Teeeeeeeettt!
Selesai jam pelajaran hari itu semua murid berhamburan keluar dari kelas. Namun masih ada juga sebagian dari mereka yang mengikuti kegiatan ekstra di sekolah untuk menambah nilai.
Kebetulan Daiki dan Endo masih bersitegang memperebutkan satu kursi untuk bisa masuk dalam tim utama basket. Mereka berdua terlihat mengikuti latihan bersama dengan tim yang sudah resmi menjadi anggota utama.
Beberapa hari yang lalu Daiki dan Endo sudah melewati dua sesi penilaian. Hanya tinggal satu sesi lagi penilaian yang nantinya akan menentukan siapa terbaik di antara mereka berdua.
“Setelah Olimpiade antar kelas selesai penilaian sesi penilaian terakhir kalian akan diadakan. Poin sementara kalian sampai saat ini sama, aku harap kalian berusaha semaksimal mungkin sampai akhir nanti. Karena itu menentukan salah satu dari kalian untuk ikut bergabung dengan klub utama sekolah! Kalian paham?!” Kapten tim basket memberi petuah untuk mereka berdua,
Ini pertama kali bagi Yukie naik motor berboncengan dengan Daiki. Belum akur seperti semula tapi setidaknya dia sangat senang akhirnya bisa lagi dekat dengannya. Tak beda jauh dengan Yukie yang tersipu malu, Daiki pun merasakan hal yang sama. Hanya saja masih terlalu besar egonya karena Daiki termasuk tipe orang yang tak mudah mengutarakan perasaannya. Lelaki seperti dia cenderung akan merasa bahwa dirinya memiliki hak penuh atas kepemilikan terhadap orang yang menurutnya masuk ke dalam kriteria. Seperti halnya Yukie, meskipun mereka dekat baginya hubungan antara dirinya dan Daiki hanya berteman tapi berbeda dengan Daiki, dia merasa bahwa Yukie miliknya dan akan merasa cemburu apabila ada orang lain yang mendekatinya. Terlepas hubungan mereka hanya berteman tapi Daiki akan menjadi sangat posesif dengan Yukie. Bruuummm!! Mereka akhirnya sampai di depan rumah Yukie. Belum sempat turun dari motor mereka dikejutkan dengan Bibi Mai yang tiba-tiba muncul da
Di sebuah jalan pinggiran kota Tokyo terdapat berjejer-jejer pedagang kaki lima. Mereka menjual makanan khas kota itu. Dari mereka ada yang menarik perhatian, seorang gadis manis mengenakan kalung berbandul setengah hati tengah berteriak menyebutkan nama makanan yang dia jual.“Bakpao.. bakpao... murah saja hanya 15 yen, siapa mau?”Pemilik nama lengkap Yukie Matsuda itu tengah menjual bakpao buatannya.Setiap hari setelah selesai sekolah Yukie selalu menghabiskan waktu untuk berjualan, karena lahir dari keluarga miskin dan kini telah menjadi anak yatim piatu mengharuskannya untuk bekerja keras agar bisa bertahan hidup.Terlebih lagi dia kini tinggal bersama Paman dan Bibinya sehingga mau tak mau Yukie bekerja banting tulang juga untuk membantu biaya hidup mereka.Bibinya pemalas sehingga setiap hari dia selalu meminta Yukie untuk menjual bakpao. Dia harus mau walaupun terpaksa akarena jika menolak Bibinya akan mengusir Yukie
Daiki dan Daisuke mereka Kakak adik kembar identik.Jika dilihat secara bersamaan antara Daiki dan lelaki yang bernama Daisuke itu maka tak ada yang bisa membedakan diantara mereka berdua jika orang awam yang melihatnya. Namun untuk yang teliti bisa membedakan di antara keduanya hanya perlu dengan melihat belahan rambutnya.Ditangannya terdapat bingkisan berisi coklat dan es krim pesanan dari adik perempuannya. setelah keluar dari minimarket dia masuk ke dalam mobil setelahnya mengemudikan kendaraannya dengan kecepatan tinggi menuju ke rumah.Layaknya saudara kembar pada umumnya entah kenapa Daisuke ingin sekali melewati jalan yang tak pernah dia lewati selama ini. Namun tiba-tiba siang itu dia ingin sekali melewati jalan yang ternyata tadi Daiki juga tempat melewatinya.Seperti seakan batinnya menggerakkan insting Daisuke dari alam bawah sadarnya.Seperti ada sesuatu yang menarik di jalan itu hingga akhirnya Daisuke memut
Daiki berjalan menuyusi trotoar menuju kembali ke rumah. Banyak sekali yang telah berubah dari kota itu selama dia tinggal di Amerika.Kini dia telah menginjak kelas 2 SMA. Pindahnya dia ke Jepang berarti Daiki akan sekolah di tempat yang sama dengan Kakaknya, Daisuke. Kebetulan sang Ibu yang bernama Izumei Nakagawa adalah pemilik yayasan yang menaungi sekolah terbesar di mana Daisuke belajar.Sehingga dengan mudah Daiki bisa masuk ke sekolah elite dengan semua murid memiliki tingkat kecerdasan di atas rata-rata. Meskipun Daiki tak terlalu pandai dia yakin kalau Ibunya bisa membuat dirinya sekolah di sana.Tingkahnya yang usil, tengil namun dingin dan suka berulah semaunya, pasti akan selalu membuat Kakaknya kerepotan.Daiki melangkah sembari membuang pandangannya ke sekitar melihat bahwa kota itu sudah sangat berubah dan berbeda membuatnya sedikit bingung dan seperti kehilangan arah.Tempat yang sangat familiar baginya adalah tempat tadi di
Sesampainya di rumah, Daisuke langsung memakirkan mobilnya di depan halaman rumah karena sangking tak sabarnya Daisuke melompat tanpa membuka pintu mobilnya terlebih dulu.Beruntung karena kap mobil milik Daisuke terbuka lebar sehingga Daiki langsung berlari masuk kedalam rumah. Bahkan dia sengaja bersekongkol dengan sang Kakak untuk mengerjai Ibunya.Dia berpura-pura menjadi Daisuke untuk mengelabui seisi rumah. Nampak Daiki melangkah masuk, suasana rumah sama sekali tak pernah berubah dari dulu sampai sekarang rumah itu masih terasa hangat.Daiki sangat merindukan ibunya, rumah bahkan Satoshi laki-laki yang selalu menjaga ibunya sampai detik ini. Daiki termasuk orang yang sangat cuek bahkan ketika dalam keadaan sesedih apapun dia termasuk laki-laki yang pantang menitikkan air mata.Namun tidak untuk hari itu matanya seketika memerah dan berkaca hampir saja air mengalir dari ujung matanya namun saat melihat Satoshi keluar dari
Sepulangnya mereka dari taman hiburan, keesokan harinya Takashi berangkat pergi ke Amerika. Dia memiliki banyak pekerjaan di sana sehingga mengharuskannya untuk singgah di Merika sekitar 3 bulan. Sementara Izumie mengurus yayasan yang menaungi sekolah elite di kota Tokyo.Kesehariannya setelah mengurus si kembar Izumie berangkat ke kantor menyelesaikan pekerjaannya. Diusianya yang masih terbilang muda Izumie sudah mendapatkan semuanya. Karir yang di dukung suami, anak, keluarga dan semuanya.Tak sedikit orang iri kepada dirinya parasnya yang cantik dan body tubuh yang selalu dijaga membuat mata para lelaki menatapnya dengan nakal, hingga suatu malam ketika semua telah terjaga kejadian mencekam itu tejadi kepadanya.Semua tahu bahwa Takashi sedang berada di luar negri sementara Satoshi ijin kembali ke rumah untuk berjumpa dengan sang Istri. Sehingga tak ada yang berjaga di rumah keluarga Nakagawa.Merasa selama ini aman-aman saj
Hari pertama masuk sekolah bagi Daiki di Jepang, dia benar-benar tak mengikuti aturan sekolah yang mengaharuskan memakai seragam rapih.Daiki bahkan tak memakai blazernya yang termasuk dalam 1 stel seragam sekolahnya, dia hanya memakai kaos yang kemudian di doble dengan kemeja putihnya.Tak hanya itu Daiki pun sengaja tak mengancingkan semua kancing kemejanya.Daisuke menghentikan mobilnya di halaman sekolah. Di sana berjejer mobil mewah milik para siswa. Mereka tak hanya kaya namun juga pabadi.“Hari pertama sekolah kau sudah seperti ini?” ucap Daisuke yang merasa keberatan dengan penampilan Adiknya. Sementara dia sendiri sangat rapih dengan kemeja putih dasi dan blazernya.Daisuke paham kalau dia harus memberikan contoh kepada semua murid karena posisinya sebagai ketua umum perkumpulan siswa senior di sekolahannya.Bahkan di sekolah itu Daisuke di gadang-gadang menjadi siswa terfavorite selama 2 ta
“Daiki? Daiki?” suara Sensei seketika mengejutkan Daiki yang tengah melamun menatap Yukie.Gadis itu menoleh ke samping bersamaan dengan Daiki yang menoleh ke depan ketika Sensei memanggilnya.Sensei menghela nafas panjang karena sadar Daiki tak memperhatikannya.“Ini masih terlalu pagi untukmu melamun Daiki. Sekarang kau maju dan kerjkan soal di papan tulis!” perintahnya dengan senyum manis, walaupun sebenarnya nampak kesal karena sikap Daiki.“Apa? Kau menyuruhku maju ke depan untuk mengerjakan soal itu?” kedua alisnya terangkat, semua murid mulai berbisik melihat siakp Daiki yang tak sopan kepada Sensei.“Aku tidak bisa!”Yukie mendesis kesal melihat sikap Daiki.“Iisshhh... Sensei, boleh aku mengerjakannya?” Yukie mengangkat tangannya meminta izin kepada Sensei untuk maju ke depan.“Yuki?? Kau mau mengerjakannya? Bo
Ini pertama kali bagi Yukie naik motor berboncengan dengan Daiki. Belum akur seperti semula tapi setidaknya dia sangat senang akhirnya bisa lagi dekat dengannya. Tak beda jauh dengan Yukie yang tersipu malu, Daiki pun merasakan hal yang sama. Hanya saja masih terlalu besar egonya karena Daiki termasuk tipe orang yang tak mudah mengutarakan perasaannya. Lelaki seperti dia cenderung akan merasa bahwa dirinya memiliki hak penuh atas kepemilikan terhadap orang yang menurutnya masuk ke dalam kriteria. Seperti halnya Yukie, meskipun mereka dekat baginya hubungan antara dirinya dan Daiki hanya berteman tapi berbeda dengan Daiki, dia merasa bahwa Yukie miliknya dan akan merasa cemburu apabila ada orang lain yang mendekatinya. Terlepas hubungan mereka hanya berteman tapi Daiki akan menjadi sangat posesif dengan Yukie. Bruuummm!! Mereka akhirnya sampai di depan rumah Yukie. Belum sempat turun dari motor mereka dikejutkan dengan Bibi Mai yang tiba-tiba muncul da
Teeeeeeeettt!Selesai jam pelajaran hari itu semua murid berhamburan keluar dari kelas. Namun masih ada juga sebagian dari mereka yang mengikuti kegiatan ekstra di sekolah untuk menambah nilai.Kebetulan Daiki dan Endo masih bersitegang memperebutkan satu kursi untuk bisa masuk dalam tim utama basket. Mereka berdua terlihat mengikuti latihan bersama dengan tim yang sudah resmi menjadi anggota utama.Beberapa hari yang lalu Daiki dan Endo sudah melewati dua sesi penilaian. Hanya tinggal satu sesi lagi penilaian yang nantinya akan menentukan siapa terbaik di antara mereka berdua.“Setelah Olimpiade antar kelas selesai penilaian sesi penilaian terakhir kalian akan diadakan. Poin sementara kalian sampai saat ini sama, aku harap kalian berusaha semaksimal mungkin sampai akhir nanti. Karena itu menentukan salah satu dari kalian untuk ikut bergabung dengan klub utama sekolah! Kalian paham?!” Kapten tim basket memberi petuah untuk mereka berdua,
Rencana Daiki tak mungkin begitu saja dilaksanakan, dia membutuhkan waktu satu minggu untuk mencari waktu yang tepat. Tapi setidaknya Daisuke telah meminta kepada Ibunya untuk mengulur waktu agar tidak menandatangani surat perjanjian jual beli tanah bangunan sekolah dan yayasan sampai Daiki bisa memastikan akan mendapatkan dana.Di suatu sisi semua murid sedang dibuat ramai dengan berita dari media. Belum selesai tentang foto yang diunggah oleh Kira kini mereka dikejutkan dengan postingan Daiki di akun pribadinya.Dia mengunggah satu foto seorang gadis berambut panjang yang sengaja di posting setengah badan dan itu dari arah belakang. Membuat semua murid semakin penasaran apakah benar orang yang ada di foto itu adalah Kira. Sementara beberapa hari lalu Kira mengunggah fotonya yang sedang mencium pipi Daiki.Membuat dugaan para murid semakin kuat bahwa mereka kini sedang berkencan. Lokasi yang sama tepatnya di pantai di mana saat itu hanya ada mereka bertiga. Dai
Jam pelajaran masih berlanjut, Sensei masih menjelaskan materi di depan kelas. Ginji semula fokus dengan pelajaran tapi bangku Daiki yang kosong mengalihkan perhatiannya. “Di mana Daiki? Apa dia melewatkan jam pelajaran terakhir?”Yukie terdiam saat mendengar ucapan Ginji, dia tak ingin ambil pusing lagi. Tetapi matanya tak bisa dialihkan dari bangku Daiki. Mengingat apa yang telah diucapkannya tadi kepada Daiki dan melihat kini dia tak mengikuti jam pelajaran akhir membuat Yukie berpikir apakah lelaki itu marah dan mencoba menghindarinya. ‘Lupakan Yukie, kau sudah mengambil keputusan untuk tidak memikirkan hal itu lagi!’***Izumie menghabiskan waktunya di ruang Kepala Sekolah. Raut wajahnya terlihat sangat kelelahan dan bingung. Terlihat benar-benar sangat frustasi. Akhir-akhir ini masalah menimpa dirinya, baik perusahaan maupun yayasan.Tok tok tok!! Lamunannya tersadar saat mendengar suara ketukan pintu.Secepat mu
Yukie bisa saja menolak ajakan Daiki tapi, saat dia sadar tangannya digenggam erat oleh lelaki itu dia merasa sangat nyaman. Timbul perasaan aneh saat tangan mereka bersentuhan, hingga dengan sendirinya Yukie pun membalas genggaman tangannya sembari berusaha mengikuti langkah kaki Daiki yang terbilang cukup lebar membuatnya kualahan ketika mengikutinya dari belakang.Di saat itu Daiki sempat terkejut karena dia bisa merasakan jari-jemari kecil milik Yukie mulai bergerak membalas genggaman tangannya tapi, dia sama sekali tak menghentikan langkahnya.Tiba di tempat biasa Yukie menghabiskan jam istirahatnya, yaitu di bawah pohon samping stadion mini yang biasa digunakan untuk berolah raga, Daiki melepaskan tangannya. Itu sempat membuat Yukie terkejut tapi akhirnya dia sadar bahwa beberapa detik yang lalu tubuhnya seakan terhipnotis hingga menuruti perintah Daiki tanpa perlawanan.“E.kenapa kau membawaku kemari?” pertanyaan itu terlontar setelah Yukie me
“Oh ya ampuuun! Tuhan kenapa kau titipkan anak ini kepadaku kalau tahu dia akan menjadi pemalas seperti ini??” Bibi Mai terus mengoceh. “Kalau tahu hidupku akan semakin menderita karenanya kenapa dulu kau tidak ambil sekalian nyawanya!!” Setelah puas meluapkan amarah dan kekesalannya, Bibi Mai meninggalkan Yukie di halaman begitu saja. Rambut acak-acakan serta kondisi seragam yang lusuh dan kotor menambah kesedihan Yukie berlipat. Setelah beberapa tahun harus bersembunyi mencuri waktu saat ingin belajar dan kini ketika berhasil memakai seragam impiannya berharap Bibi akan bangga, namun ternyata di luar dugaan Bibi Mai justru mematahkan semangatnya. Akan tetapi mimpi yang sudah Yukie bangun sejak dari kecil tak akan mudah hilang begitu saja.Tertatih saat berjalan menuju ke kamarnya, menahan sakit yang menghujam punggung, kepala dan juga wajahnya. Saat mengingat Bibinya sempat menampar pipi beberapa kali, Yukie cepat-cepat pergi menuju ke kamar mandi un
“Maaf sudah membuat kalian menunggu lama.”Yukie sangat bersyukur akhirnya Daisuke datang juga, karena beberapa saat yang lalu dia merasa sangat canggung berada di antara mereka berdua yang terlihat mesra. Apa lagi Daiki yang sepertinya sengaja pamer mesra di depan Yukie padahal kalau dilihat dari sikap tubuhnya lelaki itu merasa risih berdekatan dengan Kira.“Kak? Kau sudah selesai?” Yukie menyambutnya dengan senyum lebar disertai wajah ceria, membuat Daiki yang duduk di seberang meja mulai terganggu.“Umm...maaf membuatmu menunggu lama” ucapnya sembari mengusap lembut kepala Yukie.Huuufftt!! Daiki menghela nafas kasar melegakan dadanya dengan kata lain sebagai bentuk luapan rasa kesal melihat perhatian Kakaknya kepada Yukie.“Kau baik-baik saja?” Kira merasa cemas setelah melihat Daiki murung.Terlihat dari raut wajahnya yang tampak sangat kesal, namun sebisa mungkin dia menyembunyikannya. W
Untuk mempersingkat waktu dan juga agar tak terjebak kemacetan, Daisuke sengaja memakai motor milik adiknya. Mesin telah menyala dia sudah berada di atas motor dan tengah memakai helm.Yukie berdiri di sampingnya memamerkan raut wajah cemas, membayangkan nantinya entah bagaimana menghadapi situasi canggung yang akan tercipta ketika ditinggalkan oleh lelaki itu.“Aku tinggal sebentar” Daisuke mengusap lembut pipinya, dia bisa melihat kegelisahan dari raut wajahnya. “Aku hanya sebentar, kau tidak apa-apa ‘kan, aku tinggal?”Dari kejauhan tampak Daiki yang sedang bersama Kira menoleh mengalihkan pandangan ke Yukie. Melihat Kakaknya tengah membelai pipi gadis itu, Daiki hanya bisa diam menikmati rasa aneh yang bahkan dia sendiri tak mampu mendeskripsikannya.“Hei!” Kira berlari kearahnya ketika melihat Daiki terus melamun, memeluk lengannya membuat lelaki itu tersadar dan langsung mengalihkan pandangannya.
Tanpa menjawab Daiki langsung mengenakan lagi helmnya, saling melempar pandangan dengan Daisuke yang berada di dalam mobil lalu menganggukkan kepala menyetujui tantangan itu. Daiki tengah siap dengan kedua tangan berada di setir motor menunggu lampu hijau menyala yang hanya tinggal beberapa detik lagi. Brrruuuuuummmm!!Motor itu melaju dengan kecepatan tinggi, berada di barisan paling depan dari deretan kendaraan yang baru saja terkena lampu merah. Daisuke tahu dan sadar kalau dia akan kalah dari Daiki, meskipun kecepatan mobil jauh lebih unggul ketimbang motor tapi dia tak bisa menerobos kemacetan, sementara Daiki dengan mudah melewati kepadatan mobil untuk mencapai lokasi terlebih dulu. Melihat jalan asing yang sedang dilewatinya, Yukie baru tersadar kalau perjalanan menuju rumahnya terasa lebih lama karena terus melamun. Pantas itu bukan jalan yang biasa dia lewati setiap harinya. “Tunggu! Ini mau ke mana?” setelah puas meneliti pemandangan di luar