[Kim Young Mi’s POV]Sesampainya di rumah, aku langsung menyalakan lampu kamar. Kamar yang baru saja kutinggal dua hari belakangan itu nampak sangat kosong. Meski begitu, di dalamnya, keadaan kamar itu sangatlah kacau. Beberapa baju berserakan di lantai dan ada beberapa helaian rambut rontok. Nampaknya keadaan kamarku saat ini sangat menggambarkan perasaanku saat ini. Kacau.Selama beberapa detik menatap kosong pada kamarku yang sangat berantakan, aku langsung tersadar dan mengambil handukku untuk bersiap mandi. Tubuhku terasa sangat lelah setelah perjalanan di kereta yang memakan waktu kurang lebih satu jam. Terlebih keadaan mentalku saat ini yang kurang stabil. Aku pun masuk ke dalam kamar mandi dan membasuh tubuhku. Tidak membutuhkan waktu yang lama dan aku sudah selesai mandi.Setelah selesai mandi, aku langsung mengenakan pakaian yang kutemukan di lantai itu dan mengenakannya. Setelahnya, aku langsung membaringkan tubuhku di tempat tidur dan membuka ponselku yang tidak sempat kub
[Im Aerum’s POV]Seonsaengnim mengadakan pertemuan di kantin lantai bawah. Seharusnya, kantin itu memang diperuntukkan untuk umum dan orang-orang luar yang berniat berkunjung ke dalam agensi kami. Namun, khusus malam ini, kantin itu ditutup dan digunakan khusus untuk pertemuan kami.Setelah kami selesai mengadakan latihan vokal, kami langsung turun ke lantai satu untuk bersiap mengikuti pertemuan. Namun, sesampainya di sana, ternyata kantin masih sangat sepi. Nampaknya, mereka semua belum datang.“Eonnie, belum ada yang datang,” ucap Naeun dan Yerim yang berjalan jauh di depan kami.Kami pun hanya berpandang-pandangan satu sama lain. Hingga Miyeong Eonnie lah yang langsung memutuskan.“Gwaenchana-yo, kita tunggu di dalam. Mereka pasti tidak akan lama.”Miyeong Eonnie adalah orang yang sangat tegas. Dia sangat cocok dijadikan seorang pemimpin. Mungkin dia lah yang akan menjadi leader bagi grup kami, jika suatu saat nanti kami dapat melakukan debut. Kami pun masuk ke dalam resto yang ba
[Kim Young Mi’s POV] Kring … Kring …. Sudah sekian lama aku tidak pernah mendengar lagi suara deringan dari telepon kabel itu. Dan, hari ini adalah pertama kalinya aku mendengar deringan telepon itu setelah sekian lama tidak mendengarnya. Siapa yang masih menggunakan telepon kabel saat ini, batinku menerka-nerka. “Annyeonghaseyo? Dengan Young Mi di sini, apa ada yang bisa saya bantu?” “Annyeonghaseyo, Young Mi-ah. Ini saya, Seonsaengnim Choi. Bisa kau datang ke acara anak-anak malam hari ini?” “Ah, selamat malam Seonsaengnim! Saya tentu bisa datang. Semua pekerjaan saya sudah selesai.” “Baiklah kalau begitu. Sebentar lagi saya akan pergi ke kantin. Kita langsung bertemu di sana saja, ya. Anak-anak pasti sudah menunggu.” “Ne.” Ah, ternyata itu Seonsaengnim. Padahal aku sudah berburuk sangka padanya. Setelah memastikan semua perlengkapan tidak ada yang tertinggal dan meja pun rapi, aku langsung turun dan menuju kantin tempat di mana pertemuan itu berada. * * * * Sesampainya
[Im Aerum’s POV]Aku mengerjapkan mataku berulang kali. Merasa terheran-heran dengan agensi ini. Mereka menyuruh kami untuk selalu menjaga pola makan dan berat badan kami, tapi di saat yang bersamaan, lihatlah. Mereka menyuguhkan makanan yang sangat lezat dan kuyakin sangat akan kalori.Hanna berbisik kepadaku, “Jika mereka sudah memberikan ini, itu tandanya mereka memberikan kita waktu istirahat sejenak dari diet kita,” ucapnya girang.Apa yang Hanna katakana ada benarnya juga. Hampir seminggu ini, Eonnie Hong menyuruh kami untuk lebih menjaga pola makan dan mengusahakan agar kami tetap segar dengan mengikuti kelas olahraga tambahan di agensi. Meski mereka tidak mengatakannya secara gamblang, bahwa kami butuh untuk menurunkan berat badan, tapi kami tahu dengan pasti itulah yang mereka inginkan.Dan waktu baru berjalan waktu satu pekan pada masa pelatihanku di agensi. Aku sangat yakin jika ke depannya mereka akan semakin ketat dalam menjaga pola makan kami. Tidak bisa kubayangkan jik
[Kim Young Mi’s POV]“Yah, kenapa kau tidak pernah membantu lagi di sini?” tanya DongsukAku meletakkan pisau dapur sejenak dan menoleh ke arah Dongsuk yang sedang memasukkan bumbu-bumbu dapur ke dalam sup yang sedang ia masak itu.“Aku memiliki banyak kegiatan akhir-akhir ini,” jawabku sekenanya. Sebenarnya, perkataanku tidak ada salahnya juga. Lagipula aku memang benar memiliki banyak kegiatan—jika kegiatan yang kumaksudkan ialah bertemu dengan Yoon Jae.Seakan-akan dapat menebak isi pikiranku, Dongsuk langsung menebak. “Kegiatan? Kegiatan atau bertemu dengan teman laki-lakimu itu?”“Bagaimana kau bisa mengetahuinya? Ottokhae?”“Hebat bukan temanmu ini?”“Apa kau adalah cenayang? Bagaimana bisa mengetahui hal itu?”“Yah yah! Berhati-hatilah dengan pisaumu itu!”Seketika kualihkan pandanganku dari Dongsuk dan kembali berfokus pada kegiatan memotong bawangku. Meski dari luar aku nampak sibuk memotong bawang, namun aku masih memikirkan bagaimana Dongsuk bisa mengetahui jika aku sering
[Im Aerum’s POV]“Alright. You guys can rest now.” Miyeong Eonnie menengadahkan tangannya ke atas, itu adalah tanda untuk kita dapat berhenti.Lagu dari salah satu boy group yang kami pilih itu tadi berhenti mengalun. Kami semua nampak kelelahan dan langsung terduduk di lantai. Hanya Hanna seorang yang langsung merebahkan dirinya di lantai. Dia benar-benar memforsir dirinya agar dapat mengikuti ritme pembelajaran kita semua.“Aku tidak menyangka bahwa koreografi dari grup laki-laki akan membuatku selelah ini,” ucap Hanna masih dengan napas yang memburu, ia masih nampak kesusahan untuk mengatur napasnya sehabis berlatih.“Itu adalah alasan kita untuk berlatih menggunakan koreografi mereka. Karena jika kita terbiasa untuk berlatih dengan koreografi yang lebih susah, pasti kita bisa melakukan koreografi grup wanita.”“Bagaimana denganmu Yerim-ah? Bukankah kau pernah mengikuti klub dance sebelumnya?”Aku cukup terkejut saat mengetahui bahwa Yerim pernah memasuki salah satu klub dance. Tid
[Kim Young Mi’s POV]Kutiup ramyeon yang panas dengan berhati-hati. Dari sudut mataku, dapat kulihat seseorang di belakang sedang berlari tergesa-gesa. Aku mendongakkan kepalaku dan kutemukan Hyenjin sedang berdiri di hadapanku dengan membawa sebuah bento box di tangannya.“Kenapa kau terburu-buru?” tanyaku.Dia tersenyum dan duduk di bangku yang kosong. “Ada beberapa hal yang perlu kutanyakan padamu.”Alisku mengerut tanda tidak memahami apa yang Hyenjin ucapkan. Memangnya ada yang salah denganku? Tanpa berpikir panjang kulanjutkan menyantap ramyeon-ku dan menunggu Hyenjin untuk membuka bento box yang baru saja ia beli itu.“So, how’s your date with Yoon Jae?” Raut wajahnya begitu gembira.Aku langsung membulatkan mataku dan membuka mulutku lebar-lebar memimikkan kata ‘what?’.“D-date? Hyenjin-ah, itu bukanlah suatu date yang kau pikirkan. Aku hanya bermain ke agensinya dan pulang.”“Date? Dengan Yoon Jae?”Hyenjin tertawa dengan kencang sembari menutup mulutnya. Namun, perlahan tawa
[Im Aerum’s POV]“Annyeong.” Oppa berdiri tepat di depan pintu masuk dan melambaikan tangannya padaku. Aku membalas lambaian tangannya dari ruang tamu. Lalu, ia pergi meninggalkanku dan masuk ke dalam mobil.Ada sedikit perasaan yang aneh dan mengganjal di dalam hatiku. Hari ini segalanya berjalan dengan sangat cepat. Seusai sekolah, aku pergi ke agensi, berlatih dengan timku hingga larut malam, tanpa mengetahui bahwa malam ini akan menjadi pertama kalinya aku menginjakkan kaki di asrama kami.Rasanya seolah-olah aku akan pergi meninggalkan keluargaku untuk pergi ke tempat yang sangat jauh. Meski kenyataannya, aku hanya akan menginap di asrama. Aku duduk di sofa ruang tamu dan mencari kedua koperku.“Kenapa kalian saling diam-diaman? Apa kalian merasa kepindahan kalian terlalu mendadak?” tanya Minhee Eonnie.Aku meletakkan koperku dan melihat ke sekelilingku. Yerim, Naeun, dan Hanna sedang duduk di sofa dengan tatapan kosong. Sementara Miyeong Eonnie sudah menghilang entah ke mana. S
1 Juni 2021 Sore hari, selalu menjadi jam-jam paling sibuk nan riuh di Busan. Hari ini pun masih sama seperti hari-hari lainnya. Stasiun kereta itu terlihat sangat penuh, dipenuhi oleh penumpang yang bersiap-siap akan kembali ke rumahnya masing-masing. Tak terkecuali bagi si wanita di usianya yang berada di kepala dua. Wanita itu terlihat berlarian mengejar sebuah kereta yang akan segera pergi. Beberapa orang melihatnya dengan tatapan aneh, namun ia tidak memedulikannya. Hal terpenting baginya adalah ia tidak ingin ketinggalan kereta itu. Ia berlarian seraya menenteng sebuah rangkaian bunga berwarna ungu di tangan kanannya. Begitu pintu kereta terbuka, ia langsung berdesak-desakkan dengan penumpang lainnya. Wanita itu menghembuskan napas lega begitu dapat masuk ke dalam kereta dengan selamat. Karena kereta itu sangatlah penuh, ia pun mengambil tempat duduk yang terdekat dengannya. Di sebelahnya, terdapat dua anak perempuan berseragam. Kedua anak tersebut mengingatkannya saat ia masi
[Park Hyunjae’s POV]Satu bulan berlalu ….“Sekali lagi, saya mengucapkan selamat kepada ke-sepuluh trainee yang berhasil dan lolos melewati acara survival show ini dengan baik. Kami akan menunggu debut kalian!” Begitu pembawa acara dari tayangan televisi mengumumkan keberhasilan kami, semua langsung bersiap untuk memegang gelas mereka masing-masing. Kami tersenyum memandangi satu sama lain.“Haruskah kita memulainya sekarang?” tanya manajer kami. “Cheers!”“Cheers!” ucap kami serempak. Kami langsung mendentingkan gelas kami satu sama lain dan meneguk minuman anggur itu bersamaan.“Bukankah ini pertama kalinya kita merayakan ini secara resmi?” tanya manajer kami.“Itu dapat dimaklumi. Kita ‘kan memang sedang sibuk untuk menyiapkan keperluan debut kita,” sahut Lee Dae sambil memegang gelas kosong di tangannya.“Jangan dengarkan dia, ya? Kalian juga harus bersenang-senang. Nikmatilah masa muda kalian, itu tidak akan datang dua kali.” Seperti biasa manajer kami selalu memberi nasihat ya
[Kim Young Mi’s POV]Napasku menderu karena sehabis berlari. Aku menoleh ke kanan dan ke kiri dan tidak menemukan satu pun orang yang dapat kumintai pertolongan. Apakah perumahan orang kaya selalu sesepi ini? Perasaanku kian gelisah dan tak kunjung tenang, serasa ada yang mengganjal di dalam hatiku. Hanya ada satu orang yang dapat kupikirkan di dalam benakku saat ini.Kuhentikan langkahku dan memastikan alamat yang diberikan Jen benar. Aku bahkan sudah melewati gang ini dua kali. Mengecek setiap rumah yang ada, namun rumah yang ditujukan Jen hanya satu. Rumah dengan blok A bernomor 27. Apakah aku salah? Aku mendekati rumah yang sudah kulewati dua kali itu. Rumah itu sangatlah besar dan megah. T-tapi, mengapa di depan pagarnya ada sebuah bendera berwarna kuning yang menunjukkan seseorang baru saja meninggal?Aku berlari kecil ke arah rumah itu. Di depan rumah terdapat sebuah pos satpam kecil. Salah satu satpam itu menyadari kedatanganku dan langsung menghampiriku.“Apa kau sedang menca
[Yoon Jae’s POV]“Mengapa sampai sekarang mereka belum memberi kita asrama juga?”Lamunanku buyar, ketika salah satu dari mereka mulai mengoceh kembali. Oh astaga, aku hanya menginginkan sebuah istirahat yang tenang dan damai tanpa siapapun mengangguku. Dan, lagi-lagi mereka terus membahas mengenai hal yang sama. Aku sudah cukup lelah mendengar protesan dari mereka semua.Yeon Seok bangkit berdiri dan sekilas aku dapat melihat matanya mengerling padaku. Ia mendatangi trainee baru yang baru saja membuka suara itu dan mengcengkeram kerahnya.“Hei, anak baru, kau jangan berulah terus. Mereka tidak akan memberikanmu apa yang kita butuhkan selama kita tidak mengalami peningkatan apapun.”Salah satu teman Yeon Seok bersuara, “Kau seharusnya belajar dari kami. Bahkan sampai bertahun-tahun memendam di agensi sialan ini, mereka juga tidak akan pernah memberi kami asrama. Setidaknya hingga kita berhasil debut.”Seorang trainee yang baru saja protes itu langsung bergeming di tempatnya. Aku melih
[Kim Young Mi’s POV]Jari jemariku saling beradu di atas sebuah mesin ketik laptop milikku. Aku terus menerus melirik jam yang terletak di bawah laptop itu. Aku tidak memiliki banyak waktu, aku harus menyelesaikan pekerjaan ini tepat pukul enam malam ini. Jika aku terlambat barang semenit saja, maka itu akan berdampak besar kepada agensi.Alisku bertaut menunjukkan bahwa aku sangat berfokus untuk dapat menyelesaikan tugas ini hingga selesai. Kutulis subjek email dan tidak lupa mencantumkan sebuah file yang akan kukirim. Segera setelahnya, aku langsung menekan tanda enter dan email itu pun terkumpul kepada klien.Aku langsung menghembuskan napas sebagai bentuk kelegaanku. Kulirik kopi yang tersisa setengah cangkir di sebelahku. Kopi yang semula panas itu, sekarang sudah menjadi dingin. Kuhabiskan kopi itu dan bersiap-siap untuk pergi dari kantin milik agensi itu.Saat aku sedang memasukkan barang-barangku ke dalam tas, aku mendongak dan melihat dua wajah yang familiar dari kejauhan. Ku
[Park Hyunjae’s POV] “Silahkan lima belas peserta dengan penampilan individual terbaik untuk maju ke depan,” ucap pembawa acara itu sambil memberikan bahasa tubuh agar kami naik ke atas panggung.Sebelumnya, para juri sudah berdiskusi untuk menentukan lima belas peserta terbaik. Sisa peserta yang tidak lolos, disuruh untuk kembali duduk di bangku penonton bersama dengan para orang tua yang datang. Sekarang, tersisa seluruh lima belas peserta yang sebelumnya sudah dipanggil.Lee Dae dipanggil sebagai peserta pertama yang lolos. Ia selalu menjadi peserta terbaik, bahkan kesayangan para juri. Meski begitu, urutan awal ini adalah acak dan bukan ranking yang sesungguhnya. Sebelum aku pergi ke atas panggung, aku melihat ke arah kedua orang tuaku dan mereka menganggukkan kepala. Kami satu per satu berbaris di atas panggung. Aku berdiri mendekati ujung panggung, karena aku berada di urutan ke dua belas.Selama berada di atas panggung, aku merasa sangat gugup bukan main. Bagaimana jika aku ga
[Im Aerum’s POV]“Bagaimana perasaan kalian setelah kolaborasi kemarin?” tanya Hong Eonnie.Aku terduduk mematung dan menghiraukan pertanyaan manajer kami. Pikiranku masih memikirkan banyak hal, sehingga aku tidak membalas pertanyaan Hong Eonnie. Kami semua sedang bersantai di ruang latihan. Kata manajer, hari ini seluruh latihan ditiadakan, untuk merayakan kolaborasi kami kemarin.Karena tidak ada yang bersuara, seperti biasa Miyeong Eonnie selalu mendahului kami.“Aku rasa, kita semua sudah menampilkan yang terbaik. Terutama bagi Aerum, Yerim, Naeun, dan Hanna yang baru saja melakukan masa pelatihan mereka satu bulan yang lalu.”Jika dipikir-pikir, waktu satu bulan adalah waktu yang sangat singkat untuk kami dapat menyiapkan semua persiapan kolaborasi itu. Bukan hanya itu, kami juga harus dilatih untuk penguasaan di atas panggung dan bagaimana kami menghadapi penonton. Singkat kata, itu bukanlah hal yang mudah.Sebuah dorongan akhirnya muncul padaku. Aku mengangkat tangan dan Hong E
[Kim Young Mi’s POV]Cuaca pagi hari ini cukup cerah dan hangat. Aku membalikkan kepalaku ke belakang untuk mengecek anak-anak yang bermain bola di lapangan. Sepertinya tidak ada yang menyadari kepergian kami berdua, baguslah. Aku berjalan di atas dedaunan kering yang terjatuh berserakan di sepanjang jalan di taman.Aku tersenyum sekilas kepada Yoon Jae yang sibuk memperhatikan bunga-bunga di sekitarnya. Ia berjongkok dan mengelus permukaan bunga itu dengan perlahan. Entah mengapa, aku merasa hangat dan aman di saat yang bersamaan, meski kami tidak berkomunikasi satu dengan yang lain.Aku memutuskan untuk duduk di bangku taman. “Jae-ah, apa kau menyukai bunga?”Ia menoleh ke belakang dan berkata padaku, “Sebenarnya, sedari kecil aku menyukai bunga. Apa itu aneh jika seorang laki-laki menyukai bunga?”Aku menggelengkan kepalaku. “Itu sama sekali tidak aneh. Bunga apa yang kau sukai?”Ia bangkit berdiri dan duduk di sampingku. “Apa kau pernah mendengar bunga Hydrangea? Di Jepang, bunga
[Im Aerum’s POV]05.00Kubuka mataku perlahan dan mengerjap-erjapkannya. Kulihat tempat tidur Yerim yang sudah kosong. Pertanda bahwa ia sudah bangun sedari tadi. Aku mencoba untuk duduk pada ranjangku dan menghela napas. Semalaman penuh hingga pagi aku sama sekali tidak dapat tidur dengan tenang. Rasanya seperti aku baru saja terlelap dalam beberapa jam.Saat aku akan bangkit berdiri dari ranjangku, aku tersadar bahwa pintu kamar sudah terbuka. Nampaknya, semua orang sudah bersiap-siap untuk memulai hari mereka. Dari dapur, aku dapat mendengar Minhee Eonnie berseru untuk membangunkanku.“Aerum-ah! Bangunlah! Eomma-mu sudah di sini!”Begitu mendengar bahwa Eomma sudah datang, rasanya itu seperti membangunkan jiwaku. Aku segera keluar dari kamar dan mengambil handuk yang tersampir dekat kamar mandi. Di ruang tamu, semua terlihat sudah sangat siap untuk berangkat ke agensi. Hal itu membuatku semakin tersadar bahwa aku tidak punya banyak waktu lagi.“O-oh, kau sudah bangun ternyata ….”A