Share

Bab 2

Author: Autumn
last update Last Updated: 2025-02-25 10:37:06

Kirana

Embusan angin sejuk terasa menyapu di wajahku, aku merasakan tepukan-tepukan di bagian kedua pipiku. Aku bisa mendengar orang bebicara tentang aku, namun kedua mataku masih enggan untuk terbuka.

“Kiran, Kirana?” panggil seorang wanita yang ku yakini itu suara Bude Diyah, sembari menggosokkan minyak kayu putih di telapak tangan dan kakiku sementara Anya menepuk-nepuk pipiku. Aku yakin karena suara cerocosannya sejak tadi aku dengar begitu nyaring di telingaku.

“Bangun, Mbak. Jangan nyusahin terus deh!” ketus Anya. Pipiku terasa sedikit perih karena ulah adik tiriku. Bagaimana tidak, dia bahkan memukul pipiku dengan sangat kuat. Mungkin saja dia menaruh dendam kepadaku. Jadi dia memanfaatkan kesempatan ini untuk membalasku.

“Kamu nggak boleh begitu, Anya. Dia kakakmu, jangan kasar!” Seru Bude Diyah. Dia seolah tak terima dengan yang dilakukan oleh Anya, bude Diyah adalah istri paman Sultan. Kakak kandung dari Ayahku.

“Iya bude, maaf,” kata Anya yang memang selalu berkata sarkas kepadaku.

 Aku membuka mata perlahan. Aku baru sadar, ternyata aku sempat pingsan tadi. Aku kembali mengingat kejadian beberapa waktu lalu. Hatiku kembali terasa nyeri dan perih. Aku menunduk dengan rasa kecewa yang kembali muncul.

“Sudah jangan nangis lagi. Sebentar lagi pernikahan akan di lanjutkan. Kamu touch up lagi ya makeupnya,” kata bude, sepertinya dia menyadari jika aku akan menangis lagi. Da memng yang membantu hampir semua persiapan pernikahanku. Sementara ibu tiriku lebih memilih sibuk dengan urusannya sendiri dan hanya mau terima jadi.

“Maksud bude gimana, bukankah pernikahanku sudah batal? Mas Fer. Tidak, pria itu bahkan nggak mau mendengar penjelasan dariku, bude. Aku nggak semurahan itu. Setelah mengatakan hal itu dia mau kembali lagi, aku juga masih punya harga diri,” kataku kesal. Aku bahkan enggan menyebut nama pria itu lagi karena kecewa. Napasku kembali berat ketika mengingat kejadian sebelumnya. Ayah pasti sangat malu mendengar tuduhan dan fitnah yang dilakukan oleh Ferdi kepadaku. 

“Bukan Ferdi kali, mbak. Lagian mana mungkin dia mau menikah dengan mbak yang jelas-jelas sudah nggak prewi lagi. Nggak tau tuh siapa yang mau sama mbak, mungkin dia buta,” sahut Anya dengan kata-kata yang membuat hatiku tercubit nyeri. Aku kesal namun kali ini tak bisa membalas ucapannya. Aku masih merasa lemas untuk sekadar berdebat dengan anak itu. 

“Astagfirullah Anya! Sebaiknya kamu keluar deh. Bikin bude tambah meriang saja dengerin kamu. Tadi ibumu sekarang kamu, kelian ini memang ya!” kata Bude Diyah mendorong Anya keluar menuju pintu dan segera menutup kembali pintu itu. Bude segera kembali berjaan ke arah di mana aku duduk. Hanya ada aku bude dan seorang MUA yang memang di sewa untuk meriasku di hari ini. 

“Mbak, saya rapikan makeup-nya ya, itu berantakan,” kata Mbak Dewi yang terlihat sedikit takut dan ragu. Jujur saja aku sebenarnya sudah enggan melanjutkan acara ini. Aku juga tak tau apa yang sebenarnya terjadi. Aku bahkan belum bisa menjelaskan semua kejadian yang sebenarnya. Entah, apakah masih ada yang akan percaya dengan penjelasanku nanti.

“Maaf ya, mbak. Malah jadi berntakan begini. Nanti aku kasih kompensasi deh karena acara jadi molor,” kataku yang merasa tak enak kepada mbak Dewi. Aku yakin jadwal mbak Dewi padat hari ini. Apalagi ini adalah bulan musim pengantin. Mungkin saja ada beberapa client yang menunggunya di hari ini juga untuk menggunakan jasanya.

“Nggak usah, dek. Yang penting acara lancar. Mbak tau perasaanmu saat ini. Kamu yang kuat ya, mbak yakin jika ini semua hanya fitnah,” kata Mbak Dewi mencoba menguatkanku. Dia bahkan mengenggam kedua tanganku. Tangisku semakin pecah saat ini. Mbak Dewi memelukku dengan erat. Aku memang sudah mengenal wanita yang berumur 10 tahun di atasku sejak aku kecil. Aku sengaja memakai jasa riasnya, selain kenal juga karena memng hasil makeupnya yang bagus dan mangklingi kata orang tua.

Bude Diyah tersenyum berjalan ke arahku. Aku segera mengurai pelukan mbak Dewi dan segera mengambil beberapa lembar tisu yang ada di meja rias untuk mengelap air mataku yang sudah membasahi pipi. Sebelum mbak Dewi merapikan makeupku. Aku menarik napas dalam mencoba menenangkan hatiku, kucoba segala cobaan di hari ini dengan iklas. Walaupun itu sangat sulit tentunya. 

“Kamu ikuti saja apa kata Ayahmu ya, nduk! Ini demi kebaikanmu,” katanya. Aku bahkan tak tau apa maksud dari semua ini. Aku hanya mengangguk mendengar penjelasan dari bude Diyah. Tapi sejujurnya aku sama sekali sudah tak memiliki minat mendengarkan apapun itu.

Aku mendengar suara penghulu dari balik kamar, ternyata acara ini benar di lanjutkan. Ya Tuhan scenario apa yang Engkau gariskan untukku. Kenapa setiap hari terasa begitu berat bagiku.

“Saya nikahan engkau Dirgantara Davindra bin Andra Derriawan dengan putri saya sendiri Kirana Vinaya binti Gandi dengan maskawin uang tunai 77.000 rupiah dibayar tunai!"

Kupejamkan mataku ketika namaku di sebut oleh seorang pria yang tengah mengucap janji di depan penghulu, Ayah dan juga Allah. Karena setelah ini aku tak bisa kembali ke masa sebelumnya. Aku iklhas ya Allah, jika ini jalan terbaikmu.

“Saya terima nikah dan kawinnya Kirana Vinaya binti Gandi dengan maskawain tersebut dibayar tunai!” 

“Bagaimana para saksi?”

“Sah!” 

“Alhamdulilah ....”

Suara semua orang terdengar serempak mengucap syukur telah terlaksananya akad dengan khidmad.

Mbak Dewi sudah selesai merias wajahku. “Selamat ya, Kiran. Semoga pernikahanku langgeng sampai maut memisahkan. Mbak yakin dia pria baik yang dikirim Tuhan untuk kamu. Kamu iklas saja menerima jalan ini,” kata Mbak Dewi dengan tulus. Aku yakin dia mencoba menghiburku. 

“Aamiin.”

Wanita mana yang mau di hari bahagianya menjadi seharusnya menjadi hari paling membahagiakan menjadi momen paling menggores luka dan trauma. Tentu aku tak mau itu terjadi. Aku mengira dia pria yang mencintaiku, namun ternyata akupun salah. 

Aku iklas jika dia bukan jodohku, aku terima garis takdirku. Sekarang aku telah menjadi istri orang. Aku juga tak tau siapa pria malang yang mau menutup aib keluargaku itu. Dirgantara Daviandra, nama itu seperti tidak asing di telingaku.

“Ayo kita keluar, nduk. Suamimu sudah menunggu di depan. Senyum ya bude selalu di sampingmu,” kata Bude Diyah sembari mengapit lenganku. Aku hanya mengangguk. Jujur saja, aku merasa deg-degan saat ini. 

Kepalaku dipenuhi dengan pertanyaan siapakah sosok pria yang menjadi suamiku saat ini. Kami melangkah perlahan dan sedikit hati-hati. Balutan kain batik dengan kebaya berwarna putih khas adat sunda membuatku tak leluasa berjalan dengan langkah panjang. 

Kami tiba di depan rumah yang menjadi tempat di langsungkannya acara akadku. Aku melihat begitu banyak tamu undangan yang berbisik membicarakan.

“Cantik ya, si Kirana.” 

“Iya, cantik. Tapi kok pengantin lakiknya beda sama yang di poto ya, lebih ganteng, tapi sayang pake kacamata,” sahut salah seorang dari tamu undangan itu.

“Iya ya, aku baru nyadar deh,” timpal yan lain. Aku bahkan masih bisa mendengar bisikan-bisikan yang lainnya. Namun aku mencoba mengabaikan semua itu.

Aku semakin berjalan ke arah di mana pria itu berdiri. Pria yang sudah sah menjadi suamiku beberapa waktu lalu. Pria itu tersenyum ke arahku.

“Dirga!” gumamku.

Setelah menyadari siapa pria itu.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Fitnah Di Hari Pernikahanku   Bab 3

    KiranaAku berdiri tepat di hadapan pria yang kini telah sah menjadi suamiku, beberapa waktu yang lalu . Aku menunduk tak berani menatap pria itu. Debaran di jantungku semakin terpacu bahkan sialnya kedua telapak tanganku terasa berair karena aku merasa gugub. Aku hanya berani memandangi kancing kemeja hitam miliknya, aku lihat dia hanya mengenakan kemeja batik hitam dengan corak yang lumayan unik. Sesekali ku remas pinggiran kain jarik yang membalut bagian bawah tubuhku. Untuk menghalau rasa gugubku sendiri.“Jangan malu-malu gitu dong, kalian sudah sah menjadi suami istri. Ayo di salim suaminya,” kata penghulu yang masih duduk di meja akad, dengan nada bercanda khas bapak-bapak. Memberikan instruksi kepadaku. “Iya, bukan anak kecil yang lagi main nikah-nikahan lho kalian ini,” sahut pria yang menjadi saksi. Deg.Ucapan pria itu seolah terasa seperti dejavu bagiku. Aakhirnya aku memberikan diri mengangkat wajahku menghadap ke arah pria yang ku yakini adalah Dirga. Dirga tetangga

    Last Updated : 2025-02-25
  • Fitnah Di Hari Pernikahanku   Bab 4

    KiranaAku berjalan keluar dari kamar dengan sedikit mengendap. Entah mengapa sejujurnya aku enggan bertemu dengan siapapun saat ini. Naluriku berkata jika aku harus rebahan. Tapi sekarang aku harus keluar. Semua aku lakukan demi bertemu dengan Dirga. Ah sudahlah, seharusnya aku menolak saja yang di suruh oleh Bude tadi. Aku menoleh ke kanan dan ke kiri seolah diriku seorang maling yang akan mencuri di rumah sendiri.Kulihat Dirga sedang duduk di teras depan, tak banyak lagi orang yang berada di rumahku saat ini. Sebagian sedang sibuk berkumpul di ruang keluarga. Kesempatan aku menanyakan semua yang ada di dalam isi kepalaku saat ini. Aku segera bergegas untuk keluar menemuinya. Sebelum ada orang lain yang datang melihat kami.“Ayah suruh ke ruang keluarga sekarang!” kata Anya yang entah muncul dari mana. Bahkan kedatangannya bagaikan makhluk goib yang tiba-tiba muncul di mana saja.“Ish bikin kaget aja sih, dek!” protesku kepadanya. Hampir saja jantung ku copot karena ulahnya.“Bawel

    Last Updated : 2025-02-25
  • Fitnah Di Hari Pernikahanku   Bab 5

    Kirana“Bawa suamimu ke kamar, Kirana!” kata Ayah. Mendengar ucapan itu, sontak aku menoleh ke arah Dirga. Dia terlihat begitu santai menanggapi ucapan ayah barusan. Dia terus melihat ke arahku yang membuatku merasa tak nyaman.“Iya, yah,” jawabku singkat dan segera melihat ke arah lain agar kami tak kontak mata terus-menerus.“Kami permisi,” lanjutku berpamitan kepada yang lain.“istirahatlah, kalian pasti lelah,” sahut bude Diyah. Aku hanya mengangguk menanggapi ucapan wanita aruh baya itu. Yang lain tak menanggapi ucapanku, apalagi ibu tiri dan adikku yang terlihat kesal sejak tadi. Aku juga tak berharap apapun dari mereka.Oh ... Gawat, bisa-bisanya aku lupa jika sekarang Dirga adalah suamiku. Meskipun aku belum siap, mau tak mau aku harus menerima semuanya. Tanpa banyak basa-basi lagi aku segera mengajak Dirga ke kamar. Jangan berpikir negatif, tentu kami tak akan melakulan apapun malam ini.Ya ... Secara, aku sendiri masih belum yakin dengan pernikahan ini. Aku beranjak dari te

    Last Updated : 2025-02-25
  • Fitnah Di Hari Pernikahanku   Bab 6

    Aku tak sadar sejak kapan aku menutup mata semalam. Samar kudengar suara adzan subuh berkumandang. Aku masih enggan membuka kedua mataku. Namun kewajiban sebagai seorang muslim, tetap harus aku tunaikan. Entah mengapa aku merasa ada yang aneh, dengan guling yang saat ini kupeluk. Aneh, kenapa tidak seperti yang biasanya?Aku membuka perlahan kedua mataku dengan posisi yang masih sama. Sejak kapan gulingku jadi lebar ya? Mana bisa gerak-gerak lagi. “Astagfirullah pocong!” tanpa sadar aku berteriak dan berdiri menuruni tempat tidur. Dirga ternyata sudah bangun sejak tadi, dia tersenyum melihat aku yang terkaget saat ini. Bagaimana bisa dia sesantai ini?“Ini aku, Kiran!” kara Dirga mencoba menyadarkanku. Siapa yang tidak kaget karena dia bertutup selimut hingga ke dada, mirip seperti hantu lolipop itu.“Apa-apaan ini? Kamu manfaatin aku ya?” ucapku setelah sadar.“Nggak ada yang manfaatin kamu sih, dan sepertinya kamu malah yang memanfaatkan aku,” kata Dirga membalik kata-kataku. Dia m

    Last Updated : 2025-03-16
  • Fitnah Di Hari Pernikahanku   Bab 1

    Kirana“Saya batalkan pernikahan ini, Pak. Saya tidak sudi menikah dengan wanita murahan seperti anak bapak ini!” ucap Mas Ferdi dengan lantang di hadapan Ayah, dan keluargaku. Tepat di ruang keluarga, di mana semua keluarga intiku berkumpul. Aku kaget dengan peryataan yang begitu tiba-tiba, yang keluar begitu saja dari mulut pria yang seharusnya menikahiku satu jam lagi. Kenapa ini?Ada apa?Semua pertanyaan itu berputar di kepalaku secara mendadak. Aku kira, tadi Mas Ferdi akan menyampaikan sesuatu hal yang penting sebelum kami melangsungkan akad. Karena dia menyuruh kami berkumpul di ruang keluarga. Tapi yang aku dengar, di luar dari isi kepalaku. Membatalkan pernikahan?Kata-kata itu keluar begitu saja dari pria yang aku kenal dua tahun silam, dan melamarku seminggu yang lalu. Aku tak percaya dengan apa yang ku dengar dari bibirnya. Membatalkan pernikahan dan mengataiku wanita murahan di saat seperti ini, apakah dia sudah benar-benar gila?Jujur saja hatiku sangat sakit ,dan ha

    Last Updated : 2025-02-25

Latest chapter

  • Fitnah Di Hari Pernikahanku   Bab 6

    Aku tak sadar sejak kapan aku menutup mata semalam. Samar kudengar suara adzan subuh berkumandang. Aku masih enggan membuka kedua mataku. Namun kewajiban sebagai seorang muslim, tetap harus aku tunaikan. Entah mengapa aku merasa ada yang aneh, dengan guling yang saat ini kupeluk. Aneh, kenapa tidak seperti yang biasanya?Aku membuka perlahan kedua mataku dengan posisi yang masih sama. Sejak kapan gulingku jadi lebar ya? Mana bisa gerak-gerak lagi. “Astagfirullah pocong!” tanpa sadar aku berteriak dan berdiri menuruni tempat tidur. Dirga ternyata sudah bangun sejak tadi, dia tersenyum melihat aku yang terkaget saat ini. Bagaimana bisa dia sesantai ini?“Ini aku, Kiran!” kara Dirga mencoba menyadarkanku. Siapa yang tidak kaget karena dia bertutup selimut hingga ke dada, mirip seperti hantu lolipop itu.“Apa-apaan ini? Kamu manfaatin aku ya?” ucapku setelah sadar.“Nggak ada yang manfaatin kamu sih, dan sepertinya kamu malah yang memanfaatkan aku,” kata Dirga membalik kata-kataku. Dia m

  • Fitnah Di Hari Pernikahanku   Bab 5

    Kirana“Bawa suamimu ke kamar, Kirana!” kata Ayah. Mendengar ucapan itu, sontak aku menoleh ke arah Dirga. Dia terlihat begitu santai menanggapi ucapan ayah barusan. Dia terus melihat ke arahku yang membuatku merasa tak nyaman.“Iya, yah,” jawabku singkat dan segera melihat ke arah lain agar kami tak kontak mata terus-menerus.“Kami permisi,” lanjutku berpamitan kepada yang lain.“istirahatlah, kalian pasti lelah,” sahut bude Diyah. Aku hanya mengangguk menanggapi ucapan wanita aruh baya itu. Yang lain tak menanggapi ucapanku, apalagi ibu tiri dan adikku yang terlihat kesal sejak tadi. Aku juga tak berharap apapun dari mereka.Oh ... Gawat, bisa-bisanya aku lupa jika sekarang Dirga adalah suamiku. Meskipun aku belum siap, mau tak mau aku harus menerima semuanya. Tanpa banyak basa-basi lagi aku segera mengajak Dirga ke kamar. Jangan berpikir negatif, tentu kami tak akan melakulan apapun malam ini.Ya ... Secara, aku sendiri masih belum yakin dengan pernikahan ini. Aku beranjak dari te

  • Fitnah Di Hari Pernikahanku   Bab 4

    KiranaAku berjalan keluar dari kamar dengan sedikit mengendap. Entah mengapa sejujurnya aku enggan bertemu dengan siapapun saat ini. Naluriku berkata jika aku harus rebahan. Tapi sekarang aku harus keluar. Semua aku lakukan demi bertemu dengan Dirga. Ah sudahlah, seharusnya aku menolak saja yang di suruh oleh Bude tadi. Aku menoleh ke kanan dan ke kiri seolah diriku seorang maling yang akan mencuri di rumah sendiri.Kulihat Dirga sedang duduk di teras depan, tak banyak lagi orang yang berada di rumahku saat ini. Sebagian sedang sibuk berkumpul di ruang keluarga. Kesempatan aku menanyakan semua yang ada di dalam isi kepalaku saat ini. Aku segera bergegas untuk keluar menemuinya. Sebelum ada orang lain yang datang melihat kami.“Ayah suruh ke ruang keluarga sekarang!” kata Anya yang entah muncul dari mana. Bahkan kedatangannya bagaikan makhluk goib yang tiba-tiba muncul di mana saja.“Ish bikin kaget aja sih, dek!” protesku kepadanya. Hampir saja jantung ku copot karena ulahnya.“Bawel

  • Fitnah Di Hari Pernikahanku   Bab 3

    KiranaAku berdiri tepat di hadapan pria yang kini telah sah menjadi suamiku, beberapa waktu yang lalu . Aku menunduk tak berani menatap pria itu. Debaran di jantungku semakin terpacu bahkan sialnya kedua telapak tanganku terasa berair karena aku merasa gugub. Aku hanya berani memandangi kancing kemeja hitam miliknya, aku lihat dia hanya mengenakan kemeja batik hitam dengan corak yang lumayan unik. Sesekali ku remas pinggiran kain jarik yang membalut bagian bawah tubuhku. Untuk menghalau rasa gugubku sendiri.“Jangan malu-malu gitu dong, kalian sudah sah menjadi suami istri. Ayo di salim suaminya,” kata penghulu yang masih duduk di meja akad, dengan nada bercanda khas bapak-bapak. Memberikan instruksi kepadaku. “Iya, bukan anak kecil yang lagi main nikah-nikahan lho kalian ini,” sahut pria yang menjadi saksi. Deg.Ucapan pria itu seolah terasa seperti dejavu bagiku. Aakhirnya aku memberikan diri mengangkat wajahku menghadap ke arah pria yang ku yakini adalah Dirga. Dirga tetangga

  • Fitnah Di Hari Pernikahanku   Bab 2

    KiranaEmbusan angin sejuk terasa menyapu di wajahku, aku merasakan tepukan-tepukan di bagian kedua pipiku. Aku bisa mendengar orang bebicara tentang aku, namun kedua mataku masih enggan untuk terbuka.“Kiran, Kirana?” panggil seorang wanita yang ku yakini itu suara Bude Diyah, sembari menggosokkan minyak kayu putih di telapak tangan dan kakiku sementara Anya menepuk-nepuk pipiku. Aku yakin karena suara cerocosannya sejak tadi aku dengar begitu nyaring di telingaku.“Bangun, Mbak. Jangan nyusahin terus deh!” ketus Anya. Pipiku terasa sedikit perih karena ulah adik tiriku. Bagaimana tidak, dia bahkan memukul pipiku dengan sangat kuat. Mungkin saja dia menaruh dendam kepadaku. Jadi dia memanfaatkan kesempatan ini untuk membalasku.“Kamu nggak boleh begitu, Anya. Dia kakakmu, jangan kasar!” Seru Bude Diyah. Dia seolah tak terima dengan yang dilakukan oleh Anya, bude Diyah adalah istri paman Sultan. Kakak kandung dari Ayahku.“Iya bude, maaf,” kata Anya yang memang selalu berkata sarkas k

  • Fitnah Di Hari Pernikahanku   Bab 1

    Kirana“Saya batalkan pernikahan ini, Pak. Saya tidak sudi menikah dengan wanita murahan seperti anak bapak ini!” ucap Mas Ferdi dengan lantang di hadapan Ayah, dan keluargaku. Tepat di ruang keluarga, di mana semua keluarga intiku berkumpul. Aku kaget dengan peryataan yang begitu tiba-tiba, yang keluar begitu saja dari mulut pria yang seharusnya menikahiku satu jam lagi. Kenapa ini?Ada apa?Semua pertanyaan itu berputar di kepalaku secara mendadak. Aku kira, tadi Mas Ferdi akan menyampaikan sesuatu hal yang penting sebelum kami melangsungkan akad. Karena dia menyuruh kami berkumpul di ruang keluarga. Tapi yang aku dengar, di luar dari isi kepalaku. Membatalkan pernikahan?Kata-kata itu keluar begitu saja dari pria yang aku kenal dua tahun silam, dan melamarku seminggu yang lalu. Aku tak percaya dengan apa yang ku dengar dari bibirnya. Membatalkan pernikahan dan mengataiku wanita murahan di saat seperti ini, apakah dia sudah benar-benar gila?Jujur saja hatiku sangat sakit ,dan ha

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status