Home / CEO / GAIRAH CINTA TERLARANG / Lingerie untuk Kania

Share

Lingerie untuk Kania

Author: Novi Aprilia
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

part 127

Revan menghentikan laju mobil dengan sigap, memintaku untuk tetap di mobil dan tetap tenang. Revan keluar dari mobil menuju lokasi terjatuh mobilnya Marsya. Jantungku berpacu cepat, peristiwa barusan membuatku shock jantung.

Revan terlihat kembali mendekat ke arah mobil.

"Aku mau turun ke bawah, kamu di sini saja, sayang," ujar Revan lewat kaca mobil.

"Aku ikut, takut sendirian," rengekku padanya seraya mendorong pintu mobil.

Puluhan warga sudah berkumpul di lokasi, pandangan mata mereka tertuju padaku yang terus saja menempel pada tubuh Revan. Ah, masa bodoh, Revan sudah sah menjadi suamiku. Lagi pula, ketakutanku tidak main-main saat ini.

"Sayang, kalau menempel terus kek gini gimana aku kerjanya," bisik Revan.

"Aku takut," sahutku cepat.

"Nggak usah takut, 'kan ada aku di sini, tapi ... jangan nempel kek gini, nggak tahan," gumam Revan dengan wajah yang sudah memerah.

"Kamu masih bisa bercanda, saat situasi genting seperti ini!" protesku.

"Nggak perlu ditakutkan, Marsya ta
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • GAIRAH CINTA TERLARANG   Gagalnya Malam Pertama

    part 128Aku mencubit pelan pinggangnya, Revan membalas dengan melingkarkan tangannya di pinggangku, dia mendekatkan tubuhku hingga menempel di tubuh kekarnya. Pegawai toko tersenyum melihat tingkahku dengan Revan yang konyol.Lelakiku begitu cepat dan sigap membayar belanjaan untukku dan meneteng sendiri tas belanjaannya."Ada yang mau di beli lagi, sayang?" tanyanya lembut. Aku mengeleng pelan."Kalau begitu, kita cari makan, lapar," ujarnya pelan."Boleh," jawabku singkat.Aku harus mulai melatih diri, agar lebih luwes dalam menghadapi suami baruku. Jangan sampai kecolongan start dengannya yang mulai hendak berlari mencapai garis finish.Kami singgah menikmati makan malam di sebuah gerai seafood, kesukaannya tidak pernah berubah dari dulu hingga sekarang.Selesai makan kami bergegas pulang ke rumah Ayah."Tan, terima kasih banyak, kamu telah menerimaku sebagai pendampingmu," ucap Revan pelan."Sama-sama, terima kasih juga sudah menerima kekuranganku," sahutku pelan.Jika melihat ke

  • GAIRAH CINTA TERLARANG   Arisya Demam

    Part 129"Resiko nikah sama janda, jangan mau sama Emaknya saja, tapi anaknya di anggurin," ujarku seraya keluar dari kamar."Iya ... iya ... Aku sayang sama Arisya, bahkan sama Rangga dan Adiba." Ucapan Revan membangkitkan lukaku akan kepergian dua permata hatiku karena kekejaman Marsya.Aku tergugu diam tanpa suara, bayangan menyedihkan berputar lagi dalam ingatan, tubuh Rangga dan Adiba yang bersimbah darah membuat air mataku menetes tanpa perintah."Tania!" Revan berjalan mendekati. Dia menepuk pundakku pelan. Anganku tidak mau pergi, bayangan Rangga dan Adiba terus menari-nari dalam ingatan."Sayang, kamu kenapa?" tanya Revan seraya menyeka air mataku."Diba ... Rangga," lirihku pilu.Revan menarikku dalam pelukannya, menciumi keningku berkali-kali. Dia mengucapkan permintaan maaf, Berusaha menenangkanku dengan mengatakan bahwa Rangga dan Adiba sudah berada di syurga."Sekarang kita fokus sama Arisya, Rangga dan Adiba sudah di syurga sayang," ucapnya seraya membingkai wajahku den

  • GAIRAH CINTA TERLARANG   Lelaki Idaman

    Part 130"Aku ikut," ujarku sebelum Revan selesai bicara.Aku berbegas menyerahkan Arisya kepada Ibu, berlari menaiki tangga menuju kamar, berganti pakaian agar terlihat lebih menarik. Kasian 'kan Revan, masih ganteng, jalannya sama Emak-emak anak tiga. Tidak butuh waktu lama untuk melakukan semua itu, aku meraih tas dan gawai kesayanganku.Revan melajukan mobil dalam kecepatan sedang. Revan hanya butuh sekitaran dua puluh menit untuk sampai di kantor polisi yang Revan maksud.Sesampai di sana, Revan berbicara alot dengan beberapa polisi. Aku duduk di sudut ruangan. Hanya sebuah kaki palsu dan beberapa benda lainnya yang dicurigai milik Marsya ditemukan di tepi sungai.Beranjak mendekati Revan, rasa ingin tahuku bergejolak."Kemungkinan Bu Marsya diperkirakan meninggal, melihat arus sunggai yang deras, mustahil dia bisa bertahan di tengah kondisinya yang juga cacat," terang Polisi tersebut, Revan terlihat mengangguk-anggukkan kepalanya."Iya, Pak, pencarian akan dihentikan setelah t

  • GAIRAH CINTA TERLARANG   Rencana Masa Depan

    part 131"Aku malu, Van. Bertemu banyak orang dalam kondisiku yang sekarang ini, aku belum siap," jujurku pada Revan."Aku hanya ingin mengenalkanmu pada dunia. Bahwa kamu sekarang sudah jadi milikku," ujar Revan seraya mengenggam tangaku.Duduk di pelaminan kedua kalinya, dalam kondisi hati yang masih berantakan. Rasanya aku tidak sanggup melakukan itu semua. Namun, haruskah aku mengecewakan Revan? Lelaki yang senantiasa ada dalam dukaku.Apakah adil untuknya, jika aku menolak keinginan kecilnya untuk bersanding denganku. Kutepiskan rasa gelisah dan resah. Mencoba memantapkan hati demi dia yang yang selalu hadir dalam duka dan laraku."Kalau kamu menolak ... ya sudah nggak apa-apa," lirih Revan seraya membalikkan badannya dariku."Siapa yang menolak? Aku mau kok," jawabku seraya bergelayut manja di bahunya.Revan berbalik mengusap pucuk kepalaku, ciuman hangat dia labuhkan di keningku. Ucapan terima kasih dia bisikkan di telingaku."Kamu mau acaranya seperti apa?" tanya Revan bersema

  • GAIRAH CINTA TERLARANG   Penyatuan Cinta

    part 132"Ah ... jadi hilang moodnya," ucapku pelan."Yakin hilang? Jadi udahan, ni?" tanya Revan seraya beranjak bangun dari sampingku.Aku diam, membuang muka dari Revan. Terlihat tawanya yang dikulum, dia sengaja mengerjaiku. Aku tidak boleh goyah, malu 'kan? Kalau wanita minta duluan.Walau pada dasarnya, pahalanya sangat banyak. Namun ini kali pertama, malu rasanya menghadapi lelakiku."Sudah jangan gengsian, kalau mau bilang mau," goda Revan dengan kekehan menyebalkan.Aku menghela nafas panjang, lelaki tampanku sedang mencoba mengodaku. Menyebalkan, mengapa bercandanya di saat-saat seperti ini. Hasrat sudah memuncak di kepala membuat tubuhku terasa panas."Bercanda terus sampai pagi!" protesku dengan cebikan kesal."Iiih ... gitu terus mukanya, gemesin," ujar Revan seraya mendekapku erat."Kamu sakit, Tan?" tanya Revan tiba-tiba. Itu pastinya karena suhu tubuhku meningkat dari pada biasanya.Aku tersenyum malu-malu, alis Revan naik sebelah melihat tingkahku. Menatap Revan lekat

  • GAIRAH CINTA TERLARANG   Anak Karmila

    part 133"Kamu anaknya Karmila, ya?" tanyaku saat bayang wajahnya terlihat di foto yang terpasang rapi di samping tangga rumah Karmila."Iya Bu, aku anak Mama Karmila," jawabnya dengan binar kesedihan."Kamu sama siapa di sini?" tanyaku ingin tahu.Bagaimana bisa anak sekecil ini mengemis? Tidak adakah keluarga Karmila yang menjaga mereka. Bermacam pertanyaan merasuki pikiranku."Sama Nenek dan dan Adek," jawabnya polos.Air mataku berderai, anak di depanku adalah luka masa laluku. Mengapa Allah mempertemukan aku kembali dengannya?"Sayang, kamu kenapa? Ini siapa?" tanya Revan menghampiri."Ini anaknya Karmila, Pa," jawabku pelan."Kenapa kamu mengemis? Kamu sama siapa, Nak?" tanya Revan pada anak lelaki itu."Sama Nenek dan Adek, kami nggak punya uang untuk makan, Pak," ujarnya anak lelaki itu polos.Derai air mataku kian menganak sungai, mereka tidak bersalah. Mengapa mereka harus menanggung beban kedua orang tuanya. Aku tidak sanggup melihat keadaannya di hadapanku. Anak seumuran d

  • GAIRAH CINTA TERLARANG   Kebahagian

    part 134"Sayang, undangannya mau yang seperti ini, nggak?" tanya Revan saat aku sedang merapikan baju Arisya, di tangannya ada beberapa contoh model undangan.Lelaki berhidung mancung itu meletakkannya di atas meja. Beberapa undangan dengan desain yang mewah dan berkelas."Ini saja, sepertinya bagus," ujarku seraya menunjuk salah satu undangan yang menurutku menarik."Boleh, tinggal hubungi percetakannya. Urusan undangan beres. Sayang kita ke rumah Mama sebentar mau?" tanya Revan."Apa sih yang nggak buat Papa sayang, lagian sejak nikah kemarin kita belum pernah mengujungi mereka," ujarku apa adanya."Bawa Arisya juga, ya, takutnya kita telat pulang. Sayang dianya ditinggal terus," pungkas RevanAku bergegas menemui ibu, meminta bantuannya untuk membereskan keperluan putri kecilku. Benar kata Revan, Arisya terlalu sering di tinggal.Urusan Arisya beres, melangkah menuju kamar. Lelakiku baru saja selesai mandi, handuk masih terlilit di tubuhnya."Sayang!" dia berlari mendekatiku yang

  • GAIRAH CINTA TERLARANG   Benarkah Marsya kembali?

    part 135Kami berkumpul di meja makan, sarapan pagi sebelum kami kembali ke rumah ayah. Mama sudah mempersiapkanya sebelum aku turun ke dapur."Makan yang banyak, biar mama cepat dapat cucu baru," ujar mama dengan senyum merekah, membuatku salah tingkah dan hampir tersedak."Mama mau punya berapa cucu," ujar Revan seraya memasukkan roti ke mulutnya, dengan sengaja kuinjak kakinya di bawah kolong meja."Ooooouuucch!" pekik Revan."Kenapa, Van?" tanya papa dengan wajah serius.Revan melirik ke arahku, ku balas tatapannya dengan raut wajah mengancam."Nggak apa-apa, Pa," ujar pelan."Mama pingin punya cucu 12 orang, pasti lucu-lucu, ya 'kan, pa?" ucapan mama di sambut gelak tawa papa dan Revan. Giliran aku yang meringis."Seru tu, Ma. Di buat tim sepak bola," ujar Revan dengan cengiran di sudut bibirnya."Iya, seru pastinya!" mama tertawa bahagia.Kami melanjutkan sarapan dengan suka cita. Kebersamaan yang tidak akan terlupakan. Banyak wejangan yang diberikan orang tua Revan untuk kami

Latest chapter

  • GAIRAH CINTA TERLARANG   Ending

    Part 143"Pak Revan, Bu Marsya perlu penanganan kejiwaaan," suara yang terdengar dari ponsel Revan."Baik, sebentar lagi kami ke sana," ujar Revan dengan helaan nafas.Awalnya Revan melarangku. Namun, setelah aku membujuknya , lelaki tampanku mengizinkanku ikut bersamanya."Apa mungkin Marsya gila?" tanyaku pada Revan, saat kami berada di dalam mobil."Mungkin saja, kita belum tahu kejelasannya."Kasian Marsya," lirihku."Nggak usah kasihan sama orang seperti Marsya. Dia pantas mendapatkannya," sahut Revan cepat.Setengah jam perjalanan, mobil Revan memasuki halaman kantor polisi di daerah rumah Ayah. Untuk kesekian kalinya menginjakkan kaki di tempat ini. Dalam situasi yang berbeda.Pihak kepolisian mengajak kami menuju ruangan sel Marsya. Kondisinya sangat menyedihkan. Dia meringkuk di sudut ruangan, tubuhnya terlihat lebih kurus dari biasanya. Langkah kaki kami yang semakin mendekat mengusik alam khayalnya."Tania, akhirnya kau datang menemuiku, apa kabar Kakak Iparku yang paling bo

  • GAIRAH CINTA TERLARANG   Menuju Akhir

    Part 142 Air mata ini mengalir, bukan karena takut atau kecewa. Akan tetapi, karena bahagia melihat semangat Revan untuk mengukir senyum di wajahku."Kalian lihat istriku, wanita tegar dan hebat. Dia masih bisa berdiri tegar, setelah beragam prahara menguncang jiwanya. Saya mendengar ada beberapa yang berbicara miring tentang istri saya. Perlu kalian ketahui yang kalian katakan itu semuanya benar. Dia ....""Cukup, Van!" teriakku seraya melangkah menaiki panggung utama.Semua mata menatapku dengan berbagai tatapan yang tidak mampu aku definisikan. Kuberanikan diri meraih mikrofon di tangan Revan. Awalnya Revan ragu memberikannya padaku. Namun, aku meyakinkannya bahwa aku baik-baik saja."Tentunya kalian bertanya-tanya dalam benak kalian, mengapa seorang Revan Adiwiguna menikah seorang janda sepertiku. Ya ... aku seorang janda dengan tiga orang anak, yang dua anakku meninggal karena polemik yang tercipta oleh suamiku terdahulu. Dan wanita tadi, dia adalah adik iparku "Marsya". Adiknya

  • GAIRAH CINTA TERLARANG   Ungkapan yang Ditunggu

    Part 141Brruuuukk!Tubuh Revan terjatuh, ujung sepatunya menyentuh sisi karpet merah yang terbentang antara pintu keluar sampai ke depan panggung utama."Tania, awas!" teriak Revan seraya mencabut pistol di pinggangnya.Aku mencoba berlari menjauh, tapi gaun yang kukenakan menghalangi langkahku.Dor!Aaaaaaaa!Suara letusan senjata, di ikuti teriakan wanita di belakangku. Belati di tanganya terjatuh ke atas rumput, terlihat kilatan cahaya yang menandakan ketajamannya. Suara riuh para tamu undangan mengema memekakkan telinga. Revan bangkit, berlari merengkuh tubuhku yang kaku."Sayang, kamu tidak apa-apa, 'Kan?" tanyanya panik seraya meraba setiap inci tubuhku. Aku mengeleng pelan, wajah panik tergambar nyata di wajahku.Beberapa anggota polisi yang berjaga-jaga berlarian menerobos kerumunan para tamu undangan. Revan beranjak mendekati wanita yang sedang meringgis kesakitan akibat terkena pelurunya. Wanita itu berusaha bangkit, tangannya meraih belati yang tergeletak di atas rumput."

  • GAIRAH CINTA TERLARANG   Siapa yang Tertusuk Pisau?

    Part 140Seiring berjalannya waktu, cinta tidak kunjung saya utarakan. Tania bersikap layaknya sahabat sejati untuk saya, membantu biayai kuliah, membuatkan makanan kesukaan saya. Semua dia lakukan yang terbaik untuk saya, begitu juga saya selalu pasang badan untuk membuatnya bahagia. Namun kembali ke awal, label sahabat yang tercipta. Semakin hari, cinta saya semakin dalam untuknya. Akan tetapi rasa tidak pantas terus saja mendera hati. Hingga, jantung saya seperti berhenti berdetak tatkala Tania mengenalkan lelaki yang dulu menjadi suaminya. Dunia saya hancur, terpuruk dalam.Tegar ... sikap itulah yang saya tunjukkan padanya. Saya sempat percaya akan kalimat "AKU JUGA BAHAGIA ASAL DIA BAHAGIA" , tapi kenyataanya saya kalah, kalah pada perasaan sendiri. Memilih lari dari pada mati melihatnya menjadi milik orang lain." Revan menjeda ucapannya. Dia menatapku penuh cinta, para tamu diam tanpa bicara, acara begitu terasa sakral."Terima kasih," bisikku pelan."Boleh kah saya melanjutkan

  • GAIRAH CINTA TERLARANG   Bahagia yang Terusik

    Part 139Kami bergerak menuju ruangan CCTV, degup jantungku tidak tenang. Kenapa masih ada yang mengangguku? Padahal aku tidak pernah menganggu orang.Suami tampanku mengotak-atik isi di dalam layar monitor, mata awasku mengamati setiap pegerakan gambar yang tertera di layar monitor. Beberapa menit melihat secara rinci, tapi tidak ada yang terlihat membawa gaunku."Aaaaarrrrggghhh! Kenapa Tuhan terus mengujiku dengan begitu banyak masalah? Salah aku apa, hah?!" teriakku histeris. Kepalaku tidak sanggup memikirkan beban berat yang menyerang otakku.Mama memelukku erat, keringat dingin memabasahi tubuhku. Ini masih pagi, tapi hawa panas menyelimutiku. Tubuhku gemetar, wajahku mendadak pias, bermacam pikiran mengitari kepalaku."Van, gimana, ni?" tanya mama saat melihatku tersungkur dilantai.Terlihat Revan mengusap wajahnya kasar, menarik nafas dalam lalu membuangnya. Dia mondar-mandir di hadapanku, wajahnya panik, terlihat kekecewaan di wajahnya."Mama jaga Tania, Revan mau ke bawah se

  • GAIRAH CINTA TERLARANG   Hilangnya Gaun Pegantin

    Part 138Malam ini semua orang di rumah di sibukkan dengan berbagai pekerjaan untuk menyambut acara besok pagi. Rumah Ayah sudah di sulap bak negeri dongeng, dekorasi sungguh sangat sempurna. Melihat semua yang Revan persiapkan untukku membuatku takjub.Bersujud syukur kepada Allah menganugerahi lelaki yang mampu menjadi imam yang baik untukku. Suasana hati tidak mampu dilukiskan dengan kata-kata. Bahagia yang tiada duanya, meski ini bukan yang pertama."Tidak lama lagi kalian akan jauh dari kami," ujar Mama dengan raut wajah sedih."Ma ... kita 'kan bisa VC, telpon-telponan, lagian belum tentu kami selamanya di sana," ujarku lembut seraya membelai pundaknya Mama yang mulai terisak."Mama cuma sedih jauh dari kalian, tapi ... mama bisa apa, ini yang terbaik untuk kehidupan kalian, biarkan mama menanggung rindu ini seorang diri sampai waktu mempertemukan kita lagi," ujar mama seraya menyeka air mata di wajah senjanya."Maafkan Tania, Ma. Kehadiran Tania membuat Revan menjauh dari Mama

  • GAIRAH CINTA TERLARANG   Menjelang Hari H

    part 137"Orang dalam? Memangnya siapa yang Mama curigai?" tanya Revan, matanya berbalik menatapku."Ya ... Mama juga tidak tahu siapa," ujarku pelan."Kalau nggak tahu, nggak boleh curiga dosa yang ada," pungkas Revan.Aku hanya mengangguk pelan, meski rasa penasaran masih di bertahta di hati. Revan memintaku untuk lebih waspada dalam menjaga Arisya dan diriku sendiri. Sangat tidak enak hidup di penuhi rasa was-was yang membuat gerak dan ruang lingkup kita terbatas.Mau tidak mau, hal itu yang harus aku lakukan untuk sementara ini. Berbagai prahara yang terjadi membuatku takut dalam menghadapi dunia, melihat keramaian saja membuat pikiranku tidak tenang.****Hari ini membongkar barang-barang di dalam lemari. Memilih beberapa barang dan pakaian yang akan aku bawa ke Amerika.Banyak sekali barang-barang yang aku bawa pulang dari rumahku dulu. Ratusan sepatu dan tas pemberian Satria masih tersimpan rapi. Sangat tidak masuk akal jika aku membawa semuanya ke Amerika. Yang ada pesawatnya

  • GAIRAH CINTA TERLARANG   Teror

    part 136Aku berjalan setengah berlari menuju ke luar Mall. Puluhan orang sudah berkerumun di pos satpam."Dasar wanita gila!" teriak lelaki dalam kerumunan."Tangkap saja!""Bunuh!"Beragam teriakan dan hujatan terdengar dari warga yang berkerumun. Suara tangisan Arisya mengema di antara riuh suara kerumunan manusia."Maaf! Permisi!" teriak Revan meminta jalan di antara kerumunan warga.Aku berhasil mencapai ke dalam ruangan. Ku lihat Arisya dalam pelukan lelaki yang tidak aku kenali. Secepat kilat, ku raih Arisya kecilku. Kudekapnya erat, kuciumi wajahnya berkali-kali. Meringsek menuju sudut ruangan.Revan meraih tubuhku dan mendekap erat memberikan kenyaman yang sejenak yang sempat hilang."Van, ini wanita yang bersama anak kamu," ujar lelaki yang memegang Arisya tadi.Aku menyerahkan Arisya pada Revan, mataku beralih menatap benci ke arah wanita yang mengunakan cadar di hadapanku."Kamu siapa, hah? Kenapa kau mengambil anakku?" tanyaku berusaha menahan emosi.Wanita di hadapanku d

  • GAIRAH CINTA TERLARANG   Benarkah Marsya kembali?

    part 135Kami berkumpul di meja makan, sarapan pagi sebelum kami kembali ke rumah ayah. Mama sudah mempersiapkanya sebelum aku turun ke dapur."Makan yang banyak, biar mama cepat dapat cucu baru," ujar mama dengan senyum merekah, membuatku salah tingkah dan hampir tersedak."Mama mau punya berapa cucu," ujar Revan seraya memasukkan roti ke mulutnya, dengan sengaja kuinjak kakinya di bawah kolong meja."Ooooouuucch!" pekik Revan."Kenapa, Van?" tanya papa dengan wajah serius.Revan melirik ke arahku, ku balas tatapannya dengan raut wajah mengancam."Nggak apa-apa, Pa," ujar pelan."Mama pingin punya cucu 12 orang, pasti lucu-lucu, ya 'kan, pa?" ucapan mama di sambut gelak tawa papa dan Revan. Giliran aku yang meringis."Seru tu, Ma. Di buat tim sepak bola," ujar Revan dengan cengiran di sudut bibirnya."Iya, seru pastinya!" mama tertawa bahagia.Kami melanjutkan sarapan dengan suka cita. Kebersamaan yang tidak akan terlupakan. Banyak wejangan yang diberikan orang tua Revan untuk kami

DMCA.com Protection Status