“Daiki? Daiki?” suara Sensei seketika mengejutkan Daiki yang tengah melamun menatap Yukie.
Gadis itu menoleh ke samping bersamaan dengan Daiki yang menoleh ke depan ketika Sensei memanggilnya. Sensei menghela nafas panjang karena sadar Daiki tak memperhatikannya.“Ini masih terlalu pagi untukmu melamun Daiki. Sekarang kau maju dan kerjkan soal di papan tulis!” perintahnya dengan senyum manis, walaupun sebenarnya nampak kesal karena sikap Daiki. “Apa? Kau menyuruhku maju ke depan untuk mengerjakan soal itu?” kedua alisnya terangkat, semua murid mulai berbisik melihat siakp Daiki yang tak sopan kepada Sensei.“Aku tidak bisa!” Yukie mendesis kesal melihat sikap Daiki.“Iisshhh... Sensei, boleh aku mengerjakannya?” Yukie mengangkat tangannya meminta izin kepada Sensei untuk maju ke depan. “Yuki?? Kau mau mengerjakannya? Boleh... silakan!” Sensei terlihat senang karena ada murid didiknya yang berinisiatif mengerjakan soal sulit di papan tulis tanpa perintah. Daiki terliaht acuh, dia tak peduli dengan apa yang Yukie lakukan di depan kelas. Dia hanya menatap lembaran kertas kosong di meja sembari mencoret-coretkan penanya di sana. “Waah, kau mengerjakannya dengan sangat teliti Yukie. Semuanya coba lihat murid baru teman kalian. Semua murid didiku harus sepandai Yukie, atau bisa jadi kalian lebih pandai darinya” Sensei memberi aplous tepuk tangan yang kemudian diikuti oleh semua murid satu kelas kecuali Daiki. Pandangannya beralih menuju ke depan matap wajah Yukie yang terlihat senang karena bangga bisa mengerjakan soal dari Sensei. Bola matanya bergerak searah gerakan tubuh Yukie yang perlahan mendekat kembali ke mejanya. “Ada apa dengannya? Apa ada sesuatu di wajahku?? Lirikan matanya sampai seperti itu!” gumamnya dalam hati setelah sempat melihat lirikan mata Daiki.*************
Bel istirahat pun berbunyi, semua siswa berhamburan ke kelas menuju ke kantin. Kelas mulai sepi dan hanya tinggal Yukie, daiki serta Ginji yang sedang menata bukunya. Merasa tak nyaman di kelas karena Daiki, Yukie pun memilih keluar dan membawa bekal makanannya. Yukie sadar bahwa keluarganya tak mampu, dia sekolah di sana juga karena mengandalkan beasiswa. Sehingga untuk uang jajan Yukie tak pernah membawanya. Maka dari itu dia memilih membawa bekal makanan dari rumah. Karena kantin terlalu ramai dan tentunya diisi oleh para siswa yang mampu membeli makanan di sana, Yukie tak ingin merusak suasana karena sepertinya hanya dia sendiri yang membawa bekal makanan dari rumah. Beruntung Yukie melihat tempat sepi di bawah pohon dan sepertinya tak banyak murid yang berlalu lalang di sana sehingga itu akan menjadi tempat favorite baru bagi Yukie untuk beristirahat nantinya. “Daiki, tunggu!” seru Ginji yang melihat sahabat kecilnya itu melangkah keluar dari kelas. Tak menghiraukan panggilannya, Daiki memilih terus melangkah hingga akhirnya Ginji berlari untuk mengejarnya. “Hei Daiki! Aku memanggilmu dari tadi, apa kau tidak mendengar suaraku?” langkahnya terhenti saat Daiki terdiam di depan pintu kantin. “Mau apa kau memanggilku?” ucapnya dingin, dia bahkan tak melihat ke arah Ginji ketika berucap karena fokus dengan sesuatu yang sedang di carinya. Ginji yang mulai penasaran pun membuang pandangannya ke depan mencari sesuatu yang sedang di cari oleh Daiki. Dia tak tahu apa yang sedang Daiki cari namun pemuda itu tengah menatap ke arah dalam kantin seperti mencari seseorang. “Kau, mencari siapa?” tanya Ginji yang mulai penasaran. Bukannya menjawab, Daiki malah melirik sinis ke arah Ginji dengan tatapan kesal.“Apa urusannya denganmu?” Daiki melangkah pergi untuk memastikan lagi bahwa Yukie berada di dalam kantin. “Ayolah Daiki, dulu kita bersahabat baik, tidak bisakah kita bersahabat lagi sekarang?” Ginji merasa aneh dengan perubahan Daiki. Dulu ketika masih kecil, Daiki anak yang periang, dari pada Daisuke sang Kakak, Daiki lebih banyak bicara dan sering membuat orang di sekitarnya menjadi nayaman karena dia senang bercanda gurau.Berbeda dengan sekarang, bahkan untuk tersenyum saja, Daiki seolah terlihat sangat pelit. “Menyingkir kau! Aku tidak butuh teman!” Daiki terus menghindar sembari terus mencari keberadaan Yukie. Ginji tak merasa putus asa, dia selalu terus membuat Daiki berubah pikiran bagaimanapun caranya Daiki harus bisa menerimanya sebagai teman.“Oh, apa yang sedang dia lakukan di sana? Eh bukankah itu murid baru? Waah sedang apa dia sendirian di bawah pohon?” ucap Ginji di selingi senyum mengejek saat melihat Yukie duduk di bawah pohon menikmati makanannya. Mendengar ucapan Ginji, Daiki langsung mengalihkan pandangannya ke arah di mana Ginji menatap.Di sana nampak dari kejauhan dia melihat sosok perempuan yang sedang di cari olehnya. Tanpa berfikir panjang, Daiki melangkah keluar dari kantin dan pergi menemui Yukie. “Daiki tunggu kau mau ke mana?” Ginji tak mau tertinggal dia mempercepat langkahnya mengejar Daiki yang sudah menjauh. Daiki harus berjalan memutar melewati lapangan basket karena posisi Yukie berada di sisi lapangan itu. Sedang asik-asiknya menikmati makan siang, seketika terganggu karena Daiki yang mengejutkannya.Yukie melihat sepasang sepatu berdiri tepat di depannya. Perlahan Yukie mengangkat pandangannya ke atas. Dan setelah melihat wajah Daiki di sana, Yuki pun berucap.“Kenapa?” tanyanya kebingungan. Tak menjawab pertangaannya, Daiki hanya menghela nafas panjang lalu mengeluarkan uang dari sakunya.Dia mengulurkan tangan dengan uang 100 yen di sana.“100 yen?” ucapnya secara tiba-tiba membuat Yukie kebingungan. Kini dia terlihat sedang membereskan bekal makanannya.“Untuk apa uang ini?” ucapnya tanpa menoleh ke arah Daiki. “Ambillah, aku tidak ingin ada hutang dengan seseorang!” jelasnya. Ujung matanya melirik ke arah tangan Daiki yang masih bertahan di sana dengan uangnya.“Hutang?” matanya menyipit, seakan berfikir keras dengan apa yang baru saja Daiki ucapkan. “Tidak perlu berlagak sok bodoh! Kau pasti ingat denganku, kan?” Tak ada jawaban dari Yukie, gadis itu hanya diam dengan pandangan lurus ke wajah Daiki. Jelas dia ingat siapa lelaki itu, namun melihat selembar uang 100 yen di tangannya membuat Yukie tak mengerti dengan apa yang sedang dia ucapkan. “Maaf, tapi untuk apa uang itu?” Tak ingin berlama-lama lagi di sana, Daiki pun memberikan uang itu kepada Yukie.“Ambil uang ini, aku sudah memberinya lebih. Jadi urusan kita selesai!” setelahnya Daiki pergi, namun baru beberapa langkah menjauh, Yukie memanggilnya. “Hei!!” Langkahnya terpaku lalu menoleh ke belakang mendapati Yukie tengah berdiri membawa uangnya.“Sepertinya di sini kaulah yang hilang ingatan! Kau sudah membayar kemarin semua bakpaomu... jadi aku tidak butuh uang ini lagi! Ambil kembali uangmu!” dengan ketus Yukie menyodorkan uangnya ke arah Daiki. Namun lelaki itu hanya diam dengan wajah dingin tanpa ekspresi menatap uang di tangan Yukie.“Kapan aku membayarnya?” Daiki lalu terdiam, mengingat kemarin bertemu dengan sang Kakak di tempat yang sama membuat Daiki berfikir bahwa Daisuke lah yang telah membayar bakpaonya.“Aku juga tidak butuh uang itu!” “Aku lebih tidak butuh! Jadi kau ambil saja kembali uangmu!” melihat Daiki membuang muka, Yukie pun semakin kesal.“Kau, ambil uang temanmu! Katakan padanya kalau aku tidak butuh uang darinya!” Yukie membeikan uang itu kepada Ginji yang masih setia berdiri di sampingnya. “Aku?? Kau memberikan ini padaku?” dengan senang hati Ginji menerima uang itu dari Yukie namun setelah melihat Daiki membulatkan mata ke arahnya, Ginji pun mulai ketakutan namun bukannya mengembalikan uang itu pada Yukie dia justru menyimpan uangnya ke dalam saku. Tak ingin berlama-lama di tempat itu dan lagi pula makanannya sudah habis, maka Yukie berniat pergi dari sana.Setelah membereskan kotak makanan Yukie beranjak berdiri namun langkahnya terhenti di depan Daiki.“Terima kasih setidaknya setelah kau kabur dan makan bakpaoku, kau kembali lagi untuk membayarnya!”“Walaupun sebenarnya orang ini sangat menjengkelkan!! Bisa-bisanya memiliki dua sifat kepribadian yang berbeda, kadang ramah tapi terkadang juga menjengkelkan! Aneh” lanjutnya dalam hati.Yukie pun memilih pergi meninggalkan mereka. Daiki terkekeh sinis melihat sikap Yukie yang sepertinya tak mudah tertindas olehnya. “Daiki??” seru Daisuke dari arah lain.“Aku mencarimu dari tadi, sedang apa kau di sini?” pandangannya kini teralihkan ke punggung Yukie yang sudah semakin menjauh.“Siapa dia?” Daisuke sebelumnya sempat melihat gadis itu berbincang dengan Adiknya. “Bukan siapa-siapa! Tidak penting!” jawab Daiki sembari melirik ke arah Yukie. “Ibu mencarimu, pergilah ke ruang kepala sekolah, sekarang!”Tok tok tok!Daiki membuka pintu lalu tanpa menunggu sahutan dari dalam dia langsung masuk dan duduk di sofa.Izumie yang melihat tingkah Putranya mencoba untuk memahami, bahwasannya selama ini Daiki tinggal memang bersama Ayahnya. Sehingga jika sikapnya slengekan dan jauh berbeda dengan Daisuke, dia mencoba untuk mengerti.Perempuan paruh baya itu beranjak berdiri melangkah mendekati Daiki dan berdiri di samping sofa mengusap dengan lembut ujung kepala Putranya.“Daiki” sapanya dengan lembut.Daiki tahu kemana arah pembicaraan Ibunya, maka dari itu dia langsung menyahut pembicaraan.“Kalau Ibu memintaku untuk bersikap manis di sekolah, aku tidak bisa!”Ucapannya langsung mematahkan usaha Izumie untuk melembutkan hatinya.“Daiki, Ibu tahu ini pasti sulit bagimu. Tapi melihat kau sangat kurang di beberapa mata pelajaran setidaknya kau bisa bersikap b
“Jadi, mereka kembar? Astagaa kenapa aku bodoh ya. Bagaimana mungkin satu orang memiliki dua kepribadian yang berbeda! Tapi ada juga yang seperti itu. Lalu bagaimana kalau aku bertemu dengan Senior nanti” Yukie merasa malu karena sikapnya yang selalu marah-marah kepada Daisuke karena ketidak tahuannya.Setelah selesai memberskan buku yang berserakan di lantai Yukie bergegas masuk ke kelas karena jam pelajaran akan di mulai.“Perhatain semuanya, untuk tugas biologi kalian harus berkelompok. Satu grub terdiri dari 3 siswa dan tunjuk salah satu sebagai pemimpinnya. Ingat aku tidak ingin kalian mengambil laporan hasil kerja dari artikel internet aku ingin kalian bekerja keras membuat laporan sesuai data riset yang kalian kerkajan di lapangan” Sensei memberi tugas untuk semua murid di akhir minggu ini dan harus di kumpulkan hai senin.Yukie tak tahu harus berkelompok dengan siapa, dia mulai kebingungan karena semu
“Dasar anak setan! Ke sini kau!” Bibi Mai beranjak ingin mengejar Daiki namun Anak itu segera kabur berlari menjauh. Dan itu Yukie jadikan kesempatan untuk masuk ke dalam kamar bersembunyi.Flash back Off. ****************Terlihat Daiki tengah berdiri di depan taman hiburan di mana tempat itu mengingatkannya pada gadis kecil yang pernah dia temui dulu. Jika saja Daiki mengingat namanya mungkin tak sulit untuk mencarinya kembali.Namun sayang dia benar-benar lupa dengan namanya yang dia ingat hanya ketika memberikan kalung miliknya pada gadis itu.“Au!” Daiki mengeluh sakit di bagian belakang kepalanya.Ada rasa nyeri saat tangannya menyentuh tengkuknya. &nbs
Masalah pun beres, namun Yukie tetap kesal karena barang-barangnya sudah pergi di bawa oleh mobil pengangkut sampah.Karena adanya masalah Yukie mereka akhirnya menyudahi pertemuan kali itu. Ginji memilih kembali terlebih dulu sementara Yukie nampak berjalan menuju ke jalan utama.“Astagaaa bagaimana aku menghadapi Bibiku nanti. Aku yakin dia pasti akan menghajarku habis-habisan” gumamnya resah sepanjang jalan.Yukie mulai gelisah matanya yang basah mulai meteskan airnya. Dengan kasar tangannya mengusap pipinya yang basah.Kesal karena hidupnya selalu saja ada masalah yang membuatnya semakin terpuruk dan terkadang sempat terbesit ingin mengakhiri semuanya.“Kenapa hidupku seperti ini!” teriaknya dalam hati.Tin tiiiiinnn!Daiki menghentikan mobilnya tepat di depan Yukie yang sedang duduk di bangku halte.“Astgaaa! Anak ini benar-benar senang sekal
“Siapa itu?”Terkejut mendengar suara Yukie yang menyadari ada seseorang di luar pintu, Daiki langsung bergegas pergi.Yukie cepat-cepat memakai kaos olah raganya lalu segera keluar dari ruangan itu. Dengan cepat Yukie membuka pintuna, namun dia tak menemukan siapapun di sana.Prrriiiiiiittt!!!Sensei meminta semua murid untuk berkumpul di tengah-temgah lapangan dan menunjuk salah satu dari mereka untuk memimpin pemanasan.“Daiki, maju! Pimpin pemanasan kali ini!”Mendengar nama Daiki di sebut Yukie langsung menoleh kearah lain mencari keberadaan Daiki, ternyata lelaki itu berdiri di barisan belakang. Entah kenapa Yukie merasa senang melihat Daiki tak membolos sekolah.Daiki dengan santai melangkah maju ke depan. Dia terlihat sangat tampan mengenakan seragam olah raga yang sengaja di bagian lengannya di lipat sampai ke pertengahan. Entah kenapa jus
Selesai jam pelajaran olah raga Daiki kembali ke ruang ganti untuk berganti seragam. Dia membuka lokernya dan mengambil kemeja serta celananya.“Hei! Ada apa denganmu?” Ginji mulai khawatir melihat Daiki yang tak bisa fokus hari ini.“Aku tidak apa-apa!!” seketika Daiki terdiam, entah apa yang membuatnya kesal. Mengingat kebelakang bahwa Yukie berjualan bakpao setiap pulang sekolah lalu teringat ketika Yukie marah karena barang dagangannya di buang oleh pelayan coffee dan lagi tubuhnya yang memar di mana-mana membuat Daiki penasaran.Tidak tahu apa penyebabnya namun melihat Yukie seperti kesakitan saat itu dia merasa tak bisa tinggal diam.Mungkin itulah penyebabnya Daiki jengkel karena terlalu memikirkan Gadis itu.“Aaaaaaa!!!!!!” suara teriakan itu berasal dari ruangan sebelah, di mana di sana adalah ruangan tempat untuk para murid perempuan berganti baju.Semua murid
Ting ting ting!Bel berbunyi tanda bahwa kereta akan segera tiba, Yukie langsung memposisikan dirinya di barisan paling depan. Sementara Daiki di belakangnya menahan para gerombolan orang yang berdesak-desakan agar tubuh Yukie tak terdorong ke depan karena pastinya sangat berbahaya.Kereta berhenti tepat di depannya, setelah pintu terbuka Yukie pun masuk. Daiki yang berdiri di belakang tak mampu lagi menahan mereka yang jumlahnya semakin bertambar dan lebih banyak, zseperti arus yang kuat dia ikut terdorong sampai menabrak tubuh Yukie. Mereka saling mendorong masuk karena takut akan tertinggal kereta.Yukie terkejut saat tubuhnya terdorong maju. Tak siap menahan dorongan dari belakang, tubuhnya seperti terseret arus yang membuatnya sampai terhimpit ke ujung.Brugh!!“Aduh” rintih Yukie, hampir saja kepalanya terbentur besi.Kejadian itu membuat Daiki terkejut dan langsung re
Yukie hanya bisa diam menunduk menatap tangannya yang di genggam oleh Daiki. Sangat erat, tangan Daiki begitu besar dan lebar. Nampak terlihat urat halus di punggung tangannya.Yukie bisa merasakan tangan Daiki begitu terasa dingin namun rasanya seperti mengalirkan arus panas seperti tersengat listrik melalui tangannya yang membuat sekujur tubuh Yukie menjadi hangat.“Lepas! Aku bukan anak kecil!” Yukie berusaha menepis tangannya karena sangat gugup.Bukannya mengindahkan permintaan Yukie, Daiki justru semakin menguatkan cengkeraman tangannya kepada Yukie.Daiki membuang pandangannya ke sekitar.“Apa rumahmu masih jauh!” Daiki mencoba mengalihkan pembicaraan.Yukie yang sengaja memperlambat langkah kakinya mulai mengalihkan perhatiannya dari Daiki yang langkahnya jauh lebih cepat selangkah darinya.“Ada apa dengan lelaki ini sebenarnya! Setiap saat membuatku kesal tapi dia sepertinya
Ini pertama kali bagi Yukie naik motor berboncengan dengan Daiki. Belum akur seperti semula tapi setidaknya dia sangat senang akhirnya bisa lagi dekat dengannya. Tak beda jauh dengan Yukie yang tersipu malu, Daiki pun merasakan hal yang sama. Hanya saja masih terlalu besar egonya karena Daiki termasuk tipe orang yang tak mudah mengutarakan perasaannya. Lelaki seperti dia cenderung akan merasa bahwa dirinya memiliki hak penuh atas kepemilikan terhadap orang yang menurutnya masuk ke dalam kriteria. Seperti halnya Yukie, meskipun mereka dekat baginya hubungan antara dirinya dan Daiki hanya berteman tapi berbeda dengan Daiki, dia merasa bahwa Yukie miliknya dan akan merasa cemburu apabila ada orang lain yang mendekatinya. Terlepas hubungan mereka hanya berteman tapi Daiki akan menjadi sangat posesif dengan Yukie. Bruuummm!! Mereka akhirnya sampai di depan rumah Yukie. Belum sempat turun dari motor mereka dikejutkan dengan Bibi Mai yang tiba-tiba muncul da
Teeeeeeeettt!Selesai jam pelajaran hari itu semua murid berhamburan keluar dari kelas. Namun masih ada juga sebagian dari mereka yang mengikuti kegiatan ekstra di sekolah untuk menambah nilai.Kebetulan Daiki dan Endo masih bersitegang memperebutkan satu kursi untuk bisa masuk dalam tim utama basket. Mereka berdua terlihat mengikuti latihan bersama dengan tim yang sudah resmi menjadi anggota utama.Beberapa hari yang lalu Daiki dan Endo sudah melewati dua sesi penilaian. Hanya tinggal satu sesi lagi penilaian yang nantinya akan menentukan siapa terbaik di antara mereka berdua.“Setelah Olimpiade antar kelas selesai penilaian sesi penilaian terakhir kalian akan diadakan. Poin sementara kalian sampai saat ini sama, aku harap kalian berusaha semaksimal mungkin sampai akhir nanti. Karena itu menentukan salah satu dari kalian untuk ikut bergabung dengan klub utama sekolah! Kalian paham?!” Kapten tim basket memberi petuah untuk mereka berdua,
Rencana Daiki tak mungkin begitu saja dilaksanakan, dia membutuhkan waktu satu minggu untuk mencari waktu yang tepat. Tapi setidaknya Daisuke telah meminta kepada Ibunya untuk mengulur waktu agar tidak menandatangani surat perjanjian jual beli tanah bangunan sekolah dan yayasan sampai Daiki bisa memastikan akan mendapatkan dana.Di suatu sisi semua murid sedang dibuat ramai dengan berita dari media. Belum selesai tentang foto yang diunggah oleh Kira kini mereka dikejutkan dengan postingan Daiki di akun pribadinya.Dia mengunggah satu foto seorang gadis berambut panjang yang sengaja di posting setengah badan dan itu dari arah belakang. Membuat semua murid semakin penasaran apakah benar orang yang ada di foto itu adalah Kira. Sementara beberapa hari lalu Kira mengunggah fotonya yang sedang mencium pipi Daiki.Membuat dugaan para murid semakin kuat bahwa mereka kini sedang berkencan. Lokasi yang sama tepatnya di pantai di mana saat itu hanya ada mereka bertiga. Dai
Jam pelajaran masih berlanjut, Sensei masih menjelaskan materi di depan kelas. Ginji semula fokus dengan pelajaran tapi bangku Daiki yang kosong mengalihkan perhatiannya. “Di mana Daiki? Apa dia melewatkan jam pelajaran terakhir?”Yukie terdiam saat mendengar ucapan Ginji, dia tak ingin ambil pusing lagi. Tetapi matanya tak bisa dialihkan dari bangku Daiki. Mengingat apa yang telah diucapkannya tadi kepada Daiki dan melihat kini dia tak mengikuti jam pelajaran akhir membuat Yukie berpikir apakah lelaki itu marah dan mencoba menghindarinya. ‘Lupakan Yukie, kau sudah mengambil keputusan untuk tidak memikirkan hal itu lagi!’***Izumie menghabiskan waktunya di ruang Kepala Sekolah. Raut wajahnya terlihat sangat kelelahan dan bingung. Terlihat benar-benar sangat frustasi. Akhir-akhir ini masalah menimpa dirinya, baik perusahaan maupun yayasan.Tok tok tok!! Lamunannya tersadar saat mendengar suara ketukan pintu.Secepat mu
Yukie bisa saja menolak ajakan Daiki tapi, saat dia sadar tangannya digenggam erat oleh lelaki itu dia merasa sangat nyaman. Timbul perasaan aneh saat tangan mereka bersentuhan, hingga dengan sendirinya Yukie pun membalas genggaman tangannya sembari berusaha mengikuti langkah kaki Daiki yang terbilang cukup lebar membuatnya kualahan ketika mengikutinya dari belakang.Di saat itu Daiki sempat terkejut karena dia bisa merasakan jari-jemari kecil milik Yukie mulai bergerak membalas genggaman tangannya tapi, dia sama sekali tak menghentikan langkahnya.Tiba di tempat biasa Yukie menghabiskan jam istirahatnya, yaitu di bawah pohon samping stadion mini yang biasa digunakan untuk berolah raga, Daiki melepaskan tangannya. Itu sempat membuat Yukie terkejut tapi akhirnya dia sadar bahwa beberapa detik yang lalu tubuhnya seakan terhipnotis hingga menuruti perintah Daiki tanpa perlawanan.“E.kenapa kau membawaku kemari?” pertanyaan itu terlontar setelah Yukie me
“Oh ya ampuuun! Tuhan kenapa kau titipkan anak ini kepadaku kalau tahu dia akan menjadi pemalas seperti ini??” Bibi Mai terus mengoceh. “Kalau tahu hidupku akan semakin menderita karenanya kenapa dulu kau tidak ambil sekalian nyawanya!!” Setelah puas meluapkan amarah dan kekesalannya, Bibi Mai meninggalkan Yukie di halaman begitu saja. Rambut acak-acakan serta kondisi seragam yang lusuh dan kotor menambah kesedihan Yukie berlipat. Setelah beberapa tahun harus bersembunyi mencuri waktu saat ingin belajar dan kini ketika berhasil memakai seragam impiannya berharap Bibi akan bangga, namun ternyata di luar dugaan Bibi Mai justru mematahkan semangatnya. Akan tetapi mimpi yang sudah Yukie bangun sejak dari kecil tak akan mudah hilang begitu saja.Tertatih saat berjalan menuju ke kamarnya, menahan sakit yang menghujam punggung, kepala dan juga wajahnya. Saat mengingat Bibinya sempat menampar pipi beberapa kali, Yukie cepat-cepat pergi menuju ke kamar mandi un
“Maaf sudah membuat kalian menunggu lama.”Yukie sangat bersyukur akhirnya Daisuke datang juga, karena beberapa saat yang lalu dia merasa sangat canggung berada di antara mereka berdua yang terlihat mesra. Apa lagi Daiki yang sepertinya sengaja pamer mesra di depan Yukie padahal kalau dilihat dari sikap tubuhnya lelaki itu merasa risih berdekatan dengan Kira.“Kak? Kau sudah selesai?” Yukie menyambutnya dengan senyum lebar disertai wajah ceria, membuat Daiki yang duduk di seberang meja mulai terganggu.“Umm...maaf membuatmu menunggu lama” ucapnya sembari mengusap lembut kepala Yukie.Huuufftt!! Daiki menghela nafas kasar melegakan dadanya dengan kata lain sebagai bentuk luapan rasa kesal melihat perhatian Kakaknya kepada Yukie.“Kau baik-baik saja?” Kira merasa cemas setelah melihat Daiki murung.Terlihat dari raut wajahnya yang tampak sangat kesal, namun sebisa mungkin dia menyembunyikannya. W
Untuk mempersingkat waktu dan juga agar tak terjebak kemacetan, Daisuke sengaja memakai motor milik adiknya. Mesin telah menyala dia sudah berada di atas motor dan tengah memakai helm.Yukie berdiri di sampingnya memamerkan raut wajah cemas, membayangkan nantinya entah bagaimana menghadapi situasi canggung yang akan tercipta ketika ditinggalkan oleh lelaki itu.“Aku tinggal sebentar” Daisuke mengusap lembut pipinya, dia bisa melihat kegelisahan dari raut wajahnya. “Aku hanya sebentar, kau tidak apa-apa ‘kan, aku tinggal?”Dari kejauhan tampak Daiki yang sedang bersama Kira menoleh mengalihkan pandangan ke Yukie. Melihat Kakaknya tengah membelai pipi gadis itu, Daiki hanya bisa diam menikmati rasa aneh yang bahkan dia sendiri tak mampu mendeskripsikannya.“Hei!” Kira berlari kearahnya ketika melihat Daiki terus melamun, memeluk lengannya membuat lelaki itu tersadar dan langsung mengalihkan pandangannya.
Tanpa menjawab Daiki langsung mengenakan lagi helmnya, saling melempar pandangan dengan Daisuke yang berada di dalam mobil lalu menganggukkan kepala menyetujui tantangan itu. Daiki tengah siap dengan kedua tangan berada di setir motor menunggu lampu hijau menyala yang hanya tinggal beberapa detik lagi. Brrruuuuuummmm!!Motor itu melaju dengan kecepatan tinggi, berada di barisan paling depan dari deretan kendaraan yang baru saja terkena lampu merah. Daisuke tahu dan sadar kalau dia akan kalah dari Daiki, meskipun kecepatan mobil jauh lebih unggul ketimbang motor tapi dia tak bisa menerobos kemacetan, sementara Daiki dengan mudah melewati kepadatan mobil untuk mencapai lokasi terlebih dulu. Melihat jalan asing yang sedang dilewatinya, Yukie baru tersadar kalau perjalanan menuju rumahnya terasa lebih lama karena terus melamun. Pantas itu bukan jalan yang biasa dia lewati setiap harinya. “Tunggu! Ini mau ke mana?” setelah puas meneliti pemandangan di luar