“Tuan, bagaimana hasil pemeriksaannya? Apa Anda baik-baik saja?” tanya Lorenzo dengan tatapan penuh rasa penasaran.“Hasilnya baik, hanya saja aku ingin bertanya kepadamu. Apa selama aku mabuk, aku pernah meniduri perempuan?” tanya Oliver dengan tatapan yang begitu tajam.DEG!“M-meniduri perempuan? Apa maksud Anda? Apa Anda sedang bercanda?” kekeh Lorenzo dengan senyum di wajahnya. Ia bahkan tidak habis pikir dengan pertanyaan tuannya.“Lo, tolong jawab pertanyaanku. Apa selama ini aku pernah berbuat di luar batas? Aku minta, jangan pernah menyembunyikan apa pun dariku!” Oliver tampak marah ketika Lorenzo bersikap seolah tidak paham dengan pertanyaannya. Ia bahkan mendesak Oliver untuk mengatakan yang sebenarnya.“Tuan, saya tidak paham dengan pertanyaan Anda. Kenapa Anda bertanya seperti itu?” Lorenzo benar-benar tidak paham dengan arah pembicaraan tuannya. Selama ini, laki-laki itu jarang sekali membahas tentang perempuan setelah Yura pergi meninggalkannya. Oliver memilih hidup dal
Sonya tampak terdiam dengan kening mengernyit. Mengenalkan dirinya dengan seseorang? Siapa dia? Apa dia sosok yang sangat istimewa untuk Zack? Karena laki-laki itu terus tersenyum sambil bersenandung kecil di sisi Sonya.“Apa dia sangat spesial di dalam hidupmu?” tanya Sonya dengan tatapan lekat.Zack hanya mengangguk dan tetap fokus mengemudikan mobilnya. Laki-laki itu tampak tersenyum kecil sambil melirik ke arah Sonya.Setelah menempuh perjalanan setengah jam, akhirnya mereka sampai di sebuah tempat yang cukup lengang. Sontak saja, netra Sonya membola. Ia tidak menyangka kalau Zack akan membawanya ke kawasan pemakaman.“B-bukannya ini area pemakaman?” tanya Sonya dengan tatapan keheranan.“Ya, ini memang area pemakaman. Aku sengaja mengajakmu ke sini, ayo kita masuk ke dalam!” ajak Zack sambil menggandeng tangan Sonya. Laki-laki itu seakan paham dengan kecemasan yang tergambar jelas di wajah Sonya.Sonya menggenggam erat tangan Zack. Suasana pemakaman itu tampak asri dengan rumput
Sekarang kandungan Sonya semakin membesar, ia bahkan semakin semangat bekerja mengingat beberapa minggu lagi, wanita itu akan menjalani persalinan.“Sonya, tinggalkan dulu pekerjaanmu. Aku perhatikan, kamu belum makan siang,” ucap Nyonya Prita dengan penuh perhatian.“Baik Nyonya, sedikit lagi pekerjaanku akan selesai,” ucap Sonya sambil menatap layar monitor di hadapannya. Hari ini, dirinya harus merekap stok bahan makanan yang ada di gudang dan melaporkannya kepada Nyonya Prita.Setelah selesai, Sonya berdiri sambil memegangi perutnya. Usia kandungannya sudah memasuki trimester ke tiga. Fisiknya juga mudah lelah karena ia sedang mengandung anak kembar.“Sonya, cepatlah makan siang. Apa kamu tidak kasihan dengan bayimu?” Nyonya Prita tampak kesal ketika Sonya menunda waktu makan siangnya. Sebagai seorang ibu, ia tahu penderitaan seperti apa yang dialami oleh Sonya.“Nyonya, maaf, aku sengaja menunda makan siangku untuk menyelesaikan pekerjaan. Aku tidak mau menunda-nunda, karena aku
“Lo, apa menurutmu, ayahku masih berhubungan dengan Dayana?” tanya Oliver dengan nada dingin. Ia hanya ingin memastikan kalau James benar-benar telah meninggalkan Dayana demi keluarga kecilnya.Lorenzo tampak tertunduk dalam sambil menggenggam pena di tangannya. Laki-laki itu tahu kalau James masih berhubungan dengan Dayana. Ia bahkan beberapa kali melihat laki-laki itu membelikan buket bunga untuk Dayana.“Menurut saya, tidak, Tuan,” jawab Lorenzo dengan nada spontan. Laki-laki itu berusaha menormalkan ekspresinya di hadapan Oliver.Oliver mengangguk penuh kelegaan. Laki-laki itu menepuk bahu Lorenzo dan segera meninggalkan ruangannya. Hari ini, dirinya sudah berjanji akan menemui Yura dan mengajak sang kekasih untuk membeli cincin pertunangan mereka.Oliver tampak terlihat sangat tampan dengan kaca mata hitam yang bertengger di wajahnya. Laki-laki itu benar-benar memiliki sejuta pesona yang mampu meluluhkan hati para kaum hawa.Para pegawai wanita di Firma hukum miliknya, tampak be
“I want you!” bisik Oliver dengan penuh kelembutan. Laki-laki itu segera mendekat dan bersiap menikmati bibir Yura.Pipi Yura tampak bersemu kemerahan. Wanita itu memejamkan matanya dan bersiap menyambut bibir tebal nan menggoda milik Oliver. Jantungnya berdekat semakin kencang ketika rasa hangat menyapu permukaan wajahnya.Meski mereka sudah menjalin kasih cukup lama, tetap saja dada Yura berdebar tak karuan ketika Oliver ingin mencium bibirnya. Wanita itu bahkan sudah tidak sabar ingin merasakan manisnya bibir Oliver. Namun, tiba-tiba rasa mual itu kembali datang menyerang Oliver. Laki-laki itu segera menutup mulutnya dan menjauh dari Yura.“Hoek! Hoek! Hoek!” Oliver masih membekap mulutnya kuat-kuat. Laki-laki itu bahkan tidak dapat mengendalikan diri dan berlari ke toilet untuk meredakan rasa mualnya. Ia merasa heran dengan rasa mual yang muncul secara tiba-tiba.“Kenapa aku merasa mual? Bukankah, akhir-akhir ini aku sudah jarang sekali merasakan mual dan pusing?” ucap Oliver deng
“M-melahirkan?” ucap Zack dengan netra membola. Laki-laki itu sangat terkejut dengan berita yang disampaikan oleh ibunya. Apa mungkin bayi itu akan lahir secepat ini? Bukankah menurut dokter masih sekitar dua minggu lagi?“Zack, kamu kenapa diam saja? Ayo cepat pulang sekarang!” seru Nyonya Prita dengan nada gemas. Ia sudah tidak sabar menunggu putranya pulang ke rumah.“I-iya, aku akan segera pulang,” jawab Zack dengan nada gugup. Laki-laki itu segera mengakhiri pembicaraanya dan bersiap meninggalkan galerinya.Nyonya Prita segera mendekati Sonya dan memapah wanita itu untuk duduk di sofa. Ia berusaha menenangkan Sonya yang masih sesekali mengusap perutnya.“Perutku sakit sekali, Nyonya. Padahal tadi pagi, tidak ada tanda-tanda apa-apa,” lirih Sonya dengan tatapan pasrah.“Sepertinya perkiraanku benar, kamu akan segera melahirkan. Sekarang kamu tunggu sebentar, karena Zack akan segera tiba.” Nyonya Prita berusaha menenangkan Sonya. Ia tahu kalau Sonya tidak memiliki siapa pun kecuali
Tujuh Tahun kemudianXavier tampak berlari ketika melihat Zack yang datang menjemputnya. Anak itu tampak kesal dan menekuk wajahnya.“Maaf, Uncle terlambat. Mana Bian dan Biya?” tanya Zack dengan tatapan lekat.“Mereka masih bermain di taman. Kenapa Uncle lama sekali?” ucap Vier sambil mengerucutkan bibirnya.“Maaf, tadi Uncle sangat sibuk mempersiapkan pameran esok hari. Jadi, Uncle datang terlambat.” Zack berjongkok dan meminta maaf kepada Vier. Laki-laki itu tahu kalau anak kecil di hadapannya sedang marah kepadanya.Tiba-tiba Biya dan Bian muncul sambil menghambur ke dalam pelukan Zack. Mereka tampak tersenyum kecil dan mengecup pipi Zack secara bergantian.“Kenapa kalian tidak marah kepada Uncle Zack? Bukankah Uncle sudah datang terlambat?” ucap Vier dengan nada kesal. Anak itu seakan tidak mau memaafkan kesalahan Zack.“Kata Bunda, tidak boleh marah-marah sama Uncle. Kalau marah-marah, besok Uncle tidak mau menjemput lagi,” ucap Biya dengan nada polos.Bian dan Zack hanya tersen
“Uncle, apa Uncle tahu, ayahku tinggal di mana?” tanya Biya dengan tatapan lekat.DEG!Zack hanya tersenyum dan mengusap puncak kepala Biya. Netranya tampak mengembun ketika mendengar kata-kata yang terucap dari bibir anak itu.“Uncle, kenapa Uncle diam saja? Apa ada yang salah dengan ucapanku?” tanya Biya dengan tatapan polos.“Tidak ada, sekarang kamu habiskan dulu makanmu. Bunda pasti sudah menunggu di rumah,” ucap Zack dengan tatapan penuh kelembutan. Laki-laki itu berusaha mengalihkan perhatian Biya. Ia merasa tidak tega melihat anak kecil itu terus bertanya mengenai keberadaan ayahnya.Setelah selesai makan, Bian dan Vier meminta Zack untuk membelikan Cheese cake kesukaan ibunya. Mereka tahu kalau Sonya sangat menyukai makanan itu dan mereka ingin memberikan kejutan kepada ibunya.“Uncle apa aku boleh meminta sesuatu?” tanya Vier dengan tatapan lekat.“Kamu mau meminta apa?” tanya Zack dengan penuh kelembutan.“Aku ingin membelikan bunda Cheese cake,” ucap Vier dengan wajah ter