“Puas kamu, Mas?”
Raina bertanya sumbang, garis hitam di bawah matanya menunjukkan betapa sulit hari-hari yang di laluinya belakangan ini.
“Kamu menghancurkan semuanya, Mas. Keluarga kita, karir Regina. Kamu menghancurkan semuanya!” Raina tidak lagi bisa menahan diri, “Semua kamu lakukan demi anak tidak tahu di untung itu, tapi apa balasannya. Lihat apa yang anak itu lakukan kepada kamu!”
“Alisha tidak akan mencari Arjuna, jika kamu tidak membuat masalah, Raina.”
Raina mendengus, “Kamu akan selalu membela, anak itu kan? Bagi kamu, selama Alisha hidup aman dan nyaman. Kamu enggak akan peduli apa pun lagi, kamu bahkan enggak bertanya bagaimana aku dan Regina akan hidup ke depannya nanti.” suara Raina bergetar, perempuan itu jelas merasa sangat terluka dengan sikap Galahan.
“Aku sudah memperingati kamu dari awal, Raina. Semua ini enggak akan berhasil, pada akhirnya aku enggak akan perna
Sebastian menunduk, lelaki itu sudah tahu akan seperti ini akhirnya. Membohongi Arjuna sama saja seperti memindahkan gunung, mustahil.“Jadi?”Sebastian menggaruk kepalanya yang tidak gatal, “Nona Alisha tidak mengatakan apa pun lagi, hanya langsung pergi tanpa benar-benar menemui Galahan Erlang.”Arjuna mengangguk, sedang tangannya sejak tadi sibuk menandatangani berkas di atas meja.“Sidang perkara akan di adakan lusa, Galahan Erlang sudah akan di pastikan sebagai tersangka begitu juga Brama.” Sebastian berhati-hati ketika melanjutkan, “Apa anda akan datang?”Arjuna tidak memberikan jawaban, lelaki itu justru menutup berkasnya dan bangkit.“Bereskan sisanya, setelah itu beristirahatlah.”“Baik, tuan.” Sebastian membungkuk, membiarkan Arjuna berlalu. Meski sudah bertahun-tahun hidup bersama, ada kalanya Sebastian tidak bisa mengerti isi kepala tuannya. Seperti ha
“Neraka pasti adalah tempat yang tepat untukmu, Galahan.”Galahan terkekeh, “Jangan khawatir, aku tidak akan melupakanmu jika kita bertemu di sana nanti.”Brama yang sudah tidak lagi memiliki tenaga untuk adu tinju hanya mendongkak, merutuki kebodohannya karena bisa dengan mudah di jebak oleh bocah kemarin sore seperti Arjuna.“Aku bersumpah, Galahan. Aku bersumpah, begitu keluar dari sel tahana ini Alisha adalah orang pertama yang akan aku cari.”‘bugh’Galahan sama sekali tidak ragu melayangkan pukulan keras di wajah Brama yang sudah memar, lelaki itu sama sekali tidak peduli dengan kenyataan tubuhnya juga sama babak belurnya seperti Brama.“Kamu boleh mencobanya, tapi selama aku masih hidup. Seujung kuku pun kamu enggak akan pernah bisa menyentuh putriku.”Brama terbahak, meski rusuknya terasa sangat nyeri ketika ia melakukannya, “Ah, sekarang kamu sedang bermain per
“Kamu akan pergi mengunjungi Galahan Erlang lagi?”Alisha meletakan sendok makannya kemudian mengangguk, “Hari ini saya akan membawa makanan untuk bapak.”“Bawa Sebastian bersamamu.”Alisha melirik kepala pelayan kepercayaan Arjuna dengan canggung, “Tuan, saya serius dengan permintaan saya untuk di bebaskan dari mansion ini.”“Saya juga sangat serius dengan perintah yang baru saja saya sampaikan, kamu baru boleh pergi menemui Galahan Erlang jika ada Sebastian bersamamu.”“Tuan..”“Dengar Alisha,” Arjuna yang mulai kehabisan stok sabar membanting sendok makannya dengan kesal, “Saya akan mengabulkan permintaan kamu, anggap itu adalah hadiah karena kamu sudah membatu saya selama ini.”“Kalau begitu biarkan saya berkemas hari ini.”Arjuna menggeleng, “Permintaan kamu adalah, menjalani hidup sebagai Alisha Erlang. Kamu h
Alisha gugup, perempuan itu berkali-kali mencoba merapikan penampilannya begitu petugas berkata bahwa Galahan sudah menunggu kedatangannya sejak beberapa hari lalu. Dadanya bergemuruh, otaknya mulai menyusun pertanyaan apa yang akan ia tanyakan kepada ayahnya. “Saya enggak punya banyak waktu. Jadi, cepat sampaikan apa yang ingin kamu sampaikan lalu pergi.” Alisha terkejut karena tidak menyadari kehadiran Galahan sebelumnya. “Papa dipukuli?” Seluruh pertanyaan yang ada di dalam benak Alisha buyar begitu melihat wajah Galahan yang penuh lebam. “Penjaga membiarkan Papa dirundung?” Galahan menyentak tangan Alisha dengan kasar. “Jangan membuang-buang waktu untuk menanyakan hal yang tidak penting, Alisha. Lagi pula, saya tidak akan menjadi seperti ini jika kamu tidak membuat ulah.” Alisha tertegun, entah kenapa perempuan itu merasa Galahan menjadi sangat dingin dibandingkan sebelumnya. “Ck, kamu benar-benar membuat saya kesal. Pergilah jika
Brama terkejut ketika petugas memberi tahu bahwa seseorang datang mengunjunginya, ia tidak memiliki sanak saudara yang cukup dapat di andalkan di situasi seperti ini. jadi, mustahil ia mendapat kunjungan.“Cepatlah, pekerjaanku juga banyak.”Brama mendesis kesal pada perlakuan kasar penjaga yang menuntunnya.“Pak Brama.”Brama mengerutkan kening, ia benar-benar tidak mengenal lelaki berpakaian formal yang menunggunya di bilik kunjungan.“Syukurlah keadaan Anda masih cukup baik.“Siapa kamu?” Brama tidak ingin basa basi.Tetapi pertanyaannya justru dijadikan tertawaan oleh lelaki muda tersebut.“Siapa saya tidak terlalu penting, Pak Brama. Lebih baik Anda mengajukan pertanyaan lain,” lelaki muda itu terlihat sedang memikirkan sesuatu. “Apa keperluan saya di sini, misalnya?”“Persetan. Aku tidak akan terjebak ke dalam lubang yang sama, jadi pergilah. A
Galahan masih terus memberontak meski tiga orang pengawas sudah memegangi tubuhnya, sementara satu pengawas yang lain memeriksa Brama. Lelaki tua bangka itu tidak sadarkan diri, petugas bergegas memberikan kode kepada salah satu rekannya untuk bergegas membawa Brama ke ruang kesehatan.“Berhentilah bertengkar, kamu bisa membunuhnya jika terus seperti itu.” tegur salah satu pengawas.“Aku memang berniat membunuhnya.”“Jangan konyol,” penjaga mulai beranjak. “Kamu pasti tidak ingin membuat putrimu semakin kecewa, iya kan?”Tangan Galahan terkepal, lelaki itu sibuk memikirkan ucapan Brama.“Apa keparat itu akan dibebaskan? Ada seseorang yang menjaminnya?”Petugas tertawa. “Jangan mimpi, kejahatan kalian terlalu besar untuk bisa dibebaskan dengan mudah.”Galahan membiarkan petugas meninggalkan selnya sembari menggelengkan kepala, lelaki itu terus memikirkan ucapan Bra
Yuda melambaikan tangan pada penjaga yang membuka portal, lelaki itu menyelipkan selembar uang sebelum melajukan mobilnya ke jalanan yang tampak tidak rata. Tujuannya hanya satu, rumah tua di ujung jalan sana.“Wah, Anda sedang berpesta rupanya,” Yuda mengambil gelas tinggi dan mengulurkannya ke hadapan Anggela. “Apa ada kabar baik?”“Berhenti berpura-pura bodoh,” Anggela menggerutu meski tetap mengisi gelas Yuda dengan wine. “Kamu pasti sudah dengar beritanya.”Yuda tertawa. “Ayo lah, aku sedang memberimu kesempatan untuk menyombongkan diri.”“Simpan kesombongan kamu itu sampai kita benar-benar berhasil meraih apa yang kita inginkan, Alisha masih bisa bernapas dengan tenang di luar sana.”“Tidak akan lama lagi, Anggela. Setelah kamu keluar dari rumah pengasingan ini, putri dari Galahan Erlang itu akan membayar semua kesalahannya.”“Bagaimana dengan, Br
“Dia siapa, Pa?”Aditama menyeret putranya ke dalam kamar. “Stt! Kamu tidak perlu tahu, Yuda. Sana, pergi temani Wilya.”“Tapi, Pa.”“Stt! Pergi. Papa dan tamu Papa ada pembicaraan penting.”ayahnya kelihatan resah, Yuda bisa merasakannya. Tetapi anak lelaki berusia tujuh tahun ini tidak lagi memaksa, anak lelaki itu pergi sembari menenteng adik perempuannya yang baru berusia tiga tahun ke taman belakang.“Anak-anakku masih kecil, Galahan. Kamu harus mengerti!”Yuda bisa mendengar suara ayahnya menggelegar hingga ke taman belakang, anak lelaki itu mulai merasa takut sekaligus penasaran.“Wilya tunggu di sini dulu sebentar, ya.”Yuda membiarkan adiknya bermain bola di dalam kolam bereng karet yang tidak di isi air.“Justru karena mereka masih kecil, kamu bisa melakukannya dengan mudah.” Galahan mendekat. “Pergi, Adi. Pergi sebelum me