Beranda / Romansa / GAIRAH CINTA MR. LAWYER / Tragedi di Hari Pernikahan

Share

GAIRAH CINTA MR. LAWYER
GAIRAH CINTA MR. LAWYER
Penulis: Ellina Zarima

Tragedi di Hari Pernikahan

Seorang wanita tampak tergolek lemah dan sesekali mengerjapkan netranya. Tangannya terikat kuat dengan gaun pengantin yang masih melekat di tubuhnya.

“A-aku di mana?” lirih Sonya dengan nada yang begitu pelan. Ia berusaha mengumpulkan kesadarannya untuk mengembalikan kewarasannya.

“Anda berada di tempat yang aman,” jawab seseorang dengan suara berat. Laki-laki itu berdiri di dekat ranjang dengan tatapan yang begitu menyeramkan.

Sonya segera melebarkan netranya. Seketika wajahnya pias ketika menyadari posisinya. Wanita itu dalam keadaan terikat dan tidak berdaya.

“T-tuan, tolong lepaskan aku. Hari ini aku akan menikah dan Rafael pasti sedang menungguku!” Sonya tampak memohon dengan air mata yang berlinang. Gadis itu benar- benar mengkhawatirkan kondisi calon suaminya.

“Nona, tenanglah. Semua akan baik-baik saja. Anda cukup diam dan patuhi perintahm kami!” laki-laki bertubuh kekar itu segera mendekat dan berbicara dengan nada mengancam. Mereka terlihat sangat menyeramkan di hadapan Sonya.

“K-kenapa Anda jahat sekali? Apa salahku kepada kalian dan biarkan aku pergi menemui Rafael. Dia pasti sedang kebingungan mencariku.” Sonya kembali memohon kepada ke dua laki-laki yang tengah berdiri tegap di hadapannya. Gadis itu berharap kalau mereka akan melepaskan dirinya.

“Jangan memaksa kami, Nona. Sampai kapanpun, kami tidak akan melepaskan Anda!” ucap pria berperawakan tegap dengan topi hitam di kepalanya. Ia menolak mentah-mentah permintaan Sonya yang tengah meminta belas kasih kepadanya. 

Sonya hanya dapat menangis dan memikirkan keadaan calon suaminya. Rafael dan keluarganya pasti tengah kebingungan mencari keberadaannya. Lalu, bagaimana dengan pernikahan mereka? Keluarga Sonya pasti akan menanggung malu karena ulahnya.

Ketika Sonya tengah menangis memikirkan pernikahannya, tiba-tiba terdengar suara pintu terbuka. Seketika gadis itu mengangkat wajahnya dan melihat ke arah pintu dengan netra berbinar. Ia berharap seseorang akan membebaskan dirinya dari sana.

Seorang laki-laki mendekat dan meminta dua orang bertubuh tegap itu keluar dari kamar yang berukuran cukup luas. Ia bahkan terlihat sangat tenang dan membuat Sonya yakin, kalau dewa penolong itu telah datang.

“T-tuan, terima kasih sudah menolongku. Tolong keluarkan aku dari sini. Hari ini aku akan menikah, mereka menculik dan membawaku ke sini!” Sonya berbicara dengan tatapan penuh harap. Ia sangat yakin kalau laki-laki itu pasti akan membantunya.

“Kamu hari ini akan menikah?” tanya laki-laki itu dengan tatapan dingin. Tidak ada ekspresi apapun di wajah tampannya. Tubuhnya yang menjulang semakin menambah pesona yang mampu menimbulkan kekaguman siapa saja yang melihatnya.

“Y-ya, hari ini aku akan menikah. Rafael sudah menungguku dan aku sangat mencemaskan keadaannya.” Sonya menjawab pertanyaan laki-laki itu dengan nada gugup. Entah kenapa, tatapan laki-laki itu begitu mempesona dan mampu menyihir Sonya untuk sesaat.

“Untuk apa kamu mencemaskan calon suamimu? Apa kamu pikir, kamu bisa lari dari sini?” kekeh laki-laki itu dengan nada mengejek. Ada kemarahan yang tergambar jelas di wajahnya.

“M-maksud Anda apa? K-kenapa Anda berbicara seperti itu?” Sonya bertanya dengan tatapan keheranan. Seketika binar bahagia itu sirna dari wajahnya.

“Kamu masih bertanya kenapa? Tentu saja kamu tidak akan pernah menikah dengan Rafael, karena kita akan menghabiskan malam pertama di sini!” laki-laki itu mendekat dan berbicara dengan nada yang begitu menjijikkan.

“A-apa? T-tidak. Aku tidak mau dan tolong lepaskan aku!” seru Sonya dengan nada setengah berteriak. Gadis itu terlihat sangat ketakutan mendengar ucapan pria yang tengah berdiri di hadapannya.

“Berteriaklah sesuka hatimu. Tidak akan ada yang datang ke sini dan membantumu. Sekuat apapun kamu berusaha, tidak akan ada yang berani mengganggu kita di sini, Manis!” bisik laki-laki itu dengan nada penuh penekanan.

“Tidak, jangan. Jangan lakukan apapun padaku. Biarkan aku pergi untuk menemui Rafael. Dia pasti tengah menungguku!” Sonya kembali memohon kepada laki-laki yang masih berdiri dengan tatapan yang begitu tajam. Ia berharap kalau laki-laki itu mau melepaskan dirinya.

“Kamu pikir aku peduli? Aku tidak akan pernah peduli dengan permohonanmu. Lebih baik, kita bersiap-siap untuk menghabiskan malam pertamamu di ranjang ini!” laki-laki itu berbicara dengan nada sinis. Ada kepuasan yang tergambar jelas di wajahnya.

“Tuan, aku rela bersujud di kaki Anda, asalkan Anda mau melepaskan aku. Aku mohon, biarkan aku pergi dari sini!” Sonya kembali memohon belas kasih kepada sang pria. Ia masih berharap kalau dirinya dapat lepas dari cengkeraman laki-laki iblis yang tengah mengurungnya.

Laki-laki itu terlihat sangat tenang. Dengan santainya, ia mengeluarkan ponsel dari saku jasnya dan ingin menunjukkan sesuatu kepada Sonya yang tengah terduduk di atas ranjang dengan tangan terikat.

“Kamu lihat sendiri, apa yang terjadi dengan calon suamimu yang kamu bangga-banggakan!” ucap laki-laki itu sambil menyodorkan gawainya kepada Sonya.

Sonya terdiam dan melihat sebuah video berputar di sana. Gadis itu tampak pias ketika melihat Rafael tengah mengikat janji suci dengan Stella, sepupunya. Ia bahkan tidak percaya kalau Rafael dan Stella benar-benar tega mengkhianati dirinya.

“T-tidak, ini pasti salah dan ini tidak mungkin. Stella itu sepupuku dan dia tahu kalau aku sangat mencintai Rafael. Bagaimana bisa dia menikah dengan calon suamiku?” ucap Sonya dengan netra berkaca-kaca. Gadis itu tampak meluruh dengan perasaan yang begitu hancur.

“Sekarang kamu percaya denganku, kan? Apa sekarang kamu masih berharap untuk menikah dengan Rafael? Sedangkan dia sudah menjadi suami sepupumu?” kekeh laki-laki itu dengan nada mengejek. Ada kebahagiaan yang terpancar di wajah tampannya.

“Dasar brengsek. Kenapa Anda tega sekali kepadaku? Kenapa Anda berani menghancurkan kehidupanku? Apa salahku kepada Anda?” Sonya bertanya dengan tatapan nyalang. Ada kemarahan yang tergambar di wajah cantiknya.

“Apa salahmu padaku? Kamu memang tidak bersalah. Tapi semua ini kesalahan ibumu. Kalau saja ibumu tidak merebut ayahku, mungkin keluarga kami tetap harmonis. Mungkin mental ibuku tidak akan terganggu dan rasanya pembalasan ini cukup adil, bukan?” kekeh laki-laki itu dengan nada yang begitu menjijikkan.

Sonya hanya terdiam sambil menggelengkan kepalanya. Beberapa tahun ini, semenjak ayahnya meninggal, ibunya memang memiliki hubungan khusus dengan seorang pria yang dia panggil paman. Sonya bahkan tidak tahu kalau pria itu sudah berkeluarga dan tega menyakiti istri dan anaknya.

“T-tuan, sebagai seorang anak, aku meminta maaf atas nama ibuku. Aku benar-benar tidak tahu kalau pria yang aku panggil paman, telah memiliki keluarga. Aku bahkan tidak tahu apa-apa dan sekarang, aku rela bersujud di kakimu atas kesalahan ibuku.” Sonya berbicara dengan wajah tertunduk. Ia merasa marah karena ibunya rela menjadi simpanan pria yang telah berkeluarga.

“Tidak semudah itu, Nona. Setiap malam, aku harus menenangkan ibuku yang berteriak dan menangisi pengkhianatan ayahku. Semakin hari, kondisi mental ibuku  semakin terganggu dan kini harus menjalani perawatan di rumah sakit. Aku tidak akan pernah membiarkan siapapun menyakiti ibuku, termasuk keluargamu!” laki-laki itu berbicara dengan nada penuh amarah. Ada kekecewaan yang tengah ia sembunyikan di balik tatapannya yang begitu tajam.

“L-lalu, apa yang akan Anda lakukan?” lirih Sonya dengan nyali yang menciut. Tubuhnya bergetar hebat ketika melihat laki-laki itu membuka kancing kemejanya satu persatu.

“J-jangan lakukan itu padaku, aku t-tidak bersalah!” seru Sonya dengan wajah ketakutan. Gadis itu berusaha menghindar meski laki-laki itu semakin mendekat dan naik ke atas ranjang.

“Tak ada gunanya melawan, Manis,” bisik laki-laki itu dengan seringai yang menyeramkan. Sonya berusaha menendang dan memberontak, namun perlawanannya tidak berarti apa-apa. Tenaganya kalah kuat dengan sang pria yang tengah dikuasai dendam dan amarah. Dengan mudahnya laki-laki itu memenjarakan Sonya dan menguasai tubuhnya.

Tak peduli dengan Sonya yang terisak di bawah tubuh kekarnya, laki-laki bermanik hijau itu mengembuskan napas tepat di telinganya, membuat sekujur tubuh wanita itu seolah tersengat listrik. “Kamu tak akan bisa lari dariku, Sonya.”

***

Bersambung

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status