Hubungan Azizah dan Adrian rupanya disambut baik oleh kedua orang tua gadis tersebut. Sehingga sepasang kekasih yang tengah dilanda asmara itu merasa bahagia. Namun, kebahagiaan itu tak berlangsung lama. Sebab rekan kerja Adrian merasa cemburu pada pemuda tersebut. Rupanya diam-diam rekan kerja Adrian yang bernama Izul menaruh rasa pada Azizah. Sehingga membocorkan status Adrian padanya. Namun, semula Azizah tak paham apa maksud ucapan Izul . Sehingga ia tak peduli dan tetap melanjutkan hubungan mereka.
“Jadi kau menyukai putriku?” tanya Fahri kepada Adrian. Pemuda itu kini memperkenalkan diri kepada kedua orantua Azizah selayaknya pria dewasa yang bertanggung jawab. Adrian duduk di depan Fahri dan juga Safia sembari menundukan kepala. Merasa segan pada kedua orangtua kekasihnya itu.
“Iya, om,” jawab Adrian ragu-ragu. Walaupun usia Adrian sudah dewasa dan memiliki pengalaman sebelumnya, tetapi kali ini dia merasa berbeda. Azizah gadis spesial yang dia anggap patut di perjuangkan. Gadis itu dengan segala tantangan yang ia beri, meminta Adrian untuk menemui kedua orangtuanya.
“Sudah berapa lama kalian memiliki hubungan?” Fahri tengah menginterogasi Adrian seperti orangtua yang posesif. Dia tak ingin anak gadisnya salah jalan hingga terjerumus dalam lembah yang hitam.
Ada banyak anak remaja yang salah memilih jalur percintaan. Mereka sembunyi-sembunyi dari orangtua serta keluarga. Sehingga yang terjadi adalah hamil diluar nikah. Dan Fahri tak ingin anak gadisnya itu mengalami hal serupa seperti mereka yang tak memiliki adab.
“Belum lama ini, om. Tapi saya mencinta putri om sejak pertama kali bertemu. Dan saya sunguh-sungguh padanya,” terang Adrian.
Pemuda berkulit putih itu berusaha meyakinkan Fahri yang tengah memborbardirnya dengan sejumlah pertanyaan. Dia tak ingin ada jarak atau penolakan dari keluarga Azizah.
“Jadi kalian sudah lama saling mencintai?” Kali ini pertanyaan Fahri mengarah pada Azizah. Dia menatap gadis itu dengan tatapan selidik.
“Belum lama, pa,” sahut Azizah tak kalah takutnya dari Adrian. Wanita itu juga menundukan kepala. Takut ayahnya marah atau menolak Adrian.
“Baiklah kalau begitu. Papa merestui kalian berdua. Tapi ingat, jangan pernah melakukan kesalahan yang fatal. Papa memberi izin bukan berarti kalian bebas melakukan apa saja seperti kebanyakan anak muda zaman sekarang. Jangan pernah membuat malu keluarga. Papa percaya padamu.” Akhirnya Fahri memberi restu kepada Adrian dan Azizah. Pria dengan tinggi seratus tujuh puluh lima itu tak menekan anak gadisnya kali ini. Sebab Fahri dapat melihat tanggung jawab serta kedewasaan yang dimiliki Azizah sekarang. Gadis itu mampu menjaga diri dari lawan jenis.
“Terimakasih, om, tante,” ucap Adrian seraya mencium punggung tangan kedua orangtua Azizah.
“Tolong jaga anak tante. Jangan kecewakan dia. Kau adalah orang pertama yang datang ke rumah dan memperkenalkan diri dengan berani. Tante harap kau tidak akan mengecewakan kami, nak.” Safia yang sedari tadi diam menyaksikan Fahri mencerca Adrian dan Azizah dengan sejumlah pertanyaan, kini meminta pada kekasih putrinya itu untuk menjaga Azizah serta tak membuatnya patah hati.
Sejatinya seorang ibu selalu menginginkan yang terbaik untuk anak-anaknya walau sekeras apapun sifat mereka. Karena biar bagaimanapun juga, Fahri dan Safia lah yang melahirkan Azizah. Sekarang gadis itu menjelma bagai wanita cantik yang berbudi pekerti luhur. Bertanggung jawab terhadap diri sendiri serta keluarga. Menjaga nama baik mereka yang di sebut sebagai orangtua.
Walaupun tak sedikit dari warga yang masih suka mencemoohnya, tetapi Azizah mampu melewati itu semua. Terbukti dari dia yang sampai detik ini mampu berdiri kokoh di tengah kubangan penghinaan orang-orang rendahan seperti Halima, Alwi, Markonah, dan juga para emak lainnya.
Gadis itu ibarat artis papan atas yang sering mereka hujat dan gosipkan. Ibarat kata, tiada hari tanpa gossip Azizah. Terlebih lagi kehadiran Adrian menjadi buah bibir hangat bagi para warganet. Mereka menyebut, bahwa Azizah sudah tak perawan lagi, tetapi masih berani menjalin kasih pada pria lain. Padahal Adrian merupakan lelaki tampan rupawan serta berasal dari kota besar. Tak sepantasnya dia bersama gadis seperti Azizah.
“Azizah itu gadis yang tidak tahu malu! Sudah jelas-jelas dia tidak perawan lagi, tapi masih mau di embat pria tampan seperti Adrian. Lelaki itu akan lebih cocok apabila di sandingkan bersama putriku, Irma.” Markonah, dengan percaya dirinya menyebut Irma sebagai gadis yang lebih pantas mendampingi Adrian, bukan Azizah. Padahal Markonah tak pernah tahu jika selama ini Irma bermain kasih bersama pria hidung belang.
“Iya, kau benar. Irma kan masih perawan. Iya gak ibu-ibu sekalian?” sahut Hayati, janda kembang berkepala dua. Suka sekali tebar pesona pada Markonah demi mendapatkan sebongkah nasi uduk bercampur ikan asin pedas manis. Padahal dalam hati, Hayati ingin muntah saat mendegar pernyataan Markonah. Dia hanya berpura-pura memberi dukungan pada ketua suku tukang gossip itu agar tak di singkirkan dari perkumpulan mereka.
“Ya, iyalah. Irma gitu loh! Siapa dulu dong ibunya.” Lihatlah, bahkan Markonah tak menyadari sindiran Hayati yang menyebut anaknya masih perawan. Padahal sebagian besar warga tahu, bahwa putri Markonah sering kali keluar rumah selayaknya kupu-kupu malam. Namun, bertingkah seperti manusia paling benar dan suci di muka bumi ini. mencari-cari kesalahan orang lain hingga melupakan dosa sendiri.
“Markonah…” Halima, bibi Azizah yang juga turut menggosip bersama Markonah, memberi dukungan munafik pada teman ghibanya. Para emak itu bertingkah seolah paling murni di dunia ini. Padahal tak ada satu pun dari mereka memiliki masa lalu yang indah. Semuanya di awali dengan jalan sesat. Bahkan sekarang pun mereka tak pernah berubah. Contohnya Markonah, wanita paruh baya itu kerap kali bermain cinta bersama pria yang jauh lebih muda usianya dari dia. Melalui sosial media mereka bertukar pesan dan gambar tak senonoh.
Sementara Hayati, janda muda yang kedapatan selingkuh di kamar mereka. Dan saat itu tengah hamil tiga bulan. Akhirnya dia di ceraikan dan sekarang menjadi buruh cuci dari rumah ke rumah. Namun, dia memiliki profesi sampingan yang jarang di ketahui oleh banyak orang. Dia menjadi tukang pijat plus-plus di rumah bordir kampung sebelah. Sedangkan Halima, istri Alwi merupakan mantan wanita jalang, hingga saat ini masih setia berkomunikasih pada salah satu pelanggannya yang dulu sukses merebut keperawanan wanita itu tanpa sepengetahuan Alwi.
Sekarang mereka bertingkah seperti manusia berahlak tinggi. Merendahakan Safia dan Azizah selayaknya sampah. Padahal ibu dan anak itu jauh lebih mulia di bandingkan para jalang murahan tersebut.
**
Beberapa bulan kemudian, Izul yang merupakan rekan kerja Adrian tengah terlibat perdebatan. Adrian yang tak terima saat Izul menyinggung persoalan pernikahannya hanya karena merasa cemburu pada temannya itu.
“Jangan coba-coba untuk memberitahu Azizah tentang statusku Izul! Biar aku yang menceritakan segalanya pada wanita itu,” kata Adrian.
“Apa kau ingin bersikap egois? Biarkan wanita itu hidup bebas bersamaku. Kau sudah menikah Adrian. Setidaknya kau harus tahu diri!” sahut Izul tak mau kalah. Dia mempertahankan cinta sepihaknya pada wanita yang sama sekali tak pernah mencintai dirinya.
“Kau yang seharusnya sadar diri Izul! Azizah adalah kekasihku. Bagaimana bisa kau menyuruhku untuk melepasnya? Apa kau sudah gila?” Adrian tak terima ketika Izul terus mendesaknya untuk memutuskan Azizah. Padahal mereka saling mencintai. Sementara cinta Izul pada Azizah hanyalah bertepuk sebelah tangan.
“Adrian, apa kau lupa bahwa kau dan Yanti belum bercerai secara hukum? Mungkin saat ini kau hidup sendirian, tapi selesaikan dulu urusanmu bersamanya, lalu kemudian beralihlah pada Azizah. Tapi sebelum kau berhasil menyelesaikan segala urusanmu bersama Yanti, maka selama itu pula Azizah akan menjadi kekasihku.” Izul memperlakukan Azizah selayaknya boneka yang patut dia ofor kesana kemari seperti piala bergilir.
“Tutup mulutmu, brengsek!”
Bug!
Adrian menghantam wajah Izul yang sungguh menyebalkan. Sebagai seorang pria dewasa, tidak seharusnya Izul berkata demikian. Merendahakan Azizah yang merupakan kekasih dari rekannya sendiri. Seharusnya pria itu bersikap lebih jentel dalam memperebutkan seorang wanita. Tidak dengan mengeluarkan kata-kata yang menguras emosi dan tenaga.
“Kalian sedang meributkan apa?” Azizah.
To be continued…
“Kalian sedang meributkan apa?” tanya Azizah di sela perdebatan antara Izul dan Adrian. Keduanya tengah merebutkan Azizah.“Ah, kami baik-baik saja kok, Za. Tidak terjadi sesuatu pada kami berdua.” Sengaja Adrian menutupi yang sebebnarnya, agar status yang selama ini coba ia sembunyikan tidak ketahuan.“Adrian kamu sungguh egois! mentang-mentang kamu sudah pernah menikah, lantas dengan mudahnya menipu Azizah!” Izul sengaja mengungkap kebohongan Adrian di depan Azizah, agar gadis itu memutuskan hubungan bersama Adrian.“Apa maksud kalian? Aku tidak mengerti.” Namun, Azizah masih belum memahami maksud dari ucapan Izul.“Zul, kamu apa-apaan sih? Apa kamu sengaja ingin memberitahu Azizah tentang yang sebenarnya? Apa kamu sengaja ingin merebut dia dariku?!” Adrian membawa Izul ke sudut ruangan kelurahan yang hampir rampung. Disana dia mencerca pemuda berkulit sawo matang itu dengan kalimat penuh penek
Ketika mendengar penjelasan Adrian, hati Azizah mulai terenyuh. Ada sentuhan iba didalam sana yang mulai bergejolak. Dia dapat melihat adanya luka lewat sorot mata sayu Adrian. Sesal pun turut terpancarkan dari sinaran netra pemuda tersebut.“Baiklah kalau begitu. Kakak beri Azizah waktu untuk berpikir. Azizah butuh waktu untuk mencerna segalanya. Karena semua yang kakak katakan tadi terlalu mengejutkan. Selama ini Azizah pikir tidak ada wanita lain dalam hubungan kita, tapi ternyata Azizah justru menjadi yang kedua.” Ada sesal yang di rasa oleh gadis cantik tersebut. Dimana dulu ia tak menanyakan tentang latar belakang Adrian. Pria yang tiba-tiba saja datang dari arah belakang dan mengajaknya berkenalan serta berakhir dengan kencan.Andai saja Azizah lebih teliti dalam mengenali seorang pria, mungkin dia tak akan terluka sampai sejauh ini. Yang ada dalam benak Azizah kala itu adalah tidak mungkin seorang pria yang sudah menikah akan berani me
Drama pertengkaran yang berlangsung cukup lama itu, ternyata membuat Azizah mengetahui segala fakta yang selama ini coba di tutupi oleh Adrian. Merasa terkejut, Azizah pun bertanya pada Yanti mengenai hubungannya bersama Adrian. Semula Yanti bungkam, tetapi pelan-pelan dia mulai terbuka saat Adrian menanyakan alasannya kembali ke kota itu. Rupanya sudah setahun lebih Yanti meninggalkan Adrian serta membawa dua anak mereka yang kala itu masih berusia satu tahun. Disitulah Azizah paham, bahwa Adrian sengaja menutupi statusnya darinya sebab pria itu sudah merencanakan perceraian bersama Yanti.Sementara itu, di sisi lain kedua orangtua Azizah telah mengetahui status pemuda yang telah menjalin kasih bersama anaknya itu. Akan tetapi, mereka masih bungkam. Fahri dan Safia yang tak sengaja melintasi lokasi kerja Adrian memilih kembali ke rumah. Mereka berencana menanyakan perihal itu setelah sampai di tempat hunian mereka. Fahri membiarkan Azizah menyelesaikan masalahnya bersama Adr
Untuk menunjukkan keseriusannya, Adrian membawa Azizah ke rumah orang tuanya serta memperkenalkan gadis itu kepada keluarga besar. Anehnya, ada beberapa saudara Adrian yang menatap sinis pada Azizah. Akan tetapi, tidak dengan kedua orang tua pemuda tersebut. Mereka menyambut Azizah dengan tangan terbuka, walau ada pesan tersirat yang sempat dilayangkan oleh ibu Adrian kepada pemuda itu.“Ma, perkenalkan. Ini Azizah, teman dekat Adrian,” ucap Adrian saat memperkenalkan Azizah kepada kedua orangtuanya. Disana ada kakak Adrian yang baru saja pulang dari ibu kota. Wanita itu duduk sembari menatap tak suka pada Azizah. Sementara saudara Adrian yang lainnya menyunggingkan senyuman. Menyambut hangat dia yang cantik rupawan.“Jadi ini wanita yang pernah kau ceritakan itu?” Pertanyaan ibu Adrian membuat Azizah menundukan kepala. Merasa malu kepada mereka. Rupanya Adrian sudah sering menyebut nama gadis itu di depan keluarga.“I
Semula hubungan yang sempat renggang itu mendapat tentangan dari Fahri, tetapi Adrian berhasil membujuk kedua orang tua Azizah. Dia pun berkata jujur pada Fahri dan Safia. Karena kejujurannya itulah Safia menilai Adrian merupakan pemuda yang baik. Dia mampu mempertanggung jawabkan perbuatannya dengan mengakui segala kesalahan yang sengaja ia lakukan.“Mengapa kalian tidak meminta izin padaku sebelum keluar rumah? Apa kalian mulai berani melangkahiku sebagai orangtua?” Kali ini sepertinya Fahri kecewa terhadap keputusan Adrian yang mengajak Azizah ke rumahnya tanpa sepetahuan mereka. Kendati tak ada niat melangkahi Fahri, tetapi Adrian tetaplah merasa bersalah.“Maafkan Adrian, om. Kami tidak bermaksud melangkahi orangtua, tetapi saat itu Adrian tak punya pilihan lain. Kami sempat menunggu om pulang, tetapi kata Azizah om dan tante akan lama berada di luar rumah. Jadi Adrian memutuskan untuk mengajak Azizah ke rumah bertemu kedua orangtua,”
Keseriusan Adrian pada Azizah sudah benar-benar bulat. Dia pun berencana meminang gadis tambatan hatinya itu untuk dijadikan istri. Akan tetapi, Fahri menolak. Sebab Azizah masih sekolah. Jadi, Adrian memutuskan untuk mengikat Azizah dengan bertunangan terlebih dahulu. Betapa senang hati gadis berhijab itu kala Adrian melamarnya. Artinya tak ada lagi keraguan dalam hatinya kala pemuda yang ia cintai mengambil satu langkah menuju pelaminan. Akan tetapi, pertunangan itu tak berlangsung lama. Sebab Adrian memilih kembali bersama istrinya.“Baiklah kalau begitu. Aku memberimu satu kali kesempatan begitu kau menyelesaikan berkas perceraia. Tapi ingat, pastikan statusmu jelas sebelum kau berencana meminang Azizah. Aku tidak ingin dia mendapat masalah hanya karena persoalan rumah tanggamu.” Akhirnya Fahri memberi Adrian kesempatan satu kali lagi untuk mempertahankan hubungan bersama Azizah.“Sebenarnya aku tidak ingin kalian melanjutkan hubunga
Keputusan yang diambil oleh Adrian tuk meninggalkan Azizah, membuat banyak pihak bertanya-tanya, tertutama Fahri dan Safia. Sementara Azizah merasa terpukul oleh keputusan Adrian yang memilih untuk memutuskan hubungan dan kembali pada Yanti istrinya. Setiap malam Azizah menangis pilu di dalam kamar karena merasa patah hati hingga terluka. Belum lagi ia harus menanggung malu kepada keluarga besar serta para tetangga. Azizah harus menelan pil pahit kehidupan yang terus mempermainkan takdirnya.“Kak Adrian.” Hanya satu kata itu yang mampu di ucapkan oleh Azizah. Tak tahu harus berkata apa lagi. Segalanya seperti tercekat di tenggorokan. Hati gadis itu kian sakit dan terluka. Merasakan kekecewaan yang tak pernah ia duga-duga.“Azizah, apa yang terjadi, nak? Mengapa kau menangis?” Fahri baru saja kembali dari pasar. Mendapati anak gadisnya terkulai lemah di atas lantai sembari menangis tersedu-sedu.“Papa.” Azizah memel
Pasca mendengar kabar menggembirakan itu, Alwi langsung ke rumah Fahri, berpura-pura simpatik pada mereka. Nyatanya dia hanya bersandiwara untuk mempermalukan sepupunya tersebut. Alwi mengganti sarung usangnya dengan memakai celana jins.“Kau mau kemana?” tanya Halima.“Ke rumah Fahri. Apa kau tidak ingin ikut bersamaku menyaksikan kehancuran mereka? Kita akan membuat berita ini heboh agar di ketahui oleh warga. Pasti rasanya menyenangkan.” Alwi, si pria paruh baya tanpa nurani begitu antusias melaksanakan aksinya dalam mempermalukan Fahri. Mengajak serta Halima yang tak kalah jahatnya.“Tentu saja aku akan ikut bersamamu. Aku tidak ingin ketinggalan berita terupdate ini.” Halima terlihat seperti admin lambe turah yang suka sekali menyiarkan berita. Baik itu hoax ataupun kenyataan.“Kalau begitu kita tos dulu,” kata Alwi seraya mengangkat tangannya di depan Halima.Sepasang suami istri t
Setelah bertahan melawan penyakit selama dua tahun tujuh bulan, akhirnya Safia mengembuskan nafas terakhir di rumahnnya. Kala itu Azizah tak berada di sana. Dia sedang menghadiri acara tahlilan ayah salah satu temannya. Azizah yang mendengar kabar duka itu, sontak menghentikan bacaan Yasin. Dia bergegas pulang, sebab sang bunda terus saja menyebut namanya."Mama, tunggu Azizah." Sembari berurai air mata, Azizah menyebut mamanya. Berharap masih di beri kesempatan untuk melihat sang bunda walau untuk yang terakhir kalinya.Dan akhirnya ojek yang di tumpangi Azizah tiba juga di rumah. Dia membayar upah jasa ojek tersebut tanpa mengambil uang kembaliannya. Azizah terlalu panik kala itu. Bahkan dia melewati keramaian warga yang sudah berdatangan di rumahnya."Mama," lirih Azizah.Tubuh Safia terbujur kaku di ruang tengah, tetapi masih menyisakan sedikit nafas yang di temani Yana serta salah tante mereka. Sementara para sepupu yang lainnya juga berada di
Penantian itu turut juga di rasakan oleh Safia, ibu Azizah. Dia menunggu pria yang bakal menjadi calon menantunya. Safia selalu yakin, bahwa suatu saat nanti Adrian tetap akan menjadi menantunya. Padahal rejeki, jodoh, dan maut tak pernah ada yang tahu. Semuanya menjadi rahasia Illahi. Bahkan malaikat pun tak tahu ketiga hal tersebut. Nantilah mendapat perintah dari Tuhan, baru malaikat itu akan datang."Azizah, mama hanya ingin kau menikah dengan Adrian. Tidak bersama lelaki lain," lirih Safia. Meminta Azizah untuk tidak berpaling pada pria lain di kemudian hari."Sudahlah, ma. Jangan terlalu di pikirkan. Lagi pula aku masih muda, perjalananku masih panjang. Aku tidak ingin membuat impian melambung tinggi. Sudah cukup semua yang terjadi. Kak Adrian membohongi kita, dan aku tidak bisa mentolerir seorang pembohong," papar Azizah. Menolak permintaan ibunya, namun secara halus. Agar wanita paruh baya itu tak merasa kecewa yang berlebihan."Baiklah, kali ini m
Prank!Gelas kaca, piring, dan juga mangkok sayur, habis terlidas kemarahan Alwi. Pagi-pagi sekali pria paruh baya itu menghancurkan sebagian isi dapurnya. Memecahkan sesuatu yang sekiranya dapat di jangkau.Pecahan itu berserakan di lantai, hingga memenuhi ruang dapurnya yang kecil."Aakk--," pekik Alwi frustasi. Dia merasa gagal dalam menjatuhkan Fahri serta Azizah semalam."Keluarga itu benar-benar brengsek! Pelacur kecil itu selamat dari buruan para warga. Mereka pasti sudah merencanakan segalanya lebih awal!" seloroh Alwi dengan wajahnya yang memerah. Menyebut Azizah seperti hewan melata perusak suasana hati. Entah mengapa Alwi begitu membenci mereka, padahal mengalir darah keturunan yang sama."Ini semua karena kau yang terlalu percaya diri! Coba semalam kau mendengarkan ucapanku untuk menunggu gadis itu di pinggir jalan, mungkin kita bisa melihat ada Adrian di sana!" Halima, bukannya menenangkan Alwi, dia justru menyalahkan keputusan suaminy
Tatapan para emak itu begitu mengintimidasi. Seolah Azizah adalah tersangka utama dalam kasus pembunuhan serta pencabulan anak di bawah umur. Mereka memperlakukan gadis malang itu selayaknya penjahat. Bahkan di antara mereka ada yang memandang hina Azizah. Seakan dunia ini telah di cemari hama penyakit oleh gadis berhijab tersebut."Kau dari mana maghrib-maghrib begini?" Markonah mengajukan pertanyaan seolah dialah wali dari gadis itu. Padahal dia hanyalah orang lain yang bahkan tak memiliki hubungan darah sama sekali."Maaf ibu Markonah, saya rasa bukan urusan anda saya dari mana dan mau kemana. Karena itu hak dan privasi saya. Anda hanyalah orang lain yang tak harus turut campur!" Azizah menjawab pertanyan Markonah dalam sekali telak. Sehingga membuat para emak yang lainnya terlihat menahan tawa.Sementara Markonah sedikit tercengang kala Azizah memberinya jawaban menohok. Tak pernah ia duga sebelumnya, bahwa gadis itu telah pandai merangkai kalimat jawa
Malam hari ba'da sholat Maghrib, para emak tadi masih setia menanti kehadiran Azizah serta Adrian yang katanya sebentar lagi akan pulang. Mereka seakan enggan meninggalkan tempat duduk demi menunggu sang artis yang di kata kontroversi oleh Markonah berserta teman-temannya. Sementara itu, ketua remaja di kampung Azizah sudah dalam tahap siaga satu untuk mengusir Adrian apabila lelaki itu berani memasuki daerahnya. Mereka menyiapkan kayu, bambu, serta benda tajam lainnya yang akan di gunakan untuk mengancam Adrian. Sepertinya ketua remaja itu telah termakan provokasi Alwi, sepupu Fahri yang kerap kali dengki. Entah apa masalah pria paruh baya itu, hatinya selalu saja sempit dan sekakar. "Apa kau yakin rencana kita kali ini akan berhasil?" Halima, istri Alwi memantau dari rumahnya. Melihat persiapan para warga dalam menyambut kedatangan Adrian serta Azizah beberapa saat lagi. "Tentu saja akan berhasil. Kali ini para warga akan menela
Keegoisan Adrian yang memaksa Azizah untuk tetap bersama hingga memiliki anak diluar nikah, membuat gadis berhijab itu tak terima. Dia marah dan kecewa terhadap sikap Adrian yang terkesan memaksa. Sebagai pria dewasa, seharusnya dia lebih mengoreksi diri dan membenahi segalanya. Bukan menjelma menjadi sosok tak bertanggung jawab selayaknya manusia tak bermoral.“Aku tidak percaya kakak merencanakan hal hina itu padaku. Mungkin aku mencintai kak Adrian, tapi bukan berarti aku akan menggadaikan harga diriku pada kakak. Karena keinginan kakak itu merupakan permainan setan. Jadi, maaf aku tidak bisa ikut dalam permainan itu. Jika kakak memilih untuk meninggalkanku dan kembali pada Yanti, maka aku siap untuk itu. Asal harga diriku tak terabaikan hanya karena ego semata!” telak Azizah.Adrian tak berkutik lagi saat mendengar keputusan Azizah. Gadis itu mengakhiri segalanya tanpa mau mempertimbangkan permintaan pemuda tersebut. Bagi Azizah harga diri
Permintaan Adrian yang tak masuk dalam nalar itu, di tolak mentah-mentah oleh Azizah. Gadis itu tidak ingin mencoreng nama baik keluarga yang susah paya ia bangun hingga sedemikian rupa. Kasih sayang yang dulu sering diabaikan oleh mama papanya, telah hadir diantara mereka. Haruskah Azizah menghancurkan hanya karena ego semata? Padahal Adrian selalu saja membuat perasaan Azizah jatuh bangun. Namun, Adrian terus memaksa Azizah untuk tetap bersama ditengah status pemuda itu yang masih suami orang.“Apa kak Adrian kehilangan akal? Bagaimana bisa kakak memintaku untuk melakukan zina? Apakah tidak ada cara lain untuk kita bersama? mengapa kita tidak menikah saja lalu memiliki anak? Ataukah karena kakak benar-benar kembali menikah lagi bersama istri kakak yang dulu?” Azizah tak habis pikir pada Adrian yang ia kenal baik dan bermartabat. Namun, apa yang di tunjukan pemuda itu sekarang, sungguh di luar nalar. Meminta seorang gadis yang bukan istrinya untuk berhubungan bad
Setelah bertemu, Azizah pun meminta penjelasan pada Adrian. Namun, bukannya mengakui kesalahan, Adrian justru meminta Azizah menunggunya. Karena pemuda dengan rambut ikal tersebut masih menaruh rasa pada Azizah. Akan tetapi dia tak menyebutkan alasan secara sepesifik mengapa dulu ia memutuskan pertunangan dan memilih kembali bersama Yanti. Alasan Adrian hanyalah satu, mengapa sampai ia meminta Azizah untuk menunggunya, yakni anak. Adrian menginginkan anak dari Azizah. Dengan kata lain Adrian ingin Azizah hamil di luar nikah dengannya. Agar ia memiliki alibi untuk dapat menikahi gadis berhijab tersebut.“Kak Adrian.” Azizah berdiri menatap sendu dan juga rindu pada Adrian. Pria yang sukses memporak-porandakan hidup serta jiwanya.“Azizah, sedang apa kau disini?” tanya Adrian.“Kak, bisa jelaskan padaku mengapa kakak meminta putus dariku? Dan apa yang aku lihat tadi itu salah?” Pertanyaan Azizah membuat jantung Adrian berd
Di perjalanan menuju rumah Adrian, Azizah menyusun kata yang nanti ia gunakan kepada pria tersebut. Mengungkapkan segala yang mengganjal di hati, serta menanyakan alasan di baliknya perpisahan sepihak tersebut.Azizah juga membayangkan ketika ia akan kembali merajut kasih bersama Adrian, pria yang meminangnya tiga bulan silam, hingga akhirnya tiba lah dia di kota tempat Adrian berada.“Lima ribu,” ucap supir angkot.“Ini, pa. terimakasih,” sahut Azizah seraya memberinya upah. Lalu kemudian Azizah pergi ke rumah Adrian. Melewati banyak rumah dalam lorong sempit. Sebab hunian pria berkulit putih tersebut berada dalam gang yang jaraknya cukup jauh dari jalan utama. Kala itu Azizah menanggalkan logikanya, serta mengutamakan rasa yang meronta ria di dalam sana demi bertemu Adrian untuk di mintai penjelasan. Mungkin orang akan berkomentar buruk mengenai keputusan Azizah yang berani menemui Adrian kala itu. Tapi dia bisa apa? menunggu di rumah s