Beranda / Lainnya / FOTO BAYI DI PONSEL SUAMIKU / Bab 4. Mereka Mencuri Uangku

Share

Bab 4. Mereka Mencuri Uangku

Penulis: Ade Esriani
last update Terakhir Diperbarui: 2021-08-16 11:37:22

Bab 4

Setelah keluar dari kawasan toko material, aku memutuskan untuk beristirahat sejenak di sebuah warung bakso di pinggir jalan. Warung bakso ini letaknya berhadapan dengan tokonya Mas Bayu. Aku sengaja memilih tempat ini agar bisa memantau Mas Bayu.

"Ini pesanannya, Mbak, silakan dinikmati," ucap pelayan warung dengan ramah. 

"Terimakasih, Pak," balasku sambil menyunggingkan senyum.

Aku segera menikmati bakso tersebut, tidak lupa menambahkan kecap, saos serta cabai agar rasanya lebih nikmat.

Sambil menikmati semangkuk bakso, aku terus memantau dari warung ini. Sampai detik ini, Mas Bayu belum juga datang ke toko. Kemana kira-kira mas Bayu?

Iseng-iseng aku mencoba mengirim pesan padanya. Mari kita lihat, Mas Bayu jujur atau enggak?

[Assalamu'alaikum, Mas.]

[Mas udah makan siang belum?]

[Mas lagi dimana sekarang?]

Tak lama kemudian, ponselku bergetar, ternyata Mas Bayu menjawab pesanku.

[Wa'alaikumsalam.]

[Udah barusan.]

[Mas lagi di toko. Memangnya kenapa, Dek? Ada apa?]

Di toko? Jelas-jelas Mas Bayu tidak ada di toko. Kamu membohongiku, Mas!

[Enggak apa-apa, Mas! Cuma nanya aja, nggak boleh?] Aku sengaja pura-pura tidak tahu, padahal aku sudah tahu kalau ia membohongiku.

[Boleh kok, Sayang. Yasudah, Mas lanjut kerja dulu, ya. Ini, mau nganterin barang pesanan pelanggan. Dah, Sayang.]

Nganterin barang pesanan pelanggan? Jelas-jelas kamu berbohong, Mas! Entah apa tujuanmu melakukan semua ini padaku. Yang jelas, aku tidak akan tinggal diam jika terbukti Mas Bayu ada main di belakangku.

***

Waktu cepat sekali berlalu, tidak terasa hari sudah sore. Aku memutuskan untuk kembali ke rumah. Aku harus pulang tepat waktu agar ibu mertua tidak marah-marah. Capek mendengar ocehannya setiap hari.

"Kok lama bangat pulangnya? Biasanya kamu pulang tepat waktu! Ini sudah lewat tiga puluh menit. Kamu ke mana saja?" Ibu mertua langsung menyambutku dengan kicauannya yang syahdu nan merdu saat aku tiba di rumah. 

"Maaf, Bu, tadi jalanan macet," jawabku sekenanya.

"Macet? Sore-sore begini? Alasanmu tidak masuk akal! Pasti kamu malas pulang ke rumah. Keluyuran kemana kamu tadi, ayo ngaku?"

"Kalau Ibu enggak percaya, mulai besok Ibu ikut saja bersama Mona. Mona akan sangat senang jika Ibu sampai ikut ke tempat kerjanya Mona." Aku sengaja berkata seperti itu. Kuharap setelah mengucap hal itu, ibu tidak lagi mengoceh.

"Mona ke dalam dulu ya, Bu!" Aku segera berjalan melewati ibu yang masih berdiri di depan pintu.

"Mona, cepat kamu masak buat makan malam. Habis itu, bereskan kembali rumah ini. Ibu mau ke rumah tetangga sebelah dulu." 

Tuh kan, pasti segudang pekerjaan sudah menanti. Makanya aku lebih memilih bekerja ketimbang berdiam diri di rumah. Dengan bekerja seharian di luar rumah, setidaknya bisa membuat pikiranku menjadi tenang. Bekerja menjadi kasir laundry juga sangat santai, hanya duduk manis menghitung uang sambil menunggu konsumen.

Setelah mengganti pakaian, aku segera menuju dapur. Ternyata piring kotor sudah menumpuk di wastafel. Padahal tadi pagi hanya beberapa saja yang kotor. Sekarang hampir semua peralatan yang ada di rak piring berpindah ke wastafel. Padahal di rumah ini hanya ada ibu mertua dan Hana. Entah mengapa piring kotornya bisa sebanyak ini. Aku hanya bisa mengelus dada sambil beristighfar.

"Gimana tadi? Mau ditraktir lagi? Sabar ya gaes. Gampang kok'. Bang Bayu gue duitnya banyak, gue tinggal minta, pasti dikasih."

Aku mendengar suara Hana dari dalam kamarnya. Suaranya terdengar dengan jelas karena kamar yang ditempati Hana bersebelahan dengan dapur.

Sambil mencuci piring, aku mempertajam indra pendengaran, ingin mengetahui apa yang dikatakan oleh adik iparku itu. Aku yakin, pasti saat ini dia sedang menayangkan siaran langsung, seperti biasanya. 

"Kalau kakak ipar gue itu orangnya pelit pake bangat, gaes. Masa tiap kali gue minta duit aja kagak pernah dikasih! Makanya tadi gue sengaja nyolong duitnya di dalam lemari. Sukurin, emang enak!"

Deg!

Jantungku rasanya berdetak lebih kencang saat mendengar apa yang diucapkan adik iparku itu.

Hana mengambil duit yang aku simpan di lemari? Enggak mungkin. Pasti dia bohong, pasti Hana hanya ingin mencari sensasi agar dikomentari oleh teman-temannya.

Segera aku mencuci tangan yang masih dipenuhi dengan busa sabun dengan air kran, lalu bergegas ke kamar untuk memeriksa kebenarannya.

Lemari pakaian masih terlihat rapi seperti biasa. Tapi ada yang aneh, ada beberapa pakaian yang telah berpindah tempat. 

Aku mulai tidak tenang, terlebih saat mendapati dompet yang aku simpan di antara lipatan baju, isinya telah kosong. 

Badanku lemas seketika dan aku langsung terduduk di lantai. Ternyata apa yang dikatakan Hana itu benar. Ia telah mengambil uang simpananku.

Padahal di dalam dompet itu ada uang sebesar Rp. 4.000.000 yang akan digunakan untuk membayar cicilan mobil dan motor. Rp. 3.000.000 akan digunakan untuk membayar cicilan mobil Mas Bayu, Rp. 800.000 untuk membayar cicilan motor Hana dan selebihnya untuk kebutuhan dapur.

Kenapa kamu tega, Hana? Kamu tidak mikirin gimana kakak iparmu ini mengumpulkan uang dengan susah payah?

Ini tidak boleh dibiarkan. Aku harus memberi Hana pelajaran.

Tanpa basa-basi, aku langsung mendorong pintu kamar Hana dengan kasar. Hana yang masih menayangkan siaran langsung di sosmed segera mengakhirinya. Tampak raut keterkejutan di wajahnya saat melihatku masuk ke kamarnya tanpa permisi terlebih dulu.

"Kembalikan uang itu, Hana!" Aku menatapnya dengan sorot mata tajam.

"Uang apaan sih, Mbak? Datang-datang langsung nanyain uang. Mana aku tau," ucapnya cuek sambil memainkan benda pintar miliknya itu.

"Enggak usah berkilah, Mbak udah dengar sendiri. Kamu telah mencuri uang Mbak yang ada di dompet di dalam lemari. Kembalikan uang itu, Hana!" 

Aku mulai kehilangan kesabaran menghadapi tingkah adik iparku yang tidak tahu diri ini.

"Ada apa ini ribut-ribut? Ini lagi, kenapa kamu berada di kamar Hana? Apa semua kerjaan kamu sudah beres, Mona?" 

Tiba-tiba saja ibu mertua muncul, pasti Ibu akan membela Hana dan balik menyalahkanku.

"Hana telah mencuri uang Mona, Bu!"

"Apa? Mencuri? Apa ibu tidak salah dengar?" Sepertinya ibu tidak percaya dengan apa yang aku ucapkan.

"Iya, Bu. Semua uang Mona telah habis diambil oleh Hana. Padahal uang itu akan digunakan untuk membayar cicilan mobil Mas Bayu dan juga cicilan motor Hana." Aku berharap ibu memarahi Hana karena anak sulungnya itu telah melampaui batas.

"Masa mengambil uang milik kakak ipar sendiri dibilang nyuri sih, Bu!" sahut Hana. Matanya belum beralih dari benda pipih yang ada di genggamannya tersebut.

Plak!

Sebuah tamparan dariku berhasil mendarat di pipi kiri Hana.

"Aw … sakit!" Hana memegangi pipinya.

"Berani kamu menampar Hana?" Ibu membentakku, tidak terima atas apa yang telah aku lakukan pada anaknya.

"Iya, Hana pantas menerimanya!"

"Awas kamu, Mbak. Aku akan mengadukan ini pada Mas Bayu." Hana mengancamku.

"Silakan, Mbak tidak takut. Justru kamu yang akan disalahkan karena telah mencuri uang Mbak," jawabku tak mau kalah.

"Sekarang kamu makin berani ya!" Ibu mendekat, lalu mengangkat tangannya, tapi aku langsung menangkisnya. Tidak akan kubiarkan tangan Ibu menyentuhku sedikitpun.

"Oke, Ibu memang belum bisa membalasmu sekarang. Tapi perlu ibu tegaskan padamu. Di dalam uang itu ada haknya Hana dan juga ibu. Hana hanya mengambil haknya, kamu tidak boleh mengatainya pencuri. Lagian, tadi Hana sudah memintanya kepadamu dengan cara baik-baik. Jangan salahkan Hana jika dia mengambilnya sendiri. Bahkan lebih banyak dari yang dia minta sebelumnya." 

Perkataan ibu barusan membuatku semakin geram. Ternyata ibu membela anaknya biarpun sudah terbukti bersalah. Nauzubillahi! Ibu tidak sadar jika ia telah menjerumuskan anaknya sendiri. Membenarkan perbuatannya yang salah.

"Tadi ibu juga mengundang teman-teman arisan kemari. Kami makan-makan menggunakan uang itu," ucap ibu lagi.

Hati ini bagai tersayat-sayat mendengar pengakuannya. Ibu mertua dan adik iparku sama sekali tidak menghargaiku.

"Ya sudah. Jangan salahkan Mona jika mobil Mas Bayu atau motornya Hana ditarik pihak leasing karena Mona tidak mampu lagi untuk membayarnya."

Ibu mertua terkejut mendengar ucapanku. Mungkin beliau tidak mengira jika aku berani berkata seperti itu.

"Hana enggak mau motor kesayangan Hana ditarik, Bu," keluh Hana pada Ibu.

"Itu semua tidak akan terjadi, Nak, kamu tenang saja!" Ibu kemudian beralih menatapku, "terus, kamu gunanya apa? Percuma kamu kerja dan mempunyai penghasilan kalau tidak bisa dimanfaatkan!"

Cairan bening yang sejak tadi ingin keluar tidak bisa lagi kutahan. Tanpa basa-basi, aku langsung meninggalkan kamar itu. Tidak kusangka jika ibu mertuaku begitu tega. Ternyata selama ini mereka hanya memanfaatkanku. 

Mas Bayu lah alasannya kenapa aku masih bertahan menghadapi sikap Ibu dan Hana sampai detik ini. Tapi jika ternyata Mas Bayu terbukti bermain api dengan wanita lain, maka jangan salahkan jika aku akan membuat perhitungan!

Bersambung ….

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Rania Humaira
mampuslah kau mona kebanyakan drama. disuruh merangkap jd babu koq mau aja. g respek sama istri tolol kayak si mona yg bodohnya melebihi binatang
goodnovel comment avatar
edmapa Michael
ternyata benar bayi itu adalah buah selingkuhannya suami brengsek
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • FOTO BAYI DI PONSEL SUAMIKU   Bab 5. Semakin Berani

    Bab 5"Mona, buka pintunya. Kamu belum masak, Mona! Kita mau makan apa malam ini?" Ibu mertua berteriak sambil menggedor-gedor pintu kamar. Tapi aku tidak menghiraukannya karena sudah tahu bahwa mereka hanya memanfaatkan kebaikanku.Aku tulus menyayanginya dan menganggapnya seperti Ibu kandungku sendiri. Tapi apa balasannya bagiku? Hanya hinaan dan cacian yang selalu kudengar tiap hari dari mulutnya.***"Dek, bangun!"Aku merasakan seseorang menepuk pelan pipiku. Mas Bayu, ternyata ia sudah pulang.Aku mengedarkan pandangan ke sekeliling. Ternyata sudah malam, entah jam berapa sekarang, aku ketiduran.

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-16
  • FOTO BAYI DI PONSEL SUAMIKU   Bab 6. Memata-matai

    Bab 6"Nasi uduknya satu ya, Mpok, minumnya teh manis hangat," ucapku pada Mpok Leni, penjual nasi uduk di pinggir jalan dekat komplek."Baik, Neng! Tunggu sebentar ya, Neng!"Aku memilih untuk sarapan di warung tenda pinggir jalan yang tidak jauh dari gang rumahku. Sengaja aku memilih tempat ini karena Mas Bayu biasanya melewati jalan ini. Mumpung lagi libur kerja, hari aku akan membuntutinya untuk menjawab semua kecurigaanku."Ini pesanannya, Neng, silakan dinikmati." Pelayan warung tersebut meletakkan pesananku di atas meja. Satu piring nasi uduk yang yang dihiasi dengan irisan telur dadar yang diiris tipis-tipis, serta satu gelas teh manis yang masih mengepulkan asap telah terhidang di atas meja.

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-18
  • FOTO BAYI DI PONSEL SUAMIKU   Bab 7. Bukti

    Bab 7Aku melepas helm, memberikannya kepada supir ojek itu, kemudian masuk ke dalam klinik. Harus ku ungkap semuanya sekarang juga!Sesampainya di dalam klinik, aku mengedarkan pandangan ke sekeliling ruangan mencari-cari keberadaan Mas Bayu. Ternyata ia dan wanita itu sedang duduk di kursi, di depan resepsionis. Klinik ini tidak terlalu luas, jadi mudah sekali mencari keberadaan mereka.Sementara Mas Bayu dan wanita itu sedang fokus memperhatikan bayi itu, aku langsung berjalan di depan mereka dengan santai. Tanpa ragu, aku ikut duduk diantara ibu-ibu yang sedang mengantri.Aku sengaja memakai masker dan juga kaca mata hitam, semoga saja Mas Bayu tidak melihat keberadaanku di sini. Kalaupun iya, yasudah lah. Malah lebih bagus karena kebohongannya akan

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-18
  • FOTO BAYI DI PONSEL SUAMIKU   Bab 8. Berpura-pura

    Bab 8Deg!Jantungku seolah berhenti berdetak saat melihat ibu mertua memegang buku tabungan yang selama ini aku sembunyikan dari mereka.Bagaimana ini? Apa yang harus aku lakukan?"Ternyata Mbak Mona diam-diam memiliki tabungan ya, Bu. Coba aja kita tau dari dulu ya, Bu," ucap Hana kepada ibunya."Iya, memang dasar kakak iparmu itu orangnya pelit. Ibu sih dari dulu sampai sekarang nggak pernah suka sama dia." Ibu mertua membenarkan ucapan anak bungsunya itu.Astaghfirullah … ternyata ibu tidak pernah suka sama aku. Ya Allah … kenapa rasanya sakit sekali mengetahui kenyataan ini.

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-20
  • FOTO BAYI DI PONSEL SUAMIKU   Bab 9. Beraksi

    Bab 9"Mona, kamu siapin makan siang ya, Ibu dan juga Hana belum makan. Buruan! Nggak pake lama!"Setelah mengucapkan kata-kata itu, mereka berdua pun meninggalkan kamarku.Siapa juga yang mau disuruh-suruh seperti itu? Memangnya aku ini pembantu, apa? Mulai sekarang, jangan harap aku mau menuruti kemauan kalian.Aku merebahkan tubuh di atas ranjang setelah mengunci pintu terlebih dahulu. Hari ini sungguh melelahkan. Aku ingin beristirahat dan tidak ingin diganggu oleh siapapun.Baru beberapa menit mata ini terpejam, Ibu sudah menggedor-gedor pintu dan berteriak memanggil namaku."Mona … makan siangnya mana?"

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-23
  • FOTO BAYI DI PONSEL SUAMIKU   Bab 10. Masuk Perangkap

    Bab 10Mereka bertiga pun meminum teh manis hangat yang sudah dicampur dengan obat tidur tersebut. Mari kita lihat, kalian akan berangkat ke acara akikahan itu atau …"Ayo, Bu, Hana, nanti kita telat," ucap Mas Bayu sambil merapikan kemejanya."Tunggu, Ibu kok mendadak jadi pusing gini, ya? Bentar, Ibu ke kamar dulu." Ibu pun masuk ke kamarnya, disusul juga oleh Hana. Sepertinya obat tidur itu sudah mulai bereaksi. Bagus!"Dek, kok Ibu sama Hana belum keluar juga dari kamar?" tanya Mas Bayu, ia terlihat gelisah, mondar-mandir kesana-kemari."Nggak tau tuh, Mas. Coba Mas lihat ke kamar!"Karena sudah tidak sabar, Mas Bayu segera m

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-27
  • FOTO BAYI DI PONSEL SUAMIKU   Bab 11. Menikmati Permainan

    Bab 11egera ku salin pesan dari wanita tersebut dan langsung mengirimnya ke nomorku. Mungkin suatu saat aku akan membutuhkannya.Setelah berhasil mengerjai wanita selingkuhan Mas Bayu itu, aku segera menghapus riwayat chat. Mas Bayu tidak boleh tahu kalau aku sudah bermain-main dengan gundiknya itu. Aku harus bermain dengan rapi tanpa meninggalkan jejak sedikitpun.Satu jam sudah mereka tertidur, belum ada tanda-tanda bahwa mereka akan bangun. Ketiganya masih tertidur dengan pulas.Akhirnya terlintas ide untuk menghadiri acara akikahan itu. Ya, aku penasaran apakah acaranya berjalan dengan lancar atau justru sebaliknya. Mumpung Mas Bayu masih tidur, aku akan menggunakan kesempatan ini.**

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-27
  • FOTO BAYI DI PONSEL SUAMIKU   Bab 12. Kemarahan Andini

    Bab 12POV BayuAku langsung menyambar kunci mobil yang terletak di atas meja. Setengah berlari menuju garasi, menaiki mobil, lalu mengendarainya dengan kecepatan tinggi.Tidak kuhiraukan lagi rambu-rambu lalu lintas. Lampu merah juga aku terobos begitu saja. Aku sudah tidak sabar ingin secepatnya tiba di rumah Andini.Ah, pasti Andini akan marah besar padaku. Bisa-bisanya aku ketiduran, padahal hari ini adalah acara penting bagiku dan juga istriku Andini.Semoga saja acaranya belum selesai. Bisa-bisa Andini akan marah besar padaku.Setelah menempuh jarak sekitar dua puluh menit, akhirnya aku tiba di rumah Andini.Suasananya suda

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-30

Bab terbaru

  • FOTO BAYI DI PONSEL SUAMIKU   Bab 40. Ending

    Bab 40Enambulan sudah aku menjadi istri dari Mas Galang. Aku sangat bahagia karena memiliki suami dan mertua yang baik. Mas Galang sangat perhatian, ia sangat sayang padaku. Begitu juga dengan mama mertua, beliau juga sangat baik.Saat ini, aku sedang mengandung, usia kehamilanku sudah memasuki lima bulan. Perutku pun sudah mulai terlihat buncit.Dari dulu aku selalu meminta kepada Allah agar menitipkan janin di dalam rahimku. Di pernikahan pertama tidak kudapatkan.Alhamdulillah di pernikahan kedua, Allah mengabulkan doaku. Aku tidak seperti yang dituduhkan mantan mertuaku. Buktinya, sekarang aku bisa hamil. Aku benar-benar bersyukur atas semua nikmat dan karunia yang telah diberikan Allah.

  • FOTO BAYI DI PONSEL SUAMIKU   Bab 39

    Bab 39Mamanya Galang menepati janjinya. Beliau datang ke rumah bersama Mas Galang. Wajah Mas Galang terlihat bingung, mungkin ia bingung karena tidak dikasih tahu sebelumnya.Mamanya Mas Galang mengutarakan niatnya di depan keluargaku bahwa beliau ingin meminangku. Beliau juga kembali meminta maaf karena telah menghinaku waktu itu.Seketika wajah Mas Galang langsung berseri-seri saat mendengar kalimat yang diucapkan oleh mamanya. Mungkin ia tidak menyangka jika mamanya telah merestui hubungan kami."Mama, Mama serius? Mana melamar Mona? Itu artinya Mama sudah merestui hubunganku dengan Mona?" tanya Mas Galang pada mamanya, seperti tidak percaya."Iya, Mama

  • FOTO BAYI DI PONSEL SUAMIKU   Bab 38

    Bab 38"Jadi sekarang kamu buka butik? Gimana, rame?" Matanya memindai sekitar, apa mungkin beliau mau merendahkanku lagi? Padahal aku sudah tidak berhubungan dengan anaknya."Alhamdulillah, Tante. Rame atau enggaknya tetap Mona syukuri. Yang paling penting, Mona bisa mandiri tanpa menyusahkan orang tua.""Bagus itu! Oh ya, Tante ada perlu denganmu. Bisa kita bicara berdua?"Ngajakin aku bicara? Ada apa ya?"Bisa, Tante. Kita bisa bicara di dalam, mumpung belum ada pelanggan. Mari!" Aku mengajak mamanya Mas Galang ke dalam."Bagaimana hubunganmu dengan Galang?" tanya beliau sesaat setelah kami duduk di kursi yang saling berhadapan.

  • FOTO BAYI DI PONSEL SUAMIKU   Bab 37

    Bab 37"Terimakasih sudah mengantarku. Mulai sekarang jangan pernah menghubungiku lagi. Lebih baik Mas langsung pulang saja, ya! Aku capek, mau istirahat," ucapku pada Mas Galang setelah kami tiba di Belanda rumah."Tunggu, Mona!" Mas Galang tampaknya masih tidak terima dengan keputusanku."Tolong jangan ganggu aku lagi, Mas. Permisi!"Aku segera masuk ke dalam dan meninggalkannya sendirian di luar. Aku yakin, benaknya sedang dipenuhi oleh berbagai pertanyaan saat ini."Loh, datang-datang kok' gak ngucapin salam? Galang mana? Sudah pulang? Kok' gak diajak masuk dulu?" Kak Mila langsung menyambutku dengan pertanyaan-pertanyaan yang membuat kepala

  • FOTO BAYI DI PONSEL SUAMIKU   Bab 36. Terhalang Restu

    Bab 36Hati ini bagai disayat-sayat mendengar ucapannya. Luka di hati yang masih dalam proses penyembuhan, kini menganga kembali.Serendah itukah diriku di matanya?"Aku sarankan lebih baik kamu menjauh dari kehidupan Galang karena sampai kapanpun aku tidak akan pernah sudi menerimamu sebagai menantuku," ucapnya dengan santai tanpa memikirkan bagaimana perasaanku.Bulir bening yang sedari tadi ingin keluar, berusaha kutahan. Aku tidak mau terlihat lemah dihadapannya. Aku harus tenang menghadapinya.Hal yang aku takutkan benar-benar terjadi. Sebenarnya inilah alasan utama kenapa sampai detik ini aku belum juga menerima pinangan Mas Galang. Jika sudah tahu begini, maka aku akan lebih mudah untuk m

  • FOTO BAYI DI PONSEL SUAMIKU   Bab 35. Dilamar Mas Galang

    Bab 35 Ternyata apa yang dikatakan Kak Mila itu benar. Mas Galang beneran datang. Ia sengaja meminta izin kepada Bapak dan Kakak untuk mengajakku dan memperkenalkan aku pada orang tuanya. Mas Galang datang tanpa memberitahuku sebelumnya. Ia benar-benar membuat kejutan untukku. "Om, saya mau meminta doa restu pada Om. Saya mau melamar Mona untuk menjadi istri saya. Saya sudah lama mencintai Mona, Om. Saya janji akan membuatnya bahagia dan tidak akan pernah menyakitinya," ucap Mas Galang pada Bapak saat kami sedang mengobrol di ruang tamu. Bapak menatapku sekilas, lalu kembali menatap Mas Galang. "Kalau Om sih tergantung Mona saja. Jika Mona bersedia menerima lamaranmu, Om akan memberika

  • FOTO BAYI DI PONSEL SUAMIKU   Bab. 34. Jadi Bahan Gunjingan Warga

    Bab 34"Mona, ini kamu kan? Kamu kok' jahat bangat sih sama suami dan mertua sendiri!" ucap Bu Nani, tetangga yang berjarak lima rumah dari rumahku."Iya, kok tega, ya? Kasihan Bayu, Ibu sama adiknya harus di penjara gara-gara ulahmu," sahut Bu Mimi, Bu RT di kampung ini."Iya. Bahkan Bayu sampai harus menjual rumahnya untuk membayar pengacara, demi membebaskan Ibu dan adiknya di penjara.""Katanya Bayu sudah bangkrut loh, ibu-ibu. Semua hartanya diambil oleh Si Mona. Bahkan rumah, mobil, motor dan tempat usahanya pun sudah melayang. Kasihan ya!""Iya, kasihan! Jahat banget sih jadi orang. Ntar kena karma baru tau rasa."Kupingku terasa p

  • FOTO BAYI DI PONSEL SUAMIKU   Bab 33. Kembali Ke Kampung

    Bab 33 Tiga bulan sudah aku tinggal bersama Bapak dan juga Kakak di kampung. Alhamdulillah aku sudah pulih kembali. Kini aku sudah resmi menjadi janda. Gugatan ceraiku akhirnya dikabulkan oleh pengadilannya agama. Itu semua berkat bantuan Mas Galang, ia lah yang mengurus semuanya. Aku tidak bisa menghadiri panggilan sidang karena saat itu kondisi kesehatanku belum pulih. Mas Gilang lah yang menangani semuanya. Ibu dan Hana juga sudah mendekam di penjara untuk mempertanggung jawabkan perbuatannya. Aku bisa bernapas lega karena orang-orang yang berbuat jahat padaku telah mendapatkan balasan yang setimpal. Semoga Ibu dan Hana bertaubat dan menyesali semua perbuatannya. Tidak kusangka jika semuanya

  • FOTO BAYI DI PONSEL SUAMIKU   Bab 32. Galang Menyatakan Cinta

    Bab 32 "Kamu jenuh, ya? Kita jalan-jalan ke taman aja, yuk! Biar kamu nggak bosan," ajak Mas Galang. Aku memang merasa jenuh karena berada di kamar terus. Sudah hampir satu Minggu di sini, aku bahkan ingin menghirup udara segar di luar. "Tunggu sebentar, ya, aku mau di kursi roda dulu," ucapnya lagi. Aku hanya mengangguk, pertanda mengiyakan. Pagi ini Mas Galang lah yang menungguiku di rumah sakit ini. Kakak sudah pulang lebih dulu ke kampung karena tidak bisa lama-lama meninggalkan suami dan anaknya. Sedangkan Bapak pergi ke kantin untuk sarapan. Tak lama kemudian, Mas Galang pun

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status