Share

FOTO SUAMI DAN KEPONAKANKU
FOTO SUAMI DAN KEPONAKANKU
Author: Atiexbhawell

Musuh dalam selimut

Author: Atiexbhawell
last update Last Updated: 2023-08-01 16:04:13

Aku menatap wajah lelah lelaki yang kini terlelap di sampingku, dengkuran halusnya terdengar teratur pertanda  telah pulas tidurnya. Beberapa titik peluh masih menghiasi dahinya seusai permainan panas kami melepas rindu.

Usia pernikahan kami menginjak tahun ke-14 dan telah di karuniai dua orang putra nan tampan dan sholeh. Ardhani Yasif si kakak yang mengijak usia 12 tahun dan Arbani Yusuf yang berusia 8 tahun.

Mas Wahyu, suamiku bekerja sebagai sopir truk muatan antar kota, yang tidak setiap hari bisa pulang dan berkumpul dengan anak serta istrinya. Terkadang tiga hari baru pulang dan bahkan tak jarang satu minggu baru pulang.

Kami bukanlah berasal dari keluarga mapan yang kaya. Kami sama-sama berangkat dari nol, membangun rumah tangga ini dengan keringat dan air mata tak jarang kami menahan lapar hanya demi kedua buah hati kami agar perut mereka merasa kenyang.

Aku yang hanya bekerja sebagai buruh jahit di sebuah konveksi rumahan, hanya bisa membantu untuk kebutuhan dapur. Sementara biaya hidup lainnya bergantung pada penghasilan suamiku.

Alhamdulillah, dengan doa, usaha dan syukur yang terus kami ucapkan. Perlahan tapi pasti kehidupan kami mulai terbilang mapan dan layak. Suamiku sudah mampu membeli truk sendiri dan dua truk lainnya yang dijalankan oleh adik dan sepupunya. Sementara aku sendiri telah mampu memeperkerjakan lima orang tetangga kami yang membutuhkan pekerjaan.

Semua itu tak lepas dari doa, usaha dan rasa syukur atas apa yang Allah berikan untuk kami. Hingga satu bulan lagi pernikahan kami mengijak usia yang ke 14 tahun. Pasang surut badai kehidupan telah mampu kami lewati, semoga Allah senantiasa menjaga biduk rumah tangga kami.

🌻🌻🌻

Dert dert dert

Dengan mata menahan kantuk aku ulurkan tangan menggapai ponsel yang berada di atas meja kecil disamping kasur. Tanpa melihat siapa yang menghubungi sepagi ini, aku menggeser tombol hijau dan menempelkan  ponsel ke telinga.

"Hallo. . .assalamualaikum, Rin!" Sapa seorang wanita dari seberang sana yang aku hafal suaranya, dialah kakak sulungku, mbak Murni.

"Walaikumsalam, Mbak! Ada apa kok pagi-pagi banget telepon?" 

"Ini, Rin! Mau kabarin kalau Salwa ketrima kuliah di universitas A dekat tempat tinggalmu. Mbak mau minta tolong untuk sementara biar Salwa tinggal di tempatmu sambil nyari kontrakan yang dekat kampus gitu, boleh Rin?" jelas mbak Murni.

"Ya boleh dong, Mbak! kapan Salwa mau datang?"

"Rencananya pagi ini, Rin! Naik bus biar sampai sana gak kemalaman!"

"Oh, ya sudah Mbak, nanti biar mas Wahyu yang jemput ke terminal kebetulan dia lagi di rumah." 

"Yaudah kalau gitu, maaf ya Rin kalau merepotkan!"

"Gak repot kok Mbak, santai saja."

"Terimakasih ya, Rin! Assalamualaikum!"

Setelah mengucap salam aku kembali menyimpan ponsel ke atas meja dan bersiap membersihkan diri untuk melaksanakan shalat subuh. Sebelum berlalu ke kamar mandi aku membangunkan suamiku lebih dulu.

Usai melaksanakan ibadah dua rekaat, aku gegas menuju dapur untuk membuat sarapan. Sedangkan suamiku kembali merebahkan dirinya di kasur.

"Pagi, Bunda!" sapa Ardhan, anak sulungku yang sudah lengkap dengan seragam sekolahnya.

"Pagi, Sayang! Adek mana, Kak?"

"Masih mandi, Bund!" jawabnya yang sudah bersiap meneguk susu coklat yang telah aku siapkan.

Aku kembali fokus dengan penggorengan, tak lama muncul sang adik yang juga sudah rapi dengan seragamnya.

Dengan cepat aku menyajikan nasi goreng buatanku ke hadapan dua belahan jiwaku ini.

"Kalian sarapan dulu ya, Bunda mau panggil ayah sebentar!"

"Ayah pulang, Bund?" tanya si bungsu. Memang semalam suamiku pulang sudah larut dan dua bocah ini sudah tidur lelap jadilah mereka tak tahu jika ayahnya  pulang.

Aku yang hendak masuk kamar urung sebab suamiku juga telah membuka pintu dan bersiap menemui dua jagoan kami.

"Yeiy, Ayah pulang!" sorak si adik yang memang sangat dekat dengan ayahnya.

Mas Wahyu mengusap lembut  pucuk kepala dua anaknya bergantian. Kemudian bergabung dan sarapan  bersama.

"Oh ya, Mas, tadi mbak Murni telepon katanya Salwa mau datang."

"Oh ya? Jam berapa sampai?" 

"Mungkin sebelum maghrib sudah sampai terminal, Mas. Naik bus katanya! Nanti bisa tolong jemput dia gak Mas di terminal?"

"Bisa, sekalian nanti Mas mau tukeran mobil sama Iwan. Iwan mau pake truk untuk angkut barang pindahan sepupunya. Mas disuruh pake mobil avanzanya dia. Kita bisa jemput sama-sama, kan?"

"Akunya gak bisa, Mas! Hari ini harus menyelesaikan seragam keluarganya bu Nani. Lagian nanti si Adek ngaji rutin."

"Ya sudah, nanti minta nomor teleponnya Salwa aja kalau gitu biar gampang hubunginya kalau dia udah sampai."

Kami menikmati sarapan langka ini dengan hikmat. Sesekali terdengar celoteh si Adek yang menceritakan kegiatannya pada sang ayah. Berbeda dengan si Kakak yang memilih untuk fokus makan tanpa suara.

Usai sarapan, mereka berangkat sekolah dengan diantar oleh mas Wahyu. Sungguh aku bahagia melihatnya, mas Wahyu adalah tipe suami yang sayang dengan anak-anaknya. Mengutamakan keluarga diatas segalanya.

Pernah satu kali, ia berangkat membawa muatan menuju pelabuhan lampung dan baru sekitar tiga jam perjalanan si Kakak jatuh dari motor dengan di bonceng pamannya hingga harus dilarikan ke rumah sakit. Mas Wahyu memilih pulang dan meninggalkan muatannya di pinggir jalan hanya demi memastikan si Kakak baik-baik saja.

Usai mereka hilang dari pandangan, gegas aku kembali kedalam untuk menyelesaikan pekerjaanku. Bebersih rumah, mencuci dan menjemur pakaian adalah tugas wajib sebelum beralih menuju kios samping rumah yang aku jadikan tempat mengais rezeki dengan beberapa orang tetangga rumahku.

Alhamdulillah, di tahun ke empat aku membuka konveksi ini setidaknya sudah dua sepeda motor yang berhasil aku beli secara cash. Satu aku pergunakan untuk pribadi dan satu lagi untuk kebutuhan kios.

Usai menjemur pakaian, aku gegas menju kamar untuk bersiap-siap menuju kios. Dengan cepat berganti pakaian dan mengenakan hijab instan yang senada dengan gamisku. Saat hendak mengambil ponsel yang berada di atas meja, netraku menangkap layar ponsel yang menyala. 

Rupanya ponsel suamiku, yang menyala. Entah dorongan dari mana hingga tanganku terulur untuk memeriksanya padahal biasanya aku abai dengan ponselnya.

Lima panggilan tak terjawab dari kontak yang ia beri nama Slw dan dua pesan yang ia kirimkan. Salah satu pesan berupa gambar.

Dengan rasa penasaran yang menggebu aku buka pesan gambar tersebut. Bagai disengat listrik ribuan volt, tubuhku menegang, jantung berdetak lebih cepat, keringat dingin merembes di dahiku. Tanganku gemetaran memegang ponsel suamiku. Mulutku menganga tak percaya dengan apa yang aku lihat, foto dua orang yang aku kenal. Suamiku dan keponakanku tengah tanpa busana.

Jemariku beralih pada pesan yang belum terbaca.

[Sengaja aku mau datang kesana biar bisa sering-sering begini sama kamu, Sayang] pesannya diikuti emot cium berderet.

Air mata luruh tanpa permisi, berbagai pertanyaan berseliweran melintas dikepalaku. Sejak kapan mereka seperti ini? Jemariku lincah menscroll percakapan mereka dari atas. Percakapan menjijikkan antara om dan keponakan yang tak tahu malu. Bahkan dari percakapan itu pula aku mengetahui bahwa mereka sering menghabiskan waktu bersama.

Ya Allah, ujian macam apa ini? Suamiku bermain gila dengan keponakanku sendiri. Apa kurangku selama ini? Rela menahan lapar demi menemaninya merangkak meniti karir dari nol tapi beginikah balasannya.

Benar kata orang bijak bahwa ujian laki-laki itu ada tiga, yaitu harta, tahta dan wanita. Jika suamiku lulus dengan ujian pertama dan kedua, maka di ujian ketiga inilah yang membuatnya gagal yaitu, wanita. Tapi kenapa harus dengan Salwa? Keponakanku sendiri.

Sesak dada ini bagai dihimpit sebongkah batu besar. Lalu, apa mbak Murni tahu soal ini? Aku menarik nafas berusaha menetralkan amarah yang memuncak. Sungguh aku hanya wanita biasa yang jauh dari kata sempurna apalagi shaleha. Namun jika mas Wahyu berniat menikah lagi tentu aku akan memikirkannya dengan baik, sebagaimana ajaran agama yang aku pelajari. Tapi kenapa harus dengan Salwa? Ya Allah, ya Rabb! Dan apa ini? Mereka bahkan telah berzina di belakangku.

Salwa anak dari kakakku yang pertama, usianya masih sembilan belas tahun. Dia juga yang paling rajin mengujungi kami di pinggiran kota Lampung ini. Hampir sebulan sekali ia sempatkan datang kerumah, ada atau tidak adanya mas Wahyu dirumah. Apakah sejak itu mereka bermain api di belakangku? Hingga dengan sengaja ia memilih kuliah di kampus yang tak tersohor di banding dengan tempat tinggalnya yang di tengah kota besar?

Lalu, kenapa tadi mas Wahyu seperti terkejut dengan kedatangan Salwa? Atau mereka memang telah merencanakan ini sebelumnya? Kembali jemariku bergulir mencari percakapan mereka perihal ini, namun nihil tak kutemukan percakapan yang membahas kedatangannya selain dari dua pesan yang telah aku baca ini. Apakah melalui telepon? Kembali aku beralih pada riwayat panggilan, dan benar saja dari nama-nama yang menghubungi suamiku, nama Slwlah yang paling sering melakukan panggilan.

Aku memejamkan mataku, perih hati ini tak mampu lagi aku tepis. Suami yang aku banggakan, yang aku agung-agungkan, suami yang sholeh dan sayang keluarga, nyatanya tak ubahnya seorang musuh di dalam selimut. Mereka benar bermain cantik dan rapi hingga tak tercium aroma kebusukannya. Tapi Allah lebih sayang padaku, Ia tunjukkan belang suamiku yang sesungguhnya.

Ya Allah, apa yang harus aku lakukan? Apakah harus mengikuti alur permainan mereka? Sungguh aku tak punya hati sekuat karang yang mampu bertahan dengan deburan ombak kehidupan. Atau harus melabrak mereka berdua dan melampiaskan amarah dengan kekerasan? Tapi sungguh untuk melakukan itu terbayang senyum ceria kedua putraku. Jika aku melukai fisik suamiku dan gundiknya, dan mereka menuntutku ke jalur hukum lantas aku di penjara, siapa yang akan memperjuangkan hak kedua anak sholeh itu?

Aku larut dalam pikiranku, sembari menikmati sesak dan perih hati ini atas pengkhianatan suamiku. Aku remas ponsel dalam genggamanku menyalurkan rasa kesal dan amarah yang membuncah. Hingga suara dari luar menarikku kembali ke alam nyata.

"Bund! Kamu dimana?"

Gegas aku menghapus air mata yang meleleh, dan mengembalikan ponsel suamiku pada tempat semula. Menetralkan degub jantung yang kian berpacu, seiring derit pintu terbuka.

Dia tersenyum menatapku yang masih terpaku, memikirkan dengan cara apa aku membalas sakit di hati ini.

🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Nur Hasanah
laki2 emag bajingan susah aja ama istri pertama kalo uda senang sama yg lain
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • FOTO SUAMI DAN KEPONAKANKUΒ Β Β Pertolongan datang tepat pada waktunya

    "Bund, kirain udah ke sebelah?" ucapnya berjalan mendekat."Bund, kamu nangis? Kenapa?" tanyanya dengan raut panik ketika jaraknya tinggal dua langkah lagi denganku yang duduk di tepi kasur."Oh, enggk kok Mas, tadi mau ambil baju malah kelilipan." jawabku menahan sesak di dada. Aku gegas berdiri sebelum ia semakin curiga."Aku ke samping ya, Mas. Mungkin gak masuk sampe sore soalnya agak sibuk hari ini. Nanti tolong jemput anak-anak pulang sekolah ya, Mas!" "Bunda bener gak papa?" "Iya, gak papa!" aku segera berlalu keluar kamar dengan air mata kembali berjatuhan tanpa permisi. Sesak dalam dada kian menjadi kala mendapati perhatiannya tak berkurang sedikitpun padaku.Aku terus menuju pintu samping yang langsung terhubung dengan kios tempatku menjahit. Belum ada siapapun yang datang karena jam kerja belum di mulai. Segera aku membuka rolling door dan memeriksa apa saja yang harus aku kerjakan hari ini.Usai menyiapkan segalanya, aku terduduk di depan mesin jahit. Pikiranku kacau, me

    Last Updated : 2023-08-01
  • FOTO SUAMI DAN KEPONAKANKUΒ Β Β Kedatangan gundik

    Aku mengerjapkan mata berkali-kali, aroma minyak kayu putih menusuk indera penciumanku. Aku kembali sadar sudah berada di kamar."Bunda kenapa?" tanya si kakak terlihat khawatir. Ada juga si adek yang masih sesenggukan di samping si kakak."Bunda gak papa, Sayang! Kok nangis?" aku merengkuh kedua jagoanku ini. Aku tak boleh terlihat lemah di depan mereka.Tak lama masuklah mbak Ika dengan membawa air putih dalam gelas."Ibuk sudah sadar? Alhamdulillah!" "Saya kenapa, Mbak?" "Tadi Ibuk pingsan di dekat pintu ruang tamu. Terus kak Ardhan teriak panggil kami, yaudah kami angkat Ibuk bawa ke sini!" Jelasnya, sembari menyodorkan gelas berisi air putih."Terimakasih ya, Mbak! Terimakasih anak sholeh Bunda!" ucapku mencium pucuk kepala kedua anakku.Aku meneguk air putih hingga tandas dan mengembalikan gelas kosongnya pada mbak Ika."Bunda kenapa?" tanya si adek."Bunda gak papa, mungkin kecapekan aja!" jawabku sebisa mungkin terlihat baik-baik saja dihadapan anak-anak hebat ini."Kalau gi

    Last Updated : 2023-08-01
  • FOTO SUAMI DAN KEPONAKANKUΒ Β Β Mulut pedas Erna

    "Kejutan!" sorak Erna sembari bangkit berdiri."Hai, Sal-wa!" ucapnya sengaja mengeja mana Salwa."Kok kalian bengong di situ! Kaget ya ada Erna?" tanyaku membuat suasana kian memanas.Mas Wahyu terlihat semakin gugup dan dengan cepat melangkah mendekat mendahului Salwa yang masih diam mematung ditempat."Astaghfirullah! Itu kenapa baju sama rok anak SD dipake, Wa? Udah lama gak beli baju ya? Atau mbak Murni lupa ukuran baju kamu?" cecar Erna dengan senyum sinisnya. Salwa semakin salah tingkah, wajahnya sudah memerah entah malu atau marah.Salwa bergeming, Erna justru melangkah mendekatinya."Duh masih wangi, habis perjalanan jauh masih wangi loh, apa sih parfum kamu, Wa? Aku mau ikutan beli dong, biar nanti wangi sepanjang hari." kekeh Erna. Salwa semakin kelimpungan sementara mas Wahyu hanya menunduk di sofa single sebelah kananku."Kamu sehat, kan, Wa? Lama loh kita gak ketemu, yuk duduk!" Erna merangkul Salwa dan membawanya duduk di sofa single sebelah kiri yang berhadapan langsun

    Last Updated : 2023-08-01
  • FOTO SUAMI DAN KEPONAKANKUΒ Β Β Awal pembalasan

    "Salwa!!Bikinin kopi dong!" terdengar suara Erna cukup jelas dari pintu penghubung yang berada di samping dapur.Aku yang baru saja melangkah masuk kedalam rumah cukup terkejut mendapati pemandangan indah di depan sana.Salwa dengan daster lusuh panjang hingga bawah lutut tengah memegang alat pel dengan keringat yang mengucur membasahi dahinya. Rambut panjang yang biasa tergerai indah itupun kini ia ikat asal dan terlihat semrawut.Ia melangkah menuju dapur dengan raut wajah kesal. Ia berjalan mendekat dimana posisiku berada. Aku segera melangkah seolah baru saja masuk kedalam rumah. Saat Salwa bertemu denganku di dekat pintu masuk dapur, ia menatapku dengan mata berkaca-kaca seolah meminta pertolongan.Aku mengulum senyum tertahan melihat penampilannya, memperihatinkan."Tante," lirihnya dengan bendungan di kedua netranya yang siap meluncur."Kamu kenapa, Wa?" tanyaku pura-pura."Salwa capek, Tante! Mbak Erna nyuruh ini itu gak ada habisnya!" adunya dengan air mata mengalir.Dia piki

    Last Updated : 2023-08-01
  • FOTO SUAMI DAN KEPONAKANKUΒ Β Β Mengamankan aset

    Setelah mobil berlalu meninggalkan halaman rumah, aku keluar menemui ibuk yang duduk di sofa depan tv. "Nduk, ibu mau tanya sedikit!" ucapnya setelah aku ikut duduk di sampingnya."Apa, Buk?""Semua aset yang kalian miliki atas nama siapa?" "Atas nama kami berdua, Buk! Ada apa?" "Nduk, Arini! Kamu ini polos apa bodoh sih! Sekarang amankan semua sertifikat dari aset-aset kalian, cepat bawa kesini!" Ibuk geleng-geleng kepala mendengar jawabanku bahwa memang semua aset yang kami miliki diatasnamakan kami berdua, karena sedari awal memang kami berangkat membangun rumah tangga ini benar-benar hanya dari pakaian yang melekat di badan saja.Hingga ditahun ke tiga kami berhasil membeli tanah yang akhirnya kami bangun runah ini, tahun berlalu kami mampu menambah sebidang tanah yang akhirnya kami buat untuk kiosku menjahit. Beberapa kendaraan termasuk tiga truk dan dua sepeda motor semua atas nama kami berdua. Hanya beberapa set perhiasan dan dua buku tabungan yang atas namaku sendiri.Ibu m

    Last Updated : 2023-08-30
  • FOTO SUAMI DAN KEPONAKANKUΒ Β Β Ilmu pelet (pov Author)

    "Erna, jangan cari ribut terus dong! Kalau begini sikap kamu, Arini pasti curiga!" ucap Wahyu setelah tak lama mobil keluar dari gerbang perbatasan tempat tinggalnya.Erna yang sedari tadi fokus pada layar ponsel melirik sinis ke arah kakaknya itu."Kenapa? Takut kalau mbak Arini tahu kelakuan bejat kalian!" sinisnya."Makanya, punya otak di pake dong! Kalian pikir mbak Arini bodoh, hah! Mbak Arini diam bukan berarti dia bisa kalian dzalimi dan kalian injak-injak!" tegas Erna. Wahyu hanya diam dan terus fokus pada jalanan."Sudah berapa kali aku peringatkan kamu, Bang! Tapi sepertinya tak cukup hanya dengan bogemanku waktu itu, apa perlu aku congkel matamu sekalian? Atau aku potong pusakamu, Bang?" Erna menatap tajam Wahyu yang berubah pias, terlihat susah payah menelan saliva."Dan kau, lo*te! Pergilah sebelum kurobek selangkanganmu! Atau perlu kusebar foto telanjangmu di sosial media, hah! Biar Ibumu sendiri yang menghajarmu!" ucapnya mentap tajam Salwa yang sedari tadi hanya diam m

    Last Updated : 2023-08-30
  • FOTO SUAMI DAN KEPONAKANKUΒ Β Β Kejanggalan (pov Arini)

    "Ilmu pelet!"Aku terhenyak dengan penuturan Erna, ya Allah sebegitu niatkah Salwa merusak rumah tanggaku hingga ia terjerembab dalam lembah hitam itu?Jika benar Salwa memakai ilmu hitam untuk menjerat suamiku, itu artinya perselingkuhan ini bukan murni kesalahan mas Wahyu. Alam sadarnya dikendalikan oleh hal ghaib.Itu artinya mas Wahyu terlalu jauh dari Allah. Aku terdiam cukup lama, mengingat-ingat kembali sikap mas Wahyu beberapa bulan kebelakang.Ya Allah, aku terlambat menyadari, mas Wahyu sudah lama sekali tak menegakkan shalat dhuha dan shalat malam. Shalat wajib saja ia seperti ogah-ogahan, pantaslah karena dirinya dikendalikan oleh ilmu hitam yang sangat Allah benci."Mbak!" tepukan Erna di bahuku kembali menarik perhatianku."Mbak baru menyadari sekarang, Na! Mas Wahyu sudah lama sekali tidak mengaji, shalat dhuha dan shalat malam. Shalat wajib saja ia seperti malas-malasan. Apakah karena ini hingga ia lengah dan di kendalikan ilmu hitam kiriman Salwa?" ungkapku pada Erna

    Last Updated : 2023-08-31
  • FOTO SUAMI DAN KEPONAKANKUΒ Β Β Pertengkaran (pov author)

    "Om, aku gak bisa kayak gini terus! Mbak Erna menyiksaku dan Om diam aja gak bisa ngelakuin apapun buatku, kalau gini aku rasa percuma aku rela jauh-jauh datang kesini!" murka Salwa pada Wahyu."Kalau begitu pergilah dan jangan pernah kembali!" Wahyu berucap tak kalah lantang."Om! Mana janji Om yang bakalan bahagiain aku! Om janji bakal jagain aku!" "Sudahlah Salwa! Berapa kali aku bilang padamu, aku ingin hubungan gila ini berakhir. Sudah cukup aku menyakiti istri dan anak-anakku! Aku tak pernah ada rasa apapun terhadapmu! Arini satu-satunya wanita yang ada di hati dan pikiranku, dia istrisempurna untukku!"Plak,Satu tanparan keras ia layangkan di pipi kanan Wahyu hingga ia sedikit terhuyung kesamping."Cukup, Om! Kalau cuma ada tante Arini di hati Om, kenapa om meniduriku? Kenapa Om? Kita sudah sejauh ini dan Om bilang aku harus pergi? Dimana otak, Om!"Plak,Kini giliran Wahtu mendaratkan satu tamparan keras ke pipi Salwa. Untuk pertama kalinya Wahyu lepas kendali menghadapi seo

    Last Updated : 2023-09-01

Latest chapter

  • FOTO SUAMI DAN KEPONAKANKUΒ Β Β Kabar duka (ending)

    Hari berganti minggu, minggu berganti bulan. 6 bulan sudah Salwa dirawat di rumah Murni di Jakarta. Awalnya Salwa menolak dan memilih kembali ke Jambi. Namun, dengan alasan lebih dekat jika harus kembali ke rumah sakit untuk kontrol, akhirnya ia setuju dengan Bik Jani tetap ikut bersamanya. Ia tak mau lagi merepotkan Murni dan Tri juga ketiga saudara tirinya.Kondisi Salwa semakin memprihatinkan, kian hari kian kurus. Rambut indah itu gini tak lagi tersisa sedikitpun dan hanya menampakkan kulit kepalanya saja. Cekungan mata kian kentara bahkan kini untuk bicara saja sudah mulai kesusahan.Satu bulan lalu, kenyataan pahit kembali menghantam mental Salwa. Dokter menemukan adanya pertumbuhan sel kanker yang sudah menyebar di area kerongkongan akibat virus APV yang di sebut kanker orofaring. Sejak itu pula, Salwa kehilangan suaranya.Meski begitu lemah oleh keadaan, semangatnya masih membara dalam dirinya. Ia menjalani hari-harinya dengan ikhlas, tak ada lagi air mata yang keluar dari mat

  • FOTO SUAMI DAN KEPONAKANKUΒ Β Β Harapan Murni

    Sesampainya di rumah sakit, Murni segera memaksa untuk bisa masuk ke dalam ruang ICU menemani Salwa. Setelah mendapat ijin dari dokter Rudi, akhirnya Murni diijinkan masuk dengan mengenakan APD khusus sebelumnya. Sedangkan Tri menemui dokter Rudi untuk meminta penjelasan lebih detailnya."Salwa!" Murni tergugu melihat Salwa terbaring dengan berbagai alat medis menempel pada tubuhnya. Wajahnya kuyu, pucat dan semakin kurus bahkan tulang pipinya nampak menonjol. Matanya menghitam dengan cekungan yang dalam.Murni membelai pipi tirus Salwa dengan air mata membanjiri kedua pipinya."Maafkan Mama, Nak!" lirihnya."Bangun, Nak! Ini Mama datang! Kamu gak sendiri lagi sekarang!" tangisnya kian menjadi kala Salwa tak merespon ucapannya.Sesak dalam dadanya kian menjadi, kala tak ia temukan rambut panjang yang tergerai indah dari kepala sang anak."Ya Allah, kemana rambut indahnya? Kemana senyum cerianya?" batinnya menangis pilu."Kemana Mama, hingga tak menemanimu berjuang melawan sakit, Nak?

  • FOTO SUAMI DAN KEPONAKANKUΒ Β Β Penyakit Salwa

    Dua tahun kemudian.Tok tok tok"Umi! Umi! Tolong!" teriak seorang wanita paruh baya sembari menggedor pintu rumah utama pondok pesantren Al-Khumairah.KrieetttTak lama pintu terbuka dan muncullah seorang wanita berkaca mata yang dipanggil Umi, oleh seluruh santri di pondok pesantren itu."Ada apa, Bi Jani?" tanyanya pada wanita bernama Jani itu."Mbak Salwa, pingsan lagi Umi!" jawabnya panik."Astaghfirullah! Yasudah, ayok kita kesana!" Kedua wanita itu lantas berjalan cepat menuju salah satu pondok yang selama ini di tempati Salwa dan Jani.Waktu menunjukkan pukul 2 pagi, dan ini bukan kali pertama Salwa jatuh pingsan."Ya Allah, Bik cepat telepon dokter Ana!" titah Umi Dewinta pada Jani setelah mendapati Salwa yang terbaring di atas kasur.Jani segera meraih ponsel dan menghubungi dokter Ana, dokter yang selama ini merawat Salwa.Dua bulan setelah Salwa masuk ke pesantren, dia dinyatakan mengidap penyakit kanker serviks stadium 3. Dimana penyakit itu sudah mulai menyebabkan usus

  • FOTO SUAMI DAN KEPONAKANKUΒ Β Β Menuju ending

    "Selamat ya, Pak, Bu, bayinya perempuan. Cantik sekali seperti ibunya." ungkap dokter wanita ber tag name dr. Intan Kusuma Sp.Og itu di luar ruang operasi kepada Wahyu dan juga Hasnah yang menunggui proses persalinan Arini secara secar."Alhamdulillah wa syukurilah!""Alhamdulillah ya Allah!" Pekik Wahyu dan Hasnah serempak. Tanpa terasa bulir bening membasahi kedua pipi Wahyu juga Hasnah.Proses persalinan tanpa boleh didampingi oleh siapapun itu, rupanya menjadi hadiah terindah dalam hidup Arini juga Wahyu, dengan kelahiran anak ke tiga berjenis kelamin perempuan.Proses yang sangat menegangkan, pasalnya usia Arini yang tak lagi muda dan riwayat darah tinggi yang tidak memungkinkan Arini untuk melahirkan secara normal. "Bayinya baru dibersihkan, nanti kalau sudah siap, suster akan memberitahu Bapak untuk mengazaninya." setelahnya dokter Intan kembali masuk ke dalam ruang operasi.Tak lama kemudian seorang suster keluar dan memanggil Wahyu untuk mengazankan putrinya. Wahyu tergugu

  • FOTO SUAMI DAN KEPONAKANKUΒ Β Β Pelangi setelah badai

    Perjalanan panjang yang melelahkan jiwa dan raga, namun ada hasil yang melegakan.Hidup kami mulai berjalan normal kembali. Tak ada rintihan kesakitan suamiku, tak ada lagi kejadian-kejadian di luar akal sehat manusiawiku.Hari ini, tepat satu minggu dari kejadian terakhir di kampung waktu itu. Aku mengadakan pengajian syukur untuk kesembuhan suamiku, sekaligus acara syukuran empat bulanan kehamilan ke tiga yang Allah percayakan padaku.Haru, bahagia, lega dan bersyukur akan nikmat Allah yang begitu luar biasa dalam kehidupanku. Aku mengundang 100 anak yatim piatu dari panti asuhan dan juga mengundang seluruh keluarga besarku dan suamiku.Alhamdulillah semuanya datang menghadiri acara syukuran ini, terkecuali Salwa. Ya, Mbak Murni sudah menceritakan semuanya pada kami.Sejatinya kami, terkhususnya aku sendiri tak ada dendam dalam hati untuknya. Karena memang semua yang terjadi diluar kehendaknya sendiri, tapi dia sudah membuat keputusan yang terbaik dalam hidupnya dan kami harus meng

  • FOTO SUAMI DAN KEPONAKANKUΒ Β Β Keputusan Salwa

    "Kami selaku perwakilan pemerintahan kelurahan Senyerang, mengucapkan banyak terimakasih untuk Pak Kyai Ahmad dan rombongan. Yang sudah berkenan membebaskan salah satu kampung kami yang selama lima tahun terakhir ini hilang dari pandangan mata manusia kami.Insya Allah, dalam waktu dekat kami akan segera membangun kampung mati yang sejatinya bernama kampung Belah ini. Kami akan segera mengajukan untuk penyaluran aliran listrik dan juga pembangunan jalan penghubung, supaya kampung Belah ini tak lagi terisolir.Kami juga akan mencari data pemilik lahan di kampung ini, siapa tahu mereka berkenan kembali menghidupkan kampung Belah ini."Ujar Pak Kades panjang lebar di hadapan para warga dan perangkat desa lainnya.Kejadian malam tadi menarik perhatian orang nomor satu di kelurahan Senyerang ini, lantas mendatangi lokasi beserta para stafnya.Pak Kyai Ahmad menjelaskan secara detail mengenai apa yang terjadi di kampung mati atau kampung Belah ini.Kepala desa dan jajarannya dibuat terkejut

  • FOTO SUAMI DAN KEPONAKANKUΒ Β Β Akhir dari belenggu

    "Sudah cukup main-mainnya, Garmo!"Pak Haji Nurman berdiri dengan gagahnya di ambang pintu. Mbah Garmo berdesis sembari memegangi dadanya."Jangan ikut campur kau, Nurman!" hardiknya sembari bangkit berdiri."Tentu! Aku tidak akan ikut campur jika kau juga tak mengusik keluargaku!" ucap Pak Haji tenang."Keluargamu? Yang benar saja!" Mbah Garmo tertawa sumbang.Sedangkan di luar rumah, Murni, Tri dan Pak Kyai, tengah membantu Harun yang terkapar tak sadarkan diri."Mahardika Mahendra itu keponakanku! Dan kau berani menyentuhnya!" ucap Pak Haji lagi.Salwa dan Rodiya kompak menoleh ke arah Dika yang masih tak sadarkan diri."Jangan salahkan aku, karena bocah ingusan itu yang masuk lebih dulu!" jawab Mbah Garmo."Apa yang kau cari Garmo?" ucap Pak Kyai yang muncul dari balik tubuh Pak Haji Nurman, diikuti Murni dan Tri yang memapah Harun.Rodiya segera berlari menyongsong tubuh suaminya dan segera membantu Tri membaringkan Harun di tepi lantai sebelah kanan, sedangkan Pak Haji dan Pak K

  • FOTO SUAMI DAN KEPONAKANKUΒ Β Β Tepat waktu

    "Masih jauh lagi kah, Mbok? Sudah hampir maghrib loh ini?" tanya Murni semakin cemas."Masih lumayan, Bu. Kita lewat jalur barat jadi memang agak memutar, karena cuma di jalur itu mobil bisa sampai ke kampung. Itupun hanya sampai di kampung Bunga Jati, harus jalan kaki sekitar 15 menit lagi untuk sampai ke kampung Mak Saroh." jelas mbok Satiyem."Ya Allah, Mas tambah kecepatannya lagi!" perintah Murni pada Tri."Gak bisa, Dek. Lha wong jalannya begini, untung ini gak hujan kalau hujan malah kita gak mungkin bisa lewat." jelas Tri tanpa mengalihkan pandangannya pada jalanan yang ia rasa begitu sulit dilalui."Ya Allah, perasaanku gak enak ini." gumamnya sambil beberapa kali menghubungi nomor Harun namun tak dapat tersambung. Akhirnya ia putuskan untuk mengirim pesan saja.[Pak Harun, kami lewat jalur barat kata mbok Yem, ini belum sampai]Pesan ia kirimkan ke nomor Harun, dan masih belum terbaca oleh Harun."Duh, signal aja susahnya ampun, deh!" gerutunya sembari melihat layar ponsel.

  • FOTO SUAMI DAN KEPONAKANKUΒ Β Β Dika melawan Mak Saroh

    "Salwa! Nak, bangun Salwa!"Randa membopong tubuh Salwa dan segera berjalan menuju pintu hendak keluar. Tapi, lagi mereka terpental ke belakang, tak bisa melewati pintu yang terbuka lebar itu."Arrrggghhhh!!Ber*ngs*k!" umpatnya frustasi. Ia terpaksa kembali merebahkan tubuh kecil Salwa pada meja sebelumnya, memastikan bahwa Salwa masih bernafas."Oh, syukurlah!" gumamnya setelah memastikan Salwa masih bernafas."Oh, Tuhan! Apa yang harus aku lakukan?" ucapnya dalam hati."Yah, sakit!" rintih Salwa setelah sadarkan diri."Kenapa, Nak? Mana yang sakit?" tanyanya panik.Salwa mengerang dengan memegang perutnya, ia meringis kesakitan sedangkan keringat dengan cepat membasahi wajahnya."Permisiii!! Assalamualaikum!!"Randa dan Salwa saling bersitatap keheranan. Sayup mereka mendengar suara orang di luar sana."Permisiiii!!!" "Ayah dengar suara itu?" tanya Salwa."Iya, Ayah dengar. Siapa itu ya?" gumam Randa. Lantas ia bergerak menuju jendela dan melongokkan kepalanya keluar, tapi tetap

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status