Bab 12
POV Bayu
Aku langsung menyambar kunci mobil yang terletak di atas meja. Setengah berlari menuju garasi, menaiki mobil, lalu mengendarainya dengan kecepatan tinggi.
Tidak kuhiraukan lagi rambu-rambu lalu lintas. Lampu merah juga aku terobos begitu saja. Aku sudah tidak sabar ingin secepatnya tiba di rumah Andini.
Ah, pasti Andini akan marah besar padaku. Bisa-bisanya aku ketiduran, padahal hari ini adalah acara penting bagiku dan juga istriku Andini.
Semoga saja acaranya belum selesai. Bisa-bisa Andini akan marah besar padaku.
Setelah menempuh jarak sekitar dua puluh menit, akhirnya aku tiba di rumah Andini.
Suasananya suda
Bab 13POV BayuKe mana semua uangku? Siapa yang mengambilnya?Seketika aku terduduk di lantai, rasanya kedua kaki ini tidak mampu lagi menopang tubuhku.Aku masih tidak percaya dengan semua ini. Bisa-bisanya uang tersebut raib. Apa yang harus aku lakukan?"Pak, Bapak kenapa? Apa yang terjadi dengan Bapak?" Seorang lelaki paruh baya menepuk pundakku."Apa Bapak kehilangan uang?" tanyanya lagi.Lidah ini terasa kelu, bahkan aku tidak sanggup untuk menjawab pertanyaan. Aku shock!
Bab 14POV BayuSaat aku membuka pintu kamar, kulihat Mona sedang tertidur pulas di atas ranjang. Syukurlah, aku bisa bernafas lega sekarang!Aku menghampiri Mona, lalu mengelus rambut panjangnya yang tergerai indah. Kupandangi wajah wanita yang sudah mendampingiku selama enam tahun ini. Seketika ada rasa bersalah yang menyelimuti hati ini. Ya, aku merasa berdosa karena telah mengkhianati istri yang sangat baik padaku dan juga keluargaku.Jika saja Mona bisa memberiku keturunan, mungkin aku tidak akan pernah menikah dengan Andini.Dulu aku yang menyuruh Mona agar tidak hamil dulu karena aku belum siap untuk punya anak.Mona sempat marah dan protes saat aku membawanya ke bidan untuk suntik KB.
Bab 15 Pov Bayu Apa lagi ini? Andini mau menipuku? Tidak akan bisa. Ia sengaja meminta uang untuk menghilangkan jejak, agar aku tidak curiga bahwa ia telah menguras ATM ku. Benar-benar licik! Baiklah, Andini, aku akan membuat perhitungan denganmu. "Bayu, kamu mau kemana lagi?" tanya Ibu, ia tampak heran melihatku berjalan terburu-buru. "Aku mau ke rumah Andini, Bu! Aku akan membuat perhitungan dengannya," jawabku, pandanganku tetap fokus ke depan. "Udah lah, Bayu! Mending nggak usah. Takutnya nanti kalian bertengkar lagi." Ibu memberi saran. "Tidak bisa, Bu! Andini sudah benar-benar keterlaluan, bahkan ia kembali mengancamku. Aku t
Bab 16POV Bayu"Andini … Andini … buka pintunya." Aku berteriak sambil menggedor-gedor pintu rumah Andini."Ada apa sih teriak-teriak?" Andini membentakku sesaat setelah membuka pintu. Ia menatapku nyalang, aku tahu ia masih marah padaku, tapi itu tidak sebanding dengan kemarahanku padanya saat ini."Masih berani kamu datang ke ruma---""Diam kamu wanita licik. Mana uangku, hah?" Aku langsung menerobos masuk, melewatinya begitu saja.Aku membuka pintu kamar dengan kasar, membuat Dedek terbangun dan menangis. Tapi aku tidak peduli.Ku bongkar semua baju-bajunya dari dalam lemari. Mencari ua
Bab 17"Cepat laksanakan perintahku, wanita pela-kor! Dan kamu, Mas, kita selesaikan urusan kita!"Apa yang harus kulakukan? Bagaimana ini?"Kamu tidak bisa memerintahku. Kamu pikir aku takut padamu dan bersedia menuruti perintahmu? Mimpimu ketinggian, wanita mandul! Aku sama sekali tidak takut pada ancamanmu. Apa yang bisa kamu lakukan? Gayanya selangit, tapi uang saja tidak punya! Bahkan aku lebih pintar darimu. Aku bisa membayar pengacara untuk menjebloskanmu ke penjara jika kamu masih berani mengusik ketenanganku, camkan itu! Andini balik mengancam, ia kelihatannya tak gentar menghadapi Mona.Aduh … kenapa jadi seperti ini sih? Kedua istriku malah sibuk memperebutkan rumah itu.
Bab 18"Tunggu sebentar ya, Mas. Ada urusan yang harus aku selesaikan," ucap Mona pada lelaki yang memperkenalkan diri sebagai pengacara itu sambil menutup kembali pintu mobil.Tanganku mengepal, hatiku cemburu melihat Mona satu mobil dengan lelaki lain. Tapi biarlah, ada urusan yang lebih penting daripada mikirin siapa lelaki itu."Assalamualaikum, Bu, Hana! Mona punya kejutan buat kalian semua. Yuk, kita ke dalam," ucap Mona dengan ramah, seolah tidak terjadi apa-apa."Pak Galang … itu kan pak Galang, dosen Hana di kampus! Bu, ada Pak Galang, Bu." Hana lompat-lompat kegirangan, seperti anak kecil yang habis dikasih permen. Memalukan!"Hana, kamu apa-apanya sih? Malu-maluin aja," ucap Ib
Bab 19"Jadi benar, apa yang dikatakan Mona? Jawab!" Emosiku tidak bisa lagi dibendung, sungguh aku tidak terima ditipu dan dikhianati seperti ini.Andini tidak menjawab, hanya cairan bening yang mengalir deras dari kelopak matanya."Hapus air mata palsumu itu, Andini! Kamu tidak perlu bersandiwara lagi," bentak Ibu. Sama sepertiku, Ibu juga terlihat shock.Aku mengangkat tanganku lagi, tidak puas rasanya hanya menampar pipi kirinya."Jangan sakiti aku lagi, Mas. Aku tidak tahu siapa lelaki itu," sangkalnya, ia pikir mudah untuk mengelabuiku? Aku tidak bisa percaya setelah melihat bukti itu."Mona memfitnahku, Mas. Aku nggak tahu
Bab 20Ternyata aku telah salah menilainya. Bukan Andini, ternyata Mona lah penjahat yang sesungguhnya."Kurang aj-ar kamu Mona. Kembalikan semua uang Bayu. Kamu tidak berhak atas semua itu!" bentak Ibu, lalu berjalan beberapa langkah menghampiri Mona."Ternyata kamu seorang pencuri! Pantas saja penampilanmu berubah, kamu bahkan bisa membeli baju dan ponsel mahal, rupanya kamu mencuri uang anakku! Dasar menantu kurang aj-ar! Kembalikan uang itu atau nyawamu akan berakhir di tangan kami?""Kamu dengar perkataan Ibu, Mona? kamu tidak akan bisa keluar dari rumah ini sebelum menyerahkan sertifikat rumah Andini dan uang yang telah kamu ambil!" Aku mengancamnya. Jangan ia pikir bisa dengan mudah menipuku.
Bab 40Enambulan sudah aku menjadi istri dari Mas Galang. Aku sangat bahagia karena memiliki suami dan mertua yang baik. Mas Galang sangat perhatian, ia sangat sayang padaku. Begitu juga dengan mama mertua, beliau juga sangat baik.Saat ini, aku sedang mengandung, usia kehamilanku sudah memasuki lima bulan. Perutku pun sudah mulai terlihat buncit.Dari dulu aku selalu meminta kepada Allah agar menitipkan janin di dalam rahimku. Di pernikahan pertama tidak kudapatkan.Alhamdulillah di pernikahan kedua, Allah mengabulkan doaku. Aku tidak seperti yang dituduhkan mantan mertuaku. Buktinya, sekarang aku bisa hamil. Aku benar-benar bersyukur atas semua nikmat dan karunia yang telah diberikan Allah.
Bab 39Mamanya Galang menepati janjinya. Beliau datang ke rumah bersama Mas Galang. Wajah Mas Galang terlihat bingung, mungkin ia bingung karena tidak dikasih tahu sebelumnya.Mamanya Mas Galang mengutarakan niatnya di depan keluargaku bahwa beliau ingin meminangku. Beliau juga kembali meminta maaf karena telah menghinaku waktu itu.Seketika wajah Mas Galang langsung berseri-seri saat mendengar kalimat yang diucapkan oleh mamanya. Mungkin ia tidak menyangka jika mamanya telah merestui hubungan kami."Mama, Mama serius? Mana melamar Mona? Itu artinya Mama sudah merestui hubunganku dengan Mona?" tanya Mas Galang pada mamanya, seperti tidak percaya."Iya, Mama
Bab 38"Jadi sekarang kamu buka butik? Gimana, rame?" Matanya memindai sekitar, apa mungkin beliau mau merendahkanku lagi? Padahal aku sudah tidak berhubungan dengan anaknya."Alhamdulillah, Tante. Rame atau enggaknya tetap Mona syukuri. Yang paling penting, Mona bisa mandiri tanpa menyusahkan orang tua.""Bagus itu! Oh ya, Tante ada perlu denganmu. Bisa kita bicara berdua?"Ngajakin aku bicara? Ada apa ya?"Bisa, Tante. Kita bisa bicara di dalam, mumpung belum ada pelanggan. Mari!" Aku mengajak mamanya Mas Galang ke dalam."Bagaimana hubunganmu dengan Galang?" tanya beliau sesaat setelah kami duduk di kursi yang saling berhadapan.
Bab 37"Terimakasih sudah mengantarku. Mulai sekarang jangan pernah menghubungiku lagi. Lebih baik Mas langsung pulang saja, ya! Aku capek, mau istirahat," ucapku pada Mas Galang setelah kami tiba di Belanda rumah."Tunggu, Mona!" Mas Galang tampaknya masih tidak terima dengan keputusanku."Tolong jangan ganggu aku lagi, Mas. Permisi!"Aku segera masuk ke dalam dan meninggalkannya sendirian di luar. Aku yakin, benaknya sedang dipenuhi oleh berbagai pertanyaan saat ini."Loh, datang-datang kok' gak ngucapin salam? Galang mana? Sudah pulang? Kok' gak diajak masuk dulu?" Kak Mila langsung menyambutku dengan pertanyaan-pertanyaan yang membuat kepala
Bab 36Hati ini bagai disayat-sayat mendengar ucapannya. Luka di hati yang masih dalam proses penyembuhan, kini menganga kembali.Serendah itukah diriku di matanya?"Aku sarankan lebih baik kamu menjauh dari kehidupan Galang karena sampai kapanpun aku tidak akan pernah sudi menerimamu sebagai menantuku," ucapnya dengan santai tanpa memikirkan bagaimana perasaanku.Bulir bening yang sedari tadi ingin keluar, berusaha kutahan. Aku tidak mau terlihat lemah dihadapannya. Aku harus tenang menghadapinya.Hal yang aku takutkan benar-benar terjadi. Sebenarnya inilah alasan utama kenapa sampai detik ini aku belum juga menerima pinangan Mas Galang. Jika sudah tahu begini, maka aku akan lebih mudah untuk m
Bab 35 Ternyata apa yang dikatakan Kak Mila itu benar. Mas Galang beneran datang. Ia sengaja meminta izin kepada Bapak dan Kakak untuk mengajakku dan memperkenalkan aku pada orang tuanya. Mas Galang datang tanpa memberitahuku sebelumnya. Ia benar-benar membuat kejutan untukku. "Om, saya mau meminta doa restu pada Om. Saya mau melamar Mona untuk menjadi istri saya. Saya sudah lama mencintai Mona, Om. Saya janji akan membuatnya bahagia dan tidak akan pernah menyakitinya," ucap Mas Galang pada Bapak saat kami sedang mengobrol di ruang tamu. Bapak menatapku sekilas, lalu kembali menatap Mas Galang. "Kalau Om sih tergantung Mona saja. Jika Mona bersedia menerima lamaranmu, Om akan memberika
Bab 34"Mona, ini kamu kan? Kamu kok' jahat bangat sih sama suami dan mertua sendiri!" ucap Bu Nani, tetangga yang berjarak lima rumah dari rumahku."Iya, kok tega, ya? Kasihan Bayu, Ibu sama adiknya harus di penjara gara-gara ulahmu," sahut Bu Mimi, Bu RT di kampung ini."Iya. Bahkan Bayu sampai harus menjual rumahnya untuk membayar pengacara, demi membebaskan Ibu dan adiknya di penjara.""Katanya Bayu sudah bangkrut loh, ibu-ibu. Semua hartanya diambil oleh Si Mona. Bahkan rumah, mobil, motor dan tempat usahanya pun sudah melayang. Kasihan ya!""Iya, kasihan! Jahat banget sih jadi orang. Ntar kena karma baru tau rasa."Kupingku terasa p
Bab 33 Tiga bulan sudah aku tinggal bersama Bapak dan juga Kakak di kampung. Alhamdulillah aku sudah pulih kembali. Kini aku sudah resmi menjadi janda. Gugatan ceraiku akhirnya dikabulkan oleh pengadilannya agama. Itu semua berkat bantuan Mas Galang, ia lah yang mengurus semuanya. Aku tidak bisa menghadiri panggilan sidang karena saat itu kondisi kesehatanku belum pulih. Mas Gilang lah yang menangani semuanya. Ibu dan Hana juga sudah mendekam di penjara untuk mempertanggung jawabkan perbuatannya. Aku bisa bernapas lega karena orang-orang yang berbuat jahat padaku telah mendapatkan balasan yang setimpal. Semoga Ibu dan Hana bertaubat dan menyesali semua perbuatannya. Tidak kusangka jika semuanya
Bab 32 "Kamu jenuh, ya? Kita jalan-jalan ke taman aja, yuk! Biar kamu nggak bosan," ajak Mas Galang. Aku memang merasa jenuh karena berada di kamar terus. Sudah hampir satu Minggu di sini, aku bahkan ingin menghirup udara segar di luar. "Tunggu sebentar, ya, aku mau di kursi roda dulu," ucapnya lagi. Aku hanya mengangguk, pertanda mengiyakan. Pagi ini Mas Galang lah yang menungguiku di rumah sakit ini. Kakak sudah pulang lebih dulu ke kampung karena tidak bisa lama-lama meninggalkan suami dan anaknya. Sedangkan Bapak pergi ke kantin untuk sarapan. Tak lama kemudian, Mas Galang pun