Alisha merengut, menatap Brama dengan wajah muram. Sebisa mungkin perempuan itu menahan rasa mual melihat bagaimana bibir hitam keriput milik Brama menyeringai.
“Jangan takut Alisha, om akan memperlakukan kamu dengan sangat lembut.”
Alisha menyentakan bahu, “Jangan pegang-pegang!”
“Jangan merajuk begitu, om janji akan menyenangkan kamu malam ini.”
Alisha membuang pandangan ke arah lain, perempuan itu sedang mengingat-ingat hal apa yang harus di lakukannya untuk mengulur waktu.
“Pergilah ke kamar mandi.”
Alisha mendengar instruksi dari bluetooth earphone di telinganya.
“Bersembunyi di sana sampai saya meminta kamu untuk keluar.”
Alisha berdehem, dengan berani menghempaskan tangan Brama yang akan menjamah pahanya yang terbuka.
“Saya mau mandi dulu.”
Brama menyeringai, “Tentu, kamar mandinya ada di lorong kanan. Om bisa me
Alisha menghela napas, membulatkan tekad ketika keluar dari kamar mandi hanya dengan mengenakan bathrobe. Informasi dari Arjuna sudah cukup menjadi pertanda baginya untuk menjalankan misi pribadinya, Alisha tahu hal ini tidak baik di lakukan, Arjuna pasti tidak akan senang. Tapi demi menuntaskan rasa penasarannya, Alisha harus melakukannya.“Akhirnya kamu keluar juga, sayang.” Brama mendekat, lelaki itu sudah setengah mabuk karena wine yang di konsumsinya sembari menunggu Alisha menyelesaikan urusannya di kamar mandi, “Kamu harum sekali, om jadi penasaran dari mana harum ini berasal.”Alisha bergidik, sedikit menjaga jarak ketika Brama mulai mengecupi rambutnya.“Jangan beralasan lagi, Alisha. Sekarang saatnya kamu menunjukkan kemampuan kamu kepada saya.”“Ack!” Alisha mengaduh ketika tangannya di cengkram kuat, Brama dengan kasar menyeret tubuhnya ke ranjang.“Cantik… kamu benar
“Puas kamu, Mas?”Raina bertanya sumbang, garis hitam di bawah matanya menunjukkan betapa sulit hari-hari yang di laluinya belakangan ini.“Kamu menghancurkan semuanya, Mas. Keluarga kita, karir Regina. Kamu menghancurkan semuanya!” Raina tidak lagi bisa menahan diri, “Semua kamu lakukan demi anak tidak tahu di untung itu, tapi apa balasannya. Lihat apa yang anak itu lakukan kepada kamu!”“Alisha tidak akan mencari Arjuna, jika kamu tidak membuat masalah, Raina.”Raina mendengus, “Kamu akan selalu membela, anak itu kan? Bagi kamu, selama Alisha hidup aman dan nyaman. Kamu enggak akan peduli apa pun lagi, kamu bahkan enggak bertanya bagaimana aku dan Regina akan hidup ke depannya nanti.” suara Raina bergetar, perempuan itu jelas merasa sangat terluka dengan sikap Galahan.“Aku sudah memperingati kamu dari awal, Raina. Semua ini enggak akan berhasil, pada akhirnya aku enggak akan perna
Sebastian menunduk, lelaki itu sudah tahu akan seperti ini akhirnya. Membohongi Arjuna sama saja seperti memindahkan gunung, mustahil.“Jadi?”Sebastian menggaruk kepalanya yang tidak gatal, “Nona Alisha tidak mengatakan apa pun lagi, hanya langsung pergi tanpa benar-benar menemui Galahan Erlang.”Arjuna mengangguk, sedang tangannya sejak tadi sibuk menandatangani berkas di atas meja.“Sidang perkara akan di adakan lusa, Galahan Erlang sudah akan di pastikan sebagai tersangka begitu juga Brama.” Sebastian berhati-hati ketika melanjutkan, “Apa anda akan datang?”Arjuna tidak memberikan jawaban, lelaki itu justru menutup berkasnya dan bangkit.“Bereskan sisanya, setelah itu beristirahatlah.”“Baik, tuan.” Sebastian membungkuk, membiarkan Arjuna berlalu. Meski sudah bertahun-tahun hidup bersama, ada kalanya Sebastian tidak bisa mengerti isi kepala tuannya. Seperti ha
“Neraka pasti adalah tempat yang tepat untukmu, Galahan.”Galahan terkekeh, “Jangan khawatir, aku tidak akan melupakanmu jika kita bertemu di sana nanti.”Brama yang sudah tidak lagi memiliki tenaga untuk adu tinju hanya mendongkak, merutuki kebodohannya karena bisa dengan mudah di jebak oleh bocah kemarin sore seperti Arjuna.“Aku bersumpah, Galahan. Aku bersumpah, begitu keluar dari sel tahana ini Alisha adalah orang pertama yang akan aku cari.”‘bugh’Galahan sama sekali tidak ragu melayangkan pukulan keras di wajah Brama yang sudah memar, lelaki itu sama sekali tidak peduli dengan kenyataan tubuhnya juga sama babak belurnya seperti Brama.“Kamu boleh mencobanya, tapi selama aku masih hidup. Seujung kuku pun kamu enggak akan pernah bisa menyentuh putriku.”Brama terbahak, meski rusuknya terasa sangat nyeri ketika ia melakukannya, “Ah, sekarang kamu sedang bermain per
“Kamu akan pergi mengunjungi Galahan Erlang lagi?”Alisha meletakan sendok makannya kemudian mengangguk, “Hari ini saya akan membawa makanan untuk bapak.”“Bawa Sebastian bersamamu.”Alisha melirik kepala pelayan kepercayaan Arjuna dengan canggung, “Tuan, saya serius dengan permintaan saya untuk di bebaskan dari mansion ini.”“Saya juga sangat serius dengan perintah yang baru saja saya sampaikan, kamu baru boleh pergi menemui Galahan Erlang jika ada Sebastian bersamamu.”“Tuan..”“Dengar Alisha,” Arjuna yang mulai kehabisan stok sabar membanting sendok makannya dengan kesal, “Saya akan mengabulkan permintaan kamu, anggap itu adalah hadiah karena kamu sudah membatu saya selama ini.”“Kalau begitu biarkan saya berkemas hari ini.”Arjuna menggeleng, “Permintaan kamu adalah, menjalani hidup sebagai Alisha Erlang. Kamu h
Alisha gugup, perempuan itu berkali-kali mencoba merapikan penampilannya begitu petugas berkata bahwa Galahan sudah menunggu kedatangannya sejak beberapa hari lalu. Dadanya bergemuruh, otaknya mulai menyusun pertanyaan apa yang akan ia tanyakan kepada ayahnya. “Saya enggak punya banyak waktu. Jadi, cepat sampaikan apa yang ingin kamu sampaikan lalu pergi.” Alisha terkejut karena tidak menyadari kehadiran Galahan sebelumnya. “Papa dipukuli?” Seluruh pertanyaan yang ada di dalam benak Alisha buyar begitu melihat wajah Galahan yang penuh lebam. “Penjaga membiarkan Papa dirundung?” Galahan menyentak tangan Alisha dengan kasar. “Jangan membuang-buang waktu untuk menanyakan hal yang tidak penting, Alisha. Lagi pula, saya tidak akan menjadi seperti ini jika kamu tidak membuat ulah.” Alisha tertegun, entah kenapa perempuan itu merasa Galahan menjadi sangat dingin dibandingkan sebelumnya. “Ck, kamu benar-benar membuat saya kesal. Pergilah jika
Brama terkejut ketika petugas memberi tahu bahwa seseorang datang mengunjunginya, ia tidak memiliki sanak saudara yang cukup dapat di andalkan di situasi seperti ini. jadi, mustahil ia mendapat kunjungan.“Cepatlah, pekerjaanku juga banyak.”Brama mendesis kesal pada perlakuan kasar penjaga yang menuntunnya.“Pak Brama.”Brama mengerutkan kening, ia benar-benar tidak mengenal lelaki berpakaian formal yang menunggunya di bilik kunjungan.“Syukurlah keadaan Anda masih cukup baik.“Siapa kamu?” Brama tidak ingin basa basi.Tetapi pertanyaannya justru dijadikan tertawaan oleh lelaki muda tersebut.“Siapa saya tidak terlalu penting, Pak Brama. Lebih baik Anda mengajukan pertanyaan lain,” lelaki muda itu terlihat sedang memikirkan sesuatu. “Apa keperluan saya di sini, misalnya?”“Persetan. Aku tidak akan terjebak ke dalam lubang yang sama, jadi pergilah. A
Galahan masih terus memberontak meski tiga orang pengawas sudah memegangi tubuhnya, sementara satu pengawas yang lain memeriksa Brama. Lelaki tua bangka itu tidak sadarkan diri, petugas bergegas memberikan kode kepada salah satu rekannya untuk bergegas membawa Brama ke ruang kesehatan.“Berhentilah bertengkar, kamu bisa membunuhnya jika terus seperti itu.” tegur salah satu pengawas.“Aku memang berniat membunuhnya.”“Jangan konyol,” penjaga mulai beranjak. “Kamu pasti tidak ingin membuat putrimu semakin kecewa, iya kan?”Tangan Galahan terkepal, lelaki itu sibuk memikirkan ucapan Brama.“Apa keparat itu akan dibebaskan? Ada seseorang yang menjaminnya?”Petugas tertawa. “Jangan mimpi, kejahatan kalian terlalu besar untuk bisa dibebaskan dengan mudah.”Galahan membiarkan petugas meninggalkan selnya sembari menggelengkan kepala, lelaki itu terus memikirkan ucapan Bra