Beranda / Romansa / FEMININ / 5. Tentang Jee

Share

5. Tentang Jee

Penulis: putrynaufal
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Selamat malam" Sapa Jee, mendaratkan bokongnya di kursi khusus tempat makan

Ibu Widya dan Monica yang sedari tadi menunggu Jee, membalas ucapannya sembari tersenyum senang. Mereka merasa bahwa Femi tidak ikut makan malam dengan mereka kali ini.

Lili, salah satu pelayan Jee. Menuangkan segelas air putih dihadapannya. Tidak lupa, dengan sepiring nasi dan beberapa lauk mewah diatasnya.

Tidak ada obrolan khusus, hanya dentingan sendok dan piring yang mengisi kekosongan diantara mereka.

'Mana wanita udik itu' batin Jee melirik kanan dan kiri.

Tanpa disadari Jee, Monica tengah memperhatikannya sejak tadi.

"Cari siapa?" Tanya Monica

"Lo gak perlu tau" ketus Jee membuat Monica tertegun. Ada rasa nyeri dihatinya mendengar perkataan Jee yang tidak pernah halus kepadanya.

Selesai makan malam, Jee buru buru balik ke atas menuju kamarnya. Di ikuti Lili yang membawa nampan berisi makanan, khusus untuk Femi.

Kriiiiitttttt

Pintu terbuka perlahan, nampak Femi yang sedang tertidur dengan menahan kesakitan ditangannya.

Untuk pertama kalinya, Jee merasa kasihan pada orang lain

"Bangun lo" perintah Jee, mengguncang tubuh  Femi.

Femi menggeliat, mencoba membuka matanya.

"Tuan? Ada apa?"

Menyadari kesalahannya, di ulang lagi ucapannya tersebut

"Maaf Jee, aku ketiduran"

Lili menaruh piring yang berisi nasi, sayur, ayam, dan aneka buah. Tidak lupa segelas susu, ditaruhnya diatas meja dekat ranjang.

"Makan dulu" titah Jee

Femi bingung, pasalnya tangannya di perban saat ini. Ditambah dengan perihnya luka, bagaimana bisa makan.

Jee memutar bola matanya malas. Lalu menyuruh Lili untuk segera keluar kamar.

"Makanya hati hati kalau bawa air panas" kata Jee sembari mengambil piring dan sendok, menyiapkan kedalam mulutnya Femi. Femi dengan antusias menerimanya karna dia begitu lapar saat ini

"Dia tidak sengaja, Jee"

"Dia? Siapa?"

"Pelayan kamu"

Jadi benar dugaan Jee, ada orang yang sengaja menyiram tangan Femi. Teringat tadi sore, sepulang kerja. Jee tidak sengaja mendengar Ibu Widya sedang mengobrol dengan Ina. Menyuruhnya, menyiramkan air panas bila bertemu Femi.

"Habisin. Terus tidur" perintah Jee sambil menyuap Femi.

******

"Inaaaa"' Teriak Jee menggema di rumahnya.

Para pelayan berhamburan, sembunyi dibalik dinding. Mereka tau, jika Jee berteriak berarti ada salah satu diantara mereka melakukan kesalahan. 

Para pelayan ketakutan, tak terkecuali Ina. Ina yang saat ini dipanggil Jee.

"Gua bikin kesalahan apa ya?" tanya Ina dengan gemetar kepada yang lain. Para pelayan hanya menggeleng tidak tau.

"Ada apa sih Jee? " Tanya Ibu Widya, muncul dihadapannya Jee

Jee hanya tersenyum sinis. Bukan hal yang baru, Omanya itu bersikap sok baik kepadanya.

"Panggil Ina suruh kesini. Lili, bawa air panas!!!" teriak Jee, yang diyakini di dengar oleh semua penghuni rumah.

Mendengar teriakan Jee, Femi yang tertidur kini mulai terbangun. Buru buru dia melangkah turun untuk mengetahui apa yang terjadi.

Berkumpulah para pelayan, Ibu Widya, Monica, David, dan di tengah tengah ada Ina dan Jee yang sedang membawa baskom berisi air panas.

Perasaannya tak enak, Femi berlari menemui Jee.

"Jee" lirih Femi membuat semua orang menoleh kepadanya.

Jee hanya menoleh ke arah Femi.

"Diakan yang nyiram Lo air panas?" tanya Jee

"Dia tak sengaja"

"Dia sengaja Femi. Dia suruh Oma"

Ibu Widya terperanjat kaget, begitu juga dengan Ina. Ina menelan ludahnya kasar, cemas bila mukanya disiram air panas juga.

"Gue gak suka, ada yang sok arogan disini. Yang bayar Lo, gue atau dia?" teriak Jee pada Ina.

Ina mulai menangis, menangisi nasibnya. 

"Jee sudahlah. Toh, tangan aku sudah sembuh" rayu Femi

"Diammm!!" ketus Jee dengan tatapan tajam, membuat Femi terkejut.

"Jee kita bisa omongin ini baik baik" rayu Femi lagi, tak menyerah.

Jee tak mengindahkan kata Femi. Dia langsung menyiramkan air panasnya mengarah ke Ina

"Aaaaaaaaaaaaaaa!!" teriak Ina ketakutan

Byurrr...

Brakkk...

Semua orang menoleh, bahkan Jee menatap tajam Femi. Ya berkat Femi, Ina tidak terkena air panas sedikitpun, karna Femi menahan tangan Jee dan menangkis ke arah lain, di tempat yang kosong.

Melihat kelakuan Femi, Jee marah besar. Seakan matanya penuh dengan kobaran emosi.

"Lo apa apaan? Mau sok jadi jagoan?"

"Maaf, Tuan. Tapi sikap Tuan tidak benar. Kasian Ina, sampai ketakutan seperti itu"

"Gue gak peduli. Lo gak usah ikut campur, gue ngajarin pelayan gue buat gak semena mena tanpa perintah dari gue. Dan sekarang Lo bersihin ini semua"

Femi terkejut dengan perintah Jee. Bagaimana bisa dia membersihkannya sedangkan salah satu tangannya di perban.

Lili hendak bergerak maju, membantu Femi. Tapi sayang, baru selangkah Jee sudah melarangnya

"Ingat, jangan ada yang berani Pelayan membantunya" titah Jee kembali.

drttt..  drttt..

Ponsel Jee bergetar, segera Jee menerima telfonnya.

"Iya, 15 menit lagi saya akan sampai disana"

kata Jee ditelfon.

Melihat Jee sudah pergi, David menghampiri Femi disaat orang orang sudah bergerak menjauh darinya. Terkecuali Monica

"Lo gak usah bantu, kena damprat Jee tau rasa" sindir Monica

"Gue bukan pelayan. Berhenti ikut campur!!"

Monica berdecak sebal, dan pergi meninggalkan mereka berdua.

"Gak apa apa?" tanya David

"Benar kata Monica, kamu seharusnya gak bantu aku"

"Tidak apa apa"

"Ini non lap dan pel nya. Awas panas" kata Lili sambil membawa alat pel

"Terima kasih ....." ucap Femi menggantung

"Panggil saya Lili"

Femi tersenyum ke Lili, baru kali ini ada yang bersikap baiknya padanya setelah David.

"Bagaimana kabar ayahmu?" Tanya David.

"Puji Tuhan, baik. Terima kasih sudah memberi fasilitas untuk Ayahku"

"Tak masalah"

"Oh David, Apa kamu sudah menikah?"

"Hampir menikah, tapi Calon istriku meninggal sehari sebelum pernikahan"

"Aku turut sedih mendengarnya"

"Kamu bagaimana?"

"Aku tidak pernah dekat dengan pria lain" jawab Femi tersipu malu

"Menakjubkan"

Hening, diantara mereka berdua saling terdiam

"Dulu, Ibu Jee meninggal bunuh diri" kata David memecah keheningan

"Penyebabnya apa?"

"Oma Widya tak menyukai Tante Jenny, ibunya Jee. Setiap hari ada saja keributan diantara mereka, tak lepas dari pelampiasan amarah, selalu serba salah dimata Oma. Itulah sebabnya, Jee membenci Omanya"

"Lalu Ayahnya?"

"Sakit, ayahnya sakit"

Femi mengangguk paham.

"Aku dan Jee berteman sejak kecil, kami bertetangga. Ibuku, kepala pelayan dirumah ini, bahkan berkawan baik dengan Tante Jenny. Itulah sebabnya, agak banyak aku tau tentang Jee. Jee orang baik, hanya saja dia bersikap dingin karna trauma dengan orang yang bersikap baik padahal jahat, sama seperti halnya dengan Oma"

Femi tak menyangka, bahwa Jee mengalami kisah se dramatis ini. Padahal Jee hidup enak dan mewah bergelimang harta. Dan Femi yakin, Jee takkan pernah mengalami rasanya hidup di kegelapan dalam rumah karna tidak membayar tagihan listrik

"Dasar murahan, beraninya Lo sama David di belakang gue"

David dan Femi menoleh ke arah sumber suara. Terpampang sosok Jee yang sedang berdiri di tengah pintu dengan meletakkan kedua tangannya di dada. Membuat David dan  Femi terkejut

Bab terkait

  • FEMININ   6. Diajak Jalan Tuan Besar

    "Jee, lepass!!" pinta Femi, saat tangannya di tarik paksa oleh Jee Jee terus saja menarik tangan Femi, hingga masuk kedalam kamar. Dilemparkannya Femi ke atas ranjang "Ada hak apa Lo, berani dekat dengan laki laki lain selain gue?" "Aku hanya ngobrol sebentar dengan David" "Tanpa izin dari gue?" "Sejak kapan aku harus meminta izin padamu?" Jee terdiam. Masuk akal juga dengan pertanyaan Femi, Jee selama ini tidak pernah melarang Femi berbicara dengan orang lain. Mereka saling terdiam. Femi mengelus tangannya yang ditarik paksa oleh Jee, sedangkan Jee hanya melihat pemandangan dari jendela kamar. Terjadilah kikuk diantara mereka. "Tuan, ini sudah jam 9 malam" kata Femi. Jee tak bergeming sedikitpun, membuat Femi semakin salah tingkah "Ada apa?" tanya Jee, tanpa mau menatap matanya. "Kapan?" "Apa?" "Kita,, ikkeh ikkeh kimochi" Jee secepatnya menoleh ke arah Femi. Alisnya meng

  • FEMININ   7. Rencana Monica

    "Hooaaaamm" Femi terbangun dari tidurnya, setelah kecapaian dari jalan jalan dengan Jee semalam "Ini bau apa?" tanya Femi mengendus enduskan hidungnya.Penasaran dengan bau terbakar yang menyengat, Femi melangkahkan kakinya ke balkon belakang. Matanya membelalak, Ada Monica sedang membakar sesuatu yang tidak asing dimatanya, dihalaman rumah. Dengan bergegas, Femi segera turun ke bawah. Benar saja, Monica membakar semua pakaian yang dibelinya tadi malam bersama Jee. Termasuk baju batik untuk ayahnya. "Monica, ini masih baru!" kata Femi, seolah mengerti kalau Monica mengira itu hanyalah baju bekas yang sengaja dibakarnya "Gue tau" "Kenapa kamu bakar, Monica?" "Mending baju Lo, daripada diri Lo yang gue bakar." jawab Monica santai Femi tertegun, selama ini emang benar benar Monica membencinya. Tapi, kenapa dia harus membakar baju baju miliknya? "Dengar ya cewek udik, Lo gak pantas jadi istrinya Jeremy. Lo miskin,

  • FEMININ   8. Rasa bersalah

    Mobil melaju, mengarah ke rumah Jee. Sedangkan Femi samar samar mulai membuka matanya. Kepalanya terasa pusing, pandangannya sedikit berputar. Saat sadar dia sudah berada di dalam mobil, dengan David sebagai sopir "Sudah bangun?" tanya David menyadari Femi sudah tersadar. Femi mengangguk pelan, memperbaiki posisi tidurnya. "Aku tadi kenapa?" "Kamu hampir diperkosa" Mata Femi membulat, bagaimana bisa dia hampir di perkosa sedangkan seingatnya dia terakhir bersama Monica? "Lain kali, kalau diajak Monica harus hati hati. Monica punya ide licik buat nyakitin kamu" "Maaf. Terima kasih, sudah berkali kali kamu nolongin aku" "Tak masalah" senyum David, menoleh sebentar kearah Femi *** Di tempat lain, Jee mengamuk buru buru pulang setelah mendapatkan beberapa foto Femi dengan seorang Pria tak dikenal dari Monica "Dimana gadis bodoh itu?" "Tenang Jee, wanita jalang itu pas

  • FEMININ   9. Isi hati David.

    Setelah seharian berkeliling, akhirnya mereka pulang kerumah. Tentunya, 4 pasang mata yang melihat kedatangan mereka sangat tidak suka. Melihat itu, Monica pergi ke kamarnya di susul Ibu Widya "Hei, gak usah galau" "Oma, aku lebih baik kembali ke Sidney. Ada tawaran job model disana. Setidaknya, aku juga bisa move on dari Jee" kata Monica sambil berlinangan air mata Mendengar hal itu, ada rasa tak enak dihati Ibu Widya. Dia tau betul bagaimana Monica sangat menyukai Jee Sedari dulu. "Kamu gak usah galau begitu, perlahan kita akan membuat gadis miskin itu gak betah dirumah ini" Monica mengangguk. Berharap apa yang dikatakan Omanya benar. "Aku mau ke dapur dulu" "untuk apa?" "buatin kamu nasi goreng spesial" Femi membuatkannya nasi goreng putih dengan bumbu seadanya khas nasi goreng jaman

  • FEMININ   10. Monica dan dendamnya

    Monica menangis sesenggukan, hendak mengadu Pada ibu Widya. Ibu Widya yang saat itu sedang maskeran, panik melihat Monica menangis masuk ke kamarnya "Loh, ada apa?" "Aku ditinggal sendirian di Klinik, Oma!!" "Emangnya Jee kemana?" "Gak tau, kan dari awal emang Jee gak suka sama Monica. Gak ikhlas Anter Monica" Ibu Widya mengangguk paham, di elusnya punggung Monica agar lebih tenang. "Sabar, kita harus cari rencana biar Jee suka sama kamu!" "Gimana caranya Oma?" "Pokoknya ada lah! Nah sekarang kamu tidur. Besok ikut Oma ke suatu tempat" Monica mengangguk, dan berjalan keluar dari kamarnya Ibu Widya ** Ke esokkan harinya, karna Ibu Widya sudah janji. Dia akan mengajak Monica ke sebuah kampung terpencil &nb

  • FEMININ   1. Namaku Feminin

    "Tolong jangan hancurkan dagangan saya" Pinta seorang pria tua kepada bodygoard yang tengah ngobrak Abrik meja dagangannya. "Makanya bayar hutangmu, kalau gak bisa bayar. Kami hancurkan sekalian rumahmu" Pak Budi, nama pria itu. Dengan tubuh gemetaran, akhirnya pulang kerumah seorang diri dengan wajah babak belur. "Nduk, Femi. Ini ayah nak!!" Panggil Pak Budi, sembari mengetok pintu rumahnya meski tertatih. "

  • FEMININ   2. Air Mata

    Jee mencari sosok Femi, yang kata David sudah berada dirumahnya"Ana, mana perempuan tadi?""Perempuan tadi?" Tanya balik ana dengan dahi berkerut"Ah maksud saya, Femi. Feminin"Ana, anak pembantu yang bekerja dirumah Jee, merasa bingung dengan yang dimaksud Tuannya itu."Capek ngomong sama Lo"Dengan perasaan jengkel, Jee meninggalkan Ana dengan wajah penuh tanda tanya."Femi, Feminin... Fem!!"Saat memasuki taman, terlihat dari belakang Femi sedang duduk. Geram, dicariin dari tadi ternyata yang dicari malah santai di belakang. Gegas Jee menghampiri Femi."Ngapain Lo disini tolol? Gue cariin dari tadi""Anu tuan, saya"Jee menarik paksa tangan Femi menuju kamar tamu. Di lemparkannya Femi sampai jatuh kelantai"Lo cuman pelacur. Lo tau pelacur? Gue

  • FEMININ   3. Fake Wedding

    "maaf, Tuan. Nyonya besar menunggu anda di di teras depan" terang Ina, seorang pelayanJee hanya mengangguk, mendengar laporan itu. Lalu menoleh ke arah Femi.Seperginya Ina. Jee terduduk dengan wajah gusar. Bagaimana bisa dia menemui nenek tua itu, Ibu dari mendiang ayahnya. Nenek yang sudah membuat ibunya bunuh diri, karena ulahnya."Ada apa, Tuan? Tuan terlihat sangat gelisah sekali" tanya Femi"Oma ku sudah menunggu, ikut aku sekarang"Femi hanya mengangguk patuh, mendengar perintah tuannya. Dipilihnya baju yang pantas, untuk menemui sang nyonya besar. Jaga jaga kalau si Nyonya lebih galak dibanding tuannya itu."Cucuku, kamu apa kabar? Kenapa tidak pernah menelfon Oma?" tanya Nenek itu"Sibuk""Lalu siapa perempuan dibelakangmu itu?""Femi"Femi tercengang mendengar jawabannya Jee. 'Singkat sekali

Bab terbaru

  • FEMININ   10. Monica dan dendamnya

    Monica menangis sesenggukan, hendak mengadu Pada ibu Widya. Ibu Widya yang saat itu sedang maskeran, panik melihat Monica menangis masuk ke kamarnya "Loh, ada apa?" "Aku ditinggal sendirian di Klinik, Oma!!" "Emangnya Jee kemana?" "Gak tau, kan dari awal emang Jee gak suka sama Monica. Gak ikhlas Anter Monica" Ibu Widya mengangguk paham, di elusnya punggung Monica agar lebih tenang. "Sabar, kita harus cari rencana biar Jee suka sama kamu!" "Gimana caranya Oma?" "Pokoknya ada lah! Nah sekarang kamu tidur. Besok ikut Oma ke suatu tempat" Monica mengangguk, dan berjalan keluar dari kamarnya Ibu Widya ** Ke esokkan harinya, karna Ibu Widya sudah janji. Dia akan mengajak Monica ke sebuah kampung terpencil &nb

  • FEMININ   9. Isi hati David.

    Setelah seharian berkeliling, akhirnya mereka pulang kerumah. Tentunya, 4 pasang mata yang melihat kedatangan mereka sangat tidak suka. Melihat itu, Monica pergi ke kamarnya di susul Ibu Widya "Hei, gak usah galau" "Oma, aku lebih baik kembali ke Sidney. Ada tawaran job model disana. Setidaknya, aku juga bisa move on dari Jee" kata Monica sambil berlinangan air mata Mendengar hal itu, ada rasa tak enak dihati Ibu Widya. Dia tau betul bagaimana Monica sangat menyukai Jee Sedari dulu. "Kamu gak usah galau begitu, perlahan kita akan membuat gadis miskin itu gak betah dirumah ini" Monica mengangguk. Berharap apa yang dikatakan Omanya benar. "Aku mau ke dapur dulu" "untuk apa?" "buatin kamu nasi goreng spesial" Femi membuatkannya nasi goreng putih dengan bumbu seadanya khas nasi goreng jaman

  • FEMININ   8. Rasa bersalah

    Mobil melaju, mengarah ke rumah Jee. Sedangkan Femi samar samar mulai membuka matanya. Kepalanya terasa pusing, pandangannya sedikit berputar. Saat sadar dia sudah berada di dalam mobil, dengan David sebagai sopir "Sudah bangun?" tanya David menyadari Femi sudah tersadar. Femi mengangguk pelan, memperbaiki posisi tidurnya. "Aku tadi kenapa?" "Kamu hampir diperkosa" Mata Femi membulat, bagaimana bisa dia hampir di perkosa sedangkan seingatnya dia terakhir bersama Monica? "Lain kali, kalau diajak Monica harus hati hati. Monica punya ide licik buat nyakitin kamu" "Maaf. Terima kasih, sudah berkali kali kamu nolongin aku" "Tak masalah" senyum David, menoleh sebentar kearah Femi *** Di tempat lain, Jee mengamuk buru buru pulang setelah mendapatkan beberapa foto Femi dengan seorang Pria tak dikenal dari Monica "Dimana gadis bodoh itu?" "Tenang Jee, wanita jalang itu pas

  • FEMININ   7. Rencana Monica

    "Hooaaaamm" Femi terbangun dari tidurnya, setelah kecapaian dari jalan jalan dengan Jee semalam "Ini bau apa?" tanya Femi mengendus enduskan hidungnya.Penasaran dengan bau terbakar yang menyengat, Femi melangkahkan kakinya ke balkon belakang. Matanya membelalak, Ada Monica sedang membakar sesuatu yang tidak asing dimatanya, dihalaman rumah. Dengan bergegas, Femi segera turun ke bawah. Benar saja, Monica membakar semua pakaian yang dibelinya tadi malam bersama Jee. Termasuk baju batik untuk ayahnya. "Monica, ini masih baru!" kata Femi, seolah mengerti kalau Monica mengira itu hanyalah baju bekas yang sengaja dibakarnya "Gue tau" "Kenapa kamu bakar, Monica?" "Mending baju Lo, daripada diri Lo yang gue bakar." jawab Monica santai Femi tertegun, selama ini emang benar benar Monica membencinya. Tapi, kenapa dia harus membakar baju baju miliknya? "Dengar ya cewek udik, Lo gak pantas jadi istrinya Jeremy. Lo miskin,

  • FEMININ   6. Diajak Jalan Tuan Besar

    "Jee, lepass!!" pinta Femi, saat tangannya di tarik paksa oleh Jee Jee terus saja menarik tangan Femi, hingga masuk kedalam kamar. Dilemparkannya Femi ke atas ranjang "Ada hak apa Lo, berani dekat dengan laki laki lain selain gue?" "Aku hanya ngobrol sebentar dengan David" "Tanpa izin dari gue?" "Sejak kapan aku harus meminta izin padamu?" Jee terdiam. Masuk akal juga dengan pertanyaan Femi, Jee selama ini tidak pernah melarang Femi berbicara dengan orang lain. Mereka saling terdiam. Femi mengelus tangannya yang ditarik paksa oleh Jee, sedangkan Jee hanya melihat pemandangan dari jendela kamar. Terjadilah kikuk diantara mereka. "Tuan, ini sudah jam 9 malam" kata Femi. Jee tak bergeming sedikitpun, membuat Femi semakin salah tingkah "Ada apa?" tanya Jee, tanpa mau menatap matanya. "Kapan?" "Apa?" "Kita,, ikkeh ikkeh kimochi" Jee secepatnya menoleh ke arah Femi. Alisnya meng

  • FEMININ   5. Tentang Jee

    "Selamat malam" Sapa Jee, mendaratkan bokongnya di kursi khusus tempat makan Ibu Widya dan Monica yang sedari tadi menunggu Jee, membalas ucapannya sembari tersenyum senang. Mereka merasa bahwa Femi tidak ikut makan malam dengan mereka kali ini. Lili, salah satu pelayan Jee. Menuangkan segelas air putih dihadapannya. Tidak lupa, dengan sepiring nasi dan beberapa lauk mewah diatasnya. Tidak ada obrolan khusus, hanya dentingan sendok dan piring yang mengisi kekosongan diantara mereka. 'Mana wanita udik itu' batin Jee melirik kanan dan kiri.Tanpa disadari Jee, Monica tengah memperhatikannya sejak tadi. "Cari siapa?" Tanya Monica "Lo gak perlu tau" ketus Jee membuat Monica tertegun. Ada rasa nyeri dihatinya mendengar perkataan Jee yang tidak pernah halus kepadanya. Selesai makan malam, Jee buru buru balik ke atas menuju kamarnya. Di ikuti Lili yang membawa nampan berisi makanan, khusus untuk Femi. Kriiiiitttttt

  • FEMININ   4. Di musuhi Nyonya besar

    "Feminin Moudi, Saya mengambil engkau menjadi istri saya, untuk saling memiliki dan menjaga, dari sekarang sampai selama-lamanya. Pada waktu susah maupun senang, pada waktu kelimpahan maupun kekurangan, pada waktu sehat maupun sakit, untuk saling mengasihi dan menghargai, sampai maut memisahkan"Begitulah yang di ucapkan 'Jeremy Nicholas' dihadapan Pendeta dan para tamu. Bahkan Jee juga mengecup bibir Femi membuat Femi terkejut. Tidak mungkin, hanya dalam semalam. Pernikahan ini terwujud. Jee tidak pernah main main dengan ucapannya.Banyak sekali keluarga besar, kolega, teman teman jee, dan para tamu yang menghadiri pernikahannya. Hingga Femi merasa lelah berdiri, melayani mereka.Femi melihat sekelilingnya, latar pernikahan impiannya pun terlaksana. Ada berbanyak bunga mawar putih, layaknya pernikahan dalam dongeng. Namun sayang, impian itu tidak terlaksana sepenuhnya. Bukan Jee, suami idaman nya. 's

  • FEMININ   3. Fake Wedding

    "maaf, Tuan. Nyonya besar menunggu anda di di teras depan" terang Ina, seorang pelayanJee hanya mengangguk, mendengar laporan itu. Lalu menoleh ke arah Femi.Seperginya Ina. Jee terduduk dengan wajah gusar. Bagaimana bisa dia menemui nenek tua itu, Ibu dari mendiang ayahnya. Nenek yang sudah membuat ibunya bunuh diri, karena ulahnya."Ada apa, Tuan? Tuan terlihat sangat gelisah sekali" tanya Femi"Oma ku sudah menunggu, ikut aku sekarang"Femi hanya mengangguk patuh, mendengar perintah tuannya. Dipilihnya baju yang pantas, untuk menemui sang nyonya besar. Jaga jaga kalau si Nyonya lebih galak dibanding tuannya itu."Cucuku, kamu apa kabar? Kenapa tidak pernah menelfon Oma?" tanya Nenek itu"Sibuk""Lalu siapa perempuan dibelakangmu itu?""Femi"Femi tercengang mendengar jawabannya Jee. 'Singkat sekali

  • FEMININ   2. Air Mata

    Jee mencari sosok Femi, yang kata David sudah berada dirumahnya"Ana, mana perempuan tadi?""Perempuan tadi?" Tanya balik ana dengan dahi berkerut"Ah maksud saya, Femi. Feminin"Ana, anak pembantu yang bekerja dirumah Jee, merasa bingung dengan yang dimaksud Tuannya itu."Capek ngomong sama Lo"Dengan perasaan jengkel, Jee meninggalkan Ana dengan wajah penuh tanda tanya."Femi, Feminin... Fem!!"Saat memasuki taman, terlihat dari belakang Femi sedang duduk. Geram, dicariin dari tadi ternyata yang dicari malah santai di belakang. Gegas Jee menghampiri Femi."Ngapain Lo disini tolol? Gue cariin dari tadi""Anu tuan, saya"Jee menarik paksa tangan Femi menuju kamar tamu. Di lemparkannya Femi sampai jatuh kelantai"Lo cuman pelacur. Lo tau pelacur? Gue

DMCA.com Protection Status