"Gini lho Mas Joko. Sebenarnya kita berdua cuman mau balikin G-string yang ketuker."
"Ketuker?" tanya Joko dan Ana serempak. Keduanya saling berpandangan. Seolah tak mengerti apa yang dimaksud oleh Bu RT. Lalu, mereka berdua mengalihkan pandangan pada Pak RT yang terlihat kusut dan loyo. Hanya diam, diam, dan diam.
"Suami saya ini 'kan ternyata juga titip ke Mas Joko untuk dibelikan G-string. Ternyata Mas Joko belikan yang seukuran Jeng Ana. Mungkin kelupaan ya Mas Joko?"
Mendapat pertanyaan mendadak dar Bu RT, membuat Joko kelabakan. Dia menoleh pada Ana yang sudah menatap tajam ke arahnya.
Lalu ....
"Kenapa sih kok pada lihat-lihatan melulu dari tadi toh?"
"Ehhh, soalnya giuni Bu," sahut Ana jengkel. "Mas Joko 'kan belinya sesuai pesanan. Kata Pak RT minta seukuran saya. Ya dibeilkan Mas Joko seukuran saya. Lah, kalau gitu yang salah siapa toh Bu. Masa masih suami saya juga?" tegas Ana tyak mau disalahkan.
Kini yang ada
"Mas Joko senjata apaan itu?" Joko tertawa terpingkal-pingkal. "Senjata khusus lelaki Sayangku." Seraya menggendong Ana ke kamar. Tampaknya Ana sudah mempersiapkan dirinya dengan G-string berwarna hitam. Lalu, Ana menyuruh Joko duduk di pinggiran ranjang. "Mas Joko! Ini apa?" Seraya memperlihatkan sesuatu yang terlihat seksi di mata Ana. Seketika Joko terbelalak dengan mulut yang terbuka lebar. Saat melihat benda yang berada di tangan Ana. Dan mulai digerak-gerakkan menempel di hidungnya. "I-itu apa, Ana? Bu-buat siapa?" "Coba dong Mas tebak! Ini apaaan?" "Itu kayak belalai gajah. Ada telinganya kanan kiri. Terus ada matanya juga. Ana, pinggiran tali melingkar itu kok mirip kayak G-string kamu?" "Memang ini G-string. Mas Joko mau tau namanya?" Masih terpaku dengan apa yang barusan dia lihat. Joko tak menjawab pertanyaan Ana. "Mas Joko!" teriak Ana kesal. "Ta-tapi, G-string kok
Setelah mereguk kenikmatan bersama. Mereka berdua merebahkan tubuh yang lelah oleh keringat cinta. "Ana!" "Hemmm ...." "Bukannya G-string yang aku pakai itu, biasanya dipakai kamu G?" "Kaum G? G-string maksudnya?" Raut wajah Ana yang polos terlihat lucu. "Bukan itu! Tapi, kaum Gay." "Ishhh, biarin ajalah. Wong aku suka kok, Mas Joko pakai itu. Terlihat seksi dan lucu buanget. Sumpah!!!" "Haaaahhh ...! Ana ... Ana." Teringat janjinya pada Beny. Buru-buru Joko beranjak turun dan mandi. Dia melihat Ana sudah terlelap dan mendengkur lembut. Saat hendak keluar, Joko mengecup lembut bibir istrinya. "Jangan bangun, sebelum aku pulang ya Sayang. Mumpung besok weekend." Joko pun memperhatikan sekitar rumahnya yang sudah sangat sepi. "Enggak biasanya nih, orang-orang sepi begini?" Dia pun melenggang santai. Sampai sebuah panggilan terdengar. "Mas Joko!" Sontak dia menoleh dan
Bersamaan dengan perbincangan mereka yang serius. Sebuah mobil memasuki lingkungan RT mereka dengan memadamkan lampu sorot. Dan membuka jendela depan."Permisiiii ... Bapak-bapak!" Seorang wanita cantik tampak sedikit mengeluarkan kepala. Dengan senyum yang mengembang lebar.Sontak para bapak ikut tersenyum. Membalas keramahan Wulan. Mobil tak langsung berjalan, melainkan berhenti di depan pos."Selamat malam, Pak RT. Jangan lupa soal kemarin ya?" Suaranya serak menggoda. Dengan sebelah mata mengerling pada Tito yang tak bisa berkedip. Dengan mulut yang membulat lebar."Ehhh, i-iya Dek!" jawab Pak RT semringah. Tersenyum malu-malu, membuat Beny dan Sitompul merasa iri. Bagaimana bisa Pak RT yang jauh lebih tau dari mereka, malah dapat menarik perhatian Wulan si janda bahenol."Bye, Bapak semuanya," ucap Wulan semabari melambaikan tangan pada mereka. Wulan terkikik lucu."Itu RT yang kamu cerita kapan hari?"Di dalam mobil, Wulan bersa
"Kok lucu sekali RT kamu itu?""Sangat lucu. Apalagi tiba-tiba kirim G-string yang ukurannya super jumbo sekali.""Semisal kalian bener-bener pacaran nih. Kamu juga akan melakukan hubungan intim sama lelaki tua tadi?""Ihhh! Itu mah rahasia aku lah!" Dengan senyum nakal menggoda. "Dah sekarang kamu ganti pakaian, mandi. Nanti kalau makan malam udah siap. Kamu aku panggil ya.""Oke, Lan!"Sebelum Wulan keluar kamar. Dia kembali berbalik dan mengarahkan pandangannya pada Ana."Kamu besok janjian jam berapa?""Jam tujuh malam. Besok aku fotoin orangnya, Lan.""Emang ganteng?""Ganteng lah! Wajahnya manis apalagi kalau senyum gitu. Aduh, rasanya hatiku langsung mak jleb."Wulan mengerutkan dahi dengan mata yang memicing ke arah Ana."Aku jadi penasaran jadinya. Besok harus kamu foto!""Beres! Oh, ya Lan. Tadi aku bawa roti banyak. Dikasih pelanggan setia aku.""Oh ya? Di dalam mobil?"Ana p
Bukan batuknya malah membaik. Yang ada sapaan Wulan semakin membuat Pak RT malah terbatuk-batuk."Pak RT kenapa?"Dia pun berjalan mendekat. Saat hendak memberikan tisu. Tiba-tiba dari kejauhan terdengar teriakan yang sangat kencang."Bapaaaaaakkkk!"Seketika itu juga, semua mata memandang ke arah seorang wanita. Yang bertubuh subur. Dan berjalan sangat cepat menuju mereka."Bu RT!" desis mereka kompak. Hanya Wulan yang terlihat tenang dan santai dengan kedatangan wanita itu."Hallo, Bu RT!" sapa Wulan ramah. Yang ada wanita itu memasang wajah bengis, sinis dan kejam pada Wulan. "Haduuhhh, Bu RT kok jutek sih?""Enggak usah sok akrab deh, Kamu. Kayak aku enggak tahu aja ulah kamu itu. Yang kegatelan aja lihat laki orang," cerocos Jenny."Sabar Bu RT!" Suara berat dan khas itu, membuat Bu RT mencari asal suara. Seketika dua bola matanya berbinar cerah. "Lohhh, ada Mas Dony toh tadi. Ngapain di sini Mas Dony?""Ini c
"Aku boleh tanya ini ya, Mas Joko?" "Tanya tentang apa Bang?" "Apa benar ini, kalau Pak RT titip pakaian dalam sama Mas Joko?" 'Waduuuhhhh!' batin Joko meronta. 'G-string lagi ... G-string lagi!' "Kata siapa sih Bang. Ya, enggak mungkin toh Pak RT pesen pakaian dalam sama saya. Ini yang aneh, Bang. Hoax itu!" Lelaki asal Medan itu garuk-garuk kepala. Dia merasa telah mendapat informasi yang salah. Lalu, Joko menepuk pundaknya dan mengajak pulang. "Tunggu dulu lah Mas Joko! Ini aku perlihatkan sesuatu." Sitompul mengeluarkan ponsel dan menunjukkan sebuah gambar. "Ini Pak RT sempat fot G-string yang mau buat hadiah." "Haaahhhh?! Pak RT bilang snediri ternyata?" "Iyalah Mas Joko. Kalau tak begitu. Mana beranilah awak." "Bang Sitompul juga tau hadiah itu buat siapa?" Lelaki berwajah kotak dengan rahang yang menonjol itu, mengangguk. 'Ahhh! Sialan juga nih Pak RT. Bil
"Ja-jadi, Mas Dony?""Iya, Mas. Dia penjaja cinta untuk para Tante yang kesepian. Tepatnya wanita yang kesepian.""Bahaya dong, An! Kalau ada Ibu-ibu sini yang tau, bagaimana? Waduhhh ... apalagi punya dia segede itu, Ana."Ana hanya bengong tanpa tahu maksud dari Joko."Gede apanya sih Mas?""Senjatanya itu, An!"Spontan Ana menunjuk gambar Dony tepat di bagian boxer. Dan Joko mengangguk dengan cepat."Jadi tadi itu, Mas Joko sama Pak RT bicara soal senjata berhubungan dengan ini?""Iya, Sayang. Emang hubungannya sama apa?"Ana mengernyitkan dahinya."Kenapa, Sayang?" tanya Joko keheranan saat melihat reaksi sang istri."Memangnya kalau Bapak-bapak yang dibicarain apa aja sih, Mas?""Tadi itu kita tanya sama Pak RT soal jamu penguat dan pembesar. Ternyata yang jualan tebak siapa?"Ana langsung menggeleng."Tebak dulu lah!""Aku enggak tau, Mas.""Mbak Wulan!"Seket
Tanpa memperhatikan G-string elephant yang baru saja dia foto. Mbok Lasmi meletakkan asal hangernya. Tanpa memperhatikan bila ada angin kencang. Bisa saja G-string itu terbawa kabur lagi oleh angin. Seperti insiden kapan hari.Setelah menjemur. Buru-buru dia turun. Bukan karena ingin segera membeli apa yang diperintahkan oleh Ana. Akan tetapi dia ingin segera menunjukkan foto itu pada Tami.'Ishhhh, pasti heboh! Aku suka dengan berita kayak gini. Pasti langsung piral,' batin Mbok Lasmi tergelak.Tanpa banyak bertanya lagi, Mbok Lasmi langsung pergi keluar rumah. Ana melihat dengan keheranan.'Enggak biasanya langsung ngeloyor kayak gitu?' batin Ana sambil geleng-geleng.Dengan penuh percaya diri. Mbok Lasmi menuju warung Jeng Tami. Tampak hanya ada satu orang pembeli saat Mbok Lasmi datang."Ehhh, ada Ratu Kepo datang. Pasti bawa berita hot!" celetuk Jeng Tami menyeringai."Aku ke sini disuruh Mbak Anan beli lombok.