Sekilas Joko memperhatikan panggilan dari nomer yang tak tampak. Sepertinya nomer sengaja disembunyikan dari penelepon. Kening Joko sampai mengernyit. Hendak dia abaikan tapi ponselnya terus berbunyi.
"Hallo!"
"Mas ... Joko ya?"
Terdengar suara yang begitu lembut nan syahdu.
"I-iya. I-ini siapa?"
Joko mendengarkan suara merdu itu dengan seksama. Sembari dia mencoba mengingat-ingat semua teman-temannya. Baik rekan kerja atau pun alumni sekolah dan kuliah. Namun, tetap saja Joko tak berhasil menemukan suara siapa ini?
"Mas Joko, lupa ya?" Suara wanita itu terdengar menggoda penuh desahan. Membuat jakun Joko naik turun. Sesekali dia meneguk salivanya. Hanya sekedar membasahi tenggorokkan yang tiba-tiba kering.
"I-iya, Mbak. Aku lupa. Siapa ya?"
"Ihhh, masa lupa Mas?"
"Apa teman aku SMP? Atau SMA?"
"Hemmmm ... Mas Joko tebak aja deh. Besok bisa ketemuan enggak?"
"Besok? Di
"Ehhh ... au au au au au," jawab wanita cantik itu pada Yono. Yang seolah bisa mengerti bahasanya.Sontak Joko menarik bajunya dari arah belakang. Lalu, berbisik, "Dia bisu?""Iya. Emangnya kenapa?""Kebacut! Keterlaluan kamu Yon. Masa sih sewa yang bisu. Mending kasih duit trus suruh pulang!" bisik Joko protes."Kamu belum tau, dia di ranjang bagaimana.""Memangnya bagaimana?""Ya, kamu coba aja!" celetuk Yono santai. "Mau enggak?""Enggak!"Lantas Joko mengusir mereka berdua pergi dari kamarnya. Terdengar gelak Joko yang terkekeh mengingat kejadian itu."Emang kamu nih, benar-benar edan, Yon."Tepat pukul sembilan malam. Mobil Joko memasuki gerbang komplek kawasan rumahnya. Beberapa bapak-bapak yang ngumpul melambaikan tangan. Joko menurunkan jendela mobil dan mengangguk pada mereka."Mas Joko!"Ternyata Beny sudah nongkrong di pos keamanan."Nanti ke sini Mas. Ngobrolin yang tadi!" se
"G-string Bu RT bisa ada di Mbak Wulan." Suara Ana berbisik. Manik mata mereka berdua saling berserobok. "Di Mbak Wulan?! Si janda seksi itu?" teriak Joko. Ana tak menjawab. Dia hanya manggut-manggut dengan menatap iris mata sang suami. Yang masih tercengang. "Si Mbak Wulan itu?" "Iya, Mas." "Lah, kok bisa?" "Udah buruan mandi. Enggak enak mereka nungguin di depan. Aku mau bikinin minuman dulu." Ana segera keluar kamar. Dan langsung pergi ke dapur. Bergegas Joko menyambar handuk dan masuk kamar mandi. Sedang di ruang tamu, Pak Tito beserta sang istri terlihat gelisah. Tak ada percakapan di antara mereka. Sepertinya telah terjadi baku hantam lagi di antara keduanya. Saat Ana menyodorkan teh dan kopi. Sekilas dia melihat lebam di wajah Pak RT. Tak hanya di bagian bawah mata, tapi di kening juga ada. "Ehhh, Pak RT habis jatuh? Kok wajahnya bengep, Pak?" Lelaki itu hanya menunduk malu. Dan tak menjaw
"Gini lho Mas Joko. Sebenarnya kita berdua cuman mau balikin G-string yang ketuker." "Ketuker?" tanya Joko dan Ana serempak. Keduanya saling berpandangan. Seolah tak mengerti apa yang dimaksud oleh Bu RT. Lalu, mereka berdua mengalihkan pandangan pada Pak RT yang terlihat kusut dan loyo. Hanya diam, diam, dan diam. "Suami saya ini 'kan ternyata juga titip ke Mas Joko untuk dibelikan G-string. Ternyata Mas Joko belikan yang seukuran Jeng Ana. Mungkin kelupaan ya Mas Joko?" Mendapat pertanyaan mendadak dar Bu RT, membuat Joko kelabakan. Dia menoleh pada Ana yang sudah menatap tajam ke arahnya. Lalu .... "Kenapa sih kok pada lihat-lihatan melulu dari tadi toh?" "Ehhh, soalnya giuni Bu," sahut Ana jengkel. "Mas Joko 'kan belinya sesuai pesanan. Kata Pak RT minta seukuran saya. Ya dibeilkan Mas Joko seukuran saya. Lah, kalau gitu yang salah siapa toh Bu. Masa masih suami saya juga?" tegas Ana tyak mau disalahkan. Kini yang ada
"Mas Joko senjata apaan itu?" Joko tertawa terpingkal-pingkal. "Senjata khusus lelaki Sayangku." Seraya menggendong Ana ke kamar. Tampaknya Ana sudah mempersiapkan dirinya dengan G-string berwarna hitam. Lalu, Ana menyuruh Joko duduk di pinggiran ranjang. "Mas Joko! Ini apa?" Seraya memperlihatkan sesuatu yang terlihat seksi di mata Ana. Seketika Joko terbelalak dengan mulut yang terbuka lebar. Saat melihat benda yang berada di tangan Ana. Dan mulai digerak-gerakkan menempel di hidungnya. "I-itu apa, Ana? Bu-buat siapa?" "Coba dong Mas tebak! Ini apaaan?" "Itu kayak belalai gajah. Ada telinganya kanan kiri. Terus ada matanya juga. Ana, pinggiran tali melingkar itu kok mirip kayak G-string kamu?" "Memang ini G-string. Mas Joko mau tau namanya?" Masih terpaku dengan apa yang barusan dia lihat. Joko tak menjawab pertanyaan Ana. "Mas Joko!" teriak Ana kesal. "Ta-tapi, G-string kok
Setelah mereguk kenikmatan bersama. Mereka berdua merebahkan tubuh yang lelah oleh keringat cinta. "Ana!" "Hemmm ...." "Bukannya G-string yang aku pakai itu, biasanya dipakai kamu G?" "Kaum G? G-string maksudnya?" Raut wajah Ana yang polos terlihat lucu. "Bukan itu! Tapi, kaum Gay." "Ishhh, biarin ajalah. Wong aku suka kok, Mas Joko pakai itu. Terlihat seksi dan lucu buanget. Sumpah!!!" "Haaaahhh ...! Ana ... Ana." Teringat janjinya pada Beny. Buru-buru Joko beranjak turun dan mandi. Dia melihat Ana sudah terlelap dan mendengkur lembut. Saat hendak keluar, Joko mengecup lembut bibir istrinya. "Jangan bangun, sebelum aku pulang ya Sayang. Mumpung besok weekend." Joko pun memperhatikan sekitar rumahnya yang sudah sangat sepi. "Enggak biasanya nih, orang-orang sepi begini?" Dia pun melenggang santai. Sampai sebuah panggilan terdengar. "Mas Joko!" Sontak dia menoleh dan
Bersamaan dengan perbincangan mereka yang serius. Sebuah mobil memasuki lingkungan RT mereka dengan memadamkan lampu sorot. Dan membuka jendela depan."Permisiiii ... Bapak-bapak!" Seorang wanita cantik tampak sedikit mengeluarkan kepala. Dengan senyum yang mengembang lebar.Sontak para bapak ikut tersenyum. Membalas keramahan Wulan. Mobil tak langsung berjalan, melainkan berhenti di depan pos."Selamat malam, Pak RT. Jangan lupa soal kemarin ya?" Suaranya serak menggoda. Dengan sebelah mata mengerling pada Tito yang tak bisa berkedip. Dengan mulut yang membulat lebar."Ehhh, i-iya Dek!" jawab Pak RT semringah. Tersenyum malu-malu, membuat Beny dan Sitompul merasa iri. Bagaimana bisa Pak RT yang jauh lebih tau dari mereka, malah dapat menarik perhatian Wulan si janda bahenol."Bye, Bapak semuanya," ucap Wulan semabari melambaikan tangan pada mereka. Wulan terkikik lucu."Itu RT yang kamu cerita kapan hari?"Di dalam mobil, Wulan bersa
"Kok lucu sekali RT kamu itu?""Sangat lucu. Apalagi tiba-tiba kirim G-string yang ukurannya super jumbo sekali.""Semisal kalian bener-bener pacaran nih. Kamu juga akan melakukan hubungan intim sama lelaki tua tadi?""Ihhh! Itu mah rahasia aku lah!" Dengan senyum nakal menggoda. "Dah sekarang kamu ganti pakaian, mandi. Nanti kalau makan malam udah siap. Kamu aku panggil ya.""Oke, Lan!"Sebelum Wulan keluar kamar. Dia kembali berbalik dan mengarahkan pandangannya pada Ana."Kamu besok janjian jam berapa?""Jam tujuh malam. Besok aku fotoin orangnya, Lan.""Emang ganteng?""Ganteng lah! Wajahnya manis apalagi kalau senyum gitu. Aduh, rasanya hatiku langsung mak jleb."Wulan mengerutkan dahi dengan mata yang memicing ke arah Ana."Aku jadi penasaran jadinya. Besok harus kamu foto!""Beres! Oh, ya Lan. Tadi aku bawa roti banyak. Dikasih pelanggan setia aku.""Oh ya? Di dalam mobil?"Ana p
Bukan batuknya malah membaik. Yang ada sapaan Wulan semakin membuat Pak RT malah terbatuk-batuk."Pak RT kenapa?"Dia pun berjalan mendekat. Saat hendak memberikan tisu. Tiba-tiba dari kejauhan terdengar teriakan yang sangat kencang."Bapaaaaaakkkk!"Seketika itu juga, semua mata memandang ke arah seorang wanita. Yang bertubuh subur. Dan berjalan sangat cepat menuju mereka."Bu RT!" desis mereka kompak. Hanya Wulan yang terlihat tenang dan santai dengan kedatangan wanita itu."Hallo, Bu RT!" sapa Wulan ramah. Yang ada wanita itu memasang wajah bengis, sinis dan kejam pada Wulan. "Haduuhhh, Bu RT kok jutek sih?""Enggak usah sok akrab deh, Kamu. Kayak aku enggak tahu aja ulah kamu itu. Yang kegatelan aja lihat laki orang," cerocos Jenny."Sabar Bu RT!" Suara berat dan khas itu, membuat Bu RT mencari asal suara. Seketika dua bola matanya berbinar cerah. "Lohhh, ada Mas Dony toh tadi. Ngapain di sini Mas Dony?""Ini c