[Kim Young Mi’s POV]Udara dingin itu menerpa lenganku yang tidak tertutup dengan lapisan kain apapun itu. Aku melihat Eomma sedang terduduk sembari tersenyum menatap seseorang yang berada di belakangku. Seseorang yang berada di belakangku itu adalah pengacara Kang. Aku baru saja keluar dari ruangan privatnya itu untuk membicarakan mengenai kesaksianku di pengadilan.Dan, setiap mendengar perkataannya rasanya aku sangat muak. Bukan karena aku membenci pengacara Kang, bukan. Tapi, karena aku sudah lelah dengan semua ini. Kupikir semua pengalaman buruk yang kudapatkan hanya cukup kusimpan di dalam lubuk hatiku dan memori alam bawah sadarku yang terdalam.Bertahun-tahun sudah aku mencoba untuk melupakan beberapa peristiwa yang membuatku trauma. Tak disangka-sangka beberapa tahun ke depan aku bahkan harus memberikan kesaksianku kepada orang banyak. Lebih buruknya memberikan kesaksianku di depan meja hijau.Aku duduk di dekat Eomma. Ia menatap penuh harap kepada pengacara Kang. Matanya sea
[Im Aerum’s POV] Rasanya baru saja aku menutup mataku, namun pagi datang terlalu cepat untukku yang masih menginginkan lelapnya tidur. Begitu aku terbangun dan duduk di tempat tidurku, aku langsung kesusahan menggerakkan tanganku. Oh, tidak. Bahkan sekujur badanku pun terasa kaku. Mungkinkah latihan kemarin malam terlalu menekanku? Pada akhirnya, aku membutuhkan waktu kurang lebih sepuluh menit hanya untuk memijat-mijat lengan dan kakiku agar tidak terasa kaku lagi. Sepertinya aku kurang bersungguh-sungguh dalam pemanasan kemarin malam. Dan, alhasil beginilah tubuhku bereaksi. “Aerum-ah … oh, kau sudah bangun. Cepat, kalau tidak kau bisa telat.” Eomma berdiri di depan pintu kamarku dan membereskan kamarku. Dengan terseok-seok aku pun menuju kamar mandi. “Yah, kenapa jalanmu begitu?” Tentu saja Eomma langsung menyadarinya. Karena ia sangatlah teliti dan matanya tidak pernah luput dari segala hal. “Sepertinya gara-gara latihan kemarin malam. Badanku terasa kaku semua,” ucapku sambi
[Kim Young Mi’s POV]Pagi itu, aku terbangun dengan perasaan gundah di dalam hatiku. Seakan-akan ada beban berat yang tersampir di pundakku, tapi aku tidak tahu itu apa. Rasanya aku baru saja menutup mataku satu jam yang lalu. Namun, kini mataku dipaksa untuk membuka kembali. Kupaksa badanku yang lelah itu untuk bangun dan beranjak dari tempat tidurku itu. Aku pergi keluar meninggalkan kamar tidurku untuk mengambil handukku.Dari lantai atas, aku bisa melihat Eomma sudah terlihat sangat rapi dengan blouse putihnya itu. Ia terlihat sangat serius saat sedang menyiapkan makanan di atas meja itu. Seperti menyadari keberadaanku, ia mendongak dan menyapaku.“Young Mi-ah, kau sudah bangun? Cepatlah mandi dan kita akan sarapan bersama. Oh ya, jangan khawatir, Eomma sudah izin kepada pihak sekolahmu.”Aku hanya mengangguk dan bergegas ke kamar mandi yang letaknya bersebelahan dengan kamarku itu. Di bawah Eomma, masih sibuk menata beberapa masakan yang baru saja ia masak. Sejujurnya, aku merasa
[Im Aerum’s POV]Sepanjang aku menceritakan kejadianku kemarin di agensi, Eun Ha mendengarkanku dengan seksama sepanjang waktu. Ia terkikik beberapa kali di beberapa cerita, namun ia tetap setia mendengarkan ceritaku.“Yah, bukankah itu artinya kau suka dengannya?”Aku langsung memberikan tatapan memicingku ke arahnya. Yang benar saja, bahkan aku tidak kenal dengannya.Ia mengernyitkan alisnya. “S-siapa tadi namanya?”“Park Hyunjae,” kataku berusaha memelankan suaraku. Berharap tidak akan ada yang mendengarkanku seperti terakhir kali aku menyebutkan namanya. Ternyata, ia sangat terkenal bahkan sebelum debut.“Aku tidak pernah mendengar namanya sebelumnya.”“Itu karena dia belum resmi debut.” Aku langsung berusaha mengalihkan topik dari pembicaraan terakhir kami. “Sekarang, gantian kau yang menceritakan pengalamanmu saat pertama kali masuk agensi.”Begitu aku menyuruh Eun Ha menceritakan pengalamannya dahulu, matanya nampak menunjukkan sorot malas. Aku sedikit khawatir dengannya. Apaka
[Kim Young Mi’s POV]Setengah jam sudah berlalu dan aku masih tersedu-sedu. Eomma memegang pundakku dan menenangkanku. Beberapa lembar tisu sudah kuhabiskan untuk mengelap air mataku yang terus menerus keluar. Pada akhirnya, Eomma pun juga menyerah dan melepaskan pegangannya pada pundakku. Ia membiarkanku sendiri selama beberapa waktu sembari berbicara dengan Pengacara Kang.Sekilas, aku bisa mendengarkan pembicaraan mereka, meski tidak bisa begitu jelas. Aku mengambil selembar tisu dan mengelapnya pada mataku dan membuang ingusku. Diriku sendiri pun kelelahan dengan drama yang kubuat-buat. Aku mengambil segelas air yang disediakan oleh sekretaris pengacara Kang beberapa menit yang lalu. Kuteguk minuman itu dengan rakus.“Tidak apa-apa, Young Mi-ah. Kau sudah melakukan yang terbaik.” Itu adalah Pengacara Kang. Beberapa menit yang lalu, ia pun mengatakan hal yang sama kepadaku.“Sudah, ya, Sayang. Lagipula akan ada kesempatan kedua. Kau bisa bersiap untuk sidang kedua.”Eomma langsung
[Im Aerum’s POV]Latihan di agensi sepulang sekolah sudah menjadi kebiasaanku selama kurang lebih seminggu terakhir ini. Meski aku merasa sangat lelah, aku yakin jika rasa lelahku itu tidak sebanding dengan uang yang harus kukeluarkan jika aku memutuskan kontrak yang sudah menjadi perjanjianku dengan mereka. Satu-satunya jalan keluar adalah aku harus debut.Saat sedang membereskan pakaian yang kugunakan untuk latihan, Eun Ha mendatangiku.“Hari ini kau latihan lagi?” tanyanya.“Setiap hari.”“Wah, kau pasti sangat lelah. Dulu, aku tidak sampai latihan setiap hari. Hanya jadwal latihan pribadi saja, karena aku ingin berlatih sendiri.”“Itu karena aku harus berlatih untuk ajang survival show dua bulan ke depan.”“Survival show? Bukankah kau trainee baru? Jinjja … kau sangat keren. Agensimu juga nampaknya sangat ambisius dengan pelatihan yang mereka berikan.”“Andwae andwae.” Kugelengkan kepalaku. “Bukan aku yang akan mengikuti acaranya. Tapi trainee laki-laki yang akan melakukan debut i
[Kim Young Mi’s POV]Sesampainya di rumah, aku langsung menyalakan lampu kamar. Kamar yang baru saja kutinggal dua hari belakangan itu nampak sangat kosong. Meski begitu, di dalamnya, keadaan kamar itu sangatlah kacau. Beberapa baju berserakan di lantai dan ada beberapa helaian rambut rontok. Nampaknya keadaan kamarku saat ini sangat menggambarkan perasaanku saat ini. Kacau.Selama beberapa detik menatap kosong pada kamarku yang sangat berantakan, aku langsung tersadar dan mengambil handukku untuk bersiap mandi. Tubuhku terasa sangat lelah setelah perjalanan di kereta yang memakan waktu kurang lebih satu jam. Terlebih keadaan mentalku saat ini yang kurang stabil. Aku pun masuk ke dalam kamar mandi dan membasuh tubuhku. Tidak membutuhkan waktu yang lama dan aku sudah selesai mandi.Setelah selesai mandi, aku langsung mengenakan pakaian yang kutemukan di lantai itu dan mengenakannya. Setelahnya, aku langsung membaringkan tubuhku di tempat tidur dan membuka ponselku yang tidak sempat kub
[Im Aerum’s POV]Seonsaengnim mengadakan pertemuan di kantin lantai bawah. Seharusnya, kantin itu memang diperuntukkan untuk umum dan orang-orang luar yang berniat berkunjung ke dalam agensi kami. Namun, khusus malam ini, kantin itu ditutup dan digunakan khusus untuk pertemuan kami.Setelah kami selesai mengadakan latihan vokal, kami langsung turun ke lantai satu untuk bersiap mengikuti pertemuan. Namun, sesampainya di sana, ternyata kantin masih sangat sepi. Nampaknya, mereka semua belum datang.“Eonnie, belum ada yang datang,” ucap Naeun dan Yerim yang berjalan jauh di depan kami.Kami pun hanya berpandang-pandangan satu sama lain. Hingga Miyeong Eonnie lah yang langsung memutuskan.“Gwaenchana-yo, kita tunggu di dalam. Mereka pasti tidak akan lama.”Miyeong Eonnie adalah orang yang sangat tegas. Dia sangat cocok dijadikan seorang pemimpin. Mungkin dia lah yang akan menjadi leader bagi grup kami, jika suatu saat nanti kami dapat melakukan debut. Kami pun masuk ke dalam resto yang ba
1 Juni 2021 Sore hari, selalu menjadi jam-jam paling sibuk nan riuh di Busan. Hari ini pun masih sama seperti hari-hari lainnya. Stasiun kereta itu terlihat sangat penuh, dipenuhi oleh penumpang yang bersiap-siap akan kembali ke rumahnya masing-masing. Tak terkecuali bagi si wanita di usianya yang berada di kepala dua. Wanita itu terlihat berlarian mengejar sebuah kereta yang akan segera pergi. Beberapa orang melihatnya dengan tatapan aneh, namun ia tidak memedulikannya. Hal terpenting baginya adalah ia tidak ingin ketinggalan kereta itu. Ia berlarian seraya menenteng sebuah rangkaian bunga berwarna ungu di tangan kanannya. Begitu pintu kereta terbuka, ia langsung berdesak-desakkan dengan penumpang lainnya. Wanita itu menghembuskan napas lega begitu dapat masuk ke dalam kereta dengan selamat. Karena kereta itu sangatlah penuh, ia pun mengambil tempat duduk yang terdekat dengannya. Di sebelahnya, terdapat dua anak perempuan berseragam. Kedua anak tersebut mengingatkannya saat ia masi
[Park Hyunjae’s POV]Satu bulan berlalu ….“Sekali lagi, saya mengucapkan selamat kepada ke-sepuluh trainee yang berhasil dan lolos melewati acara survival show ini dengan baik. Kami akan menunggu debut kalian!” Begitu pembawa acara dari tayangan televisi mengumumkan keberhasilan kami, semua langsung bersiap untuk memegang gelas mereka masing-masing. Kami tersenyum memandangi satu sama lain.“Haruskah kita memulainya sekarang?” tanya manajer kami. “Cheers!”“Cheers!” ucap kami serempak. Kami langsung mendentingkan gelas kami satu sama lain dan meneguk minuman anggur itu bersamaan.“Bukankah ini pertama kalinya kita merayakan ini secara resmi?” tanya manajer kami.“Itu dapat dimaklumi. Kita ‘kan memang sedang sibuk untuk menyiapkan keperluan debut kita,” sahut Lee Dae sambil memegang gelas kosong di tangannya.“Jangan dengarkan dia, ya? Kalian juga harus bersenang-senang. Nikmatilah masa muda kalian, itu tidak akan datang dua kali.” Seperti biasa manajer kami selalu memberi nasihat ya
[Kim Young Mi’s POV]Napasku menderu karena sehabis berlari. Aku menoleh ke kanan dan ke kiri dan tidak menemukan satu pun orang yang dapat kumintai pertolongan. Apakah perumahan orang kaya selalu sesepi ini? Perasaanku kian gelisah dan tak kunjung tenang, serasa ada yang mengganjal di dalam hatiku. Hanya ada satu orang yang dapat kupikirkan di dalam benakku saat ini.Kuhentikan langkahku dan memastikan alamat yang diberikan Jen benar. Aku bahkan sudah melewati gang ini dua kali. Mengecek setiap rumah yang ada, namun rumah yang ditujukan Jen hanya satu. Rumah dengan blok A bernomor 27. Apakah aku salah? Aku mendekati rumah yang sudah kulewati dua kali itu. Rumah itu sangatlah besar dan megah. T-tapi, mengapa di depan pagarnya ada sebuah bendera berwarna kuning yang menunjukkan seseorang baru saja meninggal?Aku berlari kecil ke arah rumah itu. Di depan rumah terdapat sebuah pos satpam kecil. Salah satu satpam itu menyadari kedatanganku dan langsung menghampiriku.“Apa kau sedang menca
[Yoon Jae’s POV]“Mengapa sampai sekarang mereka belum memberi kita asrama juga?”Lamunanku buyar, ketika salah satu dari mereka mulai mengoceh kembali. Oh astaga, aku hanya menginginkan sebuah istirahat yang tenang dan damai tanpa siapapun mengangguku. Dan, lagi-lagi mereka terus membahas mengenai hal yang sama. Aku sudah cukup lelah mendengar protesan dari mereka semua.Yeon Seok bangkit berdiri dan sekilas aku dapat melihat matanya mengerling padaku. Ia mendatangi trainee baru yang baru saja membuka suara itu dan mengcengkeram kerahnya.“Hei, anak baru, kau jangan berulah terus. Mereka tidak akan memberikanmu apa yang kita butuhkan selama kita tidak mengalami peningkatan apapun.”Salah satu teman Yeon Seok bersuara, “Kau seharusnya belajar dari kami. Bahkan sampai bertahun-tahun memendam di agensi sialan ini, mereka juga tidak akan pernah memberi kami asrama. Setidaknya hingga kita berhasil debut.”Seorang trainee yang baru saja protes itu langsung bergeming di tempatnya. Aku melih
[Kim Young Mi’s POV]Jari jemariku saling beradu di atas sebuah mesin ketik laptop milikku. Aku terus menerus melirik jam yang terletak di bawah laptop itu. Aku tidak memiliki banyak waktu, aku harus menyelesaikan pekerjaan ini tepat pukul enam malam ini. Jika aku terlambat barang semenit saja, maka itu akan berdampak besar kepada agensi.Alisku bertaut menunjukkan bahwa aku sangat berfokus untuk dapat menyelesaikan tugas ini hingga selesai. Kutulis subjek email dan tidak lupa mencantumkan sebuah file yang akan kukirim. Segera setelahnya, aku langsung menekan tanda enter dan email itu pun terkumpul kepada klien.Aku langsung menghembuskan napas sebagai bentuk kelegaanku. Kulirik kopi yang tersisa setengah cangkir di sebelahku. Kopi yang semula panas itu, sekarang sudah menjadi dingin. Kuhabiskan kopi itu dan bersiap-siap untuk pergi dari kantin milik agensi itu.Saat aku sedang memasukkan barang-barangku ke dalam tas, aku mendongak dan melihat dua wajah yang familiar dari kejauhan. Ku
[Park Hyunjae’s POV] “Silahkan lima belas peserta dengan penampilan individual terbaik untuk maju ke depan,” ucap pembawa acara itu sambil memberikan bahasa tubuh agar kami naik ke atas panggung.Sebelumnya, para juri sudah berdiskusi untuk menentukan lima belas peserta terbaik. Sisa peserta yang tidak lolos, disuruh untuk kembali duduk di bangku penonton bersama dengan para orang tua yang datang. Sekarang, tersisa seluruh lima belas peserta yang sebelumnya sudah dipanggil.Lee Dae dipanggil sebagai peserta pertama yang lolos. Ia selalu menjadi peserta terbaik, bahkan kesayangan para juri. Meski begitu, urutan awal ini adalah acak dan bukan ranking yang sesungguhnya. Sebelum aku pergi ke atas panggung, aku melihat ke arah kedua orang tuaku dan mereka menganggukkan kepala. Kami satu per satu berbaris di atas panggung. Aku berdiri mendekati ujung panggung, karena aku berada di urutan ke dua belas.Selama berada di atas panggung, aku merasa sangat gugup bukan main. Bagaimana jika aku ga
[Im Aerum’s POV]“Bagaimana perasaan kalian setelah kolaborasi kemarin?” tanya Hong Eonnie.Aku terduduk mematung dan menghiraukan pertanyaan manajer kami. Pikiranku masih memikirkan banyak hal, sehingga aku tidak membalas pertanyaan Hong Eonnie. Kami semua sedang bersantai di ruang latihan. Kata manajer, hari ini seluruh latihan ditiadakan, untuk merayakan kolaborasi kami kemarin.Karena tidak ada yang bersuara, seperti biasa Miyeong Eonnie selalu mendahului kami.“Aku rasa, kita semua sudah menampilkan yang terbaik. Terutama bagi Aerum, Yerim, Naeun, dan Hanna yang baru saja melakukan masa pelatihan mereka satu bulan yang lalu.”Jika dipikir-pikir, waktu satu bulan adalah waktu yang sangat singkat untuk kami dapat menyiapkan semua persiapan kolaborasi itu. Bukan hanya itu, kami juga harus dilatih untuk penguasaan di atas panggung dan bagaimana kami menghadapi penonton. Singkat kata, itu bukanlah hal yang mudah.Sebuah dorongan akhirnya muncul padaku. Aku mengangkat tangan dan Hong E
[Kim Young Mi’s POV]Cuaca pagi hari ini cukup cerah dan hangat. Aku membalikkan kepalaku ke belakang untuk mengecek anak-anak yang bermain bola di lapangan. Sepertinya tidak ada yang menyadari kepergian kami berdua, baguslah. Aku berjalan di atas dedaunan kering yang terjatuh berserakan di sepanjang jalan di taman.Aku tersenyum sekilas kepada Yoon Jae yang sibuk memperhatikan bunga-bunga di sekitarnya. Ia berjongkok dan mengelus permukaan bunga itu dengan perlahan. Entah mengapa, aku merasa hangat dan aman di saat yang bersamaan, meski kami tidak berkomunikasi satu dengan yang lain.Aku memutuskan untuk duduk di bangku taman. “Jae-ah, apa kau menyukai bunga?”Ia menoleh ke belakang dan berkata padaku, “Sebenarnya, sedari kecil aku menyukai bunga. Apa itu aneh jika seorang laki-laki menyukai bunga?”Aku menggelengkan kepalaku. “Itu sama sekali tidak aneh. Bunga apa yang kau sukai?”Ia bangkit berdiri dan duduk di sampingku. “Apa kau pernah mendengar bunga Hydrangea? Di Jepang, bunga
[Im Aerum’s POV]05.00Kubuka mataku perlahan dan mengerjap-erjapkannya. Kulihat tempat tidur Yerim yang sudah kosong. Pertanda bahwa ia sudah bangun sedari tadi. Aku mencoba untuk duduk pada ranjangku dan menghela napas. Semalaman penuh hingga pagi aku sama sekali tidak dapat tidur dengan tenang. Rasanya seperti aku baru saja terlelap dalam beberapa jam.Saat aku akan bangkit berdiri dari ranjangku, aku tersadar bahwa pintu kamar sudah terbuka. Nampaknya, semua orang sudah bersiap-siap untuk memulai hari mereka. Dari dapur, aku dapat mendengar Minhee Eonnie berseru untuk membangunkanku.“Aerum-ah! Bangunlah! Eomma-mu sudah di sini!”Begitu mendengar bahwa Eomma sudah datang, rasanya itu seperti membangunkan jiwaku. Aku segera keluar dari kamar dan mengambil handuk yang tersampir dekat kamar mandi. Di ruang tamu, semua terlihat sudah sangat siap untuk berangkat ke agensi. Hal itu membuatku semakin tersadar bahwa aku tidak punya banyak waktu lagi.“O-oh, kau sudah bangun ternyata ….”A