Brama meletakan alat makannya, lelaki itu memutuskan untuk bersikap tegas dan tidak mengulur waktu. Kecantikan Alisha benar-benar membuat Brama kepanasan, Lelaki itu tidak sabar membawa perempuan itu keranjangnya.
“Soal proyek kemarin, apa pak Arjuna benar-benar ingin melakukannya?”
Arjuna mengangguk, “Tentu saja, tapi saya masih sibuk mencari seseorang untuk membantu proses perizinannya.”
“Saya akan membantu anda.”
Arjuna mengusap bibirnya dengan ibu jari, sebisa mungkin menyembunyikan senyum meski setengah hatinya dongkol luar biasa. Arjuna merutuki keserakahan Brama yang berfikir bisa mendapatkan Alisha.
“Saya senang sekali mendengarnya, katakan.” Arjuna menjeda kalimatnya sebentar, “Katakan apa yang harus saya lakukan untuk membalas kebaikan anda?”
“Saya menginginkan Alisha.”
Arjuna berdecak, menampilkan ekspresi keberatan yang tidak di tutup-tutupi. Lelaki it
Alisha merengut, menatap Brama dengan wajah muram. Sebisa mungkin perempuan itu menahan rasa mual melihat bagaimana bibir hitam keriput milik Brama menyeringai.“Jangan takut Alisha, om akan memperlakukan kamu dengan sangat lembut.”Alisha menyentakan bahu, “Jangan pegang-pegang!”“Jangan merajuk begitu, om janji akan menyenangkan kamu malam ini.”Alisha membuang pandangan ke arah lain, perempuan itu sedang mengingat-ingat hal apa yang harus di lakukannya untuk mengulur waktu.“Pergilah ke kamar mandi.”Alisha mendengar instruksi dari bluetooth earphone di telinganya.“Bersembunyi di sana sampai saya meminta kamu untuk keluar.”Alisha berdehem, dengan berani menghempaskan tangan Brama yang akan menjamah pahanya yang terbuka.“Saya mau mandi dulu.”Brama menyeringai, “Tentu, kamar mandinya ada di lorong kanan. Om bisa me
Alisha menghela napas, membulatkan tekad ketika keluar dari kamar mandi hanya dengan mengenakan bathrobe. Informasi dari Arjuna sudah cukup menjadi pertanda baginya untuk menjalankan misi pribadinya, Alisha tahu hal ini tidak baik di lakukan, Arjuna pasti tidak akan senang. Tapi demi menuntaskan rasa penasarannya, Alisha harus melakukannya.“Akhirnya kamu keluar juga, sayang.” Brama mendekat, lelaki itu sudah setengah mabuk karena wine yang di konsumsinya sembari menunggu Alisha menyelesaikan urusannya di kamar mandi, “Kamu harum sekali, om jadi penasaran dari mana harum ini berasal.”Alisha bergidik, sedikit menjaga jarak ketika Brama mulai mengecupi rambutnya.“Jangan beralasan lagi, Alisha. Sekarang saatnya kamu menunjukkan kemampuan kamu kepada saya.”“Ack!” Alisha mengaduh ketika tangannya di cengkram kuat, Brama dengan kasar menyeret tubuhnya ke ranjang.“Cantik… kamu benar
“Puas kamu, Mas?”Raina bertanya sumbang, garis hitam di bawah matanya menunjukkan betapa sulit hari-hari yang di laluinya belakangan ini.“Kamu menghancurkan semuanya, Mas. Keluarga kita, karir Regina. Kamu menghancurkan semuanya!” Raina tidak lagi bisa menahan diri, “Semua kamu lakukan demi anak tidak tahu di untung itu, tapi apa balasannya. Lihat apa yang anak itu lakukan kepada kamu!”“Alisha tidak akan mencari Arjuna, jika kamu tidak membuat masalah, Raina.”Raina mendengus, “Kamu akan selalu membela, anak itu kan? Bagi kamu, selama Alisha hidup aman dan nyaman. Kamu enggak akan peduli apa pun lagi, kamu bahkan enggak bertanya bagaimana aku dan Regina akan hidup ke depannya nanti.” suara Raina bergetar, perempuan itu jelas merasa sangat terluka dengan sikap Galahan.“Aku sudah memperingati kamu dari awal, Raina. Semua ini enggak akan berhasil, pada akhirnya aku enggak akan perna
Sebastian menunduk, lelaki itu sudah tahu akan seperti ini akhirnya. Membohongi Arjuna sama saja seperti memindahkan gunung, mustahil.“Jadi?”Sebastian menggaruk kepalanya yang tidak gatal, “Nona Alisha tidak mengatakan apa pun lagi, hanya langsung pergi tanpa benar-benar menemui Galahan Erlang.”Arjuna mengangguk, sedang tangannya sejak tadi sibuk menandatangani berkas di atas meja.“Sidang perkara akan di adakan lusa, Galahan Erlang sudah akan di pastikan sebagai tersangka begitu juga Brama.” Sebastian berhati-hati ketika melanjutkan, “Apa anda akan datang?”Arjuna tidak memberikan jawaban, lelaki itu justru menutup berkasnya dan bangkit.“Bereskan sisanya, setelah itu beristirahatlah.”“Baik, tuan.” Sebastian membungkuk, membiarkan Arjuna berlalu. Meski sudah bertahun-tahun hidup bersama, ada kalanya Sebastian tidak bisa mengerti isi kepala tuannya. Seperti ha
“Neraka pasti adalah tempat yang tepat untukmu, Galahan.”Galahan terkekeh, “Jangan khawatir, aku tidak akan melupakanmu jika kita bertemu di sana nanti.”Brama yang sudah tidak lagi memiliki tenaga untuk adu tinju hanya mendongkak, merutuki kebodohannya karena bisa dengan mudah di jebak oleh bocah kemarin sore seperti Arjuna.“Aku bersumpah, Galahan. Aku bersumpah, begitu keluar dari sel tahana ini Alisha adalah orang pertama yang akan aku cari.”‘bugh’Galahan sama sekali tidak ragu melayangkan pukulan keras di wajah Brama yang sudah memar, lelaki itu sama sekali tidak peduli dengan kenyataan tubuhnya juga sama babak belurnya seperti Brama.“Kamu boleh mencobanya, tapi selama aku masih hidup. Seujung kuku pun kamu enggak akan pernah bisa menyentuh putriku.”Brama terbahak, meski rusuknya terasa sangat nyeri ketika ia melakukannya, “Ah, sekarang kamu sedang bermain per
“Kamu akan pergi mengunjungi Galahan Erlang lagi?”Alisha meletakan sendok makannya kemudian mengangguk, “Hari ini saya akan membawa makanan untuk bapak.”“Bawa Sebastian bersamamu.”Alisha melirik kepala pelayan kepercayaan Arjuna dengan canggung, “Tuan, saya serius dengan permintaan saya untuk di bebaskan dari mansion ini.”“Saya juga sangat serius dengan perintah yang baru saja saya sampaikan, kamu baru boleh pergi menemui Galahan Erlang jika ada Sebastian bersamamu.”“Tuan..”“Dengar Alisha,” Arjuna yang mulai kehabisan stok sabar membanting sendok makannya dengan kesal, “Saya akan mengabulkan permintaan kamu, anggap itu adalah hadiah karena kamu sudah membatu saya selama ini.”“Kalau begitu biarkan saya berkemas hari ini.”Arjuna menggeleng, “Permintaan kamu adalah, menjalani hidup sebagai Alisha Erlang. Kamu h
Alisha gugup, perempuan itu berkali-kali mencoba merapikan penampilannya begitu petugas berkata bahwa Galahan sudah menunggu kedatangannya sejak beberapa hari lalu. Dadanya bergemuruh, otaknya mulai menyusun pertanyaan apa yang akan ia tanyakan kepada ayahnya. “Saya enggak punya banyak waktu. Jadi, cepat sampaikan apa yang ingin kamu sampaikan lalu pergi.” Alisha terkejut karena tidak menyadari kehadiran Galahan sebelumnya. “Papa dipukuli?” Seluruh pertanyaan yang ada di dalam benak Alisha buyar begitu melihat wajah Galahan yang penuh lebam. “Penjaga membiarkan Papa dirundung?” Galahan menyentak tangan Alisha dengan kasar. “Jangan membuang-buang waktu untuk menanyakan hal yang tidak penting, Alisha. Lagi pula, saya tidak akan menjadi seperti ini jika kamu tidak membuat ulah.” Alisha tertegun, entah kenapa perempuan itu merasa Galahan menjadi sangat dingin dibandingkan sebelumnya. “Ck, kamu benar-benar membuat saya kesal. Pergilah jika
Brama terkejut ketika petugas memberi tahu bahwa seseorang datang mengunjunginya, ia tidak memiliki sanak saudara yang cukup dapat di andalkan di situasi seperti ini. jadi, mustahil ia mendapat kunjungan.“Cepatlah, pekerjaanku juga banyak.”Brama mendesis kesal pada perlakuan kasar penjaga yang menuntunnya.“Pak Brama.”Brama mengerutkan kening, ia benar-benar tidak mengenal lelaki berpakaian formal yang menunggunya di bilik kunjungan.“Syukurlah keadaan Anda masih cukup baik.“Siapa kamu?” Brama tidak ingin basa basi.Tetapi pertanyaannya justru dijadikan tertawaan oleh lelaki muda tersebut.“Siapa saya tidak terlalu penting, Pak Brama. Lebih baik Anda mengajukan pertanyaan lain,” lelaki muda itu terlihat sedang memikirkan sesuatu. “Apa keperluan saya di sini, misalnya?”“Persetan. Aku tidak akan terjebak ke dalam lubang yang sama, jadi pergilah. A
Warung dagangan Alisha tampak ramai, Ruben berdiri sembari berkacak pinggang. Memperhatikan satu persatu pelanggan yang datang.“Mas, ini uangnya.”“Ah, iya. Berapa total belanjaannya, Bu?”“Lima puluh ribu.”Ruben mengabaikan tawa perempuan paruh baya di hadapannya dan fokus menghitung uang kembalian.“Mas, pacarnya Mbak Alisha?”Ruben mengulas senyum dan membiarkan para pelanggan Alisha berpikir sesuka mereka. Bagi Ruben, lebih baik di kenal sebagai kekasih Alisha dibandingkan harus menerima banyak tawaran tidak masuk akal para pelanggan Alisha yang terlihat sangat semangat menjodohkannya dengan salah satu putri mereka.“Ini Mas, tolong kembaliannya.”Ruben memperhatikan lelaki yang terlihat aneh di matanya, pelanggan Alisha yang satu ini mengenakan topi dan juga jaket kulit di tengah hari yang panas.“Mas,” panggil lelaki itu lagi. “Kembalia
Ruben tertawa senang karena berhasil menjahili Alisha, tetapi raut kesenangan di wajah Ruben menghilang begitu melihat wajah Alisha yang benar-benar seputih kapas.”Astaga, ada apa?””Ada apa?!” Alisha mengepalkan tangannya dengan erat, dengan emosi yang tidak lagi dapat perempuan itu tahan, Alisha menghujani Ruben dengan banyak pukulan. ”Aku kira aku akan mati hari ini!””Oh ayolah, jangan berlebihan.” Ruben mengunci leher Alisha dengan lengannya kemudian memaksa perempuan itu berjalan bersamanya. ”Ayo aku antar kamu pulang.”“Enggak perlu! Aku bisa pulang sendiri.””Serius, Al? Kamu merajuk?” Ruben mengikuti Alisha dengan seringai yang menyebalkan, bagi lelaki itu Alisha memang hiburan yang menarik di sela-sela kesibukannya bekerja. ”Kamu merajuk?””Enggak!”“Benar kamu merajuk.” Ruben menganggukkan kepala seolah i
Galahan tidak bisa diam saja, Brama pasti sudah bergerak dan membuat rencana di luar sana. Ia juga harus melakukan hal yang sama, membangun kekuatannya meski dibatasi dinding penjara. Tekadnya membuat lelaki itu dapat beradaptasi dengan kehidupan penjara yang keras, Galahan memiliki kelompoknya sendiri sekarang.“Ini, aku berhasil mendapatkannya.”Galahan menepuk-nepuk kepala pesuruhnya dengan bangga, entah bagaimana Galahan merasa jika beberapa penjaga mengawasinya. Hal itu membuat lelaki itu lebih berhati-hati dalam bergerak dan mau tidak mau memanfaatkan anggota kelompoknya untuk meraih apa yang ia mau.“Ambillah.” Galahan melempar tiga puntung rokok yang langsung menjadi rebutan, lelaki itu tidak peduli. Galahan memilih beranjak ke sudut ruangan dan menekan sebaris nomor pada ponsel yang berhasil bawahannya pinjam. “Ayolah, kenapa mereka sulit sekali mengangkat telepon dari orang asing!” geramnya karena lagi-lagi Ruben men
Brama memperhatikan penampilannya terbarunya dengan perasaan bangga, lelaki paruh baya itu baru saja memangkas rambutnya menjadi lebih rapi. Brama juga bercukur dengan bersih hari ini, ia juga mengenakan setelan rumahan yang nyaman.”Aku benar-benar merindukan kehidupan ini.””Ini memang kehidupan yang seharusnya Pak Brama miliki.” Yuda datang dengan sekantung belanjaan di tangannya. “Bersiaplah, Nona Anggela mungkin sebentar lagi akan tiba.”“Apa tidak masalah jika aku hanya berpakaian seadanya seperti ini?”Yuda memperhatikan pakaian Brama kemudian mengangguk. ”Ini bukan pertemuan bisnis, santai saja.” Lelaki itu kemudian sibuk dengan berbagai macam bahan masakan dan menatanya di atas meja. ”Anda bisa mengambil wine di gudang, Nona Anggela sangat menyukainya.””Oh, tentu. Biar aku ambilkan.”Begitu kembali, Brama melihat sosok Anggela duduk dengan nyaman di
Sebastian menyambut Ruben dengan langkah memburu, kepala pelayan itu memang menghubungi Ruben begitu menemukan Arjuna terkapar di ruang kerjanya di antara belasan botol wine.“Tuan Arjuna ada di kamarnya.”Ruben mengangguk, tanpa kata lelaki itu membuka pintu lebar yang cukup sering ia masuki. Ruben mendengus, melihat Arjuna dengan wajah pucatnya di kelilingi oleh Anggela dan Regina yang hanya mengenakan pakaian tidur tipis dan kekurangan bahan.”Pergi! aku harus memeriksanya,” usir Ruben tanpa takut.”Kami hanya khawatir, Tuan Arjuna tiba-tiba saja menghilang dan di temukan pingsan di ruang kerja. Padahal sebelumnya kami sedang bersenang-senang.” Regina mengusap dada Arjuna dengan pelan. “Aku enggak mau pergi sebelum memastikan Tuan Arjuna baik-baik saja.”Ruben mendengus. “Jangan khawatir, ini hanya masalah usia.”“Ya!” protes Arjuna tidak terima. ”Pergilah, aku
Sebastian berdiri diam, kepala pelayan itu sama sekali tidak dapat melakukan apa pun saat ini. Arjuna sedang gelap mata, lelaki itu sejak tadi tidak bisa berhenti meneguk winenya sembari berkeliling menghampiri para koleganya. Bukan untuk membicarakan pekerjaan, malainkan memamerkan mainan barunya.”Benar-benar luar biasa, Pak Arjuna. Anda bahkan bisa mendapatkan Regina.”Arjuna memberikan senyum kecil, lelaki berperut buncit di hadapannya ini sama sekali tidak menutupi kekagumannya pada Regina yang memang terlihat menawan dengan gaun malamnya.“Anda harus menghubungi saja jika ingin mengirim Regina ke area pelelangan.”Arjuna terlihat berpikir. ”Entah lah, Pak Rudi. Sepertinya kali ini Anda harus menunggu cukup lama karena aku ternyata merasa sangat puas dengan apa yang sanggup Regina berikan kepadaku.” Arjuna mendekatkan wajah ke telinga koleganya yang sudah berusia tujuh puluh tahun lebih. ”Saya takut Anda tida
Brama tidak bisa berhenti tersenyum, lelaki itu senang karena hari yang sudah lama ditunggunya akhirnya tiba. Galahan yang melihat tingkah teman satu selnya mengerutkan kening keheranan, di dalam hatinya Galahan mencoba menebak-nebak apa gerangan yang membuat Brama kelihatan senang. Lelaki tua itu bahkan sedari pagi sudah berdandan, mencukur kumis, janggut dan bahkan merapikan rambutnya.”Kamu pasti akan merindukanku kawan, tetapi jangan khawatir. Aku akan sering datang mengunjungimu, aku juga akan menjenguk Alisha dan melaporkan keadaan anak perempuan kesayanganmu itu.” Brama tertawa keras, lelaki bahkan sampai terbatuk. ”Aku tidak akan melupakanmu kawan, aku berharap kamu juga sama. Ingat aku sebagai mimpi buruk yang akan terus menghantui hidup putrimu.”Galahan tidak tahan lagi, lelaki itu menarik kerah pakaian Brama dengan kasar. ”Tutup mulutmu tua bangka! Aku sedang tidak ingin mendengar mulut besarmu itu berbicara.”&rdq
“Hey ada apa?”Raina mengulas senyum tipis, perempuan itu mengusap rahang kekasih barunya. Seorang mahasiswa yang kekurangan uang, Raina benar-benar menghamburkan sisa-sisa harta kekayaannya untuk bersenang-senang.“Biasalah, anak manja itu sedang berulah.”“Jangan cemberut begitu.”Raina tertawa geli karena kekasihnya menciumi wajahnya bertubi-tubi.“Kita kan mau bersenang-senang.”Raina mengangguk. “Mana barangnya?”Si lelaki menyeringai, ia mengeluarkan bubuk berwarna putih yang dibungkus plastik obat. Raina menunggu kekasihnya menyiapkan segalanya, perempuan itu tetap diam dan pasrah ketika lelaki itu mulai menyuntikan benda terlarang itu ke dalam tubuhnya.Raina merasa tubuhnya melayang, perempuan itu merasa senang sebelum tubuhnya mengejang dan ia menutup mata untuk selamanya.***Regina menatap gundukan tanah basah di hadapannya dengan tatapan data
Arjuna merasa suntuk, belakangan ini lelaki itu lumayan banyak pikiran. Karena itu, hari ini ia merasa membutuhkan sedikit hiburan. Arjuna berjalan menuju lemari wine dan mengambil satu botol anggur langka hadiah dari salah satu kolega yang senang dengan hasil pelelangan terakhir.“Anda terlihat lelah,” Anggela memijat bahu Arjuna dari belakang. “Apa aku perlu menyiapkan air hangat untuk berendam?”Arjuna meremas tangan Anggela di pundaknya, lewat gerak mata lelaki itu meminta perempuan itu untuk duduk di pangkuannya.“Kamu ingin berendam?” Arjuna bertanya lirih.“Jika tuan menginginkannya.”Arjuna berpikir sebentar, kemudian menggeleng. Perasaannya masih kacau, ia sedang tidak ingin melakukan apa pun selain menghabiskan koleksi wine mahalnya di lemari.“Aku mendengar cerita yang menarik selama di rumah pengasingan.”“Oh ya?” Arjuna menyesap wine