Totalnya ada tiga orang koki di mansion Arjuna Adihyaksa, masing-masing memiliki keahlian yang berbeda. Tapi pagi ini, ke tiga koki tersebut di buat ketar ketir karena Alisha tiba-tiba saja mengambil alih dapur. Bukan hanya itu, tuan mereka, Arjuna Adhiyaksa juga memasuki dapur dan duduk dengan tenang di kursi yang sudah di sediakan oleh Sebastian.
“Kamu benar-benar bisa memasak kan?”
“Tentu saja, dulu saya sering bantu ibuk masak. Masakan ibuk enak loh, bahkan babak sampai bisa nambah tiga kali kalau lagi berkunjung.” Gerakan tangan Alisha yang sedang menyiapkan bahakan makanan spontan terhenti, perempuan itu menyadari kekeliruannya dalam berbicara, “Ah, tuan Arjuna juga pasti nanti minta nambah.”
Arjuna hanya mengangguk, “Cepat selesaikan, saya sudah sangat lapar.”
Salah satu koki mendekat, ragu jika Alisha benar-benar bisa menangani urusan dapur. Koki itu tidak ingin membuat masalah baru.
“Bi
Brama tertawa senang, di sisinya dua wanita penghibur bermanja-manja dalam pelukannya. Sesekali kepalanya terpelanting, ketika para perempuan berpakaian mini tersebut membisikan kalimat-kalimat nakal di telinganya. “Hahahah baiklah.. baiklah.. kalian yang akan ikut ke Hawai bersama ku nanti.” Brama tersenyum senang ketika para perempuan bertubuh sintal itu semakin bergelayut manja dalam pelukannya. “Malam yang menyenangkan pak Brama..” Kening Brama berekerut memperhatikan lelaki dengan postur tegap berdiri di hadapannya, ia kenal siapa Arjuna Adhiyaksa. “Ahahaha anda bisa bergabung jika mau.” Brama melambaikan tangan, memerintahkan salah satu perempuan penghibur yang mengisi mejanya melayani Arjuna, “Saya yakin ada sesuatu yang membawa tuan Arjuna Adhiyaksa menghampiri meja saya malam ini.” Arjuna tersenyum simpul, membuka lengannya ketika salah seorang perempuan bermanja-manja di dadanya. “Anda terlalu pengertian.” “Oh ayolah, siapa y
Arjuna mengulurkan tangan, menggeser tombol merah di layar ponselnya. Sayangnya seseorang di seberang sana sepertinya cukup keras kepala. Alih-alih menyerah, si penelefon justru kembali melakukan panggilan.“Astaga… aku benar-benar harus mempertimbangkan niat ku untuk menyingkirkan lelaki ini.” Arjuna mengangkat panggilan dari Ruben dengan geram, lelaki itu baru benar-benar tertidur satu jam yang lalu. “Ada apa?!”Ruben mengerutkan kening, mencoba mengamati latar ruangan Arjuna dari layar ponsel, “Ck, lihatkan. Percuma kita mengkhawatirkan mereka.” Ucap lelaki itu kepada seseorang di sampingnya, “Lihas Bas, bukan Brama. Alisha justru berada di kamar hotel bersama Arjuna, ck..ck.. “Arjuna menggeram, raut meremehkan dari wajah Ruben benar-benar membuatnya marah.“Aku matikan kalau tidak ada sesuatu yang penting!”“Ah, tunggu. Tunggu sebentar.” Ruben bergegas menahan, &ldq
Brama meletakan alat makannya, lelaki itu memutuskan untuk bersikap tegas dan tidak mengulur waktu. Kecantikan Alisha benar-benar membuat Brama kepanasan, Lelaki itu tidak sabar membawa perempuan itu keranjangnya.“Soal proyek kemarin, apa pak Arjuna benar-benar ingin melakukannya?”Arjuna mengangguk, “Tentu saja, tapi saya masih sibuk mencari seseorang untuk membantu proses perizinannya.”“Saya akan membantu anda.”Arjuna mengusap bibirnya dengan ibu jari, sebisa mungkin menyembunyikan senyum meski setengah hatinya dongkol luar biasa. Arjuna merutuki keserakahan Brama yang berfikir bisa mendapatkan Alisha.“Saya senang sekali mendengarnya, katakan.” Arjuna menjeda kalimatnya sebentar, “Katakan apa yang harus saya lakukan untuk membalas kebaikan anda?”“Saya menginginkan Alisha.”Arjuna berdecak, menampilkan ekspresi keberatan yang tidak di tutup-tutupi. Lelaki it
Alisha merengut, menatap Brama dengan wajah muram. Sebisa mungkin perempuan itu menahan rasa mual melihat bagaimana bibir hitam keriput milik Brama menyeringai.“Jangan takut Alisha, om akan memperlakukan kamu dengan sangat lembut.”Alisha menyentakan bahu, “Jangan pegang-pegang!”“Jangan merajuk begitu, om janji akan menyenangkan kamu malam ini.”Alisha membuang pandangan ke arah lain, perempuan itu sedang mengingat-ingat hal apa yang harus di lakukannya untuk mengulur waktu.“Pergilah ke kamar mandi.”Alisha mendengar instruksi dari bluetooth earphone di telinganya.“Bersembunyi di sana sampai saya meminta kamu untuk keluar.”Alisha berdehem, dengan berani menghempaskan tangan Brama yang akan menjamah pahanya yang terbuka.“Saya mau mandi dulu.”Brama menyeringai, “Tentu, kamar mandinya ada di lorong kanan. Om bisa me
Alisha menghela napas, membulatkan tekad ketika keluar dari kamar mandi hanya dengan mengenakan bathrobe. Informasi dari Arjuna sudah cukup menjadi pertanda baginya untuk menjalankan misi pribadinya, Alisha tahu hal ini tidak baik di lakukan, Arjuna pasti tidak akan senang. Tapi demi menuntaskan rasa penasarannya, Alisha harus melakukannya.“Akhirnya kamu keluar juga, sayang.” Brama mendekat, lelaki itu sudah setengah mabuk karena wine yang di konsumsinya sembari menunggu Alisha menyelesaikan urusannya di kamar mandi, “Kamu harum sekali, om jadi penasaran dari mana harum ini berasal.”Alisha bergidik, sedikit menjaga jarak ketika Brama mulai mengecupi rambutnya.“Jangan beralasan lagi, Alisha. Sekarang saatnya kamu menunjukkan kemampuan kamu kepada saya.”“Ack!” Alisha mengaduh ketika tangannya di cengkram kuat, Brama dengan kasar menyeret tubuhnya ke ranjang.“Cantik… kamu benar
“Puas kamu, Mas?”Raina bertanya sumbang, garis hitam di bawah matanya menunjukkan betapa sulit hari-hari yang di laluinya belakangan ini.“Kamu menghancurkan semuanya, Mas. Keluarga kita, karir Regina. Kamu menghancurkan semuanya!” Raina tidak lagi bisa menahan diri, “Semua kamu lakukan demi anak tidak tahu di untung itu, tapi apa balasannya. Lihat apa yang anak itu lakukan kepada kamu!”“Alisha tidak akan mencari Arjuna, jika kamu tidak membuat masalah, Raina.”Raina mendengus, “Kamu akan selalu membela, anak itu kan? Bagi kamu, selama Alisha hidup aman dan nyaman. Kamu enggak akan peduli apa pun lagi, kamu bahkan enggak bertanya bagaimana aku dan Regina akan hidup ke depannya nanti.” suara Raina bergetar, perempuan itu jelas merasa sangat terluka dengan sikap Galahan.“Aku sudah memperingati kamu dari awal, Raina. Semua ini enggak akan berhasil, pada akhirnya aku enggak akan perna
Sebastian menunduk, lelaki itu sudah tahu akan seperti ini akhirnya. Membohongi Arjuna sama saja seperti memindahkan gunung, mustahil.“Jadi?”Sebastian menggaruk kepalanya yang tidak gatal, “Nona Alisha tidak mengatakan apa pun lagi, hanya langsung pergi tanpa benar-benar menemui Galahan Erlang.”Arjuna mengangguk, sedang tangannya sejak tadi sibuk menandatangani berkas di atas meja.“Sidang perkara akan di adakan lusa, Galahan Erlang sudah akan di pastikan sebagai tersangka begitu juga Brama.” Sebastian berhati-hati ketika melanjutkan, “Apa anda akan datang?”Arjuna tidak memberikan jawaban, lelaki itu justru menutup berkasnya dan bangkit.“Bereskan sisanya, setelah itu beristirahatlah.”“Baik, tuan.” Sebastian membungkuk, membiarkan Arjuna berlalu. Meski sudah bertahun-tahun hidup bersama, ada kalanya Sebastian tidak bisa mengerti isi kepala tuannya. Seperti ha
“Neraka pasti adalah tempat yang tepat untukmu, Galahan.”Galahan terkekeh, “Jangan khawatir, aku tidak akan melupakanmu jika kita bertemu di sana nanti.”Brama yang sudah tidak lagi memiliki tenaga untuk adu tinju hanya mendongkak, merutuki kebodohannya karena bisa dengan mudah di jebak oleh bocah kemarin sore seperti Arjuna.“Aku bersumpah, Galahan. Aku bersumpah, begitu keluar dari sel tahana ini Alisha adalah orang pertama yang akan aku cari.”‘bugh’Galahan sama sekali tidak ragu melayangkan pukulan keras di wajah Brama yang sudah memar, lelaki itu sama sekali tidak peduli dengan kenyataan tubuhnya juga sama babak belurnya seperti Brama.“Kamu boleh mencobanya, tapi selama aku masih hidup. Seujung kuku pun kamu enggak akan pernah bisa menyentuh putriku.”Brama terbahak, meski rusuknya terasa sangat nyeri ketika ia melakukannya, “Ah, sekarang kamu sedang bermain per