"Mas Joko senjata apaan itu?"
Joko tertawa terpingkal-pingkal.
"Senjata khusus lelaki Sayangku."
Seraya menggendong Ana ke kamar. Tampaknya Ana sudah mempersiapkan dirinya dengan G-string berwarna hitam. Lalu, Ana menyuruh Joko duduk di pinggiran ranjang.
"Mas Joko! Ini apa?" Seraya memperlihatkan sesuatu yang terlihat seksi di mata Ana.
Seketika Joko terbelalak dengan mulut yang terbuka lebar. Saat melihat benda yang berada di tangan Ana. Dan mulai digerak-gerakkan menempel di hidungnya.
"I-itu apa, Ana? Bu-buat siapa?"
"Coba dong Mas tebak! Ini apaaan?"
"Itu kayak belalai gajah. Ada telinganya kanan kiri. Terus ada matanya juga. Ana, pinggiran tali melingkar itu kok mirip kayak G-string kamu?"
"Memang ini G-string. Mas Joko mau tau namanya?"
Masih terpaku dengan apa yang barusan dia lihat. Joko tak menjawab pertanyaan Ana.
"Mas Joko!" teriak Ana kesal.
"Ta-tapi, G-string kok
Setelah mereguk kenikmatan bersama. Mereka berdua merebahkan tubuh yang lelah oleh keringat cinta. "Ana!" "Hemmm ...." "Bukannya G-string yang aku pakai itu, biasanya dipakai kamu G?" "Kaum G? G-string maksudnya?" Raut wajah Ana yang polos terlihat lucu. "Bukan itu! Tapi, kaum Gay." "Ishhh, biarin ajalah. Wong aku suka kok, Mas Joko pakai itu. Terlihat seksi dan lucu buanget. Sumpah!!!" "Haaaahhh ...! Ana ... Ana." Teringat janjinya pada Beny. Buru-buru Joko beranjak turun dan mandi. Dia melihat Ana sudah terlelap dan mendengkur lembut. Saat hendak keluar, Joko mengecup lembut bibir istrinya. "Jangan bangun, sebelum aku pulang ya Sayang. Mumpung besok weekend." Joko pun memperhatikan sekitar rumahnya yang sudah sangat sepi. "Enggak biasanya nih, orang-orang sepi begini?" Dia pun melenggang santai. Sampai sebuah panggilan terdengar. "Mas Joko!" Sontak dia menoleh dan
Bersamaan dengan perbincangan mereka yang serius. Sebuah mobil memasuki lingkungan RT mereka dengan memadamkan lampu sorot. Dan membuka jendela depan."Permisiiii ... Bapak-bapak!" Seorang wanita cantik tampak sedikit mengeluarkan kepala. Dengan senyum yang mengembang lebar.Sontak para bapak ikut tersenyum. Membalas keramahan Wulan. Mobil tak langsung berjalan, melainkan berhenti di depan pos."Selamat malam, Pak RT. Jangan lupa soal kemarin ya?" Suaranya serak menggoda. Dengan sebelah mata mengerling pada Tito yang tak bisa berkedip. Dengan mulut yang membulat lebar."Ehhh, i-iya Dek!" jawab Pak RT semringah. Tersenyum malu-malu, membuat Beny dan Sitompul merasa iri. Bagaimana bisa Pak RT yang jauh lebih tau dari mereka, malah dapat menarik perhatian Wulan si janda bahenol."Bye, Bapak semuanya," ucap Wulan semabari melambaikan tangan pada mereka. Wulan terkikik lucu."Itu RT yang kamu cerita kapan hari?"Di dalam mobil, Wulan bersa
"Kok lucu sekali RT kamu itu?""Sangat lucu. Apalagi tiba-tiba kirim G-string yang ukurannya super jumbo sekali.""Semisal kalian bener-bener pacaran nih. Kamu juga akan melakukan hubungan intim sama lelaki tua tadi?""Ihhh! Itu mah rahasia aku lah!" Dengan senyum nakal menggoda. "Dah sekarang kamu ganti pakaian, mandi. Nanti kalau makan malam udah siap. Kamu aku panggil ya.""Oke, Lan!"Sebelum Wulan keluar kamar. Dia kembali berbalik dan mengarahkan pandangannya pada Ana."Kamu besok janjian jam berapa?""Jam tujuh malam. Besok aku fotoin orangnya, Lan.""Emang ganteng?""Ganteng lah! Wajahnya manis apalagi kalau senyum gitu. Aduh, rasanya hatiku langsung mak jleb."Wulan mengerutkan dahi dengan mata yang memicing ke arah Ana."Aku jadi penasaran jadinya. Besok harus kamu foto!""Beres! Oh, ya Lan. Tadi aku bawa roti banyak. Dikasih pelanggan setia aku.""Oh ya? Di dalam mobil?"Ana p
Bukan batuknya malah membaik. Yang ada sapaan Wulan semakin membuat Pak RT malah terbatuk-batuk."Pak RT kenapa?"Dia pun berjalan mendekat. Saat hendak memberikan tisu. Tiba-tiba dari kejauhan terdengar teriakan yang sangat kencang."Bapaaaaaakkkk!"Seketika itu juga, semua mata memandang ke arah seorang wanita. Yang bertubuh subur. Dan berjalan sangat cepat menuju mereka."Bu RT!" desis mereka kompak. Hanya Wulan yang terlihat tenang dan santai dengan kedatangan wanita itu."Hallo, Bu RT!" sapa Wulan ramah. Yang ada wanita itu memasang wajah bengis, sinis dan kejam pada Wulan. "Haduuhhh, Bu RT kok jutek sih?""Enggak usah sok akrab deh, Kamu. Kayak aku enggak tahu aja ulah kamu itu. Yang kegatelan aja lihat laki orang," cerocos Jenny."Sabar Bu RT!" Suara berat dan khas itu, membuat Bu RT mencari asal suara. Seketika dua bola matanya berbinar cerah. "Lohhh, ada Mas Dony toh tadi. Ngapain di sini Mas Dony?""Ini c
"Aku boleh tanya ini ya, Mas Joko?" "Tanya tentang apa Bang?" "Apa benar ini, kalau Pak RT titip pakaian dalam sama Mas Joko?" 'Waduuuhhhh!' batin Joko meronta. 'G-string lagi ... G-string lagi!' "Kata siapa sih Bang. Ya, enggak mungkin toh Pak RT pesen pakaian dalam sama saya. Ini yang aneh, Bang. Hoax itu!" Lelaki asal Medan itu garuk-garuk kepala. Dia merasa telah mendapat informasi yang salah. Lalu, Joko menepuk pundaknya dan mengajak pulang. "Tunggu dulu lah Mas Joko! Ini aku perlihatkan sesuatu." Sitompul mengeluarkan ponsel dan menunjukkan sebuah gambar. "Ini Pak RT sempat fot G-string yang mau buat hadiah." "Haaahhhh?! Pak RT bilang snediri ternyata?" "Iyalah Mas Joko. Kalau tak begitu. Mana beranilah awak." "Bang Sitompul juga tau hadiah itu buat siapa?" Lelaki berwajah kotak dengan rahang yang menonjol itu, mengangguk. 'Ahhh! Sialan juga nih Pak RT. Bil
"Ja-jadi, Mas Dony?""Iya, Mas. Dia penjaja cinta untuk para Tante yang kesepian. Tepatnya wanita yang kesepian.""Bahaya dong, An! Kalau ada Ibu-ibu sini yang tau, bagaimana? Waduhhh ... apalagi punya dia segede itu, Ana."Ana hanya bengong tanpa tahu maksud dari Joko."Gede apanya sih Mas?""Senjatanya itu, An!"Spontan Ana menunjuk gambar Dony tepat di bagian boxer. Dan Joko mengangguk dengan cepat."Jadi tadi itu, Mas Joko sama Pak RT bicara soal senjata berhubungan dengan ini?""Iya, Sayang. Emang hubungannya sama apa?"Ana mengernyitkan dahinya."Kenapa, Sayang?" tanya Joko keheranan saat melihat reaksi sang istri."Memangnya kalau Bapak-bapak yang dibicarain apa aja sih, Mas?""Tadi itu kita tanya sama Pak RT soal jamu penguat dan pembesar. Ternyata yang jualan tebak siapa?"Ana langsung menggeleng."Tebak dulu lah!""Aku enggak tau, Mas.""Mbak Wulan!"Seket
Tanpa memperhatikan G-string elephant yang baru saja dia foto. Mbok Lasmi meletakkan asal hangernya. Tanpa memperhatikan bila ada angin kencang. Bisa saja G-string itu terbawa kabur lagi oleh angin. Seperti insiden kapan hari.Setelah menjemur. Buru-buru dia turun. Bukan karena ingin segera membeli apa yang diperintahkan oleh Ana. Akan tetapi dia ingin segera menunjukkan foto itu pada Tami.'Ishhhh, pasti heboh! Aku suka dengan berita kayak gini. Pasti langsung piral,' batin Mbok Lasmi tergelak.Tanpa banyak bertanya lagi, Mbok Lasmi langsung pergi keluar rumah. Ana melihat dengan keheranan.'Enggak biasanya langsung ngeloyor kayak gitu?' batin Ana sambil geleng-geleng.Dengan penuh percaya diri. Mbok Lasmi menuju warung Jeng Tami. Tampak hanya ada satu orang pembeli saat Mbok Lasmi datang."Ehhh, ada Ratu Kepo datang. Pasti bawa berita hot!" celetuk Jeng Tami menyeringai."Aku ke sini disuruh Mbak Anan beli lombok.
"Mbooooookkkk!!!""Haaahhhh? Ada apa Mbak Ana teriak kayak gitu?"Bergegas dia berlari menuju lantai dua. Dia melihat Ana sudah berada di teras tempat jemuran pakaian. Yang bersebelahan dengan rumah Pak RT dan Wulan."MboK Lasmi!"A-ada apa, Mbak Ana?" Raut wajah Mbok Lasmi langsung berubah. Sesekali dia meneguk salivanya. Melihat bola mata Ana yang melotot ke arahnya."Di mana celana dalam gajahnya?" tanya Ana penuh penekanan."Loh, ta-tadi ya saya jemur di sini Mbak Ana.""Yakin? Terus bukannya tadi saya suruh ikat Mbok Lasmi?""Ehhh ... ehhh." Wanita itu menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal. Lalu, melongok ke segala arah berusaha untuk terus mencari."Mau Mbok Lasmi cari di mana? Pasti itu G-string sudah dibawa kabur sama angin cewek.""A-angin cewek?"Ana berjalan mendekati Mbok Lasmi yang terus menundukkan kepalanya."Pokoknya Mbok! Saya enggak mau tau. Cari G-string elephant itu sam
"Wulaaan???" ulang Bu RT dengan gigi yang berbunyi gemertak. Semakin membuat Pak RT salah tingkah dan kelimpungan."Modyarrrr!" bisik Pak RT. "Bagaimana bisa aku kelepasan omong. Kenapa aku harus bilang rumahnya Wulan?" Masih berbisik."Dari ... mana Bapak bisa tahu aku cariin Bapak di rumah janda gatel itu?""Ehhh, perasaan aku tadi enggak bilang. Ibu saja kali yang kedengerannya kayak gitu.""Pak, aku serius. Kupingku ini masih jangkep, enggak bakalan salah denger!""Yaaaa, aku tadi 'kan cuman nebak. Ibu 'kan biasanya memang suka ke situ."Pak RT menjawab enteng, pura-pura tenang dan santai, seolah tidak ada yang terjadi. Mendengar jawaban suami yang seperti itu, Bu RT hanya bisa manyun satu meter. Wanita bertubuh subur itu, berlalu meninggalkan suaminya yang senyum-senyum sendiri.'Aku mau kirim pesan sama Dek Wulan. Pokoknya aku enggak bisa terima dia jalan sama si Beny itu!' bisik Pak RT dalam hati.Tangannya b
"Tuh, Pak. Pakai tali itu, kayak Tom Cruise di Mission Impossible. Ngerti Pak?""Ta-tali?"Wulan manggut-manggut. Lalu, dia maju beberapa langkah. Menarik kain panjang dan mengikatnya pada salah satu sisi pagar besi."Ayo sekarang Bapak naik, dan pegang tali ini!""Se-sekarang aku harus naik pagar ini, terus melompat ke bawah, Wulan?""Iya, enggak ada pilihan!""Waduuhhh!"Wulan bergerak cepat. Dia mengikat ujung kain dan melingkarkan di perut buncit Pak RT."Sekarang juga Pak RT turun, atau Bu RT akan keluarkan jurus lemparan maut. Bisa bendol dahi Bapak nanti.""I-iyaaa ...."Dengan berhati-hati, Pak RT mulai menaiki pagar. Sesekali dia melongok ke bawah."Dek, aku takut.""Pegang yang kencang, Bapak!"Wulan mengeluarkan tenaganya untuk menghentakkan kain tersebut."Loh ... loh, Dek Wulan! A-apa yang mau kamu lakukan?""BIar Bapak cepat mendarat di bumi!
"Pak RT bisa ketahuan lho.""Biarinlah! Aku enggak mau ada masalah sama nih wanita. Bisa-bisa namaku dicatut terus sama dia kalau berurusan pelakor. Belum lagi suaranya yang super kencang itu."Ana hanya bisa menghela napas panjang. Sekilas dia melihat Mbok Lasmi yang berdiri di belakang Bu RT. Dia lebih tertarik menghampirinya, dan menanyakan perihal Joko dan Ana. Wanita cantik itu, meninggalkan Wulan dengan segala keruwetannya bersama Bu RT.Di sisi lain, Bu RT mulai menyusuri segala penjuru ruang. Wulan berusaha untuk tenang, sampai sudut matanya menangkap jempol kaki Pak RT di balik korden."Matek, Pak!" bisik Wulan terkesiap.Segera Wulan berdiri di depan korden, berusaha untuk menutupi jempol kaki Pak RT."Kok, Pak RT enggak ada? Memang kamu sembunyikan di mana ... haaaa?"Wulan menggeleng."Buat apa saya sembunyikan? Ibu bisa cek seluruh isi kamar dari lantai bawah sampai atas. Loh, kurang opo coba?""Kurang ajar!
"Itu, kayaknya Bu RT? Ngapain mereka berdua?"Ana pun ikut mengikuti mereka. Sengaja dia berjaga jarak, agar tidak ketahuan."Apa, Pak RT bener-bener selingkuh sama Mbak Wulan? Kok sampai Bu RT bawa klompen?"Kedua matanya semakin menyipit tajam. Memperhatikan segala gerak gerik mereka."Bukannya Mbak Wulan itu sama Mas Beny, ya?"Rasa penasaran membuat Ana terus mengikuti kedua wanita itu. Dia mengendap-endap, mirip dengan agen MI (Mission Impossible). Merapatkan tubuhnya ke dinding rumah. Sambil sesekali menyelinap di antara pohon mangga."Loh, mereka main bukapagar aja. Aku harus cepat ke sana!"Ana pun berlari kecil mengejar mereka yang sudah memasuki, halaman rumah Wulan. Teriakan Bu RT mengguncangkan perumahan pagi ini."Bapaaaaaaakkk!!!" Sembari siap melemparkan serangan jurus maut.Klompen di tangan kanan sudah siap melayang."Bapaaaaaakkk!" teriak Bu RT tak peduli didengar oleh tetangga yang lain.
"Mbok Lasmi?!" Tampak raut wajahnya keheranan melihat kedatangannya. "Tumben, Mbok? Ada apa?""Ehhh ... Bu RT. Ini lho, tadi saya masak opor ayam. Mau kasih incip.""Wahhh, kebetulan saya juga belum masuk ini, Mbok. Ayo masuk dulu, Mbok!"Mbok Lasmi langsung terlihat senang. Dia meletakkan mangkoknya di atas meja makan."Opor sukaannya Pak RT, MBok.""Ohhh, sekarang ke mana Pak RTnya, Bu?""Paling di dalam. Sukanya 'kan pelihara kembang-kembang, Mbok."Mbok Lasmi, menyeringai masam. Mmebuat Bu RT menarik dagunya hampir menyentuh leher."Memangnya ada apa sih, Mbok?""Soalnya tadi saya kok melihatnya Pak RT keluar rumah, Bu RT. Jalan ke sana!""Sana, mana toh Mbok?""Sana itu lho, Bu RT. Mosok enggak paham toh?"Ucapan Mbok Lasmi semakin membuat Bu RT penasaran."Maksud Mbok Lasmi ke belakang?" Mbok Lasmi mengangguk. "Rumahnya si janda genit itu?" Hampir berteriak Bu RT mengatakanny
"Gimana itu, Mbok? Kok, yo bisa-bisanya itu celana belalainya Mas Joko sampai gosong. Mana berlubang lagi. Gimana itu coba?!" sentak Ana dengan kesal."Sa-sabar dulu Mbak Ana. Nanti buntutnya ini, biar Mbok jahit.""Mana bisaaa, Mbok!"Ana sangat kesal, sampai membanting G-string belalai milik Joko. Napasnya memburu seiring amarah yang mau meledak."Mbok itu enggak tahu ini apa?""Ta-tahu, Mbak. I-itu 'kan ... ehhh, buat tempatnya manuk toh Mbak?""Manuk ... manuk opo, Mbok?""Ehhh ...."Mbok Lasmi hanya bisa gigit jari. Setiap jawaban yang dia lontarkan semakin membuat Ana marah dan berteriak. Langkah Ana terdengar menghentak di lantai."Walahhh, cuman tempat manuk gini ae kok yo marah-marah toh Mbak Ana ini."Ana yang mendengar gerutu Mbok Lasmi menghentikan langkahnya. Lalu, berbalik, "Mbok ngomong apa barusan?""E-enggak, ada ngomong Mbak.""Ngomong! Wong aku ini denger Mbok."
Maya dan Dony tertawa lirih. Terlihat Dony kurang nyaman dengan pengakuan Maya yang blak-blakan."Saya deketin aja, Pak RT. Rumahnya Mas Dony, biar enggak diincar pelakor. Iya 'kan Bu RT?""Wahhh, bener sekali Jeng."Bu RT sepakat dengan ide Maya. Sepertinya mereka pun langsung akrab dan berbagi nomer HP. Setelah mengisi formulir warga, mereka berdua pun berpamitan pulang."Bu ... Bu! Ini nanti bisa terjadi perang dunia ketiga toh, Bu.""Kok bisa?""Lah, rumah yang dikontrak Bu Maya itu 'kan bersebelahan sama Mbak Binti. Apa enggak bakalan rame tuh?""Ehhh, iya juga sih Pak. Cuman, biarin aja deh. BIsa jadi hiburan buat aku." Bu RT tergelak sambil berlalu meninggalkan suaminya."Pak! Aku ke pasar dulu, mungkin agak siangan, sekalian mampir mau ke rumah teman aku sekolah dulu!""Iya!" sahut Pak RT. 'Wahhh, kesempatan emas ini. Aku harus bicara sama Wulan!' batin Pak RT girang.Bergegas lelaki berkumis tebal i
"Apalagi toh, Bu?" "Bapak denger ini, pasti kaget!" "Coba cerita!!!" Jenny membenarkan sikap duduknya, sampai merasa nyaman. "Bapak tahu kalau teman si janda gatel itu, yang namanya sama si Ana, juga lagi ada hubungan sama ... Mas Joko!" "Wahhh, gila benar!" sahut Pak RT spontan. ' Coba aku lebih berani?!' bisiknya dalam hati. 'Kurang ajar benar si Beny, main selonong aja. Pastinya si Wulan lebih milih aku lah!' "Bapak kok malah diem, melamun gitu?" sentak sang istri yang merasa aneh melihat suaminya. "Apa Bapak mikirin Mas Beny yang jalan sama tuh Janda?" "Ehhhh ... Ibu kok makin ngawur ya. Aku tuh berpikir, kok bisa RT kita orang-orangnya begitu." Di saat mereka berbincang serius. Terdengar bel rumah yang berbunyi. Ting tong! Sontak membuat keduanya langsung berpaling ke arah pintu rumah. Ting tong! "Pak! Buka pintunya. Kayaknya ada tamu tuh." "Ibu aja lah! Bapak capek nih. Habi
Lah, saya ini datang karena ingin tahu kok. Jangan pura-pura lah Jeng Tami. Saya tahu kalau kalian ini gosipnya lewat japrian 'kan, enggak lewat grup." Deg! Jeng Tami agak kelimpungan dibuatnya. Dia tak bisa mengelak lagi, karena tebakan wanita bertubuh subur ini sangat tepat. "Ehhh, iya Bu RT." "Emang ada gosip apa?"Lah, saya ini datang karena ingin tahu kok. Jangan pura-pura lah Jeng Tami. Saya tahu kalau kalian ini gosipnya lewat japrian 'kan, enggak lewat grup." Jeng Tami pun kelimpungan. Dia tidak tahu harus menjawab apa, pada Bu RT. "Kok malah diam?" "Ehhh, saya bingung Bu." "Apa yang bikin bingung? Jeng Tami tinggal cerita aja, gitu aja kok repot!" Wanita berambut ikal itu, menggaruk kepalanya sendiri. "Ceritanya panjang Bu RT." "Saya punya waktu panjang kok Jeng Tami. Silakan cerita!"