Seorang wanita tampak tergolek lemah dan sesekali mengerjapkan netranya. Tangannya terikat kuat dengan gaun pengantin yang masih melekat di tubuhnya.
“A-aku di mana?” lirih Sonya dengan nada yang begitu pelan. Ia berusaha mengumpulkan kesadarannya untuk mengembalikan kewarasannya.
“Anda berada di tempat yang aman,” jawab seseorang dengan suara berat. Laki-laki itu berdiri di dekat ranjang dengan tatapan yang begitu menyeramkan.
Sonya segera melebarkan netranya. Seketika wajahnya pias ketika menyadari posisinya. Wanita itu dalam keadaan terikat dan tidak berdaya.
“T-tuan, tolong lepaskan aku. Hari ini aku akan menikah dan Rafael pasti sedang menungguku!” Sonya tampak memohon dengan air mata yang berlinang. Gadis itu benar- benar mengkhawatirkan kondisi calon suaminya.
“Nona, tenanglah. Semua akan baik-baik saja. Anda cukup diam dan patuhi perintahm kami!” laki-laki bertubuh kekar itu segera mendekat dan berbicara dengan nada mengancam. Mereka terlihat sangat menyeramkan di hadapan Sonya.
“K-kenapa Anda jahat sekali? Apa salahku kepada kalian dan biarkan aku pergi menemui Rafael. Dia pasti sedang kebingungan mencariku.” Sonya kembali memohon kepada ke dua laki-laki yang tengah berdiri tegap di hadapannya. Gadis itu berharap kalau mereka akan melepaskan dirinya.
“Jangan memaksa kami, Nona. Sampai kapanpun, kami tidak akan melepaskan Anda!” ucap pria berperawakan tegap dengan topi hitam di kepalanya. Ia menolak mentah-mentah permintaan Sonya yang tengah meminta belas kasih kepadanya.
Sonya hanya dapat menangis dan memikirkan keadaan calon suaminya. Rafael dan keluarganya pasti tengah kebingungan mencari keberadaannya. Lalu, bagaimana dengan pernikahan mereka? Keluarga Sonya pasti akan menanggung malu karena ulahnya.
Ketika Sonya tengah menangis memikirkan pernikahannya, tiba-tiba terdengar suara pintu terbuka. Seketika gadis itu mengangkat wajahnya dan melihat ke arah pintu dengan netra berbinar. Ia berharap seseorang akan membebaskan dirinya dari sana.
Seorang laki-laki mendekat dan meminta dua orang bertubuh tegap itu keluar dari kamar yang berukuran cukup luas. Ia bahkan terlihat sangat tenang dan membuat Sonya yakin, kalau dewa penolong itu telah datang.
“T-tuan, terima kasih sudah menolongku. Tolong keluarkan aku dari sini. Hari ini aku akan menikah, mereka menculik dan membawaku ke sini!” Sonya berbicara dengan tatapan penuh harap. Ia sangat yakin kalau laki-laki itu pasti akan membantunya.
“Kamu hari ini akan menikah?” tanya laki-laki itu dengan tatapan dingin. Tidak ada ekspresi apapun di wajah tampannya. Tubuhnya yang menjulang semakin menambah pesona yang mampu menimbulkan kekaguman siapa saja yang melihatnya.
“Y-ya, hari ini aku akan menikah. Rafael sudah menungguku dan aku sangat mencemaskan keadaannya.” Sonya menjawab pertanyaan laki-laki itu dengan nada gugup. Entah kenapa, tatapan laki-laki itu begitu mempesona dan mampu menyihir Sonya untuk sesaat.
“Untuk apa kamu mencemaskan calon suamimu? Apa kamu pikir, kamu bisa lari dari sini?” kekeh laki-laki itu dengan nada mengejek. Ada kemarahan yang tergambar jelas di wajahnya.
“M-maksud Anda apa? K-kenapa Anda berbicara seperti itu?” Sonya bertanya dengan tatapan keheranan. Seketika binar bahagia itu sirna dari wajahnya.
“Kamu masih bertanya kenapa? Tentu saja kamu tidak akan pernah menikah dengan Rafael, karena kita akan menghabiskan malam pertama di sini!” laki-laki itu mendekat dan berbicara dengan nada yang begitu menjijikkan.
“A-apa? T-tidak. Aku tidak mau dan tolong lepaskan aku!” seru Sonya dengan nada setengah berteriak. Gadis itu terlihat sangat ketakutan mendengar ucapan pria yang tengah berdiri di hadapannya.
“Berteriaklah sesuka hatimu. Tidak akan ada yang datang ke sini dan membantumu. Sekuat apapun kamu berusaha, tidak akan ada yang berani mengganggu kita di sini, Manis!” bisik laki-laki itu dengan nada penuh penekanan.
“Tidak, jangan. Jangan lakukan apapun padaku. Biarkan aku pergi untuk menemui Rafael. Dia pasti tengah menungguku!” Sonya kembali memohon kepada laki-laki yang masih berdiri dengan tatapan yang begitu tajam. Ia berharap kalau laki-laki itu mau melepaskan dirinya.
“Kamu pikir aku peduli? Aku tidak akan pernah peduli dengan permohonanmu. Lebih baik, kita bersiap-siap untuk menghabiskan malam pertamamu di ranjang ini!” laki-laki itu berbicara dengan nada sinis. Ada kepuasan yang tergambar jelas di wajahnya.
“Tuan, aku rela bersujud di kaki Anda, asalkan Anda mau melepaskan aku. Aku mohon, biarkan aku pergi dari sini!” Sonya kembali memohon belas kasih kepada sang pria. Ia masih berharap kalau dirinya dapat lepas dari cengkeraman laki-laki iblis yang tengah mengurungnya.
Laki-laki itu terlihat sangat tenang. Dengan santainya, ia mengeluarkan ponsel dari saku jasnya dan ingin menunjukkan sesuatu kepada Sonya yang tengah terduduk di atas ranjang dengan tangan terikat.
“Kamu lihat sendiri, apa yang terjadi dengan calon suamimu yang kamu bangga-banggakan!” ucap laki-laki itu sambil menyodorkan gawainya kepada Sonya.
Sonya terdiam dan melihat sebuah video berputar di sana. Gadis itu tampak pias ketika melihat Rafael tengah mengikat janji suci dengan Stella, sepupunya. Ia bahkan tidak percaya kalau Rafael dan Stella benar-benar tega mengkhianati dirinya.
“T-tidak, ini pasti salah dan ini tidak mungkin. Stella itu sepupuku dan dia tahu kalau aku sangat mencintai Rafael. Bagaimana bisa dia menikah dengan calon suamiku?” ucap Sonya dengan netra berkaca-kaca. Gadis itu tampak meluruh dengan perasaan yang begitu hancur.
“Sekarang kamu percaya denganku, kan? Apa sekarang kamu masih berharap untuk menikah dengan Rafael? Sedangkan dia sudah menjadi suami sepupumu?” kekeh laki-laki itu dengan nada mengejek. Ada kebahagiaan yang terpancar di wajah tampannya.
“Dasar brengsek. Kenapa Anda tega sekali kepadaku? Kenapa Anda berani menghancurkan kehidupanku? Apa salahku kepada Anda?” Sonya bertanya dengan tatapan nyalang. Ada kemarahan yang tergambar di wajah cantiknya.
“Apa salahmu padaku? Kamu memang tidak bersalah. Tapi semua ini kesalahan ibumu. Kalau saja ibumu tidak merebut ayahku, mungkin keluarga kami tetap harmonis. Mungkin mental ibuku tidak akan terganggu dan rasanya pembalasan ini cukup adil, bukan?” kekeh laki-laki itu dengan nada yang begitu menjijikkan.
Sonya hanya terdiam sambil menggelengkan kepalanya. Beberapa tahun ini, semenjak ayahnya meninggal, ibunya memang memiliki hubungan khusus dengan seorang pria yang dia panggil paman. Sonya bahkan tidak tahu kalau pria itu sudah berkeluarga dan tega menyakiti istri dan anaknya.
“T-tuan, sebagai seorang anak, aku meminta maaf atas nama ibuku. Aku benar-benar tidak tahu kalau pria yang aku panggil paman, telah memiliki keluarga. Aku bahkan tidak tahu apa-apa dan sekarang, aku rela bersujud di kakimu atas kesalahan ibuku.” Sonya berbicara dengan wajah tertunduk. Ia merasa marah karena ibunya rela menjadi simpanan pria yang telah berkeluarga.
“Tidak semudah itu, Nona. Setiap malam, aku harus menenangkan ibuku yang berteriak dan menangisi pengkhianatan ayahku. Semakin hari, kondisi mental ibuku semakin terganggu dan kini harus menjalani perawatan di rumah sakit. Aku tidak akan pernah membiarkan siapapun menyakiti ibuku, termasuk keluargamu!” laki-laki itu berbicara dengan nada penuh amarah. Ada kekecewaan yang tengah ia sembunyikan di balik tatapannya yang begitu tajam.
“L-lalu, apa yang akan Anda lakukan?” lirih Sonya dengan nyali yang menciut. Tubuhnya bergetar hebat ketika melihat laki-laki itu membuka kancing kemejanya satu persatu.
“J-jangan lakukan itu padaku, aku t-tidak bersalah!” seru Sonya dengan wajah ketakutan. Gadis itu berusaha menghindar meski laki-laki itu semakin mendekat dan naik ke atas ranjang.
“Tak ada gunanya melawan, Manis,” bisik laki-laki itu dengan seringai yang menyeramkan. Sonya berusaha menendang dan memberontak, namun perlawanannya tidak berarti apa-apa. Tenaganya kalah kuat dengan sang pria yang tengah dikuasai dendam dan amarah. Dengan mudahnya laki-laki itu memenjarakan Sonya dan menguasai tubuhnya.
Tak peduli dengan Sonya yang terisak di bawah tubuh kekarnya, laki-laki bermanik hijau itu mengembuskan napas tepat di telinganya, membuat sekujur tubuh wanita itu seolah tersengat listrik. “Kamu tak akan bisa lari dariku, Sonya.”
***
Bersambung
“Aku tidak menyangka kalau perempuan sepertimu masih perawan. Aku kira, kamu samasaja dengan ibumu!” Cacian laki-laki yang kini tersenyum mengejeknya membuat Sonya memperhatikan penampilannya yang berantakan. Wanita itu tidak menyangka kalau hari bahagianya justru berubah menjadi duka. Seharusnya, sekarang dirinya sedang menikmati malam yang indah bersama Rafael, pria yang dicintainya. Namun, semuanya seakan musnah ketika laki-laki brengsek itu memporak porandakan kehidupannya.“Anda keterlaluan!” lirih Sonya dengan air mata yang menetes. Wanita itu merasa amarahnya memuncak kala menyaksikan sang pria sudah merapikan diri dan bersiap meninggalkannya. Ia bahkan bersikap seolah tidak pernah terjadi apa-apa di antara mereka.“Keterlaluan, katamu? Apa yang ibumu perbuat kepada keluargaku jauh lebih parah dari ini, Nona.” Laki-laki itu berbicara dengan tatapan murka. Sonya tampak terdiam sambil meremas selimut yang menempel di tubuhnya. Ia bahkan sudah kehilangan kata-kata untuk menyang
“Tuan, syukurlah Anda sudah datang. Nyonya terus menanyakan Anda,” ucap seorang laki-laki dengan nada penuh kelegaan.Oliver hanya mengangguk dan mempercepat langkahnya. Laki-laki itu sudah tidak sabar ingin segera sampai di ruang perawatan ibunya.“Dokter, bagaimana keadaan ibuku?” tanya Oliver dengan napas terengah-engah.“Keadaan Nyonya Alia sudah lebih tenang. Anda dapat menemuinya di ruangan, Tuan.”Dokter itu segera mempersilakan Oliver untuk masuk ke sebuah ruangan dengan cahaya temaram. Laki-laki itu mengembuskan napas lega ketika melihat seseorang tengah berbaring di atas ranjang.“Bu, ini Oliver, apa Ibu baik-baik saja?” bisik Oliver dengan nada penuh kelembutan. Laki-laki itu mengusap lembut puncak kepala wanita yang tengah tersenyum kepadanya.“Oliver, jangan tinggalkan Ibu. Ibu, ingin selalu bersamamu!” lirih wanita itu dengan netra berkaca-kaca.“Bu, aku tidak akan meninggalkanmu. Aku tidak akan mengizinkan siapapun menyakitimu,” bisik Oliver dengan penuh perhatian. Hat
“Sonya, benarkah itu kamu?” lirih Rafael dengan netra membola. Laki-laki itu membeku dengan tatapan tidak percaya. Ada perasaan sesak yang tengah memenuhi rongga dadanya.Sonya hanya mengangguk dan meremas kemejanya. Ada rasa perih yang tengah menjalari raganya. Ingin sekali Sonya berlari dan memeluk Rafael, namun ia tidak memiliki keberanian untuk melakukannya.“Sonya, kamu ke mana saja? Kenapa kamu tega meninggalkan aku di hari bahagia kita? Aku sungguh sangat terpukul dengan kepergianmu,” ucap Rafael dengan tatapan penuh kekecewaan. Laki-laki itu mengembuskan napas kasar seakan tengah melepaskan beban berat di dalam hidupnya.“Rafael, maafkan aku!” lirih Sonya dengan bibir bergetar. Ada rasa bersalah yang kini tengah menyelimuti hati Sonya. Apalagi bayangan laki-laki brengsek itu, seakan terus menerus menari-nari di pelupuk matanya.“Sonya, tanpa perlu meminta maaf, aku bahkan sudah memaafkanmu. Namun, aku tidak pernah menyangka kalau kamu begitu tega mempermalukan diriku.” Rafael
“Kenapa kamu masih berani menemui Rafael? Apa kamu tidak takut rahasia kita akan terbongkar?” ucap Oliver dengan nada dingin. Laki-laki itu bahkan terlihat sangat puas melihat ekspresi keterkejutan di wajah Sonya. “R-rahasia?” lirih Sonya dengan tubuh bergetar. Terbayang sudah, kejadian demi kejadian yang telah menimpa dirinya. Ia bahkan tidak mampu berkata-kata dengan netra berkaca-kaca.“Cepat masuk!” perintah Oliver dengan nada dingin. Laki-laki itu bahkan berbicara dengan tatapan lurus ke depan.Sonya menggeleng dan tetap berdiri di tempatnya. Ia bahkan tidak sudi untuk duduk bersama laki-laki yang telah menghancurkan hidupnya.“Apa kamu ingin mati kedinginan?” ucap Oliver dengan nada penuh penekanan.Sonya tampak terkejut dengan ucapan Oliver. Hujan turun semakin deras disertai suara petir yang menggelegar, tubuh Sonya bahkan sudah menggigil hebat. Wanita itu masih terus berkeras untuk menolak tawaran Oliver.“Baiklah, kalau kamu terus berkeras, aku akan pergi meninggalkanmu!” u
“Dia,” lirih Sonya dengan netra membola. Ia melihat wajah seseorang yang sangat dikenalnya. Laki-laki yang telah menghancurkan hidup dan masa depannya.Para wartawan tampak bertanya mengenai kasus sengketa hukum yang tengah ditangani oleh Oliver. Mereka bahkan terlihat sangat antusias untuk menggali informasi hasil persidangan hari ini.“Tuan Oliver, apa Anda puas dengan jalannya persidangan hari ini?” tanya seorang wartawan dengan tatapan serius.“Tidak, saya belum puas dengan hasil persidangan hari ini. Dens Company harus membayar sesuai dengan tuntutan yang kami ajukan.” Oliver menjawab pertanyaan wartawan dengan nada tegas. Laki-laki itu menunjukkan wibawanya di hadapan para wartawan yang ada di sana.“Baiklah, menurut Anda, bagaimana kalau Dans Company tidak bersedia membayar kerugian yang diderita oleh Brench Group?” ucap sang wartawan dengan nada penuh semangat.“Saya sudah menyiapkan langkah hukum selanjutnya untuk menghadapi Brench Group. Saya rasa sudah cukup, saya harus ke
Setelah Sonya membuka pintu, tiba-tiba netranya membola. Ia sangat terkejut dengan pemandangan di hadapannya.“Rafael, k-kamu sedang apa di sini?” tanya Sonya dengan wajah gugup.“Kenapa kamu bertanya seperti itu? Ini kantorku dan aku bebas berada di manapun selama aku mau.” Rafael menjawab pertanyaan Sonya dengan nada dingin. Laki-laki itu tengah merapikan meja milik Sonya.“T-tidak, maksudku kenapa kamu sepagi ini sudah berada di kantor. Apa ada meeting yang harus kita hadiri hari ini?” Sonya tampak begitu canggung ketika berbicara dengan Rafael. Ada debar yang tidak biasa di dalam dadanya.“Sonya, mulai besok, jangan pernah datang lagi ke sini dan tolong bawa barang-barangmu dari sini!” ucap Rafael dengan nada penuh penekanan. Ada perasaan kecewa yang tergambar di wajah laki-laki itu.“K-kenapa Rafael? Kenapa kamu mengusirku dari sini? Aku bahkan masih ingin bekerja di tempat ini dan aku berjanji akan menjaga jarak denganmu!” Sonya berbicara dengan tatapan tidak percaya.“Sonya, ak
“Hallo Tuan, saya ingin memberitahu Anda kalau Nona Sonya sudah dipecat dari pekerjaannya!” ucap pria itu dengan nada serius.“Dipecat?” tanya Oliver dengan kening mengernyit. Ada rasa terkejut yang tergambar jelas di wajahnya.“Ya, Nona Sonya sudah dipecat oleh Rafael. Wanita itu sudah dipaksa untuk meninggalkan perusahaan milik mantan kekasihnya.Oliver menghela napas, laki-laki itu bahkan sengaja mengisap cerutu yang ada di tangannya. Ada kepuasan yang tercetak jelas di balik tatapan matanya. Setidaknya, ia dapat menghancurkan Dayana melalui putrinya.“Bagus, tanpa harus mengotori tanganku, hidup Sonya sudah hancur!” kekeh laki-laki itu dengan tatapan yang begitu tajam. Kepulan asap yang membumbung seakan menjadi gambaran kepuasan tersendiri untuk Oliver. Laki-laki itu bahkan tertawa bahagia mendengar kejadian yang baru saja menimpa musuhnya.Sebelum Oliver mengakhiri pembicaraannya, ia meminta orang kepercayaannya memantau keadaan Sonya. Laki-laki itu berjanji tidak akan memberi
“Bu, izinkan aku pergi dari sini. Biarkan aku mencari penawar lukaku!” isak Sonya dengan sambil bersimpuh di kaki Dayana.“Sonya, kenapa kamu harus pergi? Apa tidak ada jalan lain untuk menyembuhkan lukamu? Ibu tidak keberatan kalau kamu akan tinggal beberapa hari di rumah. Jangan bersikap gegabah!” Dayana tampak terkejut dengan keputusan putrinya. Ia tidak menyangka kalau Sonya akan memaksa pergi meninggalkan dirinya.“Bu, aku tidak punya kekuatan untuk bertahan dan aku sudah memikirkan semuanya. Aku janji, setelah aku berhasil mengobati luka hatiku, aku akan kembali ke rumah ini.” Sonya menangis dan berjanji kepada Dayana. Ia akan kembali ke rumah ini ketika hatinya sudah dapat berdamai dengan kenyataan pahit yang menimpanya.Dayana hanya menghela napas kasar. Bagaimana mungkin dirinya akan melepaskan Sonya? Dari kecil, ia merawat Sonya seorang diri dan kini, ketika anak itu telah tumbuh dewasa, Sonya justru berniat meninggalkan dirinya sendirian di sana.“Sonya, apa kamu tidak kas