR"   Bab 17. Pertemuan Tak Terduga

    Malam ini, entah bisa disebut sebuah keberuntungan atau kesialan bagi Ara, pasalnya tumben sekali ia bisa seruangan dengan Felix setelah kejadian pria itu yang marah. Walaupun bisa seruangan dan berduaan, namun rupanya tak terjadi percakapan di antara mereka selama puluhan menit. Ara yang tak tahu harus berbicara apa dan Felix yang masih mementingkan egonya, sungguh dua perpaduan yang sempurna. Bosan dengan keheningan di antara mereka, Ara meraih remot dan mulai menyalakan televisi, akhirnya beberapa jam ke depan hanya di isi dengan suara-suara dari sinetron yang tayang di televisii saja. Karena tak ada pilihan lain, Ara memilih fokus saja, tetapi beberapa menit kemudian, ia merasakan beban berat di pangkuannya, ternyata beban itu adalah kepala Felix. Ara terkejut sekaligus senang, bukankah ini tandanya Felix sudah sedikit lebih melunak padanya? Kalau iya berarti ia harus menggunakan kesempatan berharga ini. "Ngantuk, ya? Pindah ke kamar, gih, nanti badannya sakit," ucap Ara lembut

  • GARA-GARA "KONTRAK PACAR"   Bab 18. Putus Kontrak

    "Ara," panggil Felix. Saat ini, Felix tengah berusaha menepati janjinya untuk melukis Ara. "Apa? btw, diem gini ternyata capek juga ya," sahut Ara. Posisinya saat ini adalah duduk menyamping, ia sendiri yang ingin dilukis dengan posisi tersebut. "Bentar lagi selesai, tahan sebentar," kata Felix. "Kamu udah bilang gitu lima kali," kata Ara cemberut. Kalau tahu dilukis bisa selama dan selelah ini, Ara lebih baik memilih posisi tiduran saja tadi. "Ara," panggil Felix lagi. Sepertinya ada yang ingin pria itu katakan sedari tadi, tetapi ia masih menimbang-nimbang. "Apa?" "Aku mau bicara serius," ucap Felix. Walaupun bibirnya tetap berbicara, tetapi tangan pria itu tetap cekatan menyapu kuas sesuai dengan pose Ara saat ini. "Bicara aja, lumayan biar aku enggak bosan juga," sahut Ara yang masih tetap mempertahankan posisinya. "Ini tentang kontrak kita," kata Felix setelah beberapa lama terdiam. Mendengar hal tersebut, Ara sebenarnya ingin menoleh tetapi masih bisa ia tahan. "Kenapa

Bab terbaru

  • GARA-GARA "KONTRAK PACAR"   Bab 35. Berkat Etthan, Si Setan!

    Ara menyerahkan uang ke pengemudi taksi yang ditumpanginya dengan tergesa-gesa, kemudian dengan ekspresi panik yang sangat kentara di wajahnya, gadis itu langsung keluar dan berlari ke arah markas yang sudah kelihatan walau dari jalan raya sekali pun.Akan tetapi, belum sempat gadis itu berlari lebih jauh, ia malah menabarak sesuatu. . . tidak, bukan seusatu, tetapi seseorang. Ara tentu saja langsung meringis kesakitan, sebab tubuh orang yang ditabraknya lumayan keras."Maaf-maaf, saya lagi buru-buru. Sekali lagi maa-- . . . Loh, Felix?!" Tanpa sadar Ara menjerit.Ara tentu terkejut melihat sosok pria yang menjadi beban kekhawatirannya baik-baik saja, tidak kecelakaan seperti yang dikatakan Etthan di chat."Ara?!" Felix tak kalah terkejutnya dengan Ara, bedanya ia dengan cepat menghapus rasa terkejut di hatinya yang langsung diisi dengan perasaan lega."Are you good?" tanya Felix sambil menarik Ara ke dalam dekapannya, dipeluknya dengan erat gadis itu, bersyukur karena ia baik-baik sa

  • GARA-GARA "KONTRAK PACAR"   Bab 34. Perasaan Saling Peduli

    Ara menggerutu di dalam taxi yang dinaikinya, kali ini ia berencana untuk menginap saja di hotel dari pada berdua dengan Felix di apartemen."Apaan sih, biasanya juga kalau aku marah Felix bakal bujuk, ini malah dia yang marah balik. Malesin banget!"Ara terus menggerutu sampai akhirnya ia tiba-tiba menyeletuk, "tapi dia kan lagi sakit, kira-kira bisa urus diri sendiri enggak ya?"Ara merenung, terbesit rasa khawatir dengan keadaan sang kekasih di benaknya."Bodo amatlah, dia aja sekarang kurang peduli," celetuk Ara yang masih bermonolog, supir taxi hanya menyaksikan dalam diam saat gadis itu mengeluarkan unek-uneknya.Saat sampai di tujuan, Ara membayar dan langsung turun. "Makasih," katanya dan berjalan masuk ke dalam hotel yang sebelumnya sudah ia pesan secara online.***Sementara di lain tempat, Felix menghela napas gusar. Jujur saja, saat ini ia tengah berada dalam fase bingung akan apa yang ia rasakan.Sebagai seorang pria, tentu saja Felix tak suka diperlakukan semena-mena sepe

  • GARA-GARA "KONTRAK PACAR"   Bab 33. Felix Ngidam?!

    Ara melangkah dan mendudukkan dirinya di sisi kosong dari kasur yang tak ditempati oleh Felix."Mana yang sakit, hm?" Ara bertanya sambil mengusap pelan kening Felix yang dibanjiri keringat.Merasakan suhu tubuh pria tersebut yang lumayan hangat membuat Ara bertambah cemas."U-ugh!" Felix hanya bergumam pelan sambil sesekali masih sesenggukan, ternyata sejak masuk ke dalam kamar pria tersebut menangis saking kesalnya pada Etthan. "Jangan deket Etthan lagi, Ara," kata pria tersebut dengan lemah, membuat Ara menghela napas panjang.Huuft! Di tengah demamnya, rupanya Felix masih mengingat dengan jelas kecemburuannya beberapa saat yang lalu. Ara jadi berpikir, apakah penyebab pria itu demam adalah rasa cemburunya yang berlebihan?"Iya, Etthan juga udah aku suruh pulang, sekarang mana yang sakit, hm? Udah, dong, nangisnya," ucap Ara mengiyakan, tak ingin membuat Felix tambah cemburu dan berakhir ngambek padanya.Felix yang sakit ditambah ngambek bisa jadi hal yang sangat merepotkan."Pusin

  • GARA-GARA "KONTRAK PACAR"   Bab 32. Felix, si Bayi Beruang Moody

    Felix menatap Ara jengah, setelah membuatnya melakukan cabang olahraga senam lima jari alias co-li, gadis itu terlihat seolah tanpa beban, ia tetap santai sambil melihat-lihat majalah yang ada di pangkuannya."Minggu ini udah ke rumah sakit?" tanya Felix menanyakan kegiatan rutin gadis itu yang mengunjungi sang ayah setiap minggunya."Udah, makasih, ya." Ara meletakkan kembali majalah yang sedari tadi ia lihat ke meja di depannya."Hm. Kita kan, udah sepakat buat enggak bahas masalah uang lagi, lagian Kamu kan pacar aku sekarang." Felix menggumam pelan sambil berjalan menghampiri Ara dan duduk tepat di samping gadis manis tersebut."Bukan cuma masalah uang, tapi waktu, pengertian, sama kesempatannya juga, aku tahu kalau banyak buat kesalahan, hehe." Ara nyengir.Felix merotasikan bola matanya seolah kesal. "Hm, bagus kalau Kamu tahu, giimana sama masalah Rendy?" tanya pria tersebut dengan raut wajah serius."Masih sering kirim pesan spam, ganggu banget!" ketus Ara.Jujur saja, sejak ke

  • GARA-GARA "KONTRAK PACAR"   Bab 31. Bad Boy, tapi Perjaka.

    Ara mengelus punggung Felix lembut. Mereka sudah di apartemen lagi, setelah beberapa saat lalu pria itu mengeluh pusing lantaran bercerita tentang masa lalunya dengan sang mama.Ara tadinya sempat menawarkan untuk mencari paracetamol di apotek, tetapi Felix menolak dengan alasan ingin pulang saja."Kamu kenal Rendy di mana?" tanya Felix yang saat ini menegakkan badannya yang tadi bersandar pada Ara.Ada jeda sebentar sebelum Ara menjawab. "Di aplikasi," jawab Ara, padahal sebelumnya sudah menjelaskan, mungkin karena Felix sedang marah waktu utu, ia jadi tak fokus menyimak apa yang Ara katakan."Kamu masih main?" tanya Felix lagi, kali ini dengan alis terangkat."Iya hehe," cengir Ara sambil menatap Felix dengan rasa bersalah."Jangan main lagi, sini hp Kamu, hapus aja aplikasinya," titah Felix, pria itu juga menengadahkan tangannya, tanda meminta handphone gadis itu.Ara yang diperintah seperti itu cuma pasrah. "Nih," katanya.***"Udah lama, ya, enggak ketemu Etthan," kata Ara.Sore i

  • GARA-GARA "KONTRAK PACAR"   Bab 30. Tentang Felix

    Di sinilah Felix berada sekarang, di sebuah rumah sakit swasta yang cukup terkenal di ibu kota, tempat di mana Ayah Ara yang sedang koma dirawat. Setelah penjelasan yang menguras emosi dan air mata beberapa waktu yang lalu di apartemen, akhirnya Ara memutuskan untuk membawa Felix melihat Ayahnya. "Terima kasih, Dokter," kata Felix sambil tersenyum pada dokter Arya, dokter senior yang merawat Ayah Ara selama ini. Felix bangkit dari kursi yang didudukinya, diikuti oleh Ara yang berada di sampingnya. Mereka berdua keluar dari ruangan Dokter Arya, tadi Felix memang sempat memaksa untuk berbicara dengan sang dokter. Dari hasil pembicaraannya, Felix sadar mengapa Ara membutuhkan banyak sekali biaya. Ayah Ara ditempatkan di ruangan Vip dengan fasilitas yang memadai dan perawatan intensif yang membutuhkan setidaknya satu tenaga medis untuk selalu berjaga."Kita enggak boleh masuk ke ruangan Ayah, ya?" tanya Felix pada Ara yang sedari tadi hanya terdiam di sampingnya. Entah sejak kapan, Fe

  • GARA-GARA "KONTRAK PACAR"   Bab 29. Alasan

    "Bukannya aku udah pernah bilang? Jangan berurusan sama bajingan itu, hah! Bagian mana dari kata-kata aku yang Kamu enggak ngerti, Ara?!" Ara hanya diam dan melihat Felix dengan takut-takut. Felix langsung mengamuk begitu mereka sampai di apartemen, sasarannya tentu saja Ara. "Aku ajak ke sana Kamu enggak mau dan selalu aja ada alasan buat nolak, giliran sama dia Kamu malah mau-mau aja, ada hubungan apa Kamu sama dia?" tanya Felix masih dengan ekspresi marahnya. Wajah pria itu memerah dengan tangan terkepal kuat. Felix benar-benar emosi. "Maaf--." "Jangan cuma bisa minta maaf! Percuma minta maaf kalau akhirnya nanti diulangin lagi, gitu aja terus!" Felix geram dan memukul pintu apartemen dengan kencang. Rasa sakit yang dirasakan di buku-buku jarinya tak ia hiraukan, pria itu butuh sesuatu untuk menyalurkan emosinya yang tengah memuncak. Dari kemarin mood Felix memang sudah tak beraturan, penyebabnya banyak sekali; mulai dari Papanya yang mengajak ke berbagai pesta dengan alasan

  • GARA-GARA "KONTRAK PACAR"   Bab 28. Iblis Kecil Penggoda 2

    "Pulang!"Baru beberapa saat yang lalu mata Ara bersitatap secara tak sengaja dengan Felix, pria itu sekarang sudah berada di depannya.Ara bingung, gelisah, dan takut.Bagaimana sekarang? Alasan apa lagi yang harus ia karang untuk menutupi semuanya."Wess, apaan nih bos?" Rendy yang sedari tadi diam akhirnya ikut bersuara, ia juga menjadi tameng ketika Felix terlihat akan menyeret Ara keluar dari tempat acara."Lo kemarin-kemarin gue sabarin tapi malah jadi belagu, ya!" ketus Felix, kali ini beralih pada Rendy.Sedari tadi, Felix sudah berusaha untuk tak menghuraukan keberadaan Rendy yang selalu bisa memancing emosinya ke batas maksimal."Lo kali yang selalu belagu," kata Rendy santai, berbanding terbalik dengan keadaan Felix. "Enggak inget kelakuan banget!" sindir Rendy terlihat meremehkan."Minggir!" titah Felix tegas, ia tak ingin menanggapi bacotan Rendy di tempat ramai seperti ini, apalagi di sini juga ada Papanya.Bisa gawat kalau ia nekat baku hantam di sini."Hak lo nyuruh-nyu

  • GARA-GARA "KONTRAK PACAR"   Bab 27. Ketahuan

    Pagi ini keadaan Felix sudah lumayan baikan. "Sarapan dulu, ya," kata Ara. "Enggak mau sarapan bubur," jawab Felix. Menghela napas pelan, Ara berucap dengan lembut. "Ini enak, loh, cobain dulu, ya, biar perutnya ada isi, ... ayo." "Enggak mau, Ara," kata Felix lagi saat sesendok bubur sudah berada di depan mulutnya. Dari dulu ia memang sedikit tak suka dengan bubur. "Ya udah, kalau gitu mau sarapan apa? Biar aku masakin," kata Ara akhirnya, memilih untuk mengalah. "Nasi putih sama telur ceplok aja," kata Felix. "Oke, tunggu ya." Baru saja Ara akan bangkit, tetapi tangannya malah ditahan Felix. "Lepas dulu, aku cuma mau ngambil makanannya ke dapur," ucap Ara sambil berusaha melepaskan tangan Felix yang sekarang sudah beralih merangkul pinggangnya dengan posesif. Felix dalam keadaan baik-baik saja sudah manja dan posesif, apalagi sekarang ketika ia tengah sakit, level manja dan keposesifannya bertambah berkali-kali lipat. "Enggak usah sarapan aja, deh." Felix merengut sambil m

DMCA.com Protection Status