"Ja-jadi, Mas Dony?"
"Iya, Mas. Dia penjaja cinta untuk para Tante yang kesepian. Tepatnya wanita yang kesepian."
"Bahaya dong, An! Kalau ada Ibu-ibu sini yang tau, bagaimana? Waduhhh ... apalagi punya dia segede itu, Ana."
Ana hanya bengong tanpa tahu maksud dari Joko.
"Gede apanya sih Mas?"
"Senjatanya itu, An!"
Spontan Ana menunjuk gambar Dony tepat di bagian boxer. Dan Joko mengangguk dengan cepat.
"Jadi tadi itu, Mas Joko sama Pak RT bicara soal senjata berhubungan dengan ini?"
"Iya, Sayang. Emang hubungannya sama apa?"
Ana mengernyitkan dahinya.
"Kenapa, Sayang?" tanya Joko keheranan saat melihat reaksi sang istri.
"Memangnya kalau Bapak-bapak yang dibicarain apa aja sih, Mas?"
"Tadi itu kita tanya sama Pak RT soal jamu penguat dan pembesar. Ternyata yang jualan tebak siapa?"
Ana langsung menggeleng.
"Tebak dulu lah!"
"Aku enggak tau, Mas."
"Mbak Wulan!"
Seket
Tanpa memperhatikan G-string elephant yang baru saja dia foto. Mbok Lasmi meletakkan asal hangernya. Tanpa memperhatikan bila ada angin kencang. Bisa saja G-string itu terbawa kabur lagi oleh angin. Seperti insiden kapan hari.Setelah menjemur. Buru-buru dia turun. Bukan karena ingin segera membeli apa yang diperintahkan oleh Ana. Akan tetapi dia ingin segera menunjukkan foto itu pada Tami.'Ishhhh, pasti heboh! Aku suka dengan berita kayak gini. Pasti langsung piral,' batin Mbok Lasmi tergelak.Tanpa banyak bertanya lagi, Mbok Lasmi langsung pergi keluar rumah. Ana melihat dengan keheranan.'Enggak biasanya langsung ngeloyor kayak gitu?' batin Ana sambil geleng-geleng.Dengan penuh percaya diri. Mbok Lasmi menuju warung Jeng Tami. Tampak hanya ada satu orang pembeli saat Mbok Lasmi datang."Ehhh, ada Ratu Kepo datang. Pasti bawa berita hot!" celetuk Jeng Tami menyeringai."Aku ke sini disuruh Mbak Anan beli lombok.
"Mbooooookkkk!!!""Haaahhhh? Ada apa Mbak Ana teriak kayak gitu?"Bergegas dia berlari menuju lantai dua. Dia melihat Ana sudah berada di teras tempat jemuran pakaian. Yang bersebelahan dengan rumah Pak RT dan Wulan."MboK Lasmi!"A-ada apa, Mbak Ana?" Raut wajah Mbok Lasmi langsung berubah. Sesekali dia meneguk salivanya. Melihat bola mata Ana yang melotot ke arahnya."Di mana celana dalam gajahnya?" tanya Ana penuh penekanan."Loh, ta-tadi ya saya jemur di sini Mbak Ana.""Yakin? Terus bukannya tadi saya suruh ikat Mbok Lasmi?""Ehhh ... ehhh." Wanita itu menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal. Lalu, melongok ke segala arah berusaha untuk terus mencari."Mau Mbok Lasmi cari di mana? Pasti itu G-string sudah dibawa kabur sama angin cewek.""A-angin cewek?"Ana berjalan mendekati Mbok Lasmi yang terus menundukkan kepalanya."Pokoknya Mbok! Saya enggak mau tau. Cari G-string elephant itu sam
"Yakin itu dipakai Mas Joko? Apa bukan punya Mbak Ana?" Spontan Mbok Lasmi terpingkal-pingkal. "Yo, bukan toh Pak. Lah, sekarang yang punya belalai siapa toh? Mosok Mbak Ana," ucap Mbok Lasmi mengerling. "Enggak ada itu di sini! Sana, Mbok Lasmi cari di tempat lain aja. Mungkin di rumah Mas Dony." "Loh ... loh, Pak RT? Kok nyasarnya ke rumah Mas Duda toh." "Memang di sini enggak ada, Mbok. Buat apa saya bohong. Mosok ya mau saya pakai? Wong ukurannya aja jelas beda kok." Pak RT langsung menutup pintu rumah. Tanpa memedulikan Mbok Lasmi yang terbengong di depan pintu. Tampak wanita itu garuk-garuk kepalanya. Lalu dia mulai meninggalkan halaman Pak RT. Dalam kebingungannya. Ana melongok ke arah Mbok Lasmi. Yang langsung nyengir. "Coba sekarang cari di rumah Mbak Wulan!" "Rumah janda itu?" "Iya, ke rumah Mbak Wulan sekarang!" "I-iya, Mbak Ana." Matahari yang terik menyinari langkahnya berjal
{Ada kabar apa nih, Pak Minto?}{Tentang celana dalam Mas Joko, yang ada di rumah Mbak Wulan}"Apaaa? Mas Joko selingkuh sama Mbak Wulan? Bahaya ini. Bagaimana bisa dia sabot duluan? Udah kalah sama Pak RT, sekarang aku kalah sama Mas Joko. Sialan nih, aku harus cari cara agar bisa dekatin tuh janda bahenol!"Beny langsung gelisah. Dia mencari berbagai cara agar bisa mendekati Wulan."Tapi, apa ya? Masa aku ikutan Pak RT beli jamu dia?"Sedangkan di tempat lain. Mbok Lasmi kebingungan. Saat rumah Wulan tewrkunci dan tak ada seorang pun yang keluar."Apa Yati enggak masuk kerja ya?"Setelah itu, dia melangkah pulang dengan gontai. Terbayang bagaimana nanti cerewetnya Ana. Berulang kali Mbok Lasmi menghela napas panjang."Gimana Mbok? Ketemu sudah?""B-belum Mbak An. Mbak Wulan udah berangkat kerja.""Loh, kan ada Mbak Yati toh?""Kayaknya dia enggak ada juga Mbak. Wong pintunya sampai klonteng-klonteng juga
"Stop! Itu punya siapa?" tanya Wulan tegas. "Loh, saya enggak tau, Mbak. Ada di halaman belakang." "Ya udah kalau gitu kembalikan ke Pak RT. Pasti punya dia." "Pak RT?" ulang Yati bengong. "Punya Pak RT belakang rumah ini Mbak?" "Iya, Yati. Udah balikin sono." Kembali Yati pun tertawa terpingkal-pingkal. "Balikin sekalian samanya hangernya, Yati. Masukin kantong kresek. Enggak enak dilihat orang lain." "Beres Mbak Wulan. Ehhh, aku bilangnya nanti gimana, Mbak?" "Ya, tinggal bilang aja. Jatuh di halaman belakang rumah kita. Gitu aja kok repot." Yati pun menyeringai tipis. Dia bergegas mengambil kantong plastik hitam dan sekalian memasukkan G-string bersama hanger di dalamnya. "Mbak Wulan, aku sekalian pulang ya?" "Oke." Langkah Yati yang berlenggak lenggok sering menjadi godaan bagi para keamanan yang sedang berjaga. Saat dia melewati pos ronda. Terdengar siulan menggoda dari Minto.
Buru-buru Minto mengambil ponselnya. Dia mengetikkan beberapa pesan pada Beny. {Mas ada gosip ter-hot. Mengenai Mbak Wulan} {Apa?} {Cinta segitiga antara Pak RT, Mbak Wulan, sama Mas Joko!} Emoticon terbelalak. Beny semakin gusar dengan pesan yang dia dapat dari Minto. {Pak Minto ini dapat info dari siapa} {Saya tau sendiri, Mas} Beny tak melanjutkan pesannya. Dia memikirkan bagaimana bisa dua lelaki itu bisa mendapatkan tempat di hati Wulan. Dia seolah tak mempercayainya. "Bagaimana bisa? Dibandingkan sama Pak RT ya jauh lah. Pasti menang aku. Bagimana bisa Wulan memilihnya? Hemmmm ... aku harus cari cara!" Dalam waktu yang bersamaan. Yati berlenggak lenggok menuju rumah Pak RT yang tak jauh. Dia langsung memasuki halaman rumah. Dan melihat Pak RT yang sedang sibuk membersihkan tanaman di teras samping rumah. "Assalamualaikum, Pak RT!" Yati berlagak kemayu. Dan tanpa sepengetahuannya. Bu RT memp
"Kayaknya ini harus dicoba!" Kali ini, pandangan Bu RT tertuju pada sang suami. "Nih, Pak! Cepat Bapak pakai. Aku ingin tau hasilnya." "Pakai? Kamu bilang aku suruh pakai ini?" "Iya, kalau enggak pas. Berarti memang benar milik Mas Beny." Seketika Pak RT meneguk salivanya. 'Ahhh, si Jenny ini bener-bener bikin aku keki. Padahal kan itu Wulan kasih hadiah ke aku,' batin Pak RT kesal. "Ao, Pak! Jangan melamun aja!" Seraya Bu RT menarik lengan Pak RT untuk masuk rumah. "Aku keburu ingin tau. Seberapa seksinya Bapak." "Apaaaaa???" Pak RT melotot ke arah sang istri. Yang senyum-senyum tidak jelas. "Kamu jangan ngawur toh, Bu!" "Loh ngawur gimana toh Pak. Aku ini cuman tau bukti nyata kalau pakaian dalam yang aneh ini bukan milik kamu!" tegas Bu RT dengan nada suara meninggi. Membuat Pak RT tak bisa melawan lagi. Dia akhirnya hanya bisa pasrah. Bu RT melemparkan G-string elephant k
"Enggak kelihatannya wajahnya gitu Jeng," protes Jenny. "Ini akun yang kata Ibu-ibu punya Mas Dony, Jeng." Mendengar kalimat itu, Bu RT terbelalak. "Mas Dony itu?" Binti mengangguk berulang-ulang. "Jadi, ada kemungkinan celana dalam ini milik Mas Dony? Dan dia ada main sama Janda gatel itu?" lanjut Jenny. "Hoooohhh ... gitu dia bilangnya cinta sama aku, Jeng. Katanya aku menarik dan sesuai kriteria dia. Aku dewasa, anggun, dan bisa mengerti dia," cerocos Binti kesal. Membuat Bu RT semakin terbelalak lebar. "Loh ... loh, kok Jeng Binti bilangnya gitu? Ini Mas Beny atau Mas Dony sih, Jeng? Kok kepala aku jadi mumet ya?" "Enggak usah diambil hati ocehan saya tadi Jeng RT." "Ta-tapi, apa bener nih Jeng Binti ada hubungan mesra sama Mas Dony?" Yang ditanya tak langsung menjawab. Malah tertawa cekikikan. Dengan raut wajah yang memerah. "Kalau gitu saya pulang dulu, Jeng. Nanti Suami cari saya."