Senja hari yang indah, dimana Azizah tengah duduk di depan rumah. Seolah menikmati indahnya pemandangan. Namun, hati seolah menuntun nalarnya untuk berjalan menuju kantor kelurahan yang sementara direnovasi. Sementara Azizah mengagumi ornament kantor tersebut, tiba-tiba seorang pria muncul dari arah belakang. Sehingga membuat Azizah terkejut ketakutan. Pertemuan tak disengaja itu menghantarkan mereka kedalam hubungan pertemanan, dan berakhir dengan percintaan. Dimana Adrian mengajak Azizah berkencan. Namun, sejak awal pemuda dengan tahi lalat dipipi itu tak pernah jujur pada Azizah. Dia menyembunyikan statusnya yang telah menikah dan memiliki dua orang anak.
“Hai, namaku Adrian. apa kau yang tinggal di depan sana?” tanya Adrian kepada Azizah. Pemuda itu menatap Azizah dengan penuh kagum. Betapa tidak, wajah gadis tersebut sangat natural tanpa polesan apapun. Belum lagi senyumannya yang manis. Membuat siapa saja yang melihatnya akan terpukau.
“Maafkan aku sudah lancang memasuki kantor ini, permisi.” Azizah tak menjawab pertanyaan Adrian. Dia bahkan tak menyebutkan namanya. Terlalu takut dan grogi pada lawan jenis, membuat Azizah canggung.
“Kau tidak perlu takut padaku. Aku tidak akan menyakitimu. Aku hanya ingin tahu siapa namamu.” Dengan nada lembut Adrian menegaskan, bahwa dia tak akan menyakiti Azizah. Agar gadis itu tak merasakan ketakutan. Adrian paham, bahwa kemunculannya yang tiba-tiba dari arah belakang Azizah tentu saja akan membuat gadis itu terkejut. Dia bagai hantu yang datang tak di jemput dan pulang tak di antar.
“Apa aku boleh tahu siapa namamu?” imbuh Adrian. Sekali lagi menanyakan nama Azizah.
“Azizah.” Sembari menundukan kepala, Azizah menyebutkan namanya. Sementara itu Adrian menyambut gadis tersebut dengan senyuman manis. Dia bahagia ketika Azizah akhirnya mau memberitahukan siapa namanya.
“Nama yang cantik,” puji Adrian seraya menatap kagum. Pria berkulit putih itu tak henti-hentinya memandang keindahan ciptaan Tuhan yang satu ini. Seperti pemuda kasmaran pada umumnya saat pertama kali kenalan, Adrian mengajak Azizah berkencan. Namun, gadis itu masih menolak. Betapa tidak, Adrian terkesan buru-buru untuk mengutarakan perasaannya. Sedangkan mereka baru saja berkenalan. Tidakkah Adrian terlihat sangat agresif?
“Ah, maaf. Aku harus pergi dari sini. Sudah menjelang malam.” Azizah pamit pada Adrian. Terlalu takut rasanya jika harus berduaan di tempat yang tak berpenghuni. Seketika Azizah merasa menyesal memasuki kantor kelurahan itu. Sebab ia tak ingin menjadi bahan gunjingan para warga lagi. Kedatangannya di kelurahan itu semata-mata hanya karena rasa kagumnya pada ornament bangunan. Bukan karena ingin mengenal Adrian. Dia tak pernah tahu siapa pemuda itu sebelumnya.
“Azizah, tunggu!” Namun, Adrian masih saja mencegah gadis dengan hijab berwarna hitam tersebut.
“Aku harap kau mempertimbangkan ucapanku tadi. Sudah beberapa minggu ini aku memperhatikanmu dari kejauhan. Menatapmu dengan penuh kekaguman tanpa mengetahui siapa namamu, apa lagi mengajakmu bicara seperti ini. Sekarang aku mendapat kesempatan untuk berkenalan, dan aku harap kau tidak mengabaikan apa yang aku katakan padamu beberapa saat yang lalu,” ungkap Adrian sungguh-sungguh. Pemuda itu seakan ingin menegaskan betapa dia sangat menyukai sosok Azizah sejak pertama kali melihatnya beberapa minggu lalu.
Adrian yang saat itu baru pertama kali sampai di tempatnya bekerja, yang mana proyek pembangunan kelurahan. Dia menjadi kokinya, dan dalam waktu bersamaan melihat Azizah tengah berjalan kaki ke sekolah dengan seragam putih abu-abu. Sejak saat itulah dia mencuri-curi pandang pada Azizah. Namun, sayangnya gadis itu tak pernah menyadari keberadaan Adrian. Maka sekarang lah waktunya ia mengungkap perasaan.
“Maaf, kak. Aku tidak bisa memberi kakak jawaban. Kita hanya boleh berteman.” Akan tetapi, Azizah sudah membuat keputusan. Dia hanya ingin menjadi teman Adrian. Azizah masih polos, dia belum tahu apa arti dari pacaran, hubungan bersama lawan jenis, atau percintaan yang berawal dari cinta monyet. Semuanya itu Azizah tak pernah paham. Terlebih lagi tak ada paduan berdasarkan film atau sinetron yang ia tonton. Azizah terlalu sibuk membantu kedua orangtuanya di pasar untuk berjualan. Menopang hidup sehari-hari demi kesembuhan sang bunda yang masih terbaring lemah sejak setahun silam.
“Baiklah, aku bisa mengerti itu. Dan aku siap menjadi temanmu.” Adrian mengulurkan tangan, mengajak gadis itu bersalaman.
“Terimakasih.” Namun, Azizah hanya mengatupkan kedua tangan. Tak berani menyambut uluran tangan Adrian. Pemuda itu masih sangat asing bagi Azizah. Terlebih lagi dia merupakan orang pertama yang mengajaknya berkenalan dengan tatapan aneh.
Setelah perkenalan itu, Azizah akhirnya buru-buru pergi. Meninggalkan Adrian yang masih saja tersenyum kagum serta bahagia. Walaupun cintanya tak bersambut, tetapi dia mendapat satu kesempatan untuk menjadi teman wanita itu. Adrian bertekad akan membuktikan pada Azizah, bahwa cintanya tak main-main. Dia tulus menyukai gadis bermata coklat tersebut. Kendati harus menyembunyikan status yang sebenarnya.
**
Hari berganti hari, minggu berganti bulan, hingga tibalah di penghujung bulan enam. Dimana Adrian kembali mengajak Azizah berkencan. Sudah terlalu lama pemuda itu menunggu jawaban pasti Azizah. Sementara mereka sudah tampak dekat. Bersahabat selayaknya pria dan wanita. Dan lewat persahabatan itu, Azizah mulai merasakan sesuatu yang berbeda dari dalam hatinya. Ada debaran aneh tiap kali berjumpa Adrian. Dan Azizah paham, bahwa itulah cinta.
Ya, Azizah akhirnya jatuh cinta pada Adrian yang hampir setiap hari menunjukan perhatian, kasih sayang, serta tak pernah jera mendekatinya. Adrian tak pernah main-main bersama Azizah. Dia sudah bertekad ingin menjadikan gadis itu sebagai bagian dari hidupnya.
Mungkin Adrian terkesan egois, menutupi status yang ia miliki demi bisa bersama Azizah. Akan tetapi, dia memiliki alasan tersendiri kenapa harus menyembunyikan fakta itu. Ada beberpa hal yang tak mesti Adrian ungkapkan sampai waktunya tepat. Maka biarlah dia menjadi pemuda egois terlebih dahulu. Setidaknya itulah yang di pikirkan Adrian kala itu.
“Apa sekarang kau masih belum bisa menerimaku sebagai kekasihmu? Aku tahu, mungkin semuanya masih terlalu cepat. Kita berteman selama tiga bulan ini, apakah kau tidak pernah merasakan sesuatu dari hubungan kita? Apa kau tidak merasakan adanya cinta di dalam sana saat menatap mataku? Ataukah jantungmu tak pernah berdebar-debar saat duduk berdua denganku? Azizah, sejak awal melihatmu dari jauh, aku sudah bisa menebak, bahwa yang aku rasakan ini adalah cinta. Dan aku bisa pastikan jika semuanya itu nyata.” Adrian kembali meminta kejelasan mengenai hubungan mereka pada Azizah. Dia sudah tak bisa menahan lebih lama lagi dengan hanya menjadi teman atau sahabat dekat wanita itu. Adrian ingin hubungan lebih, dimana hubungan itu merupakan sepasang kekasih menuju halal.
Ya, Adrian berencana mempersunting Azizah setelah gadis itu tamat sekolah. Masih terlalu cepat memang, tetapi Adrian tak ingin melepas gadis tersebut. Dia sungguh-sungguh ingin menjadikan Azizah sebagi istrinya. Menggantikan dia yang telah meninggalkan Adrian kala pemuda itu hidup dalam keterpurukan serta penderitaan.
“kak Adrian, tidakkah ini masih terlalu cepat? Aku tidak ingin terburu-buru menjalin hubungan lebih dari teman, kak. Aku sangat nyaman menjadi teman kak Adrian.” Azizah masih berusaha untuk menolak Adrian. Seolah menutupi perasaan yang sebenarnya. Padahal dia juga mulai mencintai pria tersebut.
“Apa kau yakin tak mencintaiku, Za? Apa kau sungguh hanya menganggapku sebagai teman?” lirih Adrian dengan wajah sendunya. Pemuda itu hampir saja berputus asa dalam memperjuangkan cinta Azizah. Dan sekarang ada sedikit luka di hatinya saat gadis yang ia puja masihlah menolak cintanya yang tulus.
“Kak, Adrian aku—“ Azizah tak sanggup melanjutkan kalimatnya. Dia ingin membalas perasaan Adrian, tetapi entah mengapa bibirnya justru berkata lain. Padahal dalam hati seolah ingin menegaskan betapa dia juga mencintai pemuda itu.
Azizah dapat melihat kesungguhan hati Adrian, dan itu memang benar adanya. Akan tetapi, Azizah yang masih terbilang baru dalam dunia percintaan, tak mudah menerima cinta seseorang begitu saja. Kendati sudah saling mengenal satu sama lain.
“Azizah, aku tidak akan memaksamu untuk menerimaku lagi. Yang terpenting adalah aku sudah memberitahumu segalanya. semuanya kembali padamu. Apakah kau ingin menerimaku sebagai kekasihmu, atau tetap pada pertemanan ini.” Suara Adrian terdengar putus asa. Wajahnya sendu seperti hendak menangis karena penolakan. Padahal dia merupakan seorang pria.
“Kak Adrian, tunggu.” Azizah mencegah pemuda itu setelah hampir saja beranjak pergi. Sehingga Adrian menghentikan langkah untuk tetap tinggal.
“Apa kakak tidak bercanda? Maksudku adalah ini pertama kalinya untuku. Aku tidak pernah mengenal pria atau cinta sebelumnya. Mungkin akan terlihat aneh bagiku, tapi aku benar-benar tidak paham tentang apa yang aku rasa. Aku hanya takut kehilangan kakak. Entah itu sebagai teman atau lebih dari sekedar teman,” ungkap Azizah. Membuat Adrian menarik kedua sudut bibirnya membentuk senyuman kebahagiaan disana.
Ya, Adrian bahagia ketika mendengar ucapan Azizah. Dia mulai memahami, bahwa gadis itu membalas cintanya. Hanya saja ia masih terjebak dalam hubungan pertemanan. Sangat sulit membedakan cinta dan persahabatan.
“Itu aryinya cinta, Za,” ucap Adrian seraya memegang tangan Azizah. Pemuda itu masih menyunggingkan senyuman.
“Tapi—“
“Ssstt! Aku tahu kau masih sulit membedakan yang mana cinta dan yang mana persahabatan. Dan untuk mengenali dua rasa itu, aku siap mengajarimu.” Keduanya akhirnya saling melempar senyuman. Merasa bahagia secara bersamaan. Akhirnya mereka pun jadian, menjadi sepasang kekasih yang tengah kasmaran.
To be continued.
Hubungan Azizah dan Adrian rupanya disambut baik oleh kedua orang tua gadis tersebut. Sehingga sepasang kekasih yang tengah dilanda asmara itu merasa bahagia. Namun, kebahagiaan itu tak berlangsung lama. Sebab rekan kerja Adrian merasa cemburu pada pemuda tersebut. Rupanya diam-diam rekan kerja Adrian yang bernama Izul menaruh rasa pada Azizah. Sehingga membocorkan status Adrian padanya. Namun, semula Azizah tak paham apa maksud ucapan Izul . Sehingga ia tak peduli dan tetap melanjutkan hubungan mereka.“Jadi kau menyukai putriku?” tanya Fahri kepada Adrian. Pemuda itu kini memperkenalkan diri kepada kedua orantua Azizah selayaknya pria dewasa yang bertanggung jawab. Adrian duduk di depan Fahri dan juga Safia sembari menundukan kepala. Merasa segan pada kedua orangtua kekasihnya itu.“Iya, om,” jawab Adrian ragu-ragu. Walaupun usia Adrian sudah dewasa dan memiliki pengalaman sebelumnya, tetapi kali ini dia merasa berbeda. Azizah gadis spesial ya
“Kalian sedang meributkan apa?” tanya Azizah di sela perdebatan antara Izul dan Adrian. Keduanya tengah merebutkan Azizah.“Ah, kami baik-baik saja kok, Za. Tidak terjadi sesuatu pada kami berdua.” Sengaja Adrian menutupi yang sebebnarnya, agar status yang selama ini coba ia sembunyikan tidak ketahuan.“Adrian kamu sungguh egois! mentang-mentang kamu sudah pernah menikah, lantas dengan mudahnya menipu Azizah!” Izul sengaja mengungkap kebohongan Adrian di depan Azizah, agar gadis itu memutuskan hubungan bersama Adrian.“Apa maksud kalian? Aku tidak mengerti.” Namun, Azizah masih belum memahami maksud dari ucapan Izul.“Zul, kamu apa-apaan sih? Apa kamu sengaja ingin memberitahu Azizah tentang yang sebenarnya? Apa kamu sengaja ingin merebut dia dariku?!” Adrian membawa Izul ke sudut ruangan kelurahan yang hampir rampung. Disana dia mencerca pemuda berkulit sawo matang itu dengan kalimat penuh penek
Ketika mendengar penjelasan Adrian, hati Azizah mulai terenyuh. Ada sentuhan iba didalam sana yang mulai bergejolak. Dia dapat melihat adanya luka lewat sorot mata sayu Adrian. Sesal pun turut terpancarkan dari sinaran netra pemuda tersebut.“Baiklah kalau begitu. Kakak beri Azizah waktu untuk berpikir. Azizah butuh waktu untuk mencerna segalanya. Karena semua yang kakak katakan tadi terlalu mengejutkan. Selama ini Azizah pikir tidak ada wanita lain dalam hubungan kita, tapi ternyata Azizah justru menjadi yang kedua.” Ada sesal yang di rasa oleh gadis cantik tersebut. Dimana dulu ia tak menanyakan tentang latar belakang Adrian. Pria yang tiba-tiba saja datang dari arah belakang dan mengajaknya berkenalan serta berakhir dengan kencan.Andai saja Azizah lebih teliti dalam mengenali seorang pria, mungkin dia tak akan terluka sampai sejauh ini. Yang ada dalam benak Azizah kala itu adalah tidak mungkin seorang pria yang sudah menikah akan berani me
Drama pertengkaran yang berlangsung cukup lama itu, ternyata membuat Azizah mengetahui segala fakta yang selama ini coba di tutupi oleh Adrian. Merasa terkejut, Azizah pun bertanya pada Yanti mengenai hubungannya bersama Adrian. Semula Yanti bungkam, tetapi pelan-pelan dia mulai terbuka saat Adrian menanyakan alasannya kembali ke kota itu. Rupanya sudah setahun lebih Yanti meninggalkan Adrian serta membawa dua anak mereka yang kala itu masih berusia satu tahun. Disitulah Azizah paham, bahwa Adrian sengaja menutupi statusnya darinya sebab pria itu sudah merencanakan perceraian bersama Yanti.Sementara itu, di sisi lain kedua orangtua Azizah telah mengetahui status pemuda yang telah menjalin kasih bersama anaknya itu. Akan tetapi, mereka masih bungkam. Fahri dan Safia yang tak sengaja melintasi lokasi kerja Adrian memilih kembali ke rumah. Mereka berencana menanyakan perihal itu setelah sampai di tempat hunian mereka. Fahri membiarkan Azizah menyelesaikan masalahnya bersama Adr
Untuk menunjukkan keseriusannya, Adrian membawa Azizah ke rumah orang tuanya serta memperkenalkan gadis itu kepada keluarga besar. Anehnya, ada beberapa saudara Adrian yang menatap sinis pada Azizah. Akan tetapi, tidak dengan kedua orang tua pemuda tersebut. Mereka menyambut Azizah dengan tangan terbuka, walau ada pesan tersirat yang sempat dilayangkan oleh ibu Adrian kepada pemuda itu.“Ma, perkenalkan. Ini Azizah, teman dekat Adrian,” ucap Adrian saat memperkenalkan Azizah kepada kedua orangtuanya. Disana ada kakak Adrian yang baru saja pulang dari ibu kota. Wanita itu duduk sembari menatap tak suka pada Azizah. Sementara saudara Adrian yang lainnya menyunggingkan senyuman. Menyambut hangat dia yang cantik rupawan.“Jadi ini wanita yang pernah kau ceritakan itu?” Pertanyaan ibu Adrian membuat Azizah menundukan kepala. Merasa malu kepada mereka. Rupanya Adrian sudah sering menyebut nama gadis itu di depan keluarga.“I
Semula hubungan yang sempat renggang itu mendapat tentangan dari Fahri, tetapi Adrian berhasil membujuk kedua orang tua Azizah. Dia pun berkata jujur pada Fahri dan Safia. Karena kejujurannya itulah Safia menilai Adrian merupakan pemuda yang baik. Dia mampu mempertanggung jawabkan perbuatannya dengan mengakui segala kesalahan yang sengaja ia lakukan.“Mengapa kalian tidak meminta izin padaku sebelum keluar rumah? Apa kalian mulai berani melangkahiku sebagai orangtua?” Kali ini sepertinya Fahri kecewa terhadap keputusan Adrian yang mengajak Azizah ke rumahnya tanpa sepetahuan mereka. Kendati tak ada niat melangkahi Fahri, tetapi Adrian tetaplah merasa bersalah.“Maafkan Adrian, om. Kami tidak bermaksud melangkahi orangtua, tetapi saat itu Adrian tak punya pilihan lain. Kami sempat menunggu om pulang, tetapi kata Azizah om dan tante akan lama berada di luar rumah. Jadi Adrian memutuskan untuk mengajak Azizah ke rumah bertemu kedua orangtua,”
Keseriusan Adrian pada Azizah sudah benar-benar bulat. Dia pun berencana meminang gadis tambatan hatinya itu untuk dijadikan istri. Akan tetapi, Fahri menolak. Sebab Azizah masih sekolah. Jadi, Adrian memutuskan untuk mengikat Azizah dengan bertunangan terlebih dahulu. Betapa senang hati gadis berhijab itu kala Adrian melamarnya. Artinya tak ada lagi keraguan dalam hatinya kala pemuda yang ia cintai mengambil satu langkah menuju pelaminan. Akan tetapi, pertunangan itu tak berlangsung lama. Sebab Adrian memilih kembali bersama istrinya.“Baiklah kalau begitu. Aku memberimu satu kali kesempatan begitu kau menyelesaikan berkas perceraia. Tapi ingat, pastikan statusmu jelas sebelum kau berencana meminang Azizah. Aku tidak ingin dia mendapat masalah hanya karena persoalan rumah tanggamu.” Akhirnya Fahri memberi Adrian kesempatan satu kali lagi untuk mempertahankan hubungan bersama Azizah.“Sebenarnya aku tidak ingin kalian melanjutkan hubunga
Keputusan yang diambil oleh Adrian tuk meninggalkan Azizah, membuat banyak pihak bertanya-tanya, tertutama Fahri dan Safia. Sementara Azizah merasa terpukul oleh keputusan Adrian yang memilih untuk memutuskan hubungan dan kembali pada Yanti istrinya. Setiap malam Azizah menangis pilu di dalam kamar karena merasa patah hati hingga terluka. Belum lagi ia harus menanggung malu kepada keluarga besar serta para tetangga. Azizah harus menelan pil pahit kehidupan yang terus mempermainkan takdirnya.“Kak Adrian.” Hanya satu kata itu yang mampu di ucapkan oleh Azizah. Tak tahu harus berkata apa lagi. Segalanya seperti tercekat di tenggorokan. Hati gadis itu kian sakit dan terluka. Merasakan kekecewaan yang tak pernah ia duga-duga.“Azizah, apa yang terjadi, nak? Mengapa kau menangis?” Fahri baru saja kembali dari pasar. Mendapati anak gadisnya terkulai lemah di atas lantai sembari menangis tersedu-sedu.“Papa.” Azizah memel
Setelah bertahan melawan penyakit selama dua tahun tujuh bulan, akhirnya Safia mengembuskan nafas terakhir di rumahnnya. Kala itu Azizah tak berada di sana. Dia sedang menghadiri acara tahlilan ayah salah satu temannya. Azizah yang mendengar kabar duka itu, sontak menghentikan bacaan Yasin. Dia bergegas pulang, sebab sang bunda terus saja menyebut namanya."Mama, tunggu Azizah." Sembari berurai air mata, Azizah menyebut mamanya. Berharap masih di beri kesempatan untuk melihat sang bunda walau untuk yang terakhir kalinya.Dan akhirnya ojek yang di tumpangi Azizah tiba juga di rumah. Dia membayar upah jasa ojek tersebut tanpa mengambil uang kembaliannya. Azizah terlalu panik kala itu. Bahkan dia melewati keramaian warga yang sudah berdatangan di rumahnya."Mama," lirih Azizah.Tubuh Safia terbujur kaku di ruang tengah, tetapi masih menyisakan sedikit nafas yang di temani Yana serta salah tante mereka. Sementara para sepupu yang lainnya juga berada di
Penantian itu turut juga di rasakan oleh Safia, ibu Azizah. Dia menunggu pria yang bakal menjadi calon menantunya. Safia selalu yakin, bahwa suatu saat nanti Adrian tetap akan menjadi menantunya. Padahal rejeki, jodoh, dan maut tak pernah ada yang tahu. Semuanya menjadi rahasia Illahi. Bahkan malaikat pun tak tahu ketiga hal tersebut. Nantilah mendapat perintah dari Tuhan, baru malaikat itu akan datang."Azizah, mama hanya ingin kau menikah dengan Adrian. Tidak bersama lelaki lain," lirih Safia. Meminta Azizah untuk tidak berpaling pada pria lain di kemudian hari."Sudahlah, ma. Jangan terlalu di pikirkan. Lagi pula aku masih muda, perjalananku masih panjang. Aku tidak ingin membuat impian melambung tinggi. Sudah cukup semua yang terjadi. Kak Adrian membohongi kita, dan aku tidak bisa mentolerir seorang pembohong," papar Azizah. Menolak permintaan ibunya, namun secara halus. Agar wanita paruh baya itu tak merasa kecewa yang berlebihan."Baiklah, kali ini m
Prank!Gelas kaca, piring, dan juga mangkok sayur, habis terlidas kemarahan Alwi. Pagi-pagi sekali pria paruh baya itu menghancurkan sebagian isi dapurnya. Memecahkan sesuatu yang sekiranya dapat di jangkau.Pecahan itu berserakan di lantai, hingga memenuhi ruang dapurnya yang kecil."Aakk--," pekik Alwi frustasi. Dia merasa gagal dalam menjatuhkan Fahri serta Azizah semalam."Keluarga itu benar-benar brengsek! Pelacur kecil itu selamat dari buruan para warga. Mereka pasti sudah merencanakan segalanya lebih awal!" seloroh Alwi dengan wajahnya yang memerah. Menyebut Azizah seperti hewan melata perusak suasana hati. Entah mengapa Alwi begitu membenci mereka, padahal mengalir darah keturunan yang sama."Ini semua karena kau yang terlalu percaya diri! Coba semalam kau mendengarkan ucapanku untuk menunggu gadis itu di pinggir jalan, mungkin kita bisa melihat ada Adrian di sana!" Halima, bukannya menenangkan Alwi, dia justru menyalahkan keputusan suaminy
Tatapan para emak itu begitu mengintimidasi. Seolah Azizah adalah tersangka utama dalam kasus pembunuhan serta pencabulan anak di bawah umur. Mereka memperlakukan gadis malang itu selayaknya penjahat. Bahkan di antara mereka ada yang memandang hina Azizah. Seakan dunia ini telah di cemari hama penyakit oleh gadis berhijab tersebut."Kau dari mana maghrib-maghrib begini?" Markonah mengajukan pertanyaan seolah dialah wali dari gadis itu. Padahal dia hanyalah orang lain yang bahkan tak memiliki hubungan darah sama sekali."Maaf ibu Markonah, saya rasa bukan urusan anda saya dari mana dan mau kemana. Karena itu hak dan privasi saya. Anda hanyalah orang lain yang tak harus turut campur!" Azizah menjawab pertanyan Markonah dalam sekali telak. Sehingga membuat para emak yang lainnya terlihat menahan tawa.Sementara Markonah sedikit tercengang kala Azizah memberinya jawaban menohok. Tak pernah ia duga sebelumnya, bahwa gadis itu telah pandai merangkai kalimat jawa
Malam hari ba'da sholat Maghrib, para emak tadi masih setia menanti kehadiran Azizah serta Adrian yang katanya sebentar lagi akan pulang. Mereka seakan enggan meninggalkan tempat duduk demi menunggu sang artis yang di kata kontroversi oleh Markonah berserta teman-temannya. Sementara itu, ketua remaja di kampung Azizah sudah dalam tahap siaga satu untuk mengusir Adrian apabila lelaki itu berani memasuki daerahnya. Mereka menyiapkan kayu, bambu, serta benda tajam lainnya yang akan di gunakan untuk mengancam Adrian. Sepertinya ketua remaja itu telah termakan provokasi Alwi, sepupu Fahri yang kerap kali dengki. Entah apa masalah pria paruh baya itu, hatinya selalu saja sempit dan sekakar. "Apa kau yakin rencana kita kali ini akan berhasil?" Halima, istri Alwi memantau dari rumahnya. Melihat persiapan para warga dalam menyambut kedatangan Adrian serta Azizah beberapa saat lagi. "Tentu saja akan berhasil. Kali ini para warga akan menela
Keegoisan Adrian yang memaksa Azizah untuk tetap bersama hingga memiliki anak diluar nikah, membuat gadis berhijab itu tak terima. Dia marah dan kecewa terhadap sikap Adrian yang terkesan memaksa. Sebagai pria dewasa, seharusnya dia lebih mengoreksi diri dan membenahi segalanya. Bukan menjelma menjadi sosok tak bertanggung jawab selayaknya manusia tak bermoral.“Aku tidak percaya kakak merencanakan hal hina itu padaku. Mungkin aku mencintai kak Adrian, tapi bukan berarti aku akan menggadaikan harga diriku pada kakak. Karena keinginan kakak itu merupakan permainan setan. Jadi, maaf aku tidak bisa ikut dalam permainan itu. Jika kakak memilih untuk meninggalkanku dan kembali pada Yanti, maka aku siap untuk itu. Asal harga diriku tak terabaikan hanya karena ego semata!” telak Azizah.Adrian tak berkutik lagi saat mendengar keputusan Azizah. Gadis itu mengakhiri segalanya tanpa mau mempertimbangkan permintaan pemuda tersebut. Bagi Azizah harga diri
Permintaan Adrian yang tak masuk dalam nalar itu, di tolak mentah-mentah oleh Azizah. Gadis itu tidak ingin mencoreng nama baik keluarga yang susah paya ia bangun hingga sedemikian rupa. Kasih sayang yang dulu sering diabaikan oleh mama papanya, telah hadir diantara mereka. Haruskah Azizah menghancurkan hanya karena ego semata? Padahal Adrian selalu saja membuat perasaan Azizah jatuh bangun. Namun, Adrian terus memaksa Azizah untuk tetap bersama ditengah status pemuda itu yang masih suami orang.“Apa kak Adrian kehilangan akal? Bagaimana bisa kakak memintaku untuk melakukan zina? Apakah tidak ada cara lain untuk kita bersama? mengapa kita tidak menikah saja lalu memiliki anak? Ataukah karena kakak benar-benar kembali menikah lagi bersama istri kakak yang dulu?” Azizah tak habis pikir pada Adrian yang ia kenal baik dan bermartabat. Namun, apa yang di tunjukan pemuda itu sekarang, sungguh di luar nalar. Meminta seorang gadis yang bukan istrinya untuk berhubungan bad
Setelah bertemu, Azizah pun meminta penjelasan pada Adrian. Namun, bukannya mengakui kesalahan, Adrian justru meminta Azizah menunggunya. Karena pemuda dengan rambut ikal tersebut masih menaruh rasa pada Azizah. Akan tetapi dia tak menyebutkan alasan secara sepesifik mengapa dulu ia memutuskan pertunangan dan memilih kembali bersama Yanti. Alasan Adrian hanyalah satu, mengapa sampai ia meminta Azizah untuk menunggunya, yakni anak. Adrian menginginkan anak dari Azizah. Dengan kata lain Adrian ingin Azizah hamil di luar nikah dengannya. Agar ia memiliki alibi untuk dapat menikahi gadis berhijab tersebut.“Kak Adrian.” Azizah berdiri menatap sendu dan juga rindu pada Adrian. Pria yang sukses memporak-porandakan hidup serta jiwanya.“Azizah, sedang apa kau disini?” tanya Adrian.“Kak, bisa jelaskan padaku mengapa kakak meminta putus dariku? Dan apa yang aku lihat tadi itu salah?” Pertanyaan Azizah membuat jantung Adrian berd
Di perjalanan menuju rumah Adrian, Azizah menyusun kata yang nanti ia gunakan kepada pria tersebut. Mengungkapkan segala yang mengganjal di hati, serta menanyakan alasan di baliknya perpisahan sepihak tersebut.Azizah juga membayangkan ketika ia akan kembali merajut kasih bersama Adrian, pria yang meminangnya tiga bulan silam, hingga akhirnya tiba lah dia di kota tempat Adrian berada.“Lima ribu,” ucap supir angkot.“Ini, pa. terimakasih,” sahut Azizah seraya memberinya upah. Lalu kemudian Azizah pergi ke rumah Adrian. Melewati banyak rumah dalam lorong sempit. Sebab hunian pria berkulit putih tersebut berada dalam gang yang jaraknya cukup jauh dari jalan utama. Kala itu Azizah menanggalkan logikanya, serta mengutamakan rasa yang meronta ria di dalam sana demi bertemu Adrian untuk di mintai penjelasan. Mungkin orang akan berkomentar buruk mengenai keputusan Azizah yang berani menemui Adrian kala itu. Tapi dia bisa apa? menunggu di rumah s