Oliver tampak terdiam dengan netra membola. Tubuhnya seakan membeku melihat sosok yang tengah berdiri di hadapannya. Ia bahkan sempat beberapa kali mencoba menggelengkan kepalanya, sebagai tanda kalau dirinya tidak yakin dengan sosok nyata di hadapannya.“Oliver, bagaimana kabarmu?” tanya wanita itu dengan senyum di wajahnya. Ia bahkan tersenyum kecil ketika Oliver masih terdiam dengan tatapan tidak percaya.“K-kabarku baik, apa benar ini kamu, Yura?” tanya Oliver dengan tatapan terkejut. Ia tidak menyangka kalau wanita itu akan kembali muncul di hadapannya.“Menurut kamu? Apa aku ini hanya sebuah bayangan? Aku bahkan benar-benar nyata. Apa kamu tidak merindukanku?” tanya Yura dengan nada manja. Ia tahu kalau Oliver masih menyimpan perasaan yang begitu dalam padanya. Wanita itu bahkan sengaja bersikap manja di hadapan mantan kekasihnya.“Yura, kenapa kamu tidak mengabariku, kalau kamu akan datang ke sini? Aku bahkan bisa meminta Lorenzo untuk menjemputmu!” ucap laki-laki itu dengan ne
Oliver tampak mengembuskan napas kasar. Laki-laki itu meremas kuat rambut tebalnya dengan netra terpejam.Tiba-tiba pintu ruangan terbuka dan memunculkan Lorenzo di sana. Laki-laki itu tampak keheranan melihat gerak-gerik tuannya.“Tuan, apa Anda baik-baik saja?” tanya Lorenzo dengan tatapan menyelidik.“A-aku baik-baik saja. Apa Tuan Long sudah pulang?” tanya Oliver dengan tatapan penasaran.“Ya, tadi kami sempat berbincang mengenai kasusnya dengan Nathan Group,” ucap Lorenzo kepada tuannya. Ia merasa prihatin dengan kasus yang menimpa laki-laki itu.Oliver hanya menghela napas dan segera merapikan mejanya. Ia harus segera tiba di rumah sakit untuk bertemu dengan Dokter Akira.“Lo, ayo kita berangkat sekarang. Aku tidak memiliki banyak waktu untuk menemui Dokter Akira,” ucap Oliver dengan nada dingin. Laki-laki itu segera berjalan meninggalkan ruangannya. Pikirannya masih tertuju kepada Yura. Hatinya merasa bahagia melihat wanita itu telah kembali ke sisinya. Namun, Oliver juga takut
“Tuan, bagaimana hasil pemeriksaannya? Apa Anda baik-baik saja?” tanya Lorenzo dengan tatapan penuh rasa penasaran.“Hasilnya baik, hanya saja aku ingin bertanya kepadamu. Apa selama aku mabuk, aku pernah meniduri perempuan?” tanya Oliver dengan tatapan yang begitu tajam.DEG!“M-meniduri perempuan? Apa maksud Anda? Apa Anda sedang bercanda?” kekeh Lorenzo dengan senyum di wajahnya. Ia bahkan tidak habis pikir dengan pertanyaan tuannya.“Lo, tolong jawab pertanyaanku. Apa selama ini aku pernah berbuat di luar batas? Aku minta, jangan pernah menyembunyikan apa pun dariku!” Oliver tampak marah ketika Lorenzo bersikap seolah tidak paham dengan pertanyaannya. Ia bahkan mendesak Oliver untuk mengatakan yang sebenarnya.“Tuan, saya tidak paham dengan pertanyaan Anda. Kenapa Anda bertanya seperti itu?” Lorenzo benar-benar tidak paham dengan arah pembicaraan tuannya. Selama ini, laki-laki itu jarang sekali membahas tentang perempuan setelah Yura pergi meninggalkannya. Oliver memilih hidup dal
Sonya tampak terdiam dengan kening mengernyit. Mengenalkan dirinya dengan seseorang? Siapa dia? Apa dia sosok yang sangat istimewa untuk Zack? Karena laki-laki itu terus tersenyum sambil bersenandung kecil di sisi Sonya.“Apa dia sangat spesial di dalam hidupmu?” tanya Sonya dengan tatapan lekat.Zack hanya mengangguk dan tetap fokus mengemudikan mobilnya. Laki-laki itu tampak tersenyum kecil sambil melirik ke arah Sonya.Setelah menempuh perjalanan setengah jam, akhirnya mereka sampai di sebuah tempat yang cukup lengang. Sontak saja, netra Sonya membola. Ia tidak menyangka kalau Zack akan membawanya ke kawasan pemakaman.“B-bukannya ini area pemakaman?” tanya Sonya dengan tatapan keheranan.“Ya, ini memang area pemakaman. Aku sengaja mengajakmu ke sini, ayo kita masuk ke dalam!” ajak Zack sambil menggandeng tangan Sonya. Laki-laki itu seakan paham dengan kecemasan yang tergambar jelas di wajah Sonya.Sonya menggenggam erat tangan Zack. Suasana pemakaman itu tampak asri dengan rumput
Sekarang kandungan Sonya semakin membesar, ia bahkan semakin semangat bekerja mengingat beberapa minggu lagi, wanita itu akan menjalani persalinan.“Sonya, tinggalkan dulu pekerjaanmu. Aku perhatikan, kamu belum makan siang,” ucap Nyonya Prita dengan penuh perhatian.“Baik Nyonya, sedikit lagi pekerjaanku akan selesai,” ucap Sonya sambil menatap layar monitor di hadapannya. Hari ini, dirinya harus merekap stok bahan makanan yang ada di gudang dan melaporkannya kepada Nyonya Prita.Setelah selesai, Sonya berdiri sambil memegangi perutnya. Usia kandungannya sudah memasuki trimester ke tiga. Fisiknya juga mudah lelah karena ia sedang mengandung anak kembar.“Sonya, cepatlah makan siang. Apa kamu tidak kasihan dengan bayimu?” Nyonya Prita tampak kesal ketika Sonya menunda waktu makan siangnya. Sebagai seorang ibu, ia tahu penderitaan seperti apa yang dialami oleh Sonya.“Nyonya, maaf, aku sengaja menunda makan siangku untuk menyelesaikan pekerjaan. Aku tidak mau menunda-nunda, karena aku
“Lo, apa menurutmu, ayahku masih berhubungan dengan Dayana?” tanya Oliver dengan nada dingin. Ia hanya ingin memastikan kalau James benar-benar telah meninggalkan Dayana demi keluarga kecilnya.Lorenzo tampak tertunduk dalam sambil menggenggam pena di tangannya. Laki-laki itu tahu kalau James masih berhubungan dengan Dayana. Ia bahkan beberapa kali melihat laki-laki itu membelikan buket bunga untuk Dayana.“Menurut saya, tidak, Tuan,” jawab Lorenzo dengan nada spontan. Laki-laki itu berusaha menormalkan ekspresinya di hadapan Oliver.Oliver mengangguk penuh kelegaan. Laki-laki itu menepuk bahu Lorenzo dan segera meninggalkan ruangannya. Hari ini, dirinya sudah berjanji akan menemui Yura dan mengajak sang kekasih untuk membeli cincin pertunangan mereka.Oliver tampak terlihat sangat tampan dengan kaca mata hitam yang bertengger di wajahnya. Laki-laki itu benar-benar memiliki sejuta pesona yang mampu meluluhkan hati para kaum hawa.Para pegawai wanita di Firma hukum miliknya, tampak be
“I want you!” bisik Oliver dengan penuh kelembutan. Laki-laki itu segera mendekat dan bersiap menikmati bibir Yura.Pipi Yura tampak bersemu kemerahan. Wanita itu memejamkan matanya dan bersiap menyambut bibir tebal nan menggoda milik Oliver. Jantungnya berdekat semakin kencang ketika rasa hangat menyapu permukaan wajahnya.Meski mereka sudah menjalin kasih cukup lama, tetap saja dada Yura berdebar tak karuan ketika Oliver ingin mencium bibirnya. Wanita itu bahkan sudah tidak sabar ingin merasakan manisnya bibir Oliver. Namun, tiba-tiba rasa mual itu kembali datang menyerang Oliver. Laki-laki itu segera menutup mulutnya dan menjauh dari Yura.“Hoek! Hoek! Hoek!” Oliver masih membekap mulutnya kuat-kuat. Laki-laki itu bahkan tidak dapat mengendalikan diri dan berlari ke toilet untuk meredakan rasa mualnya. Ia merasa heran dengan rasa mual yang muncul secara tiba-tiba.“Kenapa aku merasa mual? Bukankah, akhir-akhir ini aku sudah jarang sekali merasakan mual dan pusing?” ucap Oliver deng
“M-melahirkan?” ucap Zack dengan netra membola. Laki-laki itu sangat terkejut dengan berita yang disampaikan oleh ibunya. Apa mungkin bayi itu akan lahir secepat ini? Bukankah menurut dokter masih sekitar dua minggu lagi?“Zack, kamu kenapa diam saja? Ayo cepat pulang sekarang!” seru Nyonya Prita dengan nada gemas. Ia sudah tidak sabar menunggu putranya pulang ke rumah.“I-iya, aku akan segera pulang,” jawab Zack dengan nada gugup. Laki-laki itu segera mengakhiri pembicaraanya dan bersiap meninggalkan galerinya.Nyonya Prita segera mendekati Sonya dan memapah wanita itu untuk duduk di sofa. Ia berusaha menenangkan Sonya yang masih sesekali mengusap perutnya.“Perutku sakit sekali, Nyonya. Padahal tadi pagi, tidak ada tanda-tanda apa-apa,” lirih Sonya dengan tatapan pasrah.“Sepertinya perkiraanku benar, kamu akan segera melahirkan. Sekarang kamu tunggu sebentar, karena Zack akan segera tiba.” Nyonya Prita berusaha menenangkan Sonya. Ia tahu kalau Sonya tidak memiliki siapa pun kecuali
“D-datang bulan?” tanya Sonya dengan tatapan terkejut. Seketika ia sadar kalau dirinya sudah terlambat datang bulan.“Ya, kapan Anda terakhir datang bulan?” ucap Dokter Shesa dengan senyum di wajahnya.“Awal bulan lalu,” jawab Sonya dengan tatapan cemas. Apa pelayan di rumahnya benar, kalau dirinya kini tengah mengandung? Kalau benar, ini adalah kabar bahagia untuk keluarga besar mereka. Namun, kalau kabar ini salah, pasti Oliver akan kecewa.“Kenapa kamu diam saja? Apa kepalamu masih pusing?” tanya Oliver dengan penuh kelembutan.“T-tidak, aku hanya khawatir kalau kamu akan marah padaku,” jawab Sonya dengan wajah tertunduk dalam.“Marah? Kenapa aku harus marah?” tanya Oliver dengan tatapan penuh rasa penasaran.“Aku takut mengecewakanmu. Kalau aku tidak hamil bagaimana?” lirih Sonya dengan nada penuh kegelisahan.“Sonya, kamu bicara apa? Kalau kamu tidak hamil, bagiku tidak masalah. Apa kamu lupa kalau kamu sudah memberikanku ketiga anak-anak hebat yang melengkapi kebahagiaan rumah t
Tiga bulan kemudian“Hoek! Hoek! Hoek!” Sonya kembali memuntahkan isi perutnya dengan kepala yang berdenyut hebat. Wanita itu merasa aneh dengan rasa mual yang beberapa hari ini kerap menyerang dirinya. Padahal akhir-akhir ini, ia merasa kondisinya baik-baik saja. Namun, rasa mual itu membuatnya semakin tersiksa.“Sonya, apa kamu baik-baik saja?” seru Oliver dengan nada cemas. Laki-laki itu tampak gelisah ketika menunggu Sonya yang tidak kunjung keluar dari kamar mandi.“Y-ya, aku baik-baik saja.” Sonya menjawab dengan nada lemah. Wanita itu tampak menyadandarkan dirinya ke dinding kamar mandi sambil memijit pelipisnya yang berdenyut.Oliver yang tampak cemas, segera membuka pintu dan masuk ke dalam. Laki-laki itu sangat terkejut ketika mendapati istrinya tengah bersandar di dinding dengan wajah pucat pasi.“Sonya, apa yang terjadi? Apa kamu sedang sakit?” tanya Oliver dengan tatapan penuh kekhawatiran. Ia dengan sigap menggendong tubuh istrinya dan membawanya keluar dari sana.Dengan
Yura melangkah dengan wajah tertunduk. Sesekali wanita itu menggenggam erat tangan ayahnya. Ada kegelisahan yang terpancar jelas di wajahnya.“Jangan takut, semua akan baik-baik saja!” ucap Tuan Yoshio dengan penuh kelembutan. Laki-laki itu segera mengantarkan putrinya menuju ke pelaminan. Di sana Zack sudah menunggu sang mempelai dengan senyum yang tergambar jelas di wajahnya.Tuan Yoshio mengantarkan Yura ke pelaminan. Laki-laki itu menyerahkan tanggung jawabnya kepada Zack, pria yang kelak akan mendampingi putrinya dalam suka maupun duka.“Zack, aku serahkan putriku padamu dan aku harap, kamu tidak akan menyakiti atau menyia-nyiakan dia!” ucap Tuan Yoshio dengan netra mengembun. Untuk pertama kalinya laki-laki itu merasakan kesedihan yang begitu besar di dalam hidupnya. Melepaskan Yura adalah hal terberat di dalam hidupnya.“Tuan, saya akan menjaga Yura sebaik-baiknya.” Zack berbicara dengan tatapan lekat. Laki-laki itu tahu kalau Tuan Yoshio sangat mencintai putrinya.Setelah berb
“James, waktuku sepertinya telah tiba,” lirih Alia dengan tatapan menerawang.“Tidak Alia, kamu pasti akan sembuh. Jangan berbicara seperti itu!” ucap Tuan James dengan tatapan yang begitu lekat.Namun, genggaman tangan Alia semakin melemah. Wanita itu hanya berbisik pelan kepada James untuk kembali kepada Dayana.“J-james, kembalilah kepada Dayana dan hiduplah bersamanya,” bisik Alia dengan tatapan sendu. Wanita itu seakan ingin menebus kesalahannya kepada Dayana.“Ya, aku akan hidup bersamanya, namun berjanjilah untuk terus berjuang. Kamu pasti akan sembuh dan kita dapat hidup bersama-sama.” Tuan James menggenggam erat tangan Alia. Laki-laki itu takut terjadi apa-apa dengan istrinya.Wajah Oliver tampak pucat pasi. Laki-laki itu tidak menyangka kalau kondisi Alia akan memburuk. Tadi, mereka sempat berbincang panjang lebar mengenai asal usul dirinya. Alia bahkan meminta Oliver untuk berbakti kepada ibu kandungnya. Wanita itu meminta sang putra untuk memaafkan apa pun kesalahan ibu ka
“Bu, apa yang Ibu katakan? Kenapa Ibu menangis?” tanya Zack dengan penuh rasa penasaran. Ia takut telah terjadi sesuatu pada ibu kandungnya.Nyonya Prita hanya tersenyum dan mengusap air matanya. Wanita itu menggeleng pelan dan meminta putranya untuk tetap fokus mengemudi.“Zack, jangan mencemaskanku. Aku baik-baik saja,” jawab Nyonya Prita dengan senyum di wajahnya. Wanita itu kembali terdiam dengan tatapan sendu. Entah kenapa, dadanya berdebar hebat ketika membayangkan sosok Oliver yang akan ditemui olehnya. Wanita itu hanya berharap kalau Oliver mau menerima dirinya sebagai seorang ibu yang telah melahirkan laki-laki itu ke dunia.Setelah menempuh perjalanan, akhirnya mereka sampai di rumah sakit yang dituju. Nyonya Prita segera turun dengan langkah tergesa. Wanita itu seakan sudah tidak sabar ingin bertemu dengan sosok yang sangat dirindukannya.“Bu, tunggu!” seru Zack dengan nada cemas. Ia merasa aneh dengan gerak-gerik ibu kandungnya. Namun, Bibi Weni segera menghentikan langkah
“Zack, ayo cepat bersiap-siap. Setelah selesai sarapan, kita akan pergi!” ucap Nyonya Prita dengan nada serius. Wanita itu meminta putranya untuk segera bersiap-siap.“Pergi? Kita akan pergi ke mana Bu? Apa kita ada agenda bertemu seseorang?” tanya Zack dengan kening mengernyit. Laki-laki itu tampak keheranan mendengar ucapan ibunya.“Cepatlah bersiap-siap, kita akan segera sarapan!” jawab Nyonya Prita dengan tatapan lekat. Wanita itu tampak sibuk menyiapkan menu makanan di meja makan.Bibi Weni mendekat dan menatap kakak perempuannya dengan perasaan campur aduk. Wanita itu tahu kalau Prita tengah larut dalam kegelisahan di dalam dirinya.“Prita, apa kamu sudah siap untuk menemui Oliver?” tanya Bibi Weni dengan tatapan penuh perhatian.“Ya, tadi Tuan James menghubungiku. Dia memintaku untuk segera datang ke rumah sakit karena Alia memintaku untuk segera datang ke sana.” Nyonya Prita berbicara dengan nada serius. Wanita itu memang sempat beberapa kali berkomunikasi dengan Tuan James da
“Ayah, apa dia…?” lirih Yura dengan wajah gugup.Tuan Yoshio hanya mengangkat bahu dan segera berjalan menuju ke ruang tamu. Laki-laki itu sudah tidak sabar melihat sosok yang tengah bertamu ke kediamannya.Dengan tatapan lekat, laki-laki itu mendekat ke sebuah ruangan yang tampak megah. Tubuhnya seketika menegang saat menyadari sosok yang tengah berada di ruang tamu rumahnya.“Weni,” lirih Tuan Yoshio dengan tatapan terkejut. Ia tidak menyangka kalau wanita itu berada di sana.Bibi Weni tampak tersentak, ia tidak pernah menduga kalau dirinya kembali akan dipertemukan dengan sosok yang sangat dikenalnya di masa lalu.“Weni, itukah kamu?” lirih Tuan Yoshio dengan tatapan lekat. Laki-laki itu mendekat ke arah Bibi Weni yang tengah duduk di samping Zack.“Tuan, apa Anda dan bibiku saling mengenal?” tanya Zack dengan tatapan keheranan. Selama ini, Bibi Weni tidak pernah bercerita apa pun tentang Tuan Yoshio. Wanita itu bahkan terlihat sangat canggung ketika bertatap muka dengan laki-laki
Zack segera meraih sebuah kotak cincin yang ada di tangan ibunya. Laki-laki itu tampak terharu ketika bersiap menyematkan sebuah cincin berlian di jari manis Yura.“Yura, will you marry me?” ucap Zack dengan tatapan penuh harap. Laki-laki itu tengah menatap wanita yang tengah duduk di hadapannya.Yura terdiam dengan tatapan lurus ke depan. Wanita itu masih ragu dengan jawaban yang ingin dilontarkan kepada pria yang selama ini telah membersamainya.“Yura, ikuti kata hatimu,” ucap Nyonya Prita sambil mengusap lembut bahu wanita yang masih tertunduk di hadapannya.Zack tampak terdiam dengan dada yang berdegup kencang. Ia bahkan sudah siap dengan segala jawaban yang akan diberikan oleh Yura.Tiba-tiba, Yura mengangkat wajahnya dan mengangguk pelan. Ya, dia menerima lamaran Zack dan membuat laki-laki itu terdiam beberapa detik.“B-benarkah kamu mau menerima lamaranku?” tanya Zack dengan tatapan terkejut. Laki-laki itu seketika tersenyum penuh keharuan ketika melihat Yura menganggukkan kepa
“A-apa menikah?” tanya Yura dengan wajah pias. Ia tidak menyangka kalau Nyonya Prita akan berbicara seperti itu kepadanya.“Ya, menikah. Bukankah hubungan kalian sudah sangat jauh. Apa lagi kalian sebentar lagi akan menjadi orang tua. Jadi, sudah sepantasnya kalian segera menikah demi kebaikan anak yang ada di dalam kandunganmu. Ibu tidak ingin cucuku terlahir tanpa orang tua yang lengkap.” Nyonya Prita berbicara dengan tatapan penuh kelembutan. Wanita itu ingin Yura dan Zack segera menikah.“A-apa Nyonya berbicara serius?” tanya Yura dengan tatapan terkejut. Ia tidak menyangka kalau Nyonya Prita akan berbicara hal yang sangat penting kepadanya.“Tentu saja aku serius. Kalian harus segera menikah dan tidak ada yang perlu ditunggu-tunggu lagi. Kapan aku bisa bertemu dengan keluargamu?” Nyonya Prita menatap lembut wajah Yura. Wanita itu sudah tidak sabar ingin menemui keluarganya.Yura hanya tersenyum dengan wajah gugup. Ia benar-benar tidak menyangka kalau Zack akan mengajaknya menikah