Bab 19
"Jadi benar, apa yang dikatakan Mona? Jawab!" Emosiku tidak bisa lagi dibendung, sungguh aku tidak terima ditipu dan dikhianati seperti ini.
Andini tidak menjawab, hanya cairan bening yang mengalir deras dari kelopak matanya.
"Hapus air mata palsumu itu, Andini! Kamu tidak perlu bersandiwara lagi," bentak Ibu. Sama sepertiku, Ibu juga terlihat shock.
Aku mengangkat tanganku lagi, tidak puas rasanya hanya menampar pipi kirinya.
"Jangan sakiti aku lagi, Mas. Aku tidak tahu siapa lelaki itu," sangkalnya, ia pikir mudah untuk mengelabuiku? Aku tidak bisa percaya setelah melihat bukti itu.
"Mona memfitnahku, Mas. Aku nggak tahu
Bab 20Ternyata aku telah salah menilainya. Bukan Andini, ternyata Mona lah penjahat yang sesungguhnya."Kurang aj-ar kamu Mona. Kembalikan semua uang Bayu. Kamu tidak berhak atas semua itu!" bentak Ibu, lalu berjalan beberapa langkah menghampiri Mona."Ternyata kamu seorang pencuri! Pantas saja penampilanmu berubah, kamu bahkan bisa membeli baju dan ponsel mahal, rupanya kamu mencuri uang anakku! Dasar menantu kurang aj-ar! Kembalikan uang itu atau nyawamu akan berakhir di tangan kami?""Kamu dengar perkataan Ibu, Mona? kamu tidak akan bisa keluar dari rumah ini sebelum menyerahkan sertifikat rumah Andini dan uang yang telah kamu ambil!" Aku mengancamnya. Jangan ia pikir bisa dengan mudah menipuku.
Bab 21 POV Andini Setelah mengetahui semua kebohongan Mas Bayu, tekadku untuk meninggalkannya semakin kuat. Tidak ada lagi yang bisa kuharap darinya. Sudah mandul, kere lagi! Tak mengapa meskipun aku harus kehilangan rumah. Yang jelas, ayah dari bayi ini masih bersedia menerima kami apa adanya. Selamat tinggal, Mas Bayu, aku akan memulai hidup baru bersama keluarga kecilku. Aku melangkah keluar, menunggu Bang Dika--Sang kekasih hatidatang menjemput. Sambil menunggunya, aku duduk di kursi rotan yang ada di teras. Sejenak, aku kembali teringat pada momen yang
Bab 22 POV Andini #Flashback Pesta pernikahan sederhana digelar di rumah kediaman tanteku. Hanya dihadiri oleh pak penghulu, para saksi beserta keluarga kedua belah pihak. Ibu dan juga Hana-adik iparku turut memberikan doa restu. Istri pertama Mas Bayu tidak tahu kalau suaminya sudah menikah lagi. Entah bagaimana perasaannya jika sampai ia mengetahuinya, pasti sangat menyakitkan. Tapi aku tidak peduli, yang jelas sekarang aku sudah mendapatkan apa yang aku inginkan. Setelah acaranya selesai, Mas Bayu langsung memboyongku ke rumah yang baru dibelinya itu. Mas Bayu memberikan rumah itu untukku sebagai kado pernikahan. Aku sangat bahagia karena Mas Bayu ternyata tidak main-main dengan janjinya.
Bab 23 POV Andini Dan yang lebih parah lagi, ternyata si Mona lah yang telah menyebabkan kekacauan atas semua ini. Ternyata Mona yang membobol ATM Mas Bayu, mengambil uang di toko, serta ia lah penyebab dari pertengkaran ku dengan Mas Bayu. Ia juga yang telah mencampur obat tidur ke minuman Mas Bayu hingga Mas Bayu ketiduran dan tidak datang ke acara akikahan itu. Ia mengakuinya di depan kami semua. Benar-benar wanita jahat! Aku marah dan benci sekali padanya. Tapi aku tidak bisa berbuat apa-apa. Mona dilindungi oleh pengacaranya. Salah sedikit, bisa-bisa aku yang akan berakhir di balik jeruji besi. Mona mengungkap fakta bahwa selama ini ternyata
Bab 24(Kembali ke POV Mona)Akhirnya aku memutuskan keluar dari rumah itu setelah berhasil mengambil apa yang aku mau.Aku mengambil semua uang Mas Bayu yang ada di toko, juga di ATM, bahkan rumah yang ia beli untuk gundiknya itu berhasil aku rebut. Aku berhasil membuatnya bangkrut.Mungkin mereka pikir aku ini polos dan bo-doh, mereka tidak tahu bagaimana kekuatan dari seorang istri yang disakiti.Semua itu berkat bantuan Mas Gilang juga. Jika bukan karena bantuannya, mungkin aku tidak akan berhasil merebut rumah yang ditempati oleh gundiknya Mas Bayu itu.Saat memutuskan untuk minggat dari rumah, aku memilih untuk pulang ke rumah ora
Bab 25"Gilang, kenalin ini Mona, adiknya Mbak," ucap Kak Mila, ia mengenalkanku pada seorang lelaki."Hai, aku Gilang," sapanya ramah."Aku Mona."Kak Mila menjelaskan semuanya kepada lelaki yang bernama Galang itu, aku hanya duduk manis dan sesekali menjawab saat ditanya.Untunglah, lelaki yang bernama Gilang itu bersedia membantu. Ia mengajarkan padaku banyak hal, termasuk juga soal hukum. Dengan begitu, aku semakin berani untuk berhadapan dengan Mas Bayu dan gundiknya itu. Bahkan aku siap membawa mereka ke jalur hukum.Gilang bukan hanya sekadar pengacara saja, tapi ia juga sudah seperti sahaba
Bab 26"Gimana sidangnya? Maaf ya, aku tidak bisa menemanimu, jadwal sidangmu bersamaan dengan jadwalku di kampus," ucap Mas Galang saat aku tiba di parkiran."Iya, nggak apa-apa, Mas. Aku bisa sendiri, kok', tenang aja."Aku maklum, Mas Gilang memang memiliki segudang aktivitas. Selain bekerja sebagai pengacara, ia juga mengajar di kampus. Dan masih banyak lagi bisnis sampingan yang sedang dirintisnya."Yaudah, kita jalan sekarang, yuk! Jangan sampai calon pembeli sampai lebih dahulu daripada si pemilik rumah," ucapnya lagi. Mas Galang kemudian mengitari mobilnya, lalu duduk di bangku kemudi.Hari ini aku dan Mas Galang janjian dengan calon pembeli rumah yang kuambil dari Andini. Rumah itu akan
Bab 27"Oh, jadi sekarang kamu punya butik!"Suara seseorang yang begitu familiar mengagetkanku. Aku yang sedang memakaikan baju pada patung, sejenak menghentikan aktivitasku.Aku memang membuka butik setelah memutuskan berhenti bekerja di toko laundry."Ibu, Hana?" Ngapain kesini?" tanyaku ketus."Bukan urusanmu! Yang jelas tidak mungkin kami bela-belain datang kemari jika tidak ada sesuatu yang penting," jawab Ibu tak kalah ketus dariku."Hana! Laksanakan!" Ibu memerintah Hana. Entah apa yang akan mereka lakukan padaku."Oke,
Bab 40Enambulan sudah aku menjadi istri dari Mas Galang. Aku sangat bahagia karena memiliki suami dan mertua yang baik. Mas Galang sangat perhatian, ia sangat sayang padaku. Begitu juga dengan mama mertua, beliau juga sangat baik.Saat ini, aku sedang mengandung, usia kehamilanku sudah memasuki lima bulan. Perutku pun sudah mulai terlihat buncit.Dari dulu aku selalu meminta kepada Allah agar menitipkan janin di dalam rahimku. Di pernikahan pertama tidak kudapatkan.Alhamdulillah di pernikahan kedua, Allah mengabulkan doaku. Aku tidak seperti yang dituduhkan mantan mertuaku. Buktinya, sekarang aku bisa hamil. Aku benar-benar bersyukur atas semua nikmat dan karunia yang telah diberikan Allah.
Bab 39Mamanya Galang menepati janjinya. Beliau datang ke rumah bersama Mas Galang. Wajah Mas Galang terlihat bingung, mungkin ia bingung karena tidak dikasih tahu sebelumnya.Mamanya Mas Galang mengutarakan niatnya di depan keluargaku bahwa beliau ingin meminangku. Beliau juga kembali meminta maaf karena telah menghinaku waktu itu.Seketika wajah Mas Galang langsung berseri-seri saat mendengar kalimat yang diucapkan oleh mamanya. Mungkin ia tidak menyangka jika mamanya telah merestui hubungan kami."Mama, Mama serius? Mana melamar Mona? Itu artinya Mama sudah merestui hubunganku dengan Mona?" tanya Mas Galang pada mamanya, seperti tidak percaya."Iya, Mama
Bab 38"Jadi sekarang kamu buka butik? Gimana, rame?" Matanya memindai sekitar, apa mungkin beliau mau merendahkanku lagi? Padahal aku sudah tidak berhubungan dengan anaknya."Alhamdulillah, Tante. Rame atau enggaknya tetap Mona syukuri. Yang paling penting, Mona bisa mandiri tanpa menyusahkan orang tua.""Bagus itu! Oh ya, Tante ada perlu denganmu. Bisa kita bicara berdua?"Ngajakin aku bicara? Ada apa ya?"Bisa, Tante. Kita bisa bicara di dalam, mumpung belum ada pelanggan. Mari!" Aku mengajak mamanya Mas Galang ke dalam."Bagaimana hubunganmu dengan Galang?" tanya beliau sesaat setelah kami duduk di kursi yang saling berhadapan.
Bab 37"Terimakasih sudah mengantarku. Mulai sekarang jangan pernah menghubungiku lagi. Lebih baik Mas langsung pulang saja, ya! Aku capek, mau istirahat," ucapku pada Mas Galang setelah kami tiba di Belanda rumah."Tunggu, Mona!" Mas Galang tampaknya masih tidak terima dengan keputusanku."Tolong jangan ganggu aku lagi, Mas. Permisi!"Aku segera masuk ke dalam dan meninggalkannya sendirian di luar. Aku yakin, benaknya sedang dipenuhi oleh berbagai pertanyaan saat ini."Loh, datang-datang kok' gak ngucapin salam? Galang mana? Sudah pulang? Kok' gak diajak masuk dulu?" Kak Mila langsung menyambutku dengan pertanyaan-pertanyaan yang membuat kepala
Bab 36Hati ini bagai disayat-sayat mendengar ucapannya. Luka di hati yang masih dalam proses penyembuhan, kini menganga kembali.Serendah itukah diriku di matanya?"Aku sarankan lebih baik kamu menjauh dari kehidupan Galang karena sampai kapanpun aku tidak akan pernah sudi menerimamu sebagai menantuku," ucapnya dengan santai tanpa memikirkan bagaimana perasaanku.Bulir bening yang sedari tadi ingin keluar, berusaha kutahan. Aku tidak mau terlihat lemah dihadapannya. Aku harus tenang menghadapinya.Hal yang aku takutkan benar-benar terjadi. Sebenarnya inilah alasan utama kenapa sampai detik ini aku belum juga menerima pinangan Mas Galang. Jika sudah tahu begini, maka aku akan lebih mudah untuk m
Bab 35 Ternyata apa yang dikatakan Kak Mila itu benar. Mas Galang beneran datang. Ia sengaja meminta izin kepada Bapak dan Kakak untuk mengajakku dan memperkenalkan aku pada orang tuanya. Mas Galang datang tanpa memberitahuku sebelumnya. Ia benar-benar membuat kejutan untukku. "Om, saya mau meminta doa restu pada Om. Saya mau melamar Mona untuk menjadi istri saya. Saya sudah lama mencintai Mona, Om. Saya janji akan membuatnya bahagia dan tidak akan pernah menyakitinya," ucap Mas Galang pada Bapak saat kami sedang mengobrol di ruang tamu. Bapak menatapku sekilas, lalu kembali menatap Mas Galang. "Kalau Om sih tergantung Mona saja. Jika Mona bersedia menerima lamaranmu, Om akan memberika
Bab 34"Mona, ini kamu kan? Kamu kok' jahat bangat sih sama suami dan mertua sendiri!" ucap Bu Nani, tetangga yang berjarak lima rumah dari rumahku."Iya, kok tega, ya? Kasihan Bayu, Ibu sama adiknya harus di penjara gara-gara ulahmu," sahut Bu Mimi, Bu RT di kampung ini."Iya. Bahkan Bayu sampai harus menjual rumahnya untuk membayar pengacara, demi membebaskan Ibu dan adiknya di penjara.""Katanya Bayu sudah bangkrut loh, ibu-ibu. Semua hartanya diambil oleh Si Mona. Bahkan rumah, mobil, motor dan tempat usahanya pun sudah melayang. Kasihan ya!""Iya, kasihan! Jahat banget sih jadi orang. Ntar kena karma baru tau rasa."Kupingku terasa p
Bab 33 Tiga bulan sudah aku tinggal bersama Bapak dan juga Kakak di kampung. Alhamdulillah aku sudah pulih kembali. Kini aku sudah resmi menjadi janda. Gugatan ceraiku akhirnya dikabulkan oleh pengadilannya agama. Itu semua berkat bantuan Mas Galang, ia lah yang mengurus semuanya. Aku tidak bisa menghadiri panggilan sidang karena saat itu kondisi kesehatanku belum pulih. Mas Gilang lah yang menangani semuanya. Ibu dan Hana juga sudah mendekam di penjara untuk mempertanggung jawabkan perbuatannya. Aku bisa bernapas lega karena orang-orang yang berbuat jahat padaku telah mendapatkan balasan yang setimpal. Semoga Ibu dan Hana bertaubat dan menyesali semua perbuatannya. Tidak kusangka jika semuanya
Bab 32 "Kamu jenuh, ya? Kita jalan-jalan ke taman aja, yuk! Biar kamu nggak bosan," ajak Mas Galang. Aku memang merasa jenuh karena berada di kamar terus. Sudah hampir satu Minggu di sini, aku bahkan ingin menghirup udara segar di luar. "Tunggu sebentar, ya, aku mau di kursi roda dulu," ucapnya lagi. Aku hanya mengangguk, pertanda mengiyakan. Pagi ini Mas Galang lah yang menungguiku di rumah sakit ini. Kakak sudah pulang lebih dulu ke kampung karena tidak bisa lama-lama meninggalkan suami dan anaknya. Sedangkan Bapak pergi ke kantin untuk sarapan. Tak lama kemudian, Mas Galang pun