“Mengapa kalian tidak meminta izin padaku sebelum keluar rumah? Apa kalian mulai berani melangkahiku sebagai orangtua?” Kali ini sepertinya Fahri kecewa terhadap keputusan Adrian yang mengajak Azizah ke rumahnya tanpa sepetahuan mereka. Kendati tak ada niat melangkahi Fahri, tetapi Adrian tetaplah merasa bersalah.
“Maafkan Adrian, om. Kami tidak bermaksud melangkahi orangtua, tetapi saat itu Adrian tak punya pilihan lain. Kami sempat menunggu om pulang, tetapi kata Azizah om dan tante akan lama berada di luar rumah. Jadi Adrian memutuskan untuk mengajak Azizah ke rumah bertemu kedua orangtua,”
Keseriusan Adrian pada Azizah sudah benar-benar bulat. Dia pun berencana meminang gadis tambatan hatinya itu untuk dijadikan istri. Akan tetapi, Fahri menolak. Sebab Azizah masih sekolah. Jadi, Adrian memutuskan untuk mengikat Azizah dengan bertunangan terlebih dahulu. Betapa senang hati gadis berhijab itu kala Adrian melamarnya. Artinya tak ada lagi keraguan dalam hatinya kala pemuda yang ia cintai mengambil satu langkah menuju pelaminan. Akan tetapi, pertunangan itu tak berlangsung lama. Sebab Adrian memilih kembali bersama istrinya.“Baiklah kalau begitu. Aku memberimu satu kali kesempatan begitu kau menyelesaikan berkas perceraia. Tapi ingat, pastikan statusmu jelas sebelum kau berencana meminang Azizah. Aku tidak ingin dia mendapat masalah hanya karena persoalan rumah tanggamu.” Akhirnya Fahri memberi Adrian kesempatan satu kali lagi untuk mempertahankan hubungan bersama Azizah.“Sebenarnya aku tidak ingin kalian melanjutkan hubunga
Keputusan yang diambil oleh Adrian tuk meninggalkan Azizah, membuat banyak pihak bertanya-tanya, tertutama Fahri dan Safia. Sementara Azizah merasa terpukul oleh keputusan Adrian yang memilih untuk memutuskan hubungan dan kembali pada Yanti istrinya. Setiap malam Azizah menangis pilu di dalam kamar karena merasa patah hati hingga terluka. Belum lagi ia harus menanggung malu kepada keluarga besar serta para tetangga. Azizah harus menelan pil pahit kehidupan yang terus mempermainkan takdirnya.“Kak Adrian.” Hanya satu kata itu yang mampu di ucapkan oleh Azizah. Tak tahu harus berkata apa lagi. Segalanya seperti tercekat di tenggorokan. Hati gadis itu kian sakit dan terluka. Merasakan kekecewaan yang tak pernah ia duga-duga.“Azizah, apa yang terjadi, nak? Mengapa kau menangis?” Fahri baru saja kembali dari pasar. Mendapati anak gadisnya terkulai lemah di atas lantai sembari menangis tersedu-sedu.“Papa.” Azizah memel
Pasca mendengar kabar menggembirakan itu, Alwi langsung ke rumah Fahri, berpura-pura simpatik pada mereka. Nyatanya dia hanya bersandiwara untuk mempermalukan sepupunya tersebut. Alwi mengganti sarung usangnya dengan memakai celana jins.“Kau mau kemana?” tanya Halima.“Ke rumah Fahri. Apa kau tidak ingin ikut bersamaku menyaksikan kehancuran mereka? Kita akan membuat berita ini heboh agar di ketahui oleh warga. Pasti rasanya menyenangkan.” Alwi, si pria paruh baya tanpa nurani begitu antusias melaksanakan aksinya dalam mempermalukan Fahri. Mengajak serta Halima yang tak kalah jahatnya.“Tentu saja aku akan ikut bersamamu. Aku tidak ingin ketinggalan berita terupdate ini.” Halima terlihat seperti admin lambe turah yang suka sekali menyiarkan berita. Baik itu hoax ataupun kenyataan.“Kalau begitu kita tos dulu,” kata Alwi seraya mengangkat tangannya di depan Halima.Sepasang suami istri t
Di perjalanan menuju rumah Adrian, Azizah menyusun kata yang nanti ia gunakan kepada pria tersebut. Mengungkapkan segala yang mengganjal di hati, serta menanyakan alasan di baliknya perpisahan sepihak tersebut.Azizah juga membayangkan ketika ia akan kembali merajut kasih bersama Adrian, pria yang meminangnya tiga bulan silam, hingga akhirnya tiba lah dia di kota tempat Adrian berada.“Lima ribu,” ucap supir angkot.“Ini, pa. terimakasih,” sahut Azizah seraya memberinya upah. Lalu kemudian Azizah pergi ke rumah Adrian. Melewati banyak rumah dalam lorong sempit. Sebab hunian pria berkulit putih tersebut berada dalam gang yang jaraknya cukup jauh dari jalan utama. Kala itu Azizah menanggalkan logikanya, serta mengutamakan rasa yang meronta ria di dalam sana demi bertemu Adrian untuk di mintai penjelasan. Mungkin orang akan berkomentar buruk mengenai keputusan Azizah yang berani menemui Adrian kala itu. Tapi dia bisa apa? menunggu di rumah s
Setelah bertemu, Azizah pun meminta penjelasan pada Adrian. Namun, bukannya mengakui kesalahan, Adrian justru meminta Azizah menunggunya. Karena pemuda dengan rambut ikal tersebut masih menaruh rasa pada Azizah. Akan tetapi dia tak menyebutkan alasan secara sepesifik mengapa dulu ia memutuskan pertunangan dan memilih kembali bersama Yanti. Alasan Adrian hanyalah satu, mengapa sampai ia meminta Azizah untuk menunggunya, yakni anak. Adrian menginginkan anak dari Azizah. Dengan kata lain Adrian ingin Azizah hamil di luar nikah dengannya. Agar ia memiliki alibi untuk dapat menikahi gadis berhijab tersebut.“Kak Adrian.” Azizah berdiri menatap sendu dan juga rindu pada Adrian. Pria yang sukses memporak-porandakan hidup serta jiwanya.“Azizah, sedang apa kau disini?” tanya Adrian.“Kak, bisa jelaskan padaku mengapa kakak meminta putus dariku? Dan apa yang aku lihat tadi itu salah?” Pertanyaan Azizah membuat jantung Adrian berd
Permintaan Adrian yang tak masuk dalam nalar itu, di tolak mentah-mentah oleh Azizah. Gadis itu tidak ingin mencoreng nama baik keluarga yang susah paya ia bangun hingga sedemikian rupa. Kasih sayang yang dulu sering diabaikan oleh mama papanya, telah hadir diantara mereka. Haruskah Azizah menghancurkan hanya karena ego semata? Padahal Adrian selalu saja membuat perasaan Azizah jatuh bangun. Namun, Adrian terus memaksa Azizah untuk tetap bersama ditengah status pemuda itu yang masih suami orang.“Apa kak Adrian kehilangan akal? Bagaimana bisa kakak memintaku untuk melakukan zina? Apakah tidak ada cara lain untuk kita bersama? mengapa kita tidak menikah saja lalu memiliki anak? Ataukah karena kakak benar-benar kembali menikah lagi bersama istri kakak yang dulu?” Azizah tak habis pikir pada Adrian yang ia kenal baik dan bermartabat. Namun, apa yang di tunjukan pemuda itu sekarang, sungguh di luar nalar. Meminta seorang gadis yang bukan istrinya untuk berhubungan bad
Keegoisan Adrian yang memaksa Azizah untuk tetap bersama hingga memiliki anak diluar nikah, membuat gadis berhijab itu tak terima. Dia marah dan kecewa terhadap sikap Adrian yang terkesan memaksa. Sebagai pria dewasa, seharusnya dia lebih mengoreksi diri dan membenahi segalanya. Bukan menjelma menjadi sosok tak bertanggung jawab selayaknya manusia tak bermoral.“Aku tidak percaya kakak merencanakan hal hina itu padaku. Mungkin aku mencintai kak Adrian, tapi bukan berarti aku akan menggadaikan harga diriku pada kakak. Karena keinginan kakak itu merupakan permainan setan. Jadi, maaf aku tidak bisa ikut dalam permainan itu. Jika kakak memilih untuk meninggalkanku dan kembali pada Yanti, maka aku siap untuk itu. Asal harga diriku tak terabaikan hanya karena ego semata!” telak Azizah.Adrian tak berkutik lagi saat mendengar keputusan Azizah. Gadis itu mengakhiri segalanya tanpa mau mempertimbangkan permintaan pemuda tersebut. Bagi Azizah harga diri
Malam hari ba'da sholat Maghrib, para emak tadi masih setia menanti kehadiran Azizah serta Adrian yang katanya sebentar lagi akan pulang. Mereka seakan enggan meninggalkan tempat duduk demi menunggu sang artis yang di kata kontroversi oleh Markonah berserta teman-temannya. Sementara itu, ketua remaja di kampung Azizah sudah dalam tahap siaga satu untuk mengusir Adrian apabila lelaki itu berani memasuki daerahnya. Mereka menyiapkan kayu, bambu, serta benda tajam lainnya yang akan di gunakan untuk mengancam Adrian. Sepertinya ketua remaja itu telah termakan provokasi Alwi, sepupu Fahri yang kerap kali dengki. Entah apa masalah pria paruh baya itu, hatinya selalu saja sempit dan sekakar. "Apa kau yakin rencana kita kali ini akan berhasil?" Halima, istri Alwi memantau dari rumahnya. Melihat persiapan para warga dalam menyambut kedatangan Adrian serta Azizah beberapa saat lagi. "Tentu saja akan berhasil. Kali ini para warga akan menela