Beranda / Pernikahan / GAIRAH YANG TERTAHAN / BAB 18 Sadarkan Diri

Share

BAB 18 Sadarkan Diri

Penulis: Pritca Ruby
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Duduk dulu, biar kita ngobrolnya enak. Kamu juga jangan marah-marah, ini rumah sakit nggak enak sama yang lain," ucap Mas Rendi yang memintaku untuk duduk di kursi sebelum menjelaskan apa-apa.

Kami berdua pun duduk.

"Apa?"

"Tadi Mas mau antar Dyan untuk pulang ke rumahnya, buat bawa baju buat dia sama Ryo juga. Sekalian beli sarapan. Tapi, di depan rumahnya sudah ada mantan suaminya. Dyan ketakutan karena perceraian mereka juga salah satu pemicunya itu ada tindakan KDRT. Jadi, Mas ajak ke rumah aja, sekalian Mas mandi sama ganti baju. Karena Dyan nggak mungkin pake baju Ibu, jadi Mas berikan saja salah satu baju kamu. Mas liat ada paper bag di atas lemari, makanya Mas berikan salah satu saja. Kamu nggak marah, kan?"

Teriris rasanya perasaanku mendengar penjelasan dari Mas Rendi. Bisa-bisanya dia membawa mantan istrinya itu ke dalam rumah yang tidak ada siapa-siapa di dalamnya. Bagaimana bisa aku berpikir positif jika sudah seperti ini kejadiannya?

"Kenapa?"

Tubuhku terasa panas, mu
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • GAIRAH YANG TERTAHAN   BAB 19 Tak Ingin Kalah Saing

    Kehadiranku yang seolah tidak dipedulikan oleh Ibu, akhirnya aku memilih untuk duduk di sofa di susul oleh Mas Rendi yang membiarkan Ibu mengobrol dengan Mbak Dyan dan juga Ryo.Pertemuan tidak sengajaku dengan Mbak Dyan berbulan-bulan lalu, seolah bertolak belakang dengan yang aku alami sekarang. Aku bahkan masih ingat dulu Mbak Dyan seolah mengatakan jika Ibu adalah alasan utama mereka bercerai karena sering ikut mencampuri urusan rumah tangganya dengan Mas Rendi, aku masih ingat bagaimana ekspresi kebencian Mbak Dyan saat menceritakan perihal Ibunya Mas Rendi, tetapi sekarang dia terlihat begitu perhatian sekali sampai rela menginap untuk menunggu Ibu sadarkan diri.Aku tidak bermaksud untuk berpikiran negatif, tetapi aku juga tidak bisa mencegah perasaan tak enak hati disaat Mbak Dyan yang statusnya sudah menjadi seorang mantan, malah kembali lagi ke kehidupan rumah tanggaku bersama Mas Rendi."Sayang, kenapa tatapannya begitu?" tanya Mas Rendi yang sepertinya sadar dengan tatapan

  • GAIRAH YANG TERTAHAN   BAB 20 Kesengajaan Berulang

    "Hallo, Tiana," sapa Pak Anggara tersenyum ramah padaku juga pada Mas Rendi. Wajahnya seolah tanpa berdosa padahal semalam dia sudah melakukan hal yang kurang ajar padaku. Aku seolah dilecehkan dan terasa amat rendah, karena bisa-bisanya aku diajak bermain di belakang Suamiku oleh atasanku sendiri."Dia ini yang waktu itu nolong aku di supermarket pas uangnya ketinggalan di rumah," jawabku pada Mas Rendi, aku bahkan mengabaikan sapaan dari Pak Anggara."Oh, pantas saja rasanya kaya gak asing wajahnya, cuman Mas nggak inget siapa," ucap Mas Rendi. "Saya secara pribadi belum mengucapkan terimakasih karena Mas sudah membantu istri saya."Mas Rendi memang ramah, ia bahkan mengatakan itu atas inisiatifnya sendiri. Meski waktu itu menimbulkan kesalahpahaman apalagi dengan ucapan Ibu yang memperkeruh suasana, untung saja Mas Rendi selalu percaya padaku, meski sulit untuk membelaku apalagi di depan Ibu.Itulah, tak ada alasan aku untuk mengkhianati dan bermain di belakang Mas Rendi. Perihal

  • GAIRAH YANG TERTAHAN   BAB 21 Penuh Sesak

    Aku langsung terdiam, karena memang seluruh mata jadi tertuju padaku. Aku bukanlah orang yang suka menjadi pusat perhatian, itu sangat membuatku merasa tidak nyaman.Aku segera menghabiskan makananku tanpa menghiraukan Pak Anggara yang terlihat kesenangan sendiri saat ditinggalkan berdua oleh Suamiku."Kamu tidak berniat untuk menghindar dariku, kan?" tanya Pak Anggara."Bukankah sebuah ranting yang mengganggu perjalanan itu harus disingkirkan? Jika dipaksakan terus melaju, tidak hanya kendaraanku yang berkemungkinan akan mengalami kerusakan walau hanya tergores, tetapi ranting sudah dipastikan akan hancur. Begitulah kiranya jika Pak Anggara masih bulat ingin menjadi orang ketiga dalam rumah tanggaku."Pak Anggara tersenyum tipis. "Pandai sekali kamu mengumpamakan sesuatu. Tapi aku bukan sebuah ranting. Anggaplah aku ini polisi tidur. Terciptanya polisi tidur bukan untuk mengganggu perjalananmu, melainkan memberi peringatan agar kamu tidak melaju dengan ugal-ugalan. Kamu mau melindas

  • GAIRAH YANG TERTAHAN   BAB 22 Villa Keluarga

    Aku lebih memilih menangkan diriku, aku memang khawatir akan keadaan Ibu Mertuaku, tetapi aku lebih mengkhawatirkan perasaan dan kejiwaanku sendiri.Ujian Rumah tangga macam apa ini? Mengapa aku merasa diserang berbagai sisi tanpa ampun dan tanpa jeda.Dalam tiga tahun berturut-turut, aku terus dituntut untuk melahirkan seorang anak, tak jarang kata-kata yang tidak pantas keluar dari mulut Ibu Mertuaku yang padahal kami sama-sama perempuan. Tuduhan bahwa aku mandul pun, rasanya sudah tersebar di kompleks perumahanku karena Ibu.Sekarang, beberapa bulan ekonomi rumah tanggaku yang diuji ditambah kemalangan menimpa Ibu Mertuaku. Sampai akhirnya harus merelakan rumah dan mobil di jual, hingga aku memutuskan untuk bekerja kembali.Lalu, tiba-tiba kehadiran Mbak Dyan mengusik tak hanya pikiranku tetapi juga perasaanku. Aku akui bahwa aku sudah kalah oleh Mbak Dyan dalam dua hal, disenangi oleh Ibu mertua dan tentu saja yang sudah bisa memberikan keturunan untuk Mas Rendi.Meskipun Mas Rend

  • GAIRAH YANG TERTAHAN   BAB 23 Terkagum

    Golden hour!Ya, aku tahu melodi dari piano itu adalah golden hour. Tenang sekali rasanya mendengar alunan piano ditengah suasana Villa yang sepi tetapi menenangkan. Meskipun terlihat seperti bangunan peninggalan Belanda, tak menyeramkan sama sekali.Aku tidak menyangka Pak Anggara ternyata pandai memainkan piano. Aku hanya berdiri memperhatikan dari jarak yang tidak begitu dekat, juga tidak terlalu jauh. Aku menikmati musiknya sampai permainan berhenti.Pak Anggara langsung melihat ke arahku yang tanpa sadar tengah tersenyum tipis sambil membayangkan jika kehidupanku bak di istana kerajaan, apalagi dress yang aku pakai cukup mendukung halusinasiku."Bagaimana?" tanya Pak Anggara yang jelas sedang ingin mengetahui pendapatku, mungkin tentang permainan pianonya."Bagus. Ternyata Pak Anggara pandai bermain piano. Saya cukup tenang saat mendengarnya," jawabku yang percaya diri jika yang ditanyakan oleh Pak Anggara itu memang tentang permainan pianonya.Dan nyatanya salah!Pak Anggara ban

  • GAIRAH YANG TERTAHAN   BAB 24 Hangat dalam Perapian

    Aku cukup merasa tercengang melihat banyak makanan tertata dengan rapi di atas meja makan padahal kita hanya makan untuk berdua saja."Semua makanan ini Pak Anggara yang buat?" tanyaku yang terkejut sekaligus merasa tidak percaya juga jika semua hidangan di atas meja dibuat oleh Pak Anggara sendiri."Memang kamu melihat ada orang lain di sini?""Makanan sebanyak ini tidak mungkin habis jika berdua saja.""Aku tidak tau makanan apa yang kamu sukai, sebenarnya bisa saja aku mencari tau hal itu dengan mudah. Hanya saja untuk hal-hal yang menyangkut dirimu pribadi, aku ingin tau langsung dari kamu. Jadi, silakan Nona memilih makanan apa yang akan dimakan. Biar sisanya aku berikan pada penjaga Villa dan keluarganya yang tinggal tak jauh dari sini."Aku sampai berpikir sejenak, kapan terakhir kali aku makan makanan yang dibuat oleh orang lain. Oleh Ibu saja itu sudah bertahun-tahun yang lalu. Sementara Mas Rendi, tidak pernah sekalipun menyentuh perabotan dapur. Jangankan untuk memasak maka

  • GAIRAH YANG TERTAHAN   BAB 25 Malam Panas

    Sepersekian detik aku merasa lengah. Dan kami kembali tenggelam dalam ciuman kali ketiga terjadi tanpa aku sangka-sangka.Namun sekarang aku diam, tidak menolak. Tubuhku sepenuhnya merespon dengan suka rela tanpa adanya paksaan seperti waktu itu. Aku menyadari kesalahan yang kubuat di belakang Suamiku. Hanya saja untuk kali ini, aku merasa perasaan yang nyaman dan aman.Perhatian dan semua yang ia lakukan dengan membawaku ke tempat ini untuk melihat senja yang indah, seolah hutang bagiku. Sehingga aku membayarnya dengan kerelaan ciuman kami di malam ini.Derasnya hujan di luar, seolah seirama dengan desiran sesuatu yang aku rasakan tanpa bisa aku utarakan dengan kata-kata. Ciuman kami bukan hanya sekedar kecupan bibir saja. Aku sudah seluruhnya mengikuti ritme lidahnya yang mencoba masuk ke dalam mulutku.Oh, tidak! Aku semakin menikmati ciuman ini dengan Pak Anggara.Otakku terus saja mengingatkanku jika hal yang terjadi adalah sebuah kesalahan yang sudah seharusnya segera dihentika

  • GAIRAH YANG TERTAHAN   BAB 26 Meminta Lebih

    Lagi-lagi aku malah tanpa sadar mengatakan masalah rumah tanggaku, terutama masalah ranjangku bersama Mas Rendi. Namun memang mau bagaimana lagi karena itulah kenyataannya. Dan aku merasa cukup terkejut saat Pak Anggara bilang akan menggantikan tugas Mas Rendi.Sebelum hal yang jauh itu berlanjut, aku malah terpikirkan kejadian malam ini mungkin akan terulang kembali diwaktu selanjutnya.Tanpa banyak obrolan lagi, Pak Anggara memulai langkah selanjutnya setelah tubuh kita berdua sama-sama polos. Pemanasan yang sudah amat panas, membuat malam ini menjadi sangat menggairahkan. Batinku secara tidak sadar terus membandingkan Pak Anggara dengan Mas Rendi. Sungguh jauh berbeda. Apalagi dari segi teknik dan juga ukurannya.Hingga disaat Pak Anggara mencoba untuk memasukiku, sungguh itu sakit sekali. Rasanya macam malam pertama dulu bersama Mas Rendi. Padahal aku merasa sudah sangat basah saat pemanasan tadi, yang seharusnya tak akan terasa begitu sakit.Namun aku salah, entah mungkin ukuran

Bab terbaru

  • GAIRAH YANG TERTAHAN   BAB 181 S2 Extra Part

    Semua orang tanpa terkecuali pasti memiliki sebuah luka. Luka yang tidak kasat mata, hanya sang pemilik luka lah yang bisa merasakannya.Sembuh atau tidaknya tidak bisa dipastikan secara nyata, sebab tergantung sang pemilik luka itulah akan berbicara berdasarkan fakta atau malah menyembunyikannya agar terlihat baik-baik saja.Meski pada akhirnya luka yang tidak terlihat itu bisa sembuh, tapi memorinya akan selalu tertanam dalam ingatan. Semakin mencoba untuk dilupakan, maka akan semakin tenggelam dalam kesakitan.Hanya diri sendirilah yang mampu menyembuhkan dan memastikan luka itu tidak bersarang lama dalam hidupnya.Masa lalu akan tetap menjadi masa lalu, sejauh apapun mengejarnya tak akan bisa kembali apalagi hanya untuk menyesali apa yang sudah terjadi dimasa sekarang.Luka dimasa lalu yang dibiarkan, biasanya akan menjalar menjadi sebuah dendam. Sebuah titik balik yang berniat untuk melupakan, malah meluap menjadi emosi yang harus terbalaskan.Ketidakadilan adalah hal yang pasti

  • GAIRAH YANG TERTAHAN   BAB 180 S2 Anggara

    POV Anggara"Kania ...." Setelah istriku mengatakan semua isi hatinya di depan makam Kania, kini giliranku yang harus aku utarakan juga apa yang ada dalam hatiku ini."Sudah lama rasanya sejak hari di mana kita terakhir bertemu dalam keadaan hubungan kita yang tidak baik-baik saja. Itu adalah hal yang paling aku sesalkan. Aku kira aku tau semua tentangmu, tentang cerita senang dan sedihmu. Ternyata aku tidak sedalam itu mengetahui hidupmu. Entah apa lagi yang harus aku sesalkan karena semua itu tidak akan membuat waktu berputar kembali sehingga kamu mungkin masih hidup dan bersamaku sekarang."Pertama kalinya, aku mengutarakan apa yang ada di dalam hatiku, penyesalan yang aku rasakan terhadap kematian Kania yang tidak aku sadari apa yang terjadi pada Kania sebelumnya."Selama ini aku sama sekali tidak melupakanmu. Aku melanjutkan hidup karena aku selalu mengingatmu. Aku bawa dendam kematianmu dengan menghancurkan hidup orang yang menjadi alasan kamu mengakhiri hidupmu."Sekejap aku me

  • GAIRAH YANG TERTAHAN   BAB 179 S2 Tiana

    "Hay, Kania. Perkenalkan aku Tiana, aku adalah istri Mas Anggara, cinta pertama kamu. Senang bisa tau cerita kamu dari suamiku sendiri. Semoga kamu bisa beristirahat tenang di sana. Sungguh, kamu jatuh cinta pada pria yang tepat. Aku merasa keberuntungan yang harusnya kamu miliki, kini menjadi milikku. Aku berharap kamu bahagia atas kebahagiaan aku dan Mas Anggara saat ini. Sekarang kami sudah mempunyai tiga anak, dua anak kembar dan bungsu yang masih bayi. Nanti jika mereka sudah besar, akan aku ceritakan bagaimana ayahnya mencintai kamu begitu hebat dan tulus. Terimakasih sudah menyemangati Mas Anggara disaat ia merasa ada dititik terendah dalam hidupnya, sehingga dia bisa sehebat sekarang ini. Aku akan mencintai Mas Anggara dan menjaga anak-anak kami selamanya."Aku mengutarakan isi hatiku disaat kami sudah menaburkan bunga dan berdoa untuk Kania. Tidak ada lagi rasanya cemburu, sedih atau bahkan sakit hati. Aku sudah benar-benar ikhlas dengan kenyataan dari cerita Mas Anggara.Tid

  • GAIRAH YANG TERTAHAN   BAB 178 S2 Saling Berkorban

    Bulan madu setelah memiliki anak, tadinya aku berpikir itu hanya buang-buang waktu dan bentuk keegoisan orang tua yang tega meninggalkan anak-anak hanya demi kesenangan berdua, padahal bulan madu berdua itu bisa digantikan dengan liburan bersama keluarga, sehingga anak-anak bisa ikut merasakan bahagia yang sama seperti orang tuanya. Namun ada hal yang aku sadari setelah aku merasakannya sendiri. Setelah menjadi seorang istri, prioritasku berpindah pada suami. Aku belajar memasak masakan yang disukai suami, mengingat makanan apa yang tidak ia sukai, menjaga bentuk badan agar suami tetap cinta, menjaga dan membersihkan rumah agar tetap bersih sehingga ketika suami pulang kerja dia bisa nyaman beristirahat, memastikan pakaian suami bersih ketika akan dipakai bekerja, memastikan dia makan sehat meskipun diluar rumah. Sampai kepentinganku sendiri tergeser dari prioritas yang tadinya selalu utama. Lalu, lahirlah sang buah hati. Bertambah pula yang harus diprioritaskan selain diri sendi

  • GAIRAH YANG TERTAHAN   BAB 177 S2 Tidak Tertahan

    Pagi indah aku benar-benar menyarap suamiku sendiri. Bercinta dipagi hari ternyata lebih fresh, mungkin energi kita masih utuh karena belum melakukan aktivitas apa-apa. Ini adalah honeymoon kedua yang berhasil. Selain aku mendapatkan kenikmatanku kembali, aku mendapatkan ketenangan setelah berhati-hati menyimpan rasa kecewa karena sulit untuk menerima realita. Di villa itu, aku dan Mas Anggara seperti mengadakan pesta bercinta saja. Rasanya malu melihat kelakuan diri sendiri, seperti orang yang kehausan dan lama tidak mendapatkan air. Mungkin itu yang akan dikatakan oleh rahimku jika dia bisa berbicara. Mempunyai suami tapi aku malah kekeringan. Sering cemburuan, mudah marah, mudah tersinggung, ternyata sentuhan suami lah obatnya. Kesabaran suami yang menjadi vitamin tambahan. Untunglah dia tidak berpikiran untuk membayar jasa wanita diluar sana, yang bahkan pasti ada saja yang menjajakan diri dengan suka rela alias gratis. Aku malu sekali jika mengingat semua yang telah terjad

  • GAIRAH YANG TERTAHAN   BAB 176 S2 Bulan Madu Kedua

    Bagaimana ada istri seperti aku sekarang ini. Rasanya aku tidak pandai bersyukur sekali, semua yang aku inginkan sudah aku dapatkan di pernikahan kedua ini, tetapi aku tidak memperhatikan suamiku sendiri. Padahal dialah sumber yang membuat aku bisa mendapatkan apa yang selama ini menjadi keinginanku.Mas Anggara tidak pernah menuntut apa-apa, selalu memberikan yang terbaik untukku dan tentu juga untuk anak-anak. Namun aku tidak memperhatikan kebutuhan biologisnya. Padahal itu bukan hal yang besar dan mahal untuk aku berikan karena pastinya aku juga akan merasakan kenikmatannya.Aku baru tersadar kenapa beberapa kali Mas Anggara menyarankan agar kami mencari pengasuh bayi, karena dia juga butuh perhatian dariku, dia butuh aku untuk mengurusnya. Aku saja yang kurang peka dan tidak pernah bertanya."Maafkan aku, Mas. Aku akan lebih memperhatikanmu disamping kesibukanku mengurus anak-anak. Dan sepertinya aku akan menerima tawaran untuk mencari pengasuh bayi saja. Aku tidak akan egois dan

  • GAIRAH YANG TERTAHAN   BAB 175 S2 Kebutuhan yang Terlupakan

    "Tidak," jawabku sambil menggelengkan kepala. "Sepertinya ada satu hal yang baru aku sadari sekarang, Mas.""Apa itu?""Setelah memiliki anak, fokusku hanya pada mereka saja. Kamu tidak aku perhatikan bahkan aku mengabaikan diriku sendiri. Baru aku sadari ternyata kamu malah semakin tampan meskipun sudah mempunyai tiga anak, usia kamu beberapa tahun lagi akan memasuki kepala empat. Kamu masih sangat sehat, bugar, berkharisma seperti aktor-aktor Hollywood yang semakin matang usia malah semakin menarik mata."Mas Anggara tersenyum tipis. "Kamu memujiku terlalu berlebihan, Sayang. Tidak seperti itu. Biasa saja seperti lelaki pada umumnya."Aku menggelengkan kepala dengan tegas. "Beda! Kamu sangat berbeda. Aku tidak memuji kamu secara berlebihan tapi memang faktanya begitu. Aku hanya membicarakan apa adanya yang aku lihat.""Kalau memang begitu, kenapa kamu tampak sedih sekarang? Bukannya memiliki suami yang tampan itu akan membuat kamu bangga?""Yang ada aku malah insecure, Mas. Kalau ki

  • GAIRAH YANG TERTAHAN   BAB 174 S2 Malam Berdua

    Senja perlahan bergantian dengan langit yang menggelap. Tidak ada lagi pemandangan yang bisa aku lihat dari atas sini kecuali perlahan digantikan dengan lampu-lampu kota yang satu persatu mulai dinyalakan. Aku hanya bisa menunggu karena waktu yang akan menjawab bagaimana selanjutnya. Apa yang bisa aku lakukan jika dia mengatakan sebuah janji selain aku menunggu dan merasakan sendiri bagaimana dia membuktikan itu semua. Sehingga tidak ada jawaban lain selain aku tetap bertahan untuk melihat janji yang dia ucapkan, bisa dia buktikan.Aku mencintai suamiku terlepas dari apapun masa lalunya, rahasianya juga alasan awal bagaimana dia mendekatiku hingga akhirnya sungguh menikahiku.Aku harus melapangkan dada, meluaskan rasa sabarku, melihat ke masa depan dan merasakan apa yang masa sekarang terjadi. Bukankah selama ini rumah tangga kami baik-baik saja?Itulah yang sudah seharusnya aku lakukan. Tidak ada manusia yang tanpa pernah melakukan sebuah kesalahan dimasa lalu. Semua manusia adalah

  • GAIRAH YANG TERTAHAN   BAB 173 S2 Bukti bukan Janji

    Mas Anggara selalu bisa memberikanku jawaban yang masuk diakal. Tidak mengada-ada seperti mencari pembenaran untuk dirinya, tetapi memang seolah faktanya seperti apa yang dia katakan."Coba bilang padaku, apa yang harus aku lakukan sekarang?"Aku menggelengkan kepala."Papa saja menyadari jika hubungan kita tidak baik-baik saja makanya dia menyuruh kita untuk menghabiskan waktu berdua tanpa anak-anak. Jangan sampai sepulang kita dari sini, kamu tetap menjaga jarak dariku. Kita ini suami istri.""Aku tau. Aku juga tidak mau seperti ini, Mas. Tidak ada seorang pun yang mau rumah tangganya diuji, kalau bisa itu juga. Tapi cerita kamu itu membuat hatiku sakit, kecewa. Jadi banyak sekali hal yang aku pikirkan dengan kemungkinan-kemungkinan yang terjadi yang aku hubungkan dengan cerita kamu. Aku sudah punya trauma di pernikahanku dulu, dan aku masih tidak percaya kita begini jadinya. Apa ini karma untukku?"Tiba-tiba saja langsung terpikirkan hal itu dalam benakku. Memang sama sekali tidak

DMCA.com Protection Status