Share

Kedatangan gundik

Author: Atiexbhawell
last update Last Updated: 2023-08-01 16:05:38

Aku mengerjapkan mata berkali-kali, aroma minyak kayu putih menusuk indera penciumanku. Aku kembali sadar sudah berada di kamar.

"Bunda kenapa?" tanya si kakak terlihat khawatir. Ada juga si adek yang masih sesenggukan di samping si kakak.

"Bunda gak papa, Sayang! Kok nangis?" aku merengkuh kedua jagoanku ini. Aku tak boleh terlihat lemah di depan mereka.

Tak lama masuklah mbak Ika dengan membawa air putih dalam gelas.

"Ibuk sudah sadar? Alhamdulillah!" 

"Saya kenapa, Mbak?" 

"Tadi Ibuk pingsan di dekat pintu ruang tamu. Terus kak Ardhan teriak panggil kami, yaudah kami angkat Ibuk bawa ke sini!" Jelasnya, sembari menyodorkan gelas berisi air putih.

"Terimakasih ya, Mbak! Terimakasih anak sholeh Bunda!" ucapku mencium pucuk kepala kedua anakku.

Aku meneguk air putih hingga tandas dan mengembalikan gelas kosongnya pada mbak Ika.

"Bunda kenapa?" tanya si adek.

"Bunda gak papa, mungkin kecapekan aja!" jawabku sebisa mungkin terlihat baik-baik saja dihadapan anak-anak hebat ini.

"Kalau gitu, Ibuk istirahat saja dulu. Pekerjaan biar saya dan teman-teman yang selesaikan. Tinggal sedikit lagi kok, pasti beres!" ujar mbak Ika.

"Terimakasih banyak ya, Mbak!" 

"Sama-sama, Buk! Nanti kalau perlu apa-apa bilang saja sama kami!" pesannya sebelum beranjak keluar dari kamar.

"Bunda jangan sakit lagi! Kakak takut!" ucap si kakak yang terus mendekapku erat.

"Iya, habis ini insya Allah kerjaan Bunda udah tinggal sedikit jadi gak capek lagi! Oh iya, nanti nenek sama tante Erna mau datang loh!" Mereka mendongak menatapku dengan binar di kedua netranya.

"Beneran, Ma?" tanya si adek antusias, dan aku mengangguk pasti.

"Horeee! Nenek datang!" sorak si adek.

"Nanti juga, kak Salwa datang loh!" ucapku menahan sesak. Raut wajah si kakak berubah sendu, tidak terlihat raut senang.

"Kenapa harus datang sih, Bun!" gumamnya.

"Emang kenapa, Kak?" tanyaku pelan.

"Kakak gak suka, kak Salwa sering-sering datang! Waktu itu Kakak lihat kak Salwa minta di pangku ayah! Mana pake celana pendek sama pake kaos dalam aja lagi!"

Degh, rupanya anak sulungku melihat sendiri kelakuan mereka yang tak tahu tempat. Bagai ditusuk ribuan jarum, hatiku berdenyut nyeri.

"Kapan? Kok Kakak gak kasih tahu Bunda?"

"Waktu, Bunda lagi antarin baju sama mbak Ika." Jawabnya polos.

"Adek juga pernah lihat, Ayah bobok siang di kamar kak Salwa, gak pake baju!" tambah si adek polos.

Ya Allah, harus bagaimana aku? Anak-anakku melihat kelakuan Ayahnya yang tak bermoral itu. Sesak sekali hati ini. Bersusah payah aku menjaga pandangan mereka dari hal-hal yang tak pantas dilihat, tapi sang Ayah justru merusaknya hanya demi syahwatnya sendiri.

"Astaghfirullah, Astaghfirullah! Jadi Kakak sama Adek pernah lihat Ayah sama kak Salwa berdua?" tanyaku mencoba mengorek informasi lebih dalam dari kedua jagoanku ini. Mereka mengangguk bersama dengan yakin.

"Waktu itu malem-malem kakak haus pengen ambil minum. Pas keluar kamar, denger suara Ayah lagi ngobrol sama cewek. Pas Kakak lihat ternyata lagi sama kak Salwa di sofa depan tv. Ayah lagi n*n*n di d*d* kak Salwa!" jelas si Kakak.

Ya Allah, ya Rabb! mata anakku ternoda oleh hal yang tak sepantasnya dia lihat. Bagai palu godam menghantam jiwaku, air mata luruh begitu saja. Sekuat apapun aku menahannya nyatanya tetap tak kuasa.

Aku merengkuh kedua anak sholeh ini dalam pelukanku, kudekap erat menyalurkan segala rasa pada mereka. Ini sudah keterlaluan, itu artinya mereka telah lama bermain api di belakangku.

"Bund! Kakak malu melihat Ayah begitu. Gak cuma sekali tapi sering kali begitu. Bahkan kadang tangan kak Salwa masuk ke celana Ayah, atau tangan Ayah masuk kedalam baju kak Salwa!" 

Dekapanku semakin erat, anak sulungku sudah besar, dia sudah tahu apa yang ia lihat. Selama ini dia diam aku pikir memang karena pertumbuhannya yang semakin besar hingga sifat kekanak-kanakan itu perlahan hilang, tapi nyatanya ia diam justru memendam kebusukan sang Ayah yang selama ini mereka banggakan.

"Kenapa Kakak gak cerita sama Bunda?" tanyaku disela isakan.

"Kakak gak mau Bunda sedih!" Air mata kian deras mengucur mendengar jawaban dari anak sulungku. Aku menarik nafas dalam menghempaskan sesak yang kian menghimpit.

"Kakak, anak sholehnya Bunda. Mulai sekarang apapun yang Kakak lihat tolong beri tahu Bunda! Atau jika memang Kakak melihat Ayah begitu lagi sama kak Salwa, Kakak boleh tegur Ayah. Kakak paham maksud Bunda, Nak?" si kakak mengangguk dalam pelukanku.

"Doakan Ayah, supaya sadar dari khilafnya! Ingat doa anak-anak sholeh itu di ijabah sama Allah. Gak boleh benci apalagi dendam sama Ayah ataupun kak Salwa biarlah urusan itu jadi urusan orang dewasa. Tugas Kakak sama Adek adalah mendoakan supaya Bunda dan Ayah baik-baik saja, mengerti?" Kedua anak sholeh itu mengangguk.

"Dan ingat, kalian ini laki-laki sama seperti Ayah, tapi apa yang dilakukan Ayah dan kalian melihatnya, enggak boleh di praktekin sama orang apalagi anak cewek!" tekanku lagi, biar bagaimanapun ada ketakutan tersendiri jika sampai kedua anakku mempraktekkan apa yang mereka lihat.

Mas Wahyu dan Salwa sudah benar-benar kelewatan. Aku tak bisa tinggal diam, terserah mereka mau berbuat apa diluar sana tapi jika sampai melakukannya di dalam rumahku dan sampai anak-anakku melihatnya, aku akan buat perhitungan.

Tak lama terdengar kumandang azan Ashar, kami gegas mengambil wudhu dan melakukan shalat Asaha berjamaah dengan si Kakak sebagai imamnya. Alhamdulillah, di usianya yang menginjak 12 tahun, ia sudah hafal 20 juz Quran dan sudah fasih mengaji dengan suara merdu.

Suatu kebanggaan bagiku yang hafalannya saja tak sebanyak hafalan anakku. Dengan semangat belajar yang tinggi dia berkeinginan untuk melanjutkan pendidikannya usai lulus SD di sebuah pondok ternama di kota besar. Dan Insya Allah, untuk biaya sudah mencukupi.

Usai melaksanakan shalat Ashar, aku meminta kedua anakku untuk melupakan apa yang pernah mereka lihat dari Ayahnya.

"Anggap saja, kalian gak pernah melihat apapun dari Ayah dan kak Salwa, oke! Biar bagaimanapun, Ayah sudah berjuang mengais rezeki supaya Kakak sama Adek hidup layak, bisa sekolah, dan yang pasti Ayah sangat menyayangi kalian berdua." Kedua jagoanku mengangguk, aku yakin si Kakak pasti paham apa yang aku maksud, tapi entah si Adek paham atau tidak sebab usianya memang baru 8 tahun dan sangat dekat dengan Ayahnya.

๐Ÿ’๐Ÿ’๐Ÿ’

Waktu terus berjalan, mentari terik kini hampir berganti dengan semburat jingga. Aku melirik jam yang menempel di dinding, waktu menunjukkan pukul setengah enam lebih lima menit, tak lama terlihat sebuah mobil honda Jazz putih masuk ke halaman rumah.

"Assalamualaikum!" teriak seorang wanita sembari membuka pintu mobil.

"Walaikumsalam!" jawabku sembari berjalan dari dalam.

"Nenek!" sorak kedua jagoanku yang kemudian berlari menghambur ke pelukan sang Nenek.

"Duh, cucu-cucu Nenek sudah makin besar! Anak-anak sholeh, anak pinter!" ucap ibu mertuaku sembari mencium keduanya bergantian.

"Buk!" Aku mencium takzim dan memeluk tubuh rentanya.

"Kamu sehat, kan, Nduk?" tanyanya mengusap punggungku.

"Alhamdulillah, Buk!" Aku melepas pelukan dengan ibuk dan berganti memeluk adik iparku yang sudah seperti adik kandung sendiri.

"Mbak, Arini makin cantik aja! Kangen deh!" ucapnya memelukku.

"Gak usah lebay deh, orang tiap hari wa'an!" cibirku.

"Kan ketemunya udah lama banget, Mbak!" elaknya. Terakhir kami berkunjung ke rumah ibuk waktu lamaran Erna, enam bulan lalu, dan baru ini ketemu lagi. Padahal hanya butuh waktu empat jam saja untuk sampai disana, tapi karena pandemi yang mengaharuskan kami untuk dirumah saja, akhirnya baru ini bisa berkumpul lagi.

"Keponakan sholehnya Tante!" Erna beralih memeluk dua jagoanku. Cucu ibu memang baru mereka berdua, sebab mas Wahyu hanya dua bersaudara dengan Erna.

"Mbak, sehat?" sapa Irwan, calon suami Erna sembari menangkupkan tangan di dada.

"Alhamdulillah, kamu sendiri?"

"Sehat, Mbak! Oh iya, saya gak bisa lama-lama Mbak, soalnya saya sudah di tunggu di kecamatan sebelah, ada pelatihan mulai besok dan saya belum registrasi!" ucapnya menjelaskan. Pria tampan yang bekerja di dinas sosial ini nampak canggung saat mengutarakan niat hatinya.

"Loh, gak masuk dulu?" 

"Kapan-kapan deh, Mbak! Besok aja kalau jemput Ibuk sekalian!" 

Setelah membantu membawa masuk barang ibu dan Erna, Irwan gegas melajukan mobilnya meninggalkan rumahku.

Keceriaan terpancar jelas dari raut kedua jagoanku yang sedang membuka hadiah dari Erna. Sementara aku dan ibu duduk di meja makan sembari minum teh.

"Wahyu kemana, Rin?" tanya ibu setelah hampir satu jam berada di rumah.

"Lagi ke terminal, Buk. Jemput Salwa!" jawabku sembari tersenyum getir.

Tak ada raut terkejut dari wajah ibu, beliau nampak menghela nafas besar sembari menyesap tehnya.

"Masih belum kapok rupanya!" gumamnya yang membuatku mengernyit heran.

"Maksud, Ibu?" Ibu menarik tanganku dan menggenggamnya erat. Mata tua beliau menatap dalam manik mataku.

"Entah kamu tahu atau tidak! Tapi, Wahyu dan keponakan kamu itu terlibat hubungan terlarang!" Mata tua nan sayu itu kini nampak berkabut.

"Erna beberapa kali memergoki mereka tengah memadu kasih di hotel. Dan pernah Erna menghajar sendiri Abangnya itu hingga babak belur. Tapi rupanya, Wahyu tak jera juga!" jawaban ibuk membuat mataku melebar. 

Aku jadi teringat kala beberapa bulan lalu, mas Wahyu pulang dengan wajah penuh lebam membiru setelah hampir sepuluh hari ia tak pulang. Alasannya ia menolong seorang kakek yang tengah di begal, namun justru ia yang kena hajar. Aku percaya saja, karena memang daerah kami rawan akan tindak kejahatan itu.

"Jadi, kalian sudah tahu dari lama?" tanyaku lirih.

"Maafkan Ibuk, Arini! Ibuk hanya berpikir, Wahyu hanya khilaf waktu itu dan akan kembali sadar setelah Erna menghajarnya."  Ibuk menghela nafas besar.

"Dan kedatangan kami ini ada hubungannya dengan rencana kedatangan wanita murahan itu!"

"Maksudnya?"

"Aku sudah sadap wa bang Wahyu, Mbak! Jadi aku tahu kalau si jalang itu akan datang!" sambar Erna kemudian ikut bergabung denganku dan Ibuk.

"Maafkan aku, Mbak! Aku mengambil keputusan ini sendiri. Tapi aku gak mau ada yang nyakitin hati mbak Arini, bang Wahyu sekalipun." jelas Erna, membaut mataku kembali berkaca-kaca.

"Menangislah, Nak! Habiskan air matamu sekarang! Supaya nanti ketika para pengkhianat itu datang, kamu sudah tak lagi menangis. Jangan terlihat lemah di hadapan mereka, supaya mereka tidak berani menginjak-injak harga dirimu." ucapan ibuk berhasil membuat air mataku yang sedari tadi aku tahan tumpah ruah dalam dekapannya.

Cukup lama aku terisak dalam pelukan ibu mertuaku. Hingga aku merasa sudah cukup, kini waktunya aku bangkit melawan ke-dzaliman suami dan keponakanku sendiri.

"Bersiaplah, memberi pelajaran berharga untuk para pengkhianat, Mbak!" ucap Erna menguatkanku. Disertai senyuman kasih sayang ibu mertuaku, yang itu artinya beliau ada di pihakku.

Waktu sudah menunjukkan pukul sembilan malam lebih, namun mas Wahyu belum juga sampai. Aku tahu mereka sedang menghabiskan lahar syahwat dalam kubangan dosa, sebelum bersandiwara di hadapanku. Sekuat tenaga aku menata hati, menghalau sesak yang kian mendera.

Hingga waktu menunjukkan pukul sepuluh kurang lima menit, terlihat sorot lampu masuk ke halaman di barengi deru mobil.

"Assalamualaikum!" suara salam mas Wahyu terdengar. Aku dan Erna saling tatap dan ia mengangguk pasti. Ibuk telah lebih dulu masuk kamar, bersama dua cucunya. 

"Walaikumsalam!" jawabku tulus, biar bagaimanapun menjawab salam harus dengan ketulusan supaya membawa berkah untuk penghuni rumah.

Aku membuka pintu lebar-lebar dan nampaklah suamiku dan keponakanku di sampingnya. Aku sedikit terperanjat melihat penampilan Salwa yang kian berani. Mengenakan kaos ketat yang mencetak dada mon*knya dan rok jeans ketat yang hanya sejengkal saja.

Salwa meraih tanganku dan menciumnya takzim. Aku bergeming dan terus menatapnya hingga ia salah tingkah. Aroma shampo menguar dari rambut panjangnya yang baru setengah kering.

Aku memiringkan tubuhku supaya suami dan keponakanku bisa masuk kedalam ruamah. Dengan langkah pasti mereka masuk dengan suamiku membawakan koper milik Salwa. Namun langkah mereka terhenti begitu saja di pintu pembatas ruang tamu dan ruang tengah.

"Er-na!" Gumam suamiku yang masih dapat kutangkap dengan jelas. Setelah menutup pintu, aku masuk melewati mereka yang masih diam mematung, raut wajah keduanya berubah pucat, bagai melihat hantu yang mengerikan.

๐ŸŒบ๐ŸŒบ๐ŸŒบ๐ŸŒบ๐ŸŒบ๐ŸŒบ๐ŸŒบ๐ŸŒบ๐ŸŒบ๐ŸŒบ๐ŸŒบ๐ŸŒบ๐ŸŒบ๐ŸŒบ๐ŸŒบ

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Nur Hasanah
ponakan lonte ama supir truk aja mau mending cerai gw mah kasih aja ke sil salwa penulis bisa ga namanya pelacur jgn salwa
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • FOTO SUAMI DAN KEPONAKANKUย ย ย Mulut pedas Erna

    "Kejutan!" sorak Erna sembari bangkit berdiri."Hai, Sal-wa!" ucapnya sengaja mengeja mana Salwa."Kok kalian bengong di situ! Kaget ya ada Erna?" tanyaku membuat suasana kian memanas.Mas Wahyu terlihat semakin gugup dan dengan cepat melangkah mendekat mendahului Salwa yang masih diam mematung ditempat."Astaghfirullah! Itu kenapa baju sama rok anak SD dipake, Wa? Udah lama gak beli baju ya? Atau mbak Murni lupa ukuran baju kamu?" cecar Erna dengan senyum sinisnya. Salwa semakin salah tingkah, wajahnya sudah memerah entah malu atau marah.Salwa bergeming, Erna justru melangkah mendekatinya."Duh masih wangi, habis perjalanan jauh masih wangi loh, apa sih parfum kamu, Wa? Aku mau ikutan beli dong, biar nanti wangi sepanjang hari." kekeh Erna. Salwa semakin kelimpungan sementara mas Wahyu hanya menunduk di sofa single sebelah kananku."Kamu sehat, kan, Wa? Lama loh kita gak ketemu, yuk duduk!" Erna merangkul Salwa dan membawanya duduk di sofa single sebelah kiri yang berhadapan langsun

    Last Updated : 2023-08-01
  • FOTO SUAMI DAN KEPONAKANKUย ย ย Awal pembalasan

    "Salwa!!Bikinin kopi dong!" terdengar suara Erna cukup jelas dari pintu penghubung yang berada di samping dapur.Aku yang baru saja melangkah masuk kedalam rumah cukup terkejut mendapati pemandangan indah di depan sana.Salwa dengan daster lusuh panjang hingga bawah lutut tengah memegang alat pel dengan keringat yang mengucur membasahi dahinya. Rambut panjang yang biasa tergerai indah itupun kini ia ikat asal dan terlihat semrawut.Ia melangkah menuju dapur dengan raut wajah kesal. Ia berjalan mendekat dimana posisiku berada. Aku segera melangkah seolah baru saja masuk kedalam rumah. Saat Salwa bertemu denganku di dekat pintu masuk dapur, ia menatapku dengan mata berkaca-kaca seolah meminta pertolongan.Aku mengulum senyum tertahan melihat penampilannya, memperihatinkan."Tante," lirihnya dengan bendungan di kedua netranya yang siap meluncur."Kamu kenapa, Wa?" tanyaku pura-pura."Salwa capek, Tante! Mbak Erna nyuruh ini itu gak ada habisnya!" adunya dengan air mata mengalir.Dia piki

    Last Updated : 2023-08-01
  • FOTO SUAMI DAN KEPONAKANKUย ย ย Mengamankan aset

    Setelah mobil berlalu meninggalkan halaman rumah, aku keluar menemui ibuk yang duduk di sofa depan tv. "Nduk, ibu mau tanya sedikit!" ucapnya setelah aku ikut duduk di sampingnya."Apa, Buk?""Semua aset yang kalian miliki atas nama siapa?" "Atas nama kami berdua, Buk! Ada apa?" "Nduk, Arini! Kamu ini polos apa bodoh sih! Sekarang amankan semua sertifikat dari aset-aset kalian, cepat bawa kesini!" Ibuk geleng-geleng kepala mendengar jawabanku bahwa memang semua aset yang kami miliki diatasnamakan kami berdua, karena sedari awal memang kami berangkat membangun rumah tangga ini benar-benar hanya dari pakaian yang melekat di badan saja.Hingga ditahun ke tiga kami berhasil membeli tanah yang akhirnya kami bangun runah ini, tahun berlalu kami mampu menambah sebidang tanah yang akhirnya kami buat untuk kiosku menjahit. Beberapa kendaraan termasuk tiga truk dan dua sepeda motor semua atas nama kami berdua. Hanya beberapa set perhiasan dan dua buku tabungan yang atas namaku sendiri.Ibu m

    Last Updated : 2023-08-30
  • FOTO SUAMI DAN KEPONAKANKUย ย ย Ilmu pelet (pov Author)

    "Erna, jangan cari ribut terus dong! Kalau begini sikap kamu, Arini pasti curiga!" ucap Wahyu setelah tak lama mobil keluar dari gerbang perbatasan tempat tinggalnya.Erna yang sedari tadi fokus pada layar ponsel melirik sinis ke arah kakaknya itu."Kenapa? Takut kalau mbak Arini tahu kelakuan bejat kalian!" sinisnya."Makanya, punya otak di pake dong! Kalian pikir mbak Arini bodoh, hah! Mbak Arini diam bukan berarti dia bisa kalian dzalimi dan kalian injak-injak!" tegas Erna. Wahyu hanya diam dan terus fokus pada jalanan."Sudah berapa kali aku peringatkan kamu, Bang! Tapi sepertinya tak cukup hanya dengan bogemanku waktu itu, apa perlu aku congkel matamu sekalian? Atau aku potong pusakamu, Bang?" Erna menatap tajam Wahyu yang berubah pias, terlihat susah payah menelan saliva."Dan kau, lo*te! Pergilah sebelum kurobek selangkanganmu! Atau perlu kusebar foto telanjangmu di sosial media, hah! Biar Ibumu sendiri yang menghajarmu!" ucapnya mentap tajam Salwa yang sedari tadi hanya diam m

    Last Updated : 2023-08-30
  • FOTO SUAMI DAN KEPONAKANKUย ย ย Kejanggalan (pov Arini)

    "Ilmu pelet!"Aku terhenyak dengan penuturan Erna, ya Allah sebegitu niatkah Salwa merusak rumah tanggaku hingga ia terjerembab dalam lembah hitam itu?Jika benar Salwa memakai ilmu hitam untuk menjerat suamiku, itu artinya perselingkuhan ini bukan murni kesalahan mas Wahyu. Alam sadarnya dikendalikan oleh hal ghaib.Itu artinya mas Wahyu terlalu jauh dari Allah. Aku terdiam cukup lama, mengingat-ingat kembali sikap mas Wahyu beberapa bulan kebelakang.Ya Allah, aku terlambat menyadari, mas Wahyu sudah lama sekali tak menegakkan shalat dhuha dan shalat malam. Shalat wajib saja ia seperti ogah-ogahan, pantaslah karena dirinya dikendalikan oleh ilmu hitam yang sangat Allah benci."Mbak!" tepukan Erna di bahuku kembali menarik perhatianku."Mbak baru menyadari sekarang, Na! Mas Wahyu sudah lama sekali tidak mengaji, shalat dhuha dan shalat malam. Shalat wajib saja ia seperti malas-malasan. Apakah karena ini hingga ia lengah dan di kendalikan ilmu hitam kiriman Salwa?" ungkapku pada Erna

    Last Updated : 2023-08-31
  • FOTO SUAMI DAN KEPONAKANKUย ย ย Pertengkaran (pov author)

    "Om, aku gak bisa kayak gini terus! Mbak Erna menyiksaku dan Om diam aja gak bisa ngelakuin apapun buatku, kalau gini aku rasa percuma aku rela jauh-jauh datang kesini!" murka Salwa pada Wahyu."Kalau begitu pergilah dan jangan pernah kembali!" Wahyu berucap tak kalah lantang."Om! Mana janji Om yang bakalan bahagiain aku! Om janji bakal jagain aku!" "Sudahlah Salwa! Berapa kali aku bilang padamu, aku ingin hubungan gila ini berakhir. Sudah cukup aku menyakiti istri dan anak-anakku! Aku tak pernah ada rasa apapun terhadapmu! Arini satu-satunya wanita yang ada di hati dan pikiranku, dia istrisempurna untukku!"Plak,Satu tanparan keras ia layangkan di pipi kanan Wahyu hingga ia sedikit terhuyung kesamping."Cukup, Om! Kalau cuma ada tante Arini di hati Om, kenapa om meniduriku? Kenapa Om? Kita sudah sejauh ini dan Om bilang aku harus pergi? Dimana otak, Om!"Plak,Kini giliran Wahtu mendaratkan satu tamparan keras ke pipi Salwa. Untuk pertama kalinya Wahyu lepas kendali menghadapi seo

    Last Updated : 2023-09-01
  • FOTO SUAMI DAN KEPONAKANKUย ย ย Kesempatan

    10."Ngapain kamu?" tanya Erna yang melihat Salwa diam mematung."Mbah siapa tadi?"Salwa semakin gelagapan, matanya bergerak-gerak mencari jawaban yang tepat."Mbah-, mbah itu Nenek akulah!" jawab Salwa ketus meski terdengar gugup.Erna terseyum sinis, sebenarnya ia mendengar semua percakapan Salwa dengan seseorang yang dipanggil Mbah itu sebelum sengaja membuka pintu dengan kasar.Ia segera membaringkan diri di kasur sembari menutup tubuhnya dengan selimut dan memejamkan mata bersiap untuk tidur."Jadi benar firasat Ibuk, jika kamu memakai ilmu hitam untuk menjerat bang Wahyu! Lihat apa yang akan aku lakukan besok padamu, jalang!" Erna membatin dan tetap menutup mata menahan geram.Sementara Salwa, juga merebahkan tubuhnya di kasur tipis yang digelar di lantai. Matanya menerawang menatap langit-langit kamar, memikirkan bagaimana caranya meluluhkan Wahyu kembali.Berkali-kali ia mengirimkan pesan ke nomor Wahyu namun hanya ceklis satu. Ia geram dan memejamkan matanya dengan hati dong

    Last Updated : 2023-09-02
  • FOTO SUAMI DAN KEPONAKANKUย ย ย Petunjuk

    "Jadi apa rencana kamu setelah ini, Na?" tanya Arini ketika mobil yang dikemudikan Erna pergi meninggalkan kantor notaris untuk membalik nama semua aset yang Arini miliki menjadi namanya sendiri."Kita ke kampus A, Mbak! Kita harus pastikan si Salwa benar kuliah di situ atau enggak. Selebihnya mbak Arini ikutin aja rencana yang aku sama Ibuk udah susun." ucap Erna sembari terus fokus di balik kemudi.Pagi tadi usai sarapan, Erna mengatar Arini untuk membalik nama aset milik mereka menggunakan mobil milik Iwan yang ditukar dengan truk milik Wahyu. Sementara Wahyu diminta Ibunya untuk mengantarkan beliau ke suatu tempat, hanya demi menghindari supaya Salwa tidak bertegur sapa dengannya..Dan untuk anak-anak sudah Arini pesankan jika sudah pulang sekolah untuk berada di rumah mbak Ika sampai ia datang menjemput mereka. Sejujurnya Arini sedikit khawatir meninggalkan Salwa di rumahnya sendiri, namun Erna meyakinkan bahwa ia ingin lihat apa yang akan dilakukan Salwa di rumah itu untuk menje

    Last Updated : 2023-09-04

Latest chapter

  • FOTO SUAMI DAN KEPONAKANKUย ย ย Kabar duka (ending)

    Hari berganti minggu, minggu berganti bulan. 6 bulan sudah Salwa dirawat di rumah Murni di Jakarta. Awalnya Salwa menolak dan memilih kembali ke Jambi. Namun, dengan alasan lebih dekat jika harus kembali ke rumah sakit untuk kontrol, akhirnya ia setuju dengan Bik Jani tetap ikut bersamanya. Ia tak mau lagi merepotkan Murni dan Tri juga ketiga saudara tirinya.Kondisi Salwa semakin memprihatinkan, kian hari kian kurus. Rambut indah itu gini tak lagi tersisa sedikitpun dan hanya menampakkan kulit kepalanya saja. Cekungan mata kian kentara bahkan kini untuk bicara saja sudah mulai kesusahan.Satu bulan lalu, kenyataan pahit kembali menghantam mental Salwa. Dokter menemukan adanya pertumbuhan sel kanker yang sudah menyebar di area kerongkongan akibat virus APV yang di sebut kanker orofaring. Sejak itu pula, Salwa kehilangan suaranya.Meski begitu lemah oleh keadaan, semangatnya masih membara dalam dirinya. Ia menjalani hari-harinya dengan ikhlas, tak ada lagi air mata yang keluar dari mat

  • FOTO SUAMI DAN KEPONAKANKUย ย ย Harapan Murni

    Sesampainya di rumah sakit, Murni segera memaksa untuk bisa masuk ke dalam ruang ICU menemani Salwa. Setelah mendapat ijin dari dokter Rudi, akhirnya Murni diijinkan masuk dengan mengenakan APD khusus sebelumnya. Sedangkan Tri menemui dokter Rudi untuk meminta penjelasan lebih detailnya."Salwa!" Murni tergugu melihat Salwa terbaring dengan berbagai alat medis menempel pada tubuhnya. Wajahnya kuyu, pucat dan semakin kurus bahkan tulang pipinya nampak menonjol. Matanya menghitam dengan cekungan yang dalam.Murni membelai pipi tirus Salwa dengan air mata membanjiri kedua pipinya."Maafkan Mama, Nak!" lirihnya."Bangun, Nak! Ini Mama datang! Kamu gak sendiri lagi sekarang!" tangisnya kian menjadi kala Salwa tak merespon ucapannya.Sesak dalam dadanya kian menjadi, kala tak ia temukan rambut panjang yang tergerai indah dari kepala sang anak."Ya Allah, kemana rambut indahnya? Kemana senyum cerianya?" batinnya menangis pilu."Kemana Mama, hingga tak menemanimu berjuang melawan sakit, Nak?

  • FOTO SUAMI DAN KEPONAKANKUย ย ย Penyakit Salwa

    Dua tahun kemudian.Tok tok tok"Umi! Umi! Tolong!" teriak seorang wanita paruh baya sembari menggedor pintu rumah utama pondok pesantren Al-Khumairah.KrieetttTak lama pintu terbuka dan muncullah seorang wanita berkaca mata yang dipanggil Umi, oleh seluruh santri di pondok pesantren itu."Ada apa, Bi Jani?" tanyanya pada wanita bernama Jani itu."Mbak Salwa, pingsan lagi Umi!" jawabnya panik."Astaghfirullah! Yasudah, ayok kita kesana!" Kedua wanita itu lantas berjalan cepat menuju salah satu pondok yang selama ini di tempati Salwa dan Jani.Waktu menunjukkan pukul 2 pagi, dan ini bukan kali pertama Salwa jatuh pingsan."Ya Allah, Bik cepat telepon dokter Ana!" titah Umi Dewinta pada Jani setelah mendapati Salwa yang terbaring di atas kasur.Jani segera meraih ponsel dan menghubungi dokter Ana, dokter yang selama ini merawat Salwa.Dua bulan setelah Salwa masuk ke pesantren, dia dinyatakan mengidap penyakit kanker serviks stadium 3. Dimana penyakit itu sudah mulai menyebabkan usus

  • FOTO SUAMI DAN KEPONAKANKUย ย ย Menuju ending

    "Selamat ya, Pak, Bu, bayinya perempuan. Cantik sekali seperti ibunya." ungkap dokter wanita ber tag name dr. Intan Kusuma Sp.Og itu di luar ruang operasi kepada Wahyu dan juga Hasnah yang menunggui proses persalinan Arini secara secar."Alhamdulillah wa syukurilah!""Alhamdulillah ya Allah!" Pekik Wahyu dan Hasnah serempak. Tanpa terasa bulir bening membasahi kedua pipi Wahyu juga Hasnah.Proses persalinan tanpa boleh didampingi oleh siapapun itu, rupanya menjadi hadiah terindah dalam hidup Arini juga Wahyu, dengan kelahiran anak ke tiga berjenis kelamin perempuan.Proses yang sangat menegangkan, pasalnya usia Arini yang tak lagi muda dan riwayat darah tinggi yang tidak memungkinkan Arini untuk melahirkan secara normal. "Bayinya baru dibersihkan, nanti kalau sudah siap, suster akan memberitahu Bapak untuk mengazaninya." setelahnya dokter Intan kembali masuk ke dalam ruang operasi.Tak lama kemudian seorang suster keluar dan memanggil Wahyu untuk mengazankan putrinya. Wahyu tergugu

  • FOTO SUAMI DAN KEPONAKANKUย ย ย Pelangi setelah badai

    Perjalanan panjang yang melelahkan jiwa dan raga, namun ada hasil yang melegakan.Hidup kami mulai berjalan normal kembali. Tak ada rintihan kesakitan suamiku, tak ada lagi kejadian-kejadian di luar akal sehat manusiawiku.Hari ini, tepat satu minggu dari kejadian terakhir di kampung waktu itu. Aku mengadakan pengajian syukur untuk kesembuhan suamiku, sekaligus acara syukuran empat bulanan kehamilan ke tiga yang Allah percayakan padaku.Haru, bahagia, lega dan bersyukur akan nikmat Allah yang begitu luar biasa dalam kehidupanku. Aku mengundang 100 anak yatim piatu dari panti asuhan dan juga mengundang seluruh keluarga besarku dan suamiku.Alhamdulillah semuanya datang menghadiri acara syukuran ini, terkecuali Salwa. Ya, Mbak Murni sudah menceritakan semuanya pada kami.Sejatinya kami, terkhususnya aku sendiri tak ada dendam dalam hati untuknya. Karena memang semua yang terjadi diluar kehendaknya sendiri, tapi dia sudah membuat keputusan yang terbaik dalam hidupnya dan kami harus meng

  • FOTO SUAMI DAN KEPONAKANKUย ย ย Keputusan Salwa

    "Kami selaku perwakilan pemerintahan kelurahan Senyerang, mengucapkan banyak terimakasih untuk Pak Kyai Ahmad dan rombongan. Yang sudah berkenan membebaskan salah satu kampung kami yang selama lima tahun terakhir ini hilang dari pandangan mata manusia kami.Insya Allah, dalam waktu dekat kami akan segera membangun kampung mati yang sejatinya bernama kampung Belah ini. Kami akan segera mengajukan untuk penyaluran aliran listrik dan juga pembangunan jalan penghubung, supaya kampung Belah ini tak lagi terisolir.Kami juga akan mencari data pemilik lahan di kampung ini, siapa tahu mereka berkenan kembali menghidupkan kampung Belah ini."Ujar Pak Kades panjang lebar di hadapan para warga dan perangkat desa lainnya.Kejadian malam tadi menarik perhatian orang nomor satu di kelurahan Senyerang ini, lantas mendatangi lokasi beserta para stafnya.Pak Kyai Ahmad menjelaskan secara detail mengenai apa yang terjadi di kampung mati atau kampung Belah ini.Kepala desa dan jajarannya dibuat terkejut

  • FOTO SUAMI DAN KEPONAKANKUย ย ย Akhir dari belenggu

    "Sudah cukup main-mainnya, Garmo!"Pak Haji Nurman berdiri dengan gagahnya di ambang pintu. Mbah Garmo berdesis sembari memegangi dadanya."Jangan ikut campur kau, Nurman!" hardiknya sembari bangkit berdiri."Tentu! Aku tidak akan ikut campur jika kau juga tak mengusik keluargaku!" ucap Pak Haji tenang."Keluargamu? Yang benar saja!" Mbah Garmo tertawa sumbang.Sedangkan di luar rumah, Murni, Tri dan Pak Kyai, tengah membantu Harun yang terkapar tak sadarkan diri."Mahardika Mahendra itu keponakanku! Dan kau berani menyentuhnya!" ucap Pak Haji lagi.Salwa dan Rodiya kompak menoleh ke arah Dika yang masih tak sadarkan diri."Jangan salahkan aku, karena bocah ingusan itu yang masuk lebih dulu!" jawab Mbah Garmo."Apa yang kau cari Garmo?" ucap Pak Kyai yang muncul dari balik tubuh Pak Haji Nurman, diikuti Murni dan Tri yang memapah Harun.Rodiya segera berlari menyongsong tubuh suaminya dan segera membantu Tri membaringkan Harun di tepi lantai sebelah kanan, sedangkan Pak Haji dan Pak K

  • FOTO SUAMI DAN KEPONAKANKUย ย ย Tepat waktu

    "Masih jauh lagi kah, Mbok? Sudah hampir maghrib loh ini?" tanya Murni semakin cemas."Masih lumayan, Bu. Kita lewat jalur barat jadi memang agak memutar, karena cuma di jalur itu mobil bisa sampai ke kampung. Itupun hanya sampai di kampung Bunga Jati, harus jalan kaki sekitar 15 menit lagi untuk sampai ke kampung Mak Saroh." jelas mbok Satiyem."Ya Allah, Mas tambah kecepatannya lagi!" perintah Murni pada Tri."Gak bisa, Dek. Lha wong jalannya begini, untung ini gak hujan kalau hujan malah kita gak mungkin bisa lewat." jelas Tri tanpa mengalihkan pandangannya pada jalanan yang ia rasa begitu sulit dilalui."Ya Allah, perasaanku gak enak ini." gumamnya sambil beberapa kali menghubungi nomor Harun namun tak dapat tersambung. Akhirnya ia putuskan untuk mengirim pesan saja.[Pak Harun, kami lewat jalur barat kata mbok Yem, ini belum sampai]Pesan ia kirimkan ke nomor Harun, dan masih belum terbaca oleh Harun."Duh, signal aja susahnya ampun, deh!" gerutunya sembari melihat layar ponsel.

  • FOTO SUAMI DAN KEPONAKANKUย ย ย Dika melawan Mak Saroh

    "Salwa! Nak, bangun Salwa!"Randa membopong tubuh Salwa dan segera berjalan menuju pintu hendak keluar. Tapi, lagi mereka terpental ke belakang, tak bisa melewati pintu yang terbuka lebar itu."Arrrggghhhh!!Ber*ngs*k!" umpatnya frustasi. Ia terpaksa kembali merebahkan tubuh kecil Salwa pada meja sebelumnya, memastikan bahwa Salwa masih bernafas."Oh, syukurlah!" gumamnya setelah memastikan Salwa masih bernafas."Oh, Tuhan! Apa yang harus aku lakukan?" ucapnya dalam hati."Yah, sakit!" rintih Salwa setelah sadarkan diri."Kenapa, Nak? Mana yang sakit?" tanyanya panik.Salwa mengerang dengan memegang perutnya, ia meringis kesakitan sedangkan keringat dengan cepat membasahi wajahnya."Permisiii!! Assalamualaikum!!"Randa dan Salwa saling bersitatap keheranan. Sayup mereka mendengar suara orang di luar sana."Permisiiii!!!" "Ayah dengar suara itu?" tanya Salwa."Iya, Ayah dengar. Siapa itu ya?" gumam Randa. Lantas ia bergerak menuju jendela dan melongokkan kepalanya keluar, tapi tetap

DMCA.com Protection Status