Share

Bab 3. Kejutan Felix

Penulis: Viaaf04
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Kemarin setelah membawa Ara dan memperkenalkannya sebagai pacar di depan semua anak geng, Felix memutuskan untuk mengantar gadis itu pulang ke kosnya.

Ara menyewa salah satu kos-kosan yang terbilang sangat sederhana, penjaga kosnya juga galak dan Felix tak suka itu. Ia dilarang bertamu sampai larut malam di sana, padahal ia tak akan melakukan apa pun dengan Ara. Ia hanya masih ingin menggoda dengan membuat kesal gadis itu.

Tetapi tenang saja, setelah semalaman berpikir, Felix akhirnya punya solusi untuk masalah tersebut, yaitu dengan membelikan apartemen untuk Ara supaya ia bebas untuk mengunjunginya. Satu apartemen bukan masalah yang besar baginya.

Felix mulai mendial nomor Ara, kemarin mereka bertukar nomor ponsel, pada dering ketiga, telepon dari Felix diangkat.

"Halo," sapa Ara di seberang sana, suaranya terdengar serak seperti baru bangun tidur.

"Baru bangun?" tanya Felix heran, pasalnya ini sudah jam sepuluh pagi, kebo sekali gadis itu.

"Iya, tadi malam gadang." Jawaban dari seberang sana terdengar malas-malasan.

"15 belas menit lagi aku jemput, siap-siap," perintah Felix. Jarak rumahnya dari tempat Ara ngekos tak terlalu jauh.

"Hmmm." Hanya gumaman yang terdengar dari seberang sana sebagai balasan.

Felix tersenyum kecil dan segera mematikan teleponnya, Ia kemudian bersiap untuk segera pergi, kali ini ia harus tepat waktu kalau tak ingin dicakar betulan oleh kucing galak manis itu. Tentu saja kucing yang ia maksud di sini adalah seorang Adara Lansonia.

***

Felix sampai di depan Kos Ara, ia mulai turun dari motornya.

Sepi sekali di sini, seolah tak ada kehidupan. Cuaca memang sedang panas, mungkin saja orang-orang memilih untuk tetap di dalam rumah masing-masing.

Tok! Tok! Tok!

Felix mulai mengetuk pintu, mungkin Ara masih bersiap-siap di dalam. Tak ada jawaban apa pun, hanya hening, Felix mengetuk sekali lagi dan hasilnya masih sama; tak ada sahutan.

Apakah Ara membohongi Felix? Mungkin saja, kan, Ara sedang ada di tempat lain, tetapi tadi saat ditelepon suaranya seperti baru bangun tidur. Apa jangan-jangan gadis itu menginap di tempat lain, awas saja kalau memang seperti itu.

Felix mengetuk sekali lagi, kali ini lebih keras. Bodo amat kalau ada yang terganggu, kalau sampai tak ada jawaban lagi, maka ia akan pergi.

Benar saja tak ada jawaban lagi, Felix mengepalkan kedua tangannya. Berani sekali Ara membohonginya, ia berbalik dan mulai melangkah pergi meninggalkan kos tersebut. Baru sampai pada langkah ke tiga, terdengar suara pintu terbuka.

Felix berbalik dan terpaku. Di sana, Ara berdiri bersandar pada kusen pintu dengan celana pendek dan kaos oblong kebesaran, rambutnya berantakan dan raut wajahnya terlihat sayu. Gambaran perempuan baru bangun tidur yang sangat menggoda iman.

Felix cepat melangkah ke depan Ara dan menutupi gadis manis itu dengan tubuhnya sendiri. Ia takut kalau ada orang lewat yang melihat penampilan Ara yang seperti ini.

"Masuk dan ganti baju!" perintah Felix cepat.

Ara tak menjawab, ia malah menjatuhkan kepalanya ke bahu Felix. "Ngantuk," katanya.

Felix mengela napas, ia mulai mengusap kepala Ara dan berkata, "cuci muka dulu sana terus ganti baju. Aku mau ajak ke suatu tempat, nanti tidur lagi di sana."

Ara masih tak menjawab dan memilih menduselkan kepalanya lagi ke pundak Felix. Ia terlihat benar-benar mengantuk.

"Hei!" kata Felix sambil menepuk pipi gadis itu lembut. "Kamu enggak mau ada yang lihat kita kayak gini dan salah paham, kan?" tanya Felix, posisi mereka cukup intim kalau dilihat dari sudut tertentu. Seolah Felix sedang mendekap dan mencium gadis ini.

Ara berdecak malas. "Kamu datang kecepetan kali ini, harusnya motor Kamu mogok," katanya dengan raut wajah kesal.

Felix yang mendengar hal tersebut menyentil dahi Ara. Terlambat salah, tepat waktu juga salah. 'Dasar kitten,' batin Felix gemas.

Ara tambah merengut kemudian berbalik sambil mengentakkan kedua kakinya.

Felix tersenyum kecil melihat hal tersebut dan memilih menunggu di teras. Ia duduk lesehan di sana dan menyelonjorkan kedua kakinya. Sambil menunggu, Felix memainkan ponsel untuk membu-nuh waktu.

Setelah beberapa menit menunggu akhirnya Ara keluar. Penampilannya biasa saja, hanya celana levis panjang dan kaos warna hitam, ia bahkan tak membawa tas dan menyodorkan ponselnya pada Felix.

Felix mengernyit heran. "Apa?" tanyanya memastikan.

"Bawain, males bawa tas," jawab Ara, ia menyodorkan lebih dekat lagi.

"Dasar pemalas," kata Felix, tetapi tetap mengambil ponsel tersebut dan menaruhnya di dalam kantong jaket bersama ponsel miliknya.

"Ayo!" perintah Felix sambil menggandeng tangan Ara.

Saat sudah sampai di motornya, Felix menuntun Ara naik ke joknya terlebih dahulu kemudian menyusul.

"Pegangan!" perintah Felix.

Ara menurut dan mulai melingkarkan tangannya di pinggang Felix, gadis itu bahkan mulai menjatuhkan kepalanya ke bahu pria di depannya.

Felix mengela napasnya perlahan. "Jangan tidur!" peringatnya.

Ara diam tak menjawab, tak menghiraukan peringatan Felix. Terpujilah Felix dengan stok kesabaran seluas Gurun Sahara hari ini, karena hari-hari biasanya ia mudah sekali marah dan meledak-ledak.

Selama perjalanan tak ada percakapan yang keluar dari mereka, hanya suara deru kendaraan yang saling bersahutan.

Motor Felix berhenti di depan bassement sebuah apartemen mewah. Ia menggerakkan bahunya perlahan, bermaksud membangunkan Ara yang sepertinya tidur lagi selama perjalanan.

"Ara," panggil Felix lembut.

Ara bergumam pelan, ia mulai mengangkat kepalanya dan melihat sekitar, ia terlihat bingung.

"Kita di mana?" tanya Ara memastikan.

"Ayo turun," kata Felix mengabaikan pertanyaan yang ditujukan padanya barusan.

Ara menurut, Felix kemudian turun dan segera menggandeng tangan Ara. Mereka menaiki lift menuju lantai tiga dalam keheningan.

Ara sebenarnya penasaran, ada beberapa pertanyaan di dalam benaknya, tetapi ia lebih memilih mengunci mulutnya dan bungkam, takut dikacangin lagi.

Lift terbuka dan mereka keluar dengan tangan yang masih terpaut. Mereka tiba di salah satu apartemen, Felix terlihat memasukkan beberapa digit angka yang diyakini Ara sebagai sandi apartemen ini.

Pintu terbuka dan mereka melangkah masuk.

"Wow," gumam Ara takjub, apartemen ini lumayan luas dan terkesan elegan. "Ini punya Kamu?" tanya Ara.

Felix menggeleng. "Bukan," jawabnya.

"Terus punya siapa?" tanya Ara lagi penasaran. Ia bertanya-tanya, mengapa Felix membawanya ke sini kalau apartemen ini bukan punyanya.

Felix tersenyum lebar dan menjawab. "Kamu."

"Eh?" Ara kelihatan bingung, raut wajahnya terkejut.

"Ini punya Kamu sekarang. Hadiah, ingat poin nomor dua," jelas Felix saat melihat Ara hanya bengong.

"Kita, kan, belum tanda tangan kontrak," ujar Ara mengingatkan. Memang benar, perubahan kontrak belum mereka tanda tangani.

"Tapi akan segera, kan?" tanya Felix tersenyum kecil.

Ara tak merasa harus menjawab pertanyaan tersebut, ia malah mengajukan sebuah pertanyaan.

"Felix, Kamu serius?" tanya Ara masih tak percaya. Ini pertama kalinya ia bertemu orang seloyal Felix.

"Iya."

Ara bersorak senang, akhirnya ia bisa pindah dari tempat kosnya yang sempit itu.

"Thanks," ucap Ara dan melompat ke arah Felix lalu memberikan sebuah kecupan di pipi pria itu.

Felix menahan berat badan gadis di depannya ini dan mulai menggendongnya ala koala, ia tersenyum senang hanya dengan satu kecupan saja. Biasanya ia selalu risih ketika bersentuhan dengan beberapa gadis yang sempat berpacaran dengannya, tetapi dengan Ara berbeda, ia malah suka.

"Di sebelah sini enggak dikasih?" tanya Felix menunjuk pipi kanannya. Ara menurut dan mengecupnya.

"Di sini?" tanya Felix lagi berniat untuk bercanda dan mengetuk bibirnya sendiri dengan satu tangan.

Ara terdiam beberapa saat, matanya balas menatap tatapan Felix.

"Oke, aku bercanda," kata Felix sambil terkekeh pelan.

Cup!

Satu kecupan mendarat di bibir Felix, membuatnya menghentikan kekehan. Ara menunduk dan menyembunyikan wajahnya di leher Felix.

Felix yang sempat melihat wajah memerah gadis itu gemas. Ia mengeratkan pelukannya dan melayangkan kecupan bertubi-tubi di kepala gadis itu.​

Bab terkait

  • GARA-GARA "KONTRAK PACAR"   Bab 4. Pelanggaran Felix

    Setelah kemarin Felix menghabiskan waktu seharian untuk membantu Ara pindahan, mereka akhirnya memutuskan menandatangani kontrak perjanjian yang sudah direvisi.Poin-poin dalam perjanjian itu mulai berlaku dan tak boleh dilanggar, kalau dilanggar akan ada hukuman yang menanti. Felix saat ini sedang berada di markas gengnya. Tempat ini adalah apartemen Etthan mulanya, tetapi karena tak lagi dipakai, mereka mengubahnya menjadi markas. Anggota geng sering kumpul di sini. "Lo ternyata seriusan sama aplikasi itu, Lix, enggak nyangka banget, mana gercep lagi," kata Etthan pada Felix yang terlihat sibuk memegang ponselnya dan senyum-senyum sendiri. "Hm." Felix hanya bergumam sebagai jawaban, ia lebih tertarik berbalas pesan dengan Ara dari pada mengobrol dengan Etthan. "Buset, dah, yang pacaran mah dunia serasa milik berdua, yang lain cuma ngontrak," ujar Etthan yang merasa diabaikan kehadirannya. "Sirik aja lo," ketus Felix. Mood-nya tiba-tiba berubah karena Ara tak bisa diajak jalan ka

  • GARA-GARA "KONTRAK PACAR"   Bab 5. Hukuman Untuk Felix

    Talitha mendengus kesal, ia tak suka karena ada yang mengganggu ciumannya bersama Felix, apalagi oleh seorang gadis. "Pergi!" seru Felix sekali lagi, suaranya lebih keras kali ini, tatapannya masih mengarah ke arah gadis di depannya--Ara. Talitha tersenyum senang, Felix pasti sangat menikmati ciumannya dan tak suka diganggu, makanya ia sampai semarah itu. Talitha kasihan dengan gadis yang tak ia tahu namanya itu. "Oke, aku pergi," kata Ara datar. Kalau Felix memang ingin ia pergi, maka ia akan segera pergi. Ia mulai membalikkan badannya, tetapi terhenti karena perkataan pria itu lagi. "Bukan Kamu," kata Felix cepat dan berjalan mendekap gadis itu. Bukan Ara yang ia suruh pergi, melainkan Talitha. Tatapannya memang mengarah ke Ara, tetapi ia tak bermaksud seperti itu. "Felix," raung Talitha marah melihat hal tersebut. Ia sudah senang karena mengira Felix lebih memilihnya dan mengusir gadis pengganggu itu, tetapi kenyataannya malah ia yang diusir. Awas saja nanti. "Pergi sana!" per

  • GARA-GARA "KONTRAK PACAR"   Bab 6. Iblis Kecil Penggoda

    "Eiiittsss, jangan sentuh, jangan sentuh! Ingat, Kamu masih dalam masa hukuman, tinggal dua hari lagi," peringat gadis yang sedang asik makan di depan Felix kali ini, siapa lagi kalau bukan Ara. Felix datang dan mengunjungi Ara setiap hari ke apartemen gadis itu. Seperti hari ini, ia datang dengan membawa satu kotak pizza sebagai buah tangan. Bukannya memeluk atau mencium Felix sebagai ucapan terima kasih, Ara malahan cuma mengambil kotak pizza-nya dan menjaga jarak dari pria itu, Ia bahkan tak mau duduk terlalu dekat. Felix yang menjalani hukumannya selama lima hari ini terasa bagai di neraka. Oke, itu mungkin berlebihan, tetapi sungguh, ia dibuat tak berdaya oleh gadis manis, tetapi galak itu. Ara selalu berkeliaran di apartemen dengan celana pendek dan kaos atau kemeja kebesaran yang membuat Felix gemas setengah mati, tetapi karena hukuman sialan ini, ia tak bisa berbuat apa pun. "Kapan ini akan berakhir?" tanya Felix gusar. Ia terlihat sangat frustrasi, rasanya tak akan sanggu

  • GARA-GARA "KONTRAK PACAR"   Bab 7. Putus?

    "Yeay!" Ara berseru senang ketika ia sudah sampai di salah satu mall terbesar di Jakarta. Melihat hal itu, Felix yang berada di sebelah gadis itu hanya memasang senyum kecil saja. Di matanya sekarang, Ara seperti bocah umur sepuluh tahun yang baru pertama kali diajak ke luar oleh Ibunya. "Jangan jauh-jauh, nanti ilang!" perintah Felix, ia takut kalau Ara akan tersesat nantinya karena gadis itu terlalu antusias memerhatikan sekitar dan tak menghiraukan keberadaan Felix. "Aku bukan anak kecil!" Ara merengut kesal mendengar perkataan Felix yang seolah-olah mengatakan ia bisa hilang kapan saja di tempat ini. "Tingkah Kamu kayak anak kecil," kata Felix santai. Ara menghentakkan kakinya kecil, ia tambah kesal dengan perkataan Felix barusan. "Ish!" seru Ara. "Nanti kalau ilang beneran, nangis," ucap Felix, ia gemas dengan tingkah gadis di sampingnya ini. Katanya bukan anak kecil, tetapi lihat sekarang, Ara memasang tampang cemberut sambil memegang ujung baju Felix. 'Sangat menggemaska

  • GARA-GARA "KONTRAK PACAR"   Bab 8. Ngambek!

    [Lix, Lo udah putus sama Ara?] Felix yang baru sampai di rumahnya langsung membaca pesan yang dikirim Etthan. Pesan tersebut membuat dahi Felix berkerut dalam, ia tentu saja bingung, kenapa Etthan bisa menanyakan hal tersebut, padahal Felix tak ada masalah apa-apa dengan Ara, mereka baik-baik saja. Akhirnya, setelah cukup lama terdiam dan larut dalam pikirannya, Felix memutuskan untuk membalas pesan dari sahabatnya itu. [Enggak, emangnya kenapa, sih?] Tak sampai tiga menit, balasan dari Etthan segera datang. [Tadi gue ketemu Ara di jalan dan anterin dia pulang. Kata dia, Lo bukan pacarnya lagi.] Balasan tersebut membuat Felix tambah bingung, berbagai macam pertanyaan tentang kenapa Ara bisa dihantar pulang oleh Etthan merasuki pikiran Felix sekarang. "Tunggu dulu ...," gumam Felix seperti tengah mencoba mengingat sesuatu. "Sialan!" Felix mengumpat keras saat mengingat kalau dirinya meninggalkan Ara sendiri di mall, padahal ia sudah berjanji untuk menjemput gadis itu. Felix yan

  • GARA-GARA "KONTRAK PACAR"   Bab 9. Cemburu

    "Kamu mau ketemu sama Etthan?" tanya Felix, ia sangat penasaran, tadi ia sempat menanyakan hal serupa pada Etthan tetapi tak dijawab.'Sungguh sialan!' Felix diam-diam mengumpat sahabatnya yang dengan tega membuatnya merasa penasaran, awas saja nanti. "Enggak tahu!" jawab Ara, gadis itu masih sedikit ketus saat menjawab, rupanya acara marah-marah hari ini belum berakhir. "Kok gitu, sih?" tanya Felix lagi, sungguh ia mulai kesal sekarang, ia hanya ingin tahu saja, kenapa Ara membuatnya sangat sulit. Hening, Ara kembali bungkam dan mengabaikan Felix. "Pokoknya Kamu enggak boleh ketemu Etthan!" kata Felix tegas.Mendengar kalau Ara akan menemui sahabat karibnya itu membuat Felix sedikit khawatir, alasan kekhawatirannya juga tak jelas, intinya Felix tak ingin mereka bertemu, itu saja. "Kamu sebenarnya ada masalah apa, sih?" tanya Ara ikutan kesal.Siapa yang tak kesal kalau hidupnya diatur-atur seperti itu. Ini pertama kalinya ia merasa kewalahan menghadapi partner-nya sejak terjun ke

  • GARA-GARA "KONTRAK PACAR"   Bab 10. Manja

    "Felix, udah dong tidurnya." Ara mulai mengeluh, pasalnya sejak kepulangan mereka dari markas, pria itu langsung menagih janjinya. Sudah satu jam lebih Ara mengusap kepala yang ada di pahanya dan sekarang ia merasa kram, kepala Felix cukup berat ternyata. "Hmm, nanti dulu ini nyaman," jawab Felix masih memejamkan matanya, ia juga menahan pinggang Ara yang ingin bangkit dengan memeluknya erat sekali. "Manja banget, sih," gerutu Ara kesal. Felix ini menurut Ara hanya luarnya saja yang terlihat sangar, padahal dalamnya sangat manja. Siapa yang menduga kalau pria yang ditakuti dan dijadikan bos di gengnya adalah sosok yang manja dan moody-an seperti ini. "Ponsel Kamu dari tadi bunyi terus, tuh," kata Ara lagi. Memang benar, sejak Felix meletakkan ponsel itu di atas meja, benda tersebut terus berbunyi, ada saja notifikasi yang masuk, entah itu panggilan maupun SMS. Akan tetapi, alih-alih terganggu, Felix justru masih nyaman dengan tidurnya. "Angkat dulu sana, siapa tahu penting!" per

  • GARA-GARA "KONTRAK PACAR"   Bab 11. Bertemu Papa Bos

    "Pinter ya Kamu sekarang, Felix, udah jarang pulang, sekalinya pulang bikin Papa darah tinggi lagi." Kalimat itulah yang menjadi sambutan ketika Ara dan Felix baru tiba di rumah pria itu. "Papa enggak asyik, baru juga nyampe udah diomelin," kata Felix dengan ekspresi kesal.Awalnya tadi, Felix ingin menunjukkan kedekatannya dengan sang Papa pada Ara, tetapi hal tersebut langsung sirna saat serangkaian omelan menyambutnya di depan pintu. "Ck! Kamu ini--." Kalimat Ferdinand terpotong oleh seruan Felix. "Eiitss, ceramahnya nanti aja, lihat nih, Felix bawa siapa?" Ara yang sedari tadi diam itu akhirnya tersenyum canggung ketika Ferdinand menatapnya dengan penasaran. "Pagi, Om, saya Ara," sapa Ara dengan ragu-ragu. Ia sedikit takut, kesan pertama yang Ara tangkap dari Papa Felix adalah galak. "Anak siapa yang Kamu bawa ini, Felix? Awas aja kalau Kamu buat masalah lagi, Papa kirim beneran kamu ke pondok pesantren." Ferdinand berucap sambil menatap tajam pada putranya, ia bahkan tak m

Bab terbaru

  • GARA-GARA "KONTRAK PACAR"   Bab 35. Berkat Etthan, Si Setan!

    Ara menyerahkan uang ke pengemudi taksi yang ditumpanginya dengan tergesa-gesa, kemudian dengan ekspresi panik yang sangat kentara di wajahnya, gadis itu langsung keluar dan berlari ke arah markas yang sudah kelihatan walau dari jalan raya sekali pun.Akan tetapi, belum sempat gadis itu berlari lebih jauh, ia malah menabarak sesuatu. . . tidak, bukan seusatu, tetapi seseorang. Ara tentu saja langsung meringis kesakitan, sebab tubuh orang yang ditabraknya lumayan keras."Maaf-maaf, saya lagi buru-buru. Sekali lagi maa-- . . . Loh, Felix?!" Tanpa sadar Ara menjerit.Ara tentu terkejut melihat sosok pria yang menjadi beban kekhawatirannya baik-baik saja, tidak kecelakaan seperti yang dikatakan Etthan di chat."Ara?!" Felix tak kalah terkejutnya dengan Ara, bedanya ia dengan cepat menghapus rasa terkejut di hatinya yang langsung diisi dengan perasaan lega."Are you good?" tanya Felix sambil menarik Ara ke dalam dekapannya, dipeluknya dengan erat gadis itu, bersyukur karena ia baik-baik sa

  • GARA-GARA "KONTRAK PACAR"   Bab 34. Perasaan Saling Peduli

    Ara menggerutu di dalam taxi yang dinaikinya, kali ini ia berencana untuk menginap saja di hotel dari pada berdua dengan Felix di apartemen."Apaan sih, biasanya juga kalau aku marah Felix bakal bujuk, ini malah dia yang marah balik. Malesin banget!"Ara terus menggerutu sampai akhirnya ia tiba-tiba menyeletuk, "tapi dia kan lagi sakit, kira-kira bisa urus diri sendiri enggak ya?"Ara merenung, terbesit rasa khawatir dengan keadaan sang kekasih di benaknya."Bodo amatlah, dia aja sekarang kurang peduli," celetuk Ara yang masih bermonolog, supir taxi hanya menyaksikan dalam diam saat gadis itu mengeluarkan unek-uneknya.Saat sampai di tujuan, Ara membayar dan langsung turun. "Makasih," katanya dan berjalan masuk ke dalam hotel yang sebelumnya sudah ia pesan secara online.***Sementara di lain tempat, Felix menghela napas gusar. Jujur saja, saat ini ia tengah berada dalam fase bingung akan apa yang ia rasakan.Sebagai seorang pria, tentu saja Felix tak suka diperlakukan semena-mena sepe

  • GARA-GARA "KONTRAK PACAR"   Bab 33. Felix Ngidam?!

    Ara melangkah dan mendudukkan dirinya di sisi kosong dari kasur yang tak ditempati oleh Felix."Mana yang sakit, hm?" Ara bertanya sambil mengusap pelan kening Felix yang dibanjiri keringat.Merasakan suhu tubuh pria tersebut yang lumayan hangat membuat Ara bertambah cemas."U-ugh!" Felix hanya bergumam pelan sambil sesekali masih sesenggukan, ternyata sejak masuk ke dalam kamar pria tersebut menangis saking kesalnya pada Etthan. "Jangan deket Etthan lagi, Ara," kata pria tersebut dengan lemah, membuat Ara menghela napas panjang.Huuft! Di tengah demamnya, rupanya Felix masih mengingat dengan jelas kecemburuannya beberapa saat yang lalu. Ara jadi berpikir, apakah penyebab pria itu demam adalah rasa cemburunya yang berlebihan?"Iya, Etthan juga udah aku suruh pulang, sekarang mana yang sakit, hm? Udah, dong, nangisnya," ucap Ara mengiyakan, tak ingin membuat Felix tambah cemburu dan berakhir ngambek padanya.Felix yang sakit ditambah ngambek bisa jadi hal yang sangat merepotkan."Pusin

  • GARA-GARA "KONTRAK PACAR"   Bab 32. Felix, si Bayi Beruang Moody

    Felix menatap Ara jengah, setelah membuatnya melakukan cabang olahraga senam lima jari alias co-li, gadis itu terlihat seolah tanpa beban, ia tetap santai sambil melihat-lihat majalah yang ada di pangkuannya."Minggu ini udah ke rumah sakit?" tanya Felix menanyakan kegiatan rutin gadis itu yang mengunjungi sang ayah setiap minggunya."Udah, makasih, ya." Ara meletakkan kembali majalah yang sedari tadi ia lihat ke meja di depannya."Hm. Kita kan, udah sepakat buat enggak bahas masalah uang lagi, lagian Kamu kan pacar aku sekarang." Felix menggumam pelan sambil berjalan menghampiri Ara dan duduk tepat di samping gadis manis tersebut."Bukan cuma masalah uang, tapi waktu, pengertian, sama kesempatannya juga, aku tahu kalau banyak buat kesalahan, hehe." Ara nyengir.Felix merotasikan bola matanya seolah kesal. "Hm, bagus kalau Kamu tahu, giimana sama masalah Rendy?" tanya pria tersebut dengan raut wajah serius."Masih sering kirim pesan spam, ganggu banget!" ketus Ara.Jujur saja, sejak ke

  • GARA-GARA "KONTRAK PACAR"   Bab 31. Bad Boy, tapi Perjaka.

    Ara mengelus punggung Felix lembut. Mereka sudah di apartemen lagi, setelah beberapa saat lalu pria itu mengeluh pusing lantaran bercerita tentang masa lalunya dengan sang mama.Ara tadinya sempat menawarkan untuk mencari paracetamol di apotek, tetapi Felix menolak dengan alasan ingin pulang saja."Kamu kenal Rendy di mana?" tanya Felix yang saat ini menegakkan badannya yang tadi bersandar pada Ara.Ada jeda sebentar sebelum Ara menjawab. "Di aplikasi," jawab Ara, padahal sebelumnya sudah menjelaskan, mungkin karena Felix sedang marah waktu utu, ia jadi tak fokus menyimak apa yang Ara katakan."Kamu masih main?" tanya Felix lagi, kali ini dengan alis terangkat."Iya hehe," cengir Ara sambil menatap Felix dengan rasa bersalah."Jangan main lagi, sini hp Kamu, hapus aja aplikasinya," titah Felix, pria itu juga menengadahkan tangannya, tanda meminta handphone gadis itu.Ara yang diperintah seperti itu cuma pasrah. "Nih," katanya.***"Udah lama, ya, enggak ketemu Etthan," kata Ara.Sore i

  • GARA-GARA "KONTRAK PACAR"   Bab 30. Tentang Felix

    Di sinilah Felix berada sekarang, di sebuah rumah sakit swasta yang cukup terkenal di ibu kota, tempat di mana Ayah Ara yang sedang koma dirawat. Setelah penjelasan yang menguras emosi dan air mata beberapa waktu yang lalu di apartemen, akhirnya Ara memutuskan untuk membawa Felix melihat Ayahnya. "Terima kasih, Dokter," kata Felix sambil tersenyum pada dokter Arya, dokter senior yang merawat Ayah Ara selama ini. Felix bangkit dari kursi yang didudukinya, diikuti oleh Ara yang berada di sampingnya. Mereka berdua keluar dari ruangan Dokter Arya, tadi Felix memang sempat memaksa untuk berbicara dengan sang dokter. Dari hasil pembicaraannya, Felix sadar mengapa Ara membutuhkan banyak sekali biaya. Ayah Ara ditempatkan di ruangan Vip dengan fasilitas yang memadai dan perawatan intensif yang membutuhkan setidaknya satu tenaga medis untuk selalu berjaga."Kita enggak boleh masuk ke ruangan Ayah, ya?" tanya Felix pada Ara yang sedari tadi hanya terdiam di sampingnya. Entah sejak kapan, Fe

  • GARA-GARA "KONTRAK PACAR"   Bab 29. Alasan

    "Bukannya aku udah pernah bilang? Jangan berurusan sama bajingan itu, hah! Bagian mana dari kata-kata aku yang Kamu enggak ngerti, Ara?!" Ara hanya diam dan melihat Felix dengan takut-takut. Felix langsung mengamuk begitu mereka sampai di apartemen, sasarannya tentu saja Ara. "Aku ajak ke sana Kamu enggak mau dan selalu aja ada alasan buat nolak, giliran sama dia Kamu malah mau-mau aja, ada hubungan apa Kamu sama dia?" tanya Felix masih dengan ekspresi marahnya. Wajah pria itu memerah dengan tangan terkepal kuat. Felix benar-benar emosi. "Maaf--." "Jangan cuma bisa minta maaf! Percuma minta maaf kalau akhirnya nanti diulangin lagi, gitu aja terus!" Felix geram dan memukul pintu apartemen dengan kencang. Rasa sakit yang dirasakan di buku-buku jarinya tak ia hiraukan, pria itu butuh sesuatu untuk menyalurkan emosinya yang tengah memuncak. Dari kemarin mood Felix memang sudah tak beraturan, penyebabnya banyak sekali; mulai dari Papanya yang mengajak ke berbagai pesta dengan alasan

  • GARA-GARA "KONTRAK PACAR"   Bab 28. Iblis Kecil Penggoda 2

    "Pulang!"Baru beberapa saat yang lalu mata Ara bersitatap secara tak sengaja dengan Felix, pria itu sekarang sudah berada di depannya.Ara bingung, gelisah, dan takut.Bagaimana sekarang? Alasan apa lagi yang harus ia karang untuk menutupi semuanya."Wess, apaan nih bos?" Rendy yang sedari tadi diam akhirnya ikut bersuara, ia juga menjadi tameng ketika Felix terlihat akan menyeret Ara keluar dari tempat acara."Lo kemarin-kemarin gue sabarin tapi malah jadi belagu, ya!" ketus Felix, kali ini beralih pada Rendy.Sedari tadi, Felix sudah berusaha untuk tak menghuraukan keberadaan Rendy yang selalu bisa memancing emosinya ke batas maksimal."Lo kali yang selalu belagu," kata Rendy santai, berbanding terbalik dengan keadaan Felix. "Enggak inget kelakuan banget!" sindir Rendy terlihat meremehkan."Minggir!" titah Felix tegas, ia tak ingin menanggapi bacotan Rendy di tempat ramai seperti ini, apalagi di sini juga ada Papanya.Bisa gawat kalau ia nekat baku hantam di sini."Hak lo nyuruh-nyu

  • GARA-GARA "KONTRAK PACAR"   Bab 27. Ketahuan

    Pagi ini keadaan Felix sudah lumayan baikan. "Sarapan dulu, ya," kata Ara. "Enggak mau sarapan bubur," jawab Felix. Menghela napas pelan, Ara berucap dengan lembut. "Ini enak, loh, cobain dulu, ya, biar perutnya ada isi, ... ayo." "Enggak mau, Ara," kata Felix lagi saat sesendok bubur sudah berada di depan mulutnya. Dari dulu ia memang sedikit tak suka dengan bubur. "Ya udah, kalau gitu mau sarapan apa? Biar aku masakin," kata Ara akhirnya, memilih untuk mengalah. "Nasi putih sama telur ceplok aja," kata Felix. "Oke, tunggu ya." Baru saja Ara akan bangkit, tetapi tangannya malah ditahan Felix. "Lepas dulu, aku cuma mau ngambil makanannya ke dapur," ucap Ara sambil berusaha melepaskan tangan Felix yang sekarang sudah beralih merangkul pinggangnya dengan posesif. Felix dalam keadaan baik-baik saja sudah manja dan posesif, apalagi sekarang ketika ia tengah sakit, level manja dan keposesifannya bertambah berkali-kali lipat. "Enggak usah sarapan aja, deh." Felix merengut sambil m

DMCA.com Protection Status