“Kalian sedang meributkan apa?” tanya Azizah di sela perdebatan antara Izul dan Adrian. Keduanya tengah merebutkan Azizah.
“Ah, kami baik-baik saja kok, Za. Tidak terjadi sesuatu pada kami berdua.” Sengaja Adrian menutupi yang sebebnarnya, agar status yang selama ini coba ia sembunyikan tidak ketahuan.
“Adrian kamu sungguh egois! mentang-mentang kamu sudah pernah menikah, lantas dengan mudahnya menipu Azizah!” Izul sengaja mengungkap kebohongan Adrian di depan Azizah, agar gadis itu memutuskan hubungan bersama Adrian.
“Apa maksud kalian? Aku tidak mengerti.” Namun, Azizah masih belum memahami maksud dari ucapan Izul.
“Zul, kamu apa-apaan sih? Apa kamu sengaja ingin memberitahu Azizah tentang yang sebenarnya? Apa kamu sengaja ingin merebut dia dariku?!” Adrian membawa Izul ke sudut ruangan kelurahan yang hampir rampung. Disana dia mencerca pemuda berkulit sawo matang itu dengan kalimat penuh penekanan. Adrian tak terima Izul sengaja mengungkapkan kebenaran di depan Azizah sebelum segalanya ia persiapkan. Masih banyak hal yang harus Adrian lakukan sebelum status yang selama ini coba ia tutupi diketahui oleh Azizah.
Adrian memang berencana akan memberitahu kekasihnya itu mengenai statusnya, tetapi sekarang bukan lah waktu yang tepat. Namun, Izul mengacaukan segalanya hanya karena merasa cemburu.
“Kak Adrian, apa yang sedang kakak sembunyikan dariku? Apakah yang dikatakan kak Izul tadi benar adanya?” Kini Azizah mulai paham situasinya. Sehingga dia mengajukan pertanyaan yang sukses membuat jantung Adrian berpacu kencang. Sementara Izul menarik salah satu sudut bibirnya membentuk senyum penuh kemenangan disana.
“Za, aku bisa jelaskan semuanya, em?” Adrian memegang kedua tangan Azizah, mencoba meyakinkan gadis itu dengan ekspresi sungguh-sungguh.
“Hala, kau jangan percaya dia, Za. Dia itu—“
“Cukup!” Belum lagi Izul menyelesaikan kalimatnya, Azizah mencekal pemuda dengan tahi lalat di pipi itu. Azizah merasa Izul tidak perlu ikut campur dengan urusan asmaranya bersama Adrian.
“Kak Izul, tolong tinggalkan kami berdua,” pinta Azizah.
“Tapi, Za. Aku hanya—“
“Tolong lah.” Azizah meminta sungguh-sungguh pada Izul dengan memandang pemuda itu penuh permohonan.
“Baiklah.” Sehingga membuat Izul tak berdaya. Dia menuruti ucapan Azizah yang menginginkannya pergi. padahal niat pemuda itu sangat baik. Memberitahu Azizah akan status pria yang ia cintai. Namun, dengan cara yang licik.
“Jelaskan padaku, kak. Apa benar yang dikatakan kak Izul, bahwa kakak sudah menikah?” tanya Azizah begitu merasa yakin Izul benar-benar meninggalkannya bersama Adrian.
“Za, tolong maafkan aku sebelumnya. Aku tidak berniat membohongimu. Aku memiliki alasan mengapa selama ini aku tak pernah jujur padamu,” sahut Adrian sungguh-sungguh.
“Kalau kakak tidak memiliki niat membohongiku, lalu mengapa sejak awal kakak tidak jujur? Itu sama saja kak Adrian sengaja menyembunyikan segalanya dariku.” Azizah merasa kecewa pada Adrian yang membohonginya sejak awal. Walaupun pemuda itu tak bermaksud jahat, tetapi ada konsekuensi yang harus ia tanggung dari segala keputusannya.
“Za, dengerin aku dulu. Aku bisa jelaskan semuanya. Tapi, please jangan tinggalkan aku setelah ini,” pinta Adrian masih dengan memegang kedua tangan Azizah. Berharap gadis itu tak memutuskan hubungan.
“Kalau begitu jelaskan padaku, mengapa kakak berbohong? Apa salahku pada kakak sehingga memilih untuk berbohong?” Azizah masih tampak sangat kecewa pada Adrian. Sementara pemuda itu hanya bisa pasrah. Tak berani menyela ucapan Azizah. Dia paham, bahwa setiap wanita pasti akan merasa kecewa ketika kekasihnya berbohong.
“Katakan padaku, siapa namanya,” tanya Azizah akhirnya dengan nada yang mulai melunak.
“Yanti. Dia adalah istriku. Kami menikah tiga tahun lalu, tetapi Yanti telah meninggalkanku setahun ini. Dia juga membawa serta kedua anakku.” Mendengar keterangan Adrian, hati Azizah merasa hancur. Rupanya selama ini ia menjalin hubungan dengan pria beristri. Kendati telah di tinggal pergi, tetapi mereka belum bercerai secara hukum. Alangkah bodohnya Azizah kala itu, harus lalai dalam menilai orang lain.
“Siapa nama anak kakak?” Dengan menahan sakit hatinya, Azizah menanyakan nama anak Adrian.
“Chelsea dan Ello,” ungkap Adrian seraya menundukan kepala. Merasa bersalah pada Azizah yang ia tipu mentah-mentah. Walau tak terlintas niat jahat di dalamnya. Akan tetapi, seorang penipu tetaplah penipu.
“Jadi namanya Chelsea? Apakah dia yang namanya kakak tulis di tangan Azizah dulu?” Sungguh hati Azizah semakin hancur berkeping-keping. Selama beberapa bulan ini di bohongi oleh pria yang ia cintai. Betapa tidak, Adrian pernah menulis nama putrinya di tangan Azizah dengan alasan, bahwa nama itu nanti yang akan mereka berikan ketika menikah dan memiliki anak. Namun, ternyata nama itu merupakan nama anak Adrian bersama Yanti.
“Za, tolong maafkan aku.” Adrian memohon ampun pada Azizah dengan sungguh-sungguh. Memang tak ada niat tuk menyakiti gadis polos tersebut. Hanya saja dia mencintai Azizah dengan cara yang berbeda. Memilih berbohong demi mendapatkan wanitanya.
“Apa yang kakak pikirkan ketika menulis nama itu di tanganku? Pernakah kakak merasa bersalah padaku selama ini? kakak sudah berbohong padaku! Apa salahku padamu, kak?” Kali ini Azizah meninggikan nada suaranya. Mengungkapkan kekecewaan pada Adrian.
“Aku tahu yang aku lakukan ini salah, Za. Tapi aku tidak berdaya. Aku sangat merindukan kedua anakku. Yanti membawa mereka pergi jauh dariku selama ini,” lirih Adrian.
“Saat itu aku sedang tidur, setelah aku sadar Yanti sudah pergi dengan membawa Chelsea dan Ello tanpa meninggalkan pesan apapun. Ketika itu aku merasa ketakutan. Aku tidak ingin berada jauh dari kedua anaku. Sehingga aku mencari mereka kesana kemari seperti orang gila. Bahkan ke rumah mertua hingga ipar-iparku. Tapi mereka menyembunyikan keberadaan Yanti dan Chelsea serta Elllo. Sampai akhirnya aku tahu, bahwa Yanti pergi ke makasar malam itu juga.” Adrian mulai bercerita tentang masa lalunya yang begitu pahit. Di tinggal istri begitu saja, jelas membuatnya sakit hati dan kecewa. Dia menutup diri dari mereka yang berjenis kelamin wanita, hingga akhirnya bertemu Azizah.
Kelembutan dan keramahan Azizah membuat Adrian semakin hari semakin jatuh cinta. Terlebih lagi gadis berhijab itu merupakan pekerja keras. Dia tak pernah malu membantu ayahnya di pasar dan juga kebun mereka yang di tanami sayur-sayuran.
“Apa kau tahu, Za. Saat itu Yanti meninggalkanku hanya karena aku tak memiliki pekejaan tetap. Dia merasa bosan dengan keadaan kami yang masih belum memiliki apa-apa. Setiap hari kami bertengkar di depan anak-anak yang masih kecil. Dia tak pernah mau mendengar ucapanku. Sehingga terkadang aku gelap mata. Aku menamparnya demi memberinya peringatan, tapi tetap saja. Dia tak pernah bosan melawan.”
“Saat aku tengah berusaha mencari uang dengan kerja serabutan, dia justru pergi meninggalkan aku. Aku sakit hati dan kecewa, Za. Tapi aku masih belum berputus asa. Aku terus bekerja kesana kemari demi mendapatkan uang agar aku bisa menjemput kedua anakku. Tapi lagi-lagi aku tak berdaya, keluarga Yanti tak pernah memberiku izin untuk bertemu mereka. Maka jadilah aku seperti sekarang ini.”
“Aku melamar pekerjaan di sebuah perusahaan kontruksi. Walaupun masih terbilang perusahaan kecil-kecilan, tapi aku bersyukur karena memiliki pekerjaan yang menjamin hidupku sehari-hari, meski hanya sebagai koki.”
“Sebelumnya aku sangat takut kembali mengenal cinta, sampai akhirnya aku bertemu dirimu. Kau membuat traumaku perlahan-lahan mulai sirna. Itulah sebabnya aku memilih untuk berbohong padamu, Za. Karena aku sangat takut kehilanganmu. Aku sungguh mencintaimu Azizah.”
Adrian menceritakan kisah pilunya di masa lalu bersama Yanti. Tak ada satu pun yang ia tutup-tutupi kali ini. Segalanya telah terungkapkan. Tentu saja dengan harapan, agar wanita itu tetap berada di sisinya.
Lalu bagaimanakah perasaan Azizah setelah mendengar pengakuan Adrian? Akankah gadis itu melanjutkan hubungan yang sejak awal di dasari oleh kebohongan? Ataukah memutuskan pemuda tersebut? nantikan kisah selanjutnya, ya readers.
To be continued…
Ketika mendengar penjelasan Adrian, hati Azizah mulai terenyuh. Ada sentuhan iba didalam sana yang mulai bergejolak. Dia dapat melihat adanya luka lewat sorot mata sayu Adrian. Sesal pun turut terpancarkan dari sinaran netra pemuda tersebut.“Baiklah kalau begitu. Kakak beri Azizah waktu untuk berpikir. Azizah butuh waktu untuk mencerna segalanya. Karena semua yang kakak katakan tadi terlalu mengejutkan. Selama ini Azizah pikir tidak ada wanita lain dalam hubungan kita, tapi ternyata Azizah justru menjadi yang kedua.” Ada sesal yang di rasa oleh gadis cantik tersebut. Dimana dulu ia tak menanyakan tentang latar belakang Adrian. Pria yang tiba-tiba saja datang dari arah belakang dan mengajaknya berkenalan serta berakhir dengan kencan.Andai saja Azizah lebih teliti dalam mengenali seorang pria, mungkin dia tak akan terluka sampai sejauh ini. Yang ada dalam benak Azizah kala itu adalah tidak mungkin seorang pria yang sudah menikah akan berani me
Drama pertengkaran yang berlangsung cukup lama itu, ternyata membuat Azizah mengetahui segala fakta yang selama ini coba di tutupi oleh Adrian. Merasa terkejut, Azizah pun bertanya pada Yanti mengenai hubungannya bersama Adrian. Semula Yanti bungkam, tetapi pelan-pelan dia mulai terbuka saat Adrian menanyakan alasannya kembali ke kota itu. Rupanya sudah setahun lebih Yanti meninggalkan Adrian serta membawa dua anak mereka yang kala itu masih berusia satu tahun. Disitulah Azizah paham, bahwa Adrian sengaja menutupi statusnya darinya sebab pria itu sudah merencanakan perceraian bersama Yanti.Sementara itu, di sisi lain kedua orangtua Azizah telah mengetahui status pemuda yang telah menjalin kasih bersama anaknya itu. Akan tetapi, mereka masih bungkam. Fahri dan Safia yang tak sengaja melintasi lokasi kerja Adrian memilih kembali ke rumah. Mereka berencana menanyakan perihal itu setelah sampai di tempat hunian mereka. Fahri membiarkan Azizah menyelesaikan masalahnya bersama Adr
Untuk menunjukkan keseriusannya, Adrian membawa Azizah ke rumah orang tuanya serta memperkenalkan gadis itu kepada keluarga besar. Anehnya, ada beberapa saudara Adrian yang menatap sinis pada Azizah. Akan tetapi, tidak dengan kedua orang tua pemuda tersebut. Mereka menyambut Azizah dengan tangan terbuka, walau ada pesan tersirat yang sempat dilayangkan oleh ibu Adrian kepada pemuda itu.“Ma, perkenalkan. Ini Azizah, teman dekat Adrian,” ucap Adrian saat memperkenalkan Azizah kepada kedua orangtuanya. Disana ada kakak Adrian yang baru saja pulang dari ibu kota. Wanita itu duduk sembari menatap tak suka pada Azizah. Sementara saudara Adrian yang lainnya menyunggingkan senyuman. Menyambut hangat dia yang cantik rupawan.“Jadi ini wanita yang pernah kau ceritakan itu?” Pertanyaan ibu Adrian membuat Azizah menundukan kepala. Merasa malu kepada mereka. Rupanya Adrian sudah sering menyebut nama gadis itu di depan keluarga.“I
Semula hubungan yang sempat renggang itu mendapat tentangan dari Fahri, tetapi Adrian berhasil membujuk kedua orang tua Azizah. Dia pun berkata jujur pada Fahri dan Safia. Karena kejujurannya itulah Safia menilai Adrian merupakan pemuda yang baik. Dia mampu mempertanggung jawabkan perbuatannya dengan mengakui segala kesalahan yang sengaja ia lakukan.“Mengapa kalian tidak meminta izin padaku sebelum keluar rumah? Apa kalian mulai berani melangkahiku sebagai orangtua?” Kali ini sepertinya Fahri kecewa terhadap keputusan Adrian yang mengajak Azizah ke rumahnya tanpa sepetahuan mereka. Kendati tak ada niat melangkahi Fahri, tetapi Adrian tetaplah merasa bersalah.“Maafkan Adrian, om. Kami tidak bermaksud melangkahi orangtua, tetapi saat itu Adrian tak punya pilihan lain. Kami sempat menunggu om pulang, tetapi kata Azizah om dan tante akan lama berada di luar rumah. Jadi Adrian memutuskan untuk mengajak Azizah ke rumah bertemu kedua orangtua,”
Keseriusan Adrian pada Azizah sudah benar-benar bulat. Dia pun berencana meminang gadis tambatan hatinya itu untuk dijadikan istri. Akan tetapi, Fahri menolak. Sebab Azizah masih sekolah. Jadi, Adrian memutuskan untuk mengikat Azizah dengan bertunangan terlebih dahulu. Betapa senang hati gadis berhijab itu kala Adrian melamarnya. Artinya tak ada lagi keraguan dalam hatinya kala pemuda yang ia cintai mengambil satu langkah menuju pelaminan. Akan tetapi, pertunangan itu tak berlangsung lama. Sebab Adrian memilih kembali bersama istrinya.“Baiklah kalau begitu. Aku memberimu satu kali kesempatan begitu kau menyelesaikan berkas perceraia. Tapi ingat, pastikan statusmu jelas sebelum kau berencana meminang Azizah. Aku tidak ingin dia mendapat masalah hanya karena persoalan rumah tanggamu.” Akhirnya Fahri memberi Adrian kesempatan satu kali lagi untuk mempertahankan hubungan bersama Azizah.“Sebenarnya aku tidak ingin kalian melanjutkan hubunga
Keputusan yang diambil oleh Adrian tuk meninggalkan Azizah, membuat banyak pihak bertanya-tanya, tertutama Fahri dan Safia. Sementara Azizah merasa terpukul oleh keputusan Adrian yang memilih untuk memutuskan hubungan dan kembali pada Yanti istrinya. Setiap malam Azizah menangis pilu di dalam kamar karena merasa patah hati hingga terluka. Belum lagi ia harus menanggung malu kepada keluarga besar serta para tetangga. Azizah harus menelan pil pahit kehidupan yang terus mempermainkan takdirnya.“Kak Adrian.” Hanya satu kata itu yang mampu di ucapkan oleh Azizah. Tak tahu harus berkata apa lagi. Segalanya seperti tercekat di tenggorokan. Hati gadis itu kian sakit dan terluka. Merasakan kekecewaan yang tak pernah ia duga-duga.“Azizah, apa yang terjadi, nak? Mengapa kau menangis?” Fahri baru saja kembali dari pasar. Mendapati anak gadisnya terkulai lemah di atas lantai sembari menangis tersedu-sedu.“Papa.” Azizah memel
Pasca mendengar kabar menggembirakan itu, Alwi langsung ke rumah Fahri, berpura-pura simpatik pada mereka. Nyatanya dia hanya bersandiwara untuk mempermalukan sepupunya tersebut. Alwi mengganti sarung usangnya dengan memakai celana jins.“Kau mau kemana?” tanya Halima.“Ke rumah Fahri. Apa kau tidak ingin ikut bersamaku menyaksikan kehancuran mereka? Kita akan membuat berita ini heboh agar di ketahui oleh warga. Pasti rasanya menyenangkan.” Alwi, si pria paruh baya tanpa nurani begitu antusias melaksanakan aksinya dalam mempermalukan Fahri. Mengajak serta Halima yang tak kalah jahatnya.“Tentu saja aku akan ikut bersamamu. Aku tidak ingin ketinggalan berita terupdate ini.” Halima terlihat seperti admin lambe turah yang suka sekali menyiarkan berita. Baik itu hoax ataupun kenyataan.“Kalau begitu kita tos dulu,” kata Alwi seraya mengangkat tangannya di depan Halima.Sepasang suami istri t
Di perjalanan menuju rumah Adrian, Azizah menyusun kata yang nanti ia gunakan kepada pria tersebut. Mengungkapkan segala yang mengganjal di hati, serta menanyakan alasan di baliknya perpisahan sepihak tersebut.Azizah juga membayangkan ketika ia akan kembali merajut kasih bersama Adrian, pria yang meminangnya tiga bulan silam, hingga akhirnya tiba lah dia di kota tempat Adrian berada.“Lima ribu,” ucap supir angkot.“Ini, pa. terimakasih,” sahut Azizah seraya memberinya upah. Lalu kemudian Azizah pergi ke rumah Adrian. Melewati banyak rumah dalam lorong sempit. Sebab hunian pria berkulit putih tersebut berada dalam gang yang jaraknya cukup jauh dari jalan utama. Kala itu Azizah menanggalkan logikanya, serta mengutamakan rasa yang meronta ria di dalam sana demi bertemu Adrian untuk di mintai penjelasan. Mungkin orang akan berkomentar buruk mengenai keputusan Azizah yang berani menemui Adrian kala itu. Tapi dia bisa apa? menunggu di rumah s
Setelah bertahan melawan penyakit selama dua tahun tujuh bulan, akhirnya Safia mengembuskan nafas terakhir di rumahnnya. Kala itu Azizah tak berada di sana. Dia sedang menghadiri acara tahlilan ayah salah satu temannya. Azizah yang mendengar kabar duka itu, sontak menghentikan bacaan Yasin. Dia bergegas pulang, sebab sang bunda terus saja menyebut namanya."Mama, tunggu Azizah." Sembari berurai air mata, Azizah menyebut mamanya. Berharap masih di beri kesempatan untuk melihat sang bunda walau untuk yang terakhir kalinya.Dan akhirnya ojek yang di tumpangi Azizah tiba juga di rumah. Dia membayar upah jasa ojek tersebut tanpa mengambil uang kembaliannya. Azizah terlalu panik kala itu. Bahkan dia melewati keramaian warga yang sudah berdatangan di rumahnya."Mama," lirih Azizah.Tubuh Safia terbujur kaku di ruang tengah, tetapi masih menyisakan sedikit nafas yang di temani Yana serta salah tante mereka. Sementara para sepupu yang lainnya juga berada di
Penantian itu turut juga di rasakan oleh Safia, ibu Azizah. Dia menunggu pria yang bakal menjadi calon menantunya. Safia selalu yakin, bahwa suatu saat nanti Adrian tetap akan menjadi menantunya. Padahal rejeki, jodoh, dan maut tak pernah ada yang tahu. Semuanya menjadi rahasia Illahi. Bahkan malaikat pun tak tahu ketiga hal tersebut. Nantilah mendapat perintah dari Tuhan, baru malaikat itu akan datang."Azizah, mama hanya ingin kau menikah dengan Adrian. Tidak bersama lelaki lain," lirih Safia. Meminta Azizah untuk tidak berpaling pada pria lain di kemudian hari."Sudahlah, ma. Jangan terlalu di pikirkan. Lagi pula aku masih muda, perjalananku masih panjang. Aku tidak ingin membuat impian melambung tinggi. Sudah cukup semua yang terjadi. Kak Adrian membohongi kita, dan aku tidak bisa mentolerir seorang pembohong," papar Azizah. Menolak permintaan ibunya, namun secara halus. Agar wanita paruh baya itu tak merasa kecewa yang berlebihan."Baiklah, kali ini m
Prank!Gelas kaca, piring, dan juga mangkok sayur, habis terlidas kemarahan Alwi. Pagi-pagi sekali pria paruh baya itu menghancurkan sebagian isi dapurnya. Memecahkan sesuatu yang sekiranya dapat di jangkau.Pecahan itu berserakan di lantai, hingga memenuhi ruang dapurnya yang kecil."Aakk--," pekik Alwi frustasi. Dia merasa gagal dalam menjatuhkan Fahri serta Azizah semalam."Keluarga itu benar-benar brengsek! Pelacur kecil itu selamat dari buruan para warga. Mereka pasti sudah merencanakan segalanya lebih awal!" seloroh Alwi dengan wajahnya yang memerah. Menyebut Azizah seperti hewan melata perusak suasana hati. Entah mengapa Alwi begitu membenci mereka, padahal mengalir darah keturunan yang sama."Ini semua karena kau yang terlalu percaya diri! Coba semalam kau mendengarkan ucapanku untuk menunggu gadis itu di pinggir jalan, mungkin kita bisa melihat ada Adrian di sana!" Halima, bukannya menenangkan Alwi, dia justru menyalahkan keputusan suaminy
Tatapan para emak itu begitu mengintimidasi. Seolah Azizah adalah tersangka utama dalam kasus pembunuhan serta pencabulan anak di bawah umur. Mereka memperlakukan gadis malang itu selayaknya penjahat. Bahkan di antara mereka ada yang memandang hina Azizah. Seakan dunia ini telah di cemari hama penyakit oleh gadis berhijab tersebut."Kau dari mana maghrib-maghrib begini?" Markonah mengajukan pertanyaan seolah dialah wali dari gadis itu. Padahal dia hanyalah orang lain yang bahkan tak memiliki hubungan darah sama sekali."Maaf ibu Markonah, saya rasa bukan urusan anda saya dari mana dan mau kemana. Karena itu hak dan privasi saya. Anda hanyalah orang lain yang tak harus turut campur!" Azizah menjawab pertanyan Markonah dalam sekali telak. Sehingga membuat para emak yang lainnya terlihat menahan tawa.Sementara Markonah sedikit tercengang kala Azizah memberinya jawaban menohok. Tak pernah ia duga sebelumnya, bahwa gadis itu telah pandai merangkai kalimat jawa
Malam hari ba'da sholat Maghrib, para emak tadi masih setia menanti kehadiran Azizah serta Adrian yang katanya sebentar lagi akan pulang. Mereka seakan enggan meninggalkan tempat duduk demi menunggu sang artis yang di kata kontroversi oleh Markonah berserta teman-temannya. Sementara itu, ketua remaja di kampung Azizah sudah dalam tahap siaga satu untuk mengusir Adrian apabila lelaki itu berani memasuki daerahnya. Mereka menyiapkan kayu, bambu, serta benda tajam lainnya yang akan di gunakan untuk mengancam Adrian. Sepertinya ketua remaja itu telah termakan provokasi Alwi, sepupu Fahri yang kerap kali dengki. Entah apa masalah pria paruh baya itu, hatinya selalu saja sempit dan sekakar. "Apa kau yakin rencana kita kali ini akan berhasil?" Halima, istri Alwi memantau dari rumahnya. Melihat persiapan para warga dalam menyambut kedatangan Adrian serta Azizah beberapa saat lagi. "Tentu saja akan berhasil. Kali ini para warga akan menela
Keegoisan Adrian yang memaksa Azizah untuk tetap bersama hingga memiliki anak diluar nikah, membuat gadis berhijab itu tak terima. Dia marah dan kecewa terhadap sikap Adrian yang terkesan memaksa. Sebagai pria dewasa, seharusnya dia lebih mengoreksi diri dan membenahi segalanya. Bukan menjelma menjadi sosok tak bertanggung jawab selayaknya manusia tak bermoral.“Aku tidak percaya kakak merencanakan hal hina itu padaku. Mungkin aku mencintai kak Adrian, tapi bukan berarti aku akan menggadaikan harga diriku pada kakak. Karena keinginan kakak itu merupakan permainan setan. Jadi, maaf aku tidak bisa ikut dalam permainan itu. Jika kakak memilih untuk meninggalkanku dan kembali pada Yanti, maka aku siap untuk itu. Asal harga diriku tak terabaikan hanya karena ego semata!” telak Azizah.Adrian tak berkutik lagi saat mendengar keputusan Azizah. Gadis itu mengakhiri segalanya tanpa mau mempertimbangkan permintaan pemuda tersebut. Bagi Azizah harga diri
Permintaan Adrian yang tak masuk dalam nalar itu, di tolak mentah-mentah oleh Azizah. Gadis itu tidak ingin mencoreng nama baik keluarga yang susah paya ia bangun hingga sedemikian rupa. Kasih sayang yang dulu sering diabaikan oleh mama papanya, telah hadir diantara mereka. Haruskah Azizah menghancurkan hanya karena ego semata? Padahal Adrian selalu saja membuat perasaan Azizah jatuh bangun. Namun, Adrian terus memaksa Azizah untuk tetap bersama ditengah status pemuda itu yang masih suami orang.“Apa kak Adrian kehilangan akal? Bagaimana bisa kakak memintaku untuk melakukan zina? Apakah tidak ada cara lain untuk kita bersama? mengapa kita tidak menikah saja lalu memiliki anak? Ataukah karena kakak benar-benar kembali menikah lagi bersama istri kakak yang dulu?” Azizah tak habis pikir pada Adrian yang ia kenal baik dan bermartabat. Namun, apa yang di tunjukan pemuda itu sekarang, sungguh di luar nalar. Meminta seorang gadis yang bukan istrinya untuk berhubungan bad
Setelah bertemu, Azizah pun meminta penjelasan pada Adrian. Namun, bukannya mengakui kesalahan, Adrian justru meminta Azizah menunggunya. Karena pemuda dengan rambut ikal tersebut masih menaruh rasa pada Azizah. Akan tetapi dia tak menyebutkan alasan secara sepesifik mengapa dulu ia memutuskan pertunangan dan memilih kembali bersama Yanti. Alasan Adrian hanyalah satu, mengapa sampai ia meminta Azizah untuk menunggunya, yakni anak. Adrian menginginkan anak dari Azizah. Dengan kata lain Adrian ingin Azizah hamil di luar nikah dengannya. Agar ia memiliki alibi untuk dapat menikahi gadis berhijab tersebut.“Kak Adrian.” Azizah berdiri menatap sendu dan juga rindu pada Adrian. Pria yang sukses memporak-porandakan hidup serta jiwanya.“Azizah, sedang apa kau disini?” tanya Adrian.“Kak, bisa jelaskan padaku mengapa kakak meminta putus dariku? Dan apa yang aku lihat tadi itu salah?” Pertanyaan Azizah membuat jantung Adrian berd
Di perjalanan menuju rumah Adrian, Azizah menyusun kata yang nanti ia gunakan kepada pria tersebut. Mengungkapkan segala yang mengganjal di hati, serta menanyakan alasan di baliknya perpisahan sepihak tersebut.Azizah juga membayangkan ketika ia akan kembali merajut kasih bersama Adrian, pria yang meminangnya tiga bulan silam, hingga akhirnya tiba lah dia di kota tempat Adrian berada.“Lima ribu,” ucap supir angkot.“Ini, pa. terimakasih,” sahut Azizah seraya memberinya upah. Lalu kemudian Azizah pergi ke rumah Adrian. Melewati banyak rumah dalam lorong sempit. Sebab hunian pria berkulit putih tersebut berada dalam gang yang jaraknya cukup jauh dari jalan utama. Kala itu Azizah menanggalkan logikanya, serta mengutamakan rasa yang meronta ria di dalam sana demi bertemu Adrian untuk di mintai penjelasan. Mungkin orang akan berkomentar buruk mengenai keputusan Azizah yang berani menemui Adrian kala itu. Tapi dia bisa apa? menunggu di rumah s